Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh
Ari Ardianto
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAC
THE EFFECT OF CHEMICAL ACTIVATION (H2SO4 AND HCl) -
PHYSICAL ON THE FLY ASH ADSORBENT OF COAL WITH MASS
VARIATION AND NORMALITY TOWARD 4-STROKE GOSOLINE
MOTORCYCLEACHIEVEMENT
BY
ARI ARDIANTO
The availability of non-renewable energy that become less make a big problem for
humans. One of these power plants that use coal as a raw material combustion.
The use of coal is produce waste that can pollute the environment, one of that is
the fly ash. Based on government regulationsNo 18 and No 85 of 1999, fly ash is
classified as waste B-3 (Toxic and Hazardous Materials). Then it should be
considered an effective way to overcome the negative impact of fly ash, one of it
is to use fly ash as an adsorbent.
This research was conducted with several variations test, the runs test at a constant
speed of 60 km/h with a distance of 5 km, acceleration test with the speed of 0-80
km/h, stationary test in 1000, 3000 and 5000 rpm, as well as gas exhaust
emissions testin 1500 and 3500 rpm by comparing the filter fly ash pellets
activated H2SO4-physical, HCl-physical, and without fly ashpellets. This research
aims to determine the effect of variations in the mass and molarity filter ofinternal
activation of HCl-physical and H2SO4-physical of fly ashtoward the achievement
of the engine and the exhaust emissions of 4-stroke gosoline motorcycle. Fly
ashpellet that used in this study with diameter of 10 mm and a thickness of 3 mm.
The pellets are packed in a frame and is formed in accordance with the air filter
test vehicle, the Suzuki Satria Fu 150 cc.
The composition mixture in the manufacture of fly ash pellets is 64% fly ash, 32%
water and 4% tapioca, with a mass variation of 25, 20, and 15 grams and molarity
of 0, 5 M, 0.75 M, and 1 M in H2SO4 and HCl -physical. The water that used is
original Aqua water gallons with± 7pH levels. In runs test the largest savings
value obtained from filter fly ash HCl 1 M mass of 20 grams with 17.333%. In the
stationary testobtained from fly ash filter 1 M mass of 15 grams at 1000 rpm with
the savings value of 8.333 ml. In acceleration tests the largest decrease in travel
time obtained from the filter activation HCl-physical with molarity 1 M mass of
15 grams with time it takes an average of 7.166 s.
Meanwhile at emissions testthe best decreased levels of CO occur in the filters
without using fly ash pellets internally, ie by 0.8% at 1500 rpm. While in HC the
best results occur in H2SO4 physical activated filter on molarity 0.5 M with a mass
of 15 grams produces HC value of 75 ppm at engine speed 1500 rpm.
Oleh
ARI ARDIANTO
Ketersedian energi tak terbarukan yang kian menipis menjadi permasalahan besar
bagi manusia. Salah satunya PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan
baku pembakarannya. Penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan, salah satunyafly ash.Berdasarkan PerPem No 18 dan No
85 tahun 1999, fly ash diklasifikasikan sebagai limbah B-3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya). Maka perlu dipikirkan cara yang efektif untuk mengatasi dampak
negatif dari fly ash, salah satunya adalah dengan memanfaatkanya sebagai
adsorben.
Komposisi campuran dalam pembuatan pelet fly ash adalah 64% fly ash, 32% air
dan 4% tapioka, dengan variasi massa 25, 20, dan 15 gram dan molaritas 0,5M,
0,75M, dan 1 M pada H2SO4 dan HCl-fisik.Air yang digunakan adalah air Aqua
gallon asli dengan kadar pH ±7. Pada pengujian berjalan nilai penghematan
terbesar didapat dari filter fly ash HCl 1 M massa 20 gram sebesar 17,333 %. Pada
uji stasioner, didapat dari filter fly ash1 M massa 15 gram pada putaran 1000 rpm
dengan nilai penghematan sebesar 8,333 ml.Pada uji akselerasi penurunan waktu
tempuh terbesar didapat dari filter aktivasi HCl fisik dengan molaritas 1 M massa
15 gram dengan waktu yang dibutuhkan rata-rata 7,166 s.
Sedangkan pada uji emisi penurunan kadar CO terbaik terjadi pada filter tanpa
menggunakan pelet fly ash internal, yaitu sebesar 0,8 % pada putaran 1500 Rpm.
Sedangkan pada HC hasil terbaik terjadi pada filter teraktivasi H2SO4 fisik pada
molaritas 0,5 M dengan massa 15 gram menghasilkan nilai HC sebesar 75 ppm
pada putaran mesin 1500 Rpm.
Kata kunci : Energi,Fly Ash Batubara, Adsorben, Aktivasi Kimia , Emisi Gas
Buang.
PENGARUH AKTIVASI KIMIA (H2SO4 DAN HCl)- FISIK PADA
ADSORBEN FLY ASH BATU BARA DENGAN VARIASI MASSA
DAN MOLARITAS TERHADAP PRESTASI SEPEDA
MOTOR BENSIN 4-LANGKAH
Oleh
Ari Ardianto
Skripsi
Pada
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
pada tahun 2003, dan pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah
penulis pada tahun 2009. Sejak tahun 2009 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa
Teknik Mesin Fakultas Teknik di Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri.
HIMATEM sebagai anggota divisi olahraga, penulis juga pernah menjadi asisten di
Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tahun 2014 dengan mengambil studi kasus
konsentrasi mata kuliah bidang konversi Energi dan melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Aktivasi Kimia (H2SO4 dan HCl)- Fisik Pada Adsorben Fly Ash
Batu Bara Dengan Variasi Massa Dan Molaritas Terhadap Prestasi Sepeda Motor
Universitas Lampung.
BAPAK Lan MAMAK ku HEBAT
(CimBahorange)
(CimBahorange)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurah-
Tugas akhir ini dibuat sebagai rasa ingin tahu penulis mengenai motor bakar,
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar "Sarjana Teknik" pada Jurusan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan laporan skripsi ini.
1. Orang tua tercinta, Bapakku yang hebat dan Ibu yang selalu aku sayangi.
Terima kasih atas dedikasinya baik dukungan moril maupun materil serta
2. Ahmad Su’udi, S.T., M.T. sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin Unila.
3. Bapak Ir. Herry Wardono, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah
i
4. Bapak A. Yudi Eka Risano, S.T., M.Eng. selaku Pembimbing
6. Bapak Dr. Irza Sukmana, S.T., M.T selaku Koordinator Tugas Akhir yang
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin atas ilmu yang diberikan selama
Lampung.
tingkat 2009 yang pertama Tri wibowo,S.T., dan komandan tingkat 2009
jasa kawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
ii
10. Untuk Resi Yuni Zahlia,S.Pd. terima kasih untuk doa, dukungan dan kasih
11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu,
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu penulis pribadi mohon maaf yang sebesar–besarnya
atas kekurangan dan kehilafan tersebut. Saran dan masukan yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kebaikan bersama. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi, dan umumnya bagi
Penulis
Ari Ardianto
iii
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ....................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
C. Premium ……...............................................…….……….... 14
iv
1. Karbon Monoksida (CO) .......................................... 20
H. Zeolit .......................................………...................…... 33
I. Molaritas .........................................…….…................... 35
v
1. Pengujian Berjalan .................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
Gambar 16. Proses Pengayakan dan Penimbangan Fly Ash ....…………. 47
Gambar 18. Pembuatan larutan pellet Fly Ash aktivasi HCl dan H2SO4... 50
viii
Gambar 31. Waktu Akselerasi 0-80 Km/Jam Menggunakan Filter
Gambar 42. Hasil Pengujian Kadar CO2 (%) pada filter teraktivasi
ix
Gambar 43. Hasil Pengujian Kadar CO (%) pada filter teraktivasi
Gambar 45. Hasil Pengujian Kadar CO2 (%) pada filter teraktivasi
viii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketersedian energi tak terbarukan pada zaman ini yang kian menipis di dunia
krisis energi dan dapat menimbulkan masalah baru dari penggunaan energi tak
bahan baku adalah Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Limbah yang
lingkungan, yaitu pelepasan polutan gas seperti CO2, NO2, CO, SO2, hidrokarbon
dan abu yang relatif besar. Limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran
batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ada dua jenis limbah abu
yang dihasilkan, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Limbah
fly ash yang berasal dari pembakaran batubara merupakan masalah yang sering
dihadapi oleh banyak industri yang menggunakan batubara sebagai bahan baku
pembakarannya. Apabila limbah fly ash ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-
B-3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Oleh karena itu perlu dipikirkan satu cara
yang efektif untuk mengatasi dampak negatif dari limbah abu tersebut yang salah
(recovery) yang bertujuan untuk mengubah limbah B-3 menjadi produk yang
dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan. Reuse adalah penggunaan
kembali limbah B-3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui proses tambahan
secara fisika, kimia, biologi, dan/atau secara termal. Recycle adalah mendaur
fisika, kimia, biologi, dan/atau secara termal yang menghasilkan produk yang
sama atau produk yang berbeda. Recovery adalah perolehan kembali komponen
komponen yang bermanfaat secara fisika, kimia, biologi, dan/atau secara termal.
Skala prioritas pemanfaatan limbah B-3 dimulai dari pemanfaatan secara reuse,
sektor kehidupan, maka dipandang perlu adanya suatu penelitian dan riset yang
3
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya inovatif ke arah peningkatan prestasi dari
suatu mesin bila ditinjau dari aspek teknologi ekonomi. Parameter prestasi dari
suatu mesin sangat dipengaruhi oleh sistem yang berkerja pada mesin itu sendiri.
diperhatikan agar tercipta kinerja mesin yang optimal. Salah satu sistem yang
pembakaran dalam silinder, karena campuran bahan bakar dengan udara sangat
Komponen utama yang diperlukan dalam proses pembakaran adalah udara, panas
awal pembakaran, dan bahan bakar. Udara lingkungan yang dihisap masuk untuk
uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Sementara gas
yang dibutuhkan pada proses pembakaran adalah oksigen untuk membakar bahan
bakar yang mengandung molekul karbon dan hidrogen (Wardono, 2004). Jumlah
molekul gas nitrogen dalam udara memiliki jumlah terbesar (78%) dibanding
jumlah oksigen (21%), sedang 1% lainnya adalah uap air dan kandungan gas-gas
lain. Hal ini jelas akan mengganggu proses pembakaran karena nitrogen dan uap
karena itu diperlukan filter udara yang dapat menyaring nitrogen, uap air dan gas
gas lain agar dapat menghasilkan udara pembakaran yang kaya oksigen. (Aditia,
2010).
Pada penelitian ini dipilih fly ash sebagai obyek pemanfaatan dengan beberapa
adsorben untuk penyerapan polutan pada gas buang proses pembakaran yang
berpotensi untuk merusak lingkungan, salah satunya adalah gas nitrogen dioksida
(NO2) (Lestari, 2013), dan juga jumlah fly ash lebih banyak (± 80 % dari total
sisa abu pembakaran batubara), butiran fly ash jauh lebih kecil sehingga lebih
Lampung dari PLTU Tarahan Lampung sebagai adsorben udara pembakaran dan
sebagai pereduksi emisi gas buang pada kendaraan bermotor, sudah dilakukan
Universitas Lampung. Yang terakhir penelitian mengenai fly ash ini dilakukan
oleh Mario pada tahun 2015. Berdasarkan penelitian Mario diperoleh kesimpulan
yaitu variasi komposisi, jenis air dan kondisi aktivasi pada proses pembuatan
adsorben fly ash terbukti berpengaruh terhadap prestasi mesin dan kandungan
emisi gas buang sepeda motor bensin karburator 4 langkah, dan komposisi
terbaik untuk pembuatan pelet fly ash adalah 64 gram fly ash, 32 ml air dan 4
5
gram tapioka, dengan suhu aktivasi 150oC selama 1 jam, serta air hasil
perendaman zeolit selama 12 jam dan massa zeolit 20% dari total volume air
rendaman. Komposisi ini dapat menghemat bahan bakar pada pengujian berjalan
sebesar 12,69% dan pada pengujian stasioner hingga 22,65% serta mempercepat
akselerasi (0-80 Km/jam) sebesar 6,86%. Pelet fly ash komposisi terbaik ini juga
sebesar 4,36%. Untuk itu ada upaya berdasarkan kesimpulan dan saran yang
diberikan oleh Mario penulis ingin membuat pelet fly ash menggunakan aktivasi
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan pembuatan pelet fly ash dan penulisan laporan
Untuk mengetahui pengaruh variasi massa dan molaritas filter fly ash internal
aktivasi H2SO4 fisik dan HCl-fisik terhadap prestasi mesin dan emisi gas buang
C. Batasan Masalah
Batasan masalah diberikan bertujuan agar pembahasan dari hasil yang didapatkan
lebih terarah. Adapun batasan masalah yang diberikan pada penelitian ini, yaitu :
1. Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fly ash dari PLTU
Tarahan.
2. Dalam penelitian ini menggunakan Mesin motor bensin 4 langkah (150 cc)
tahun 2012 kondisi mesin baik dan telah dilakukan tune-up / servis rutin
4. Nilai komposisi campuran fly ash, temperature dan waktu aktivasi merupakan
5. Alat yang digunakan untuk membuat pelet fly ash adalah alat yang masih
sederhana yang masih menggunakan cetakan. Oleh sebab itu, besar tekanan
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
fly ash, sifat kimia dan fisik fly ash, sumber fly ash,
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
A. Motor Bakar
Pengertian motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin
yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah
tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Energi diperoleh dari
terjadi didalam dan diluar mesin kalor (Kiyaku dan Murdhana, 1998).
Mesin Otto dari Nikolaus Otto atau yang lebih dikenal dengan mesin bensin
adalah sebuah tipe mesin pembakaran dalam yang menggunakan nyala busi
atau yang sejenis. Motor bensin berbeda dengan motor diesel dalam metode
pada umumnya udara dan bahan bakar dicampur sebelum masuk ke ruang
bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk motor bensin 2 tak untuk
9
dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi, keduanya
mungkin. (http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_bensin).
Untuk lebih jelasnya proses-proses yang terjadi pada motor bakar bensin 4-
langkah dapat dijelaskan melalui siklus ideal dari siklus udara volume konstan
Tekanan, P
2
0 1
Volume spesifik, v
TMA TMB
Gambar 2. Diagram P-v dari siklus ideal motor bakar bensin 4-langkah.
bawah, dari TMA menuju TMB. Katup hisap pada posisi terbuka,
sedang katup buang pada posisi tertutup. Di akhir langkah hisap, katup
hisap tertutup secara otomatis. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal
tekanan konstan.
11
Pada langkah kompresi katup hisap dan katup buang dalam keadaan
Pada saat piston hampir mencapai TMA, loncatan nyala api listrik
yang drastis. Kedua katup pada posisi tertutup. Proses ini dianggap
Kedua katup masih pada posisi tertutup. Gas pembakaran yang terjadi
Saat piston telah mencapai TMB, katup buang telah terbuka secara
B. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah segala bahan yang dapat dibakar untuk menimbulkan tenaga
atau panas (Boentarto, 2002 dalam Darmawan). Bahan bakar termasuk juga
segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi, dan secara umum
mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),
dan sulfur (S). Hampir semua jenis bahan bakar yang beredar di pasaran berasal
dari minyak bumi beserta turunannya yang kemudian diolah menjadi berbagai
macam dan jenis bahan bakar. Bahan itu sendiri sangat diperlukan dalam proses
13
pembakaran yang terjadi di ruang bakar. Bahan bakar yang digunakan motor
bakar harus memenuhi kriteria sifat fisik dan sifat kimia, antara lain :
Tidak beracun
Stabilitas panas
Rendah polusi
bakar.
Bahan bakar yang digunakan dalam motor bakar dapat dibedakan menurut
wujudnya menjadi 3 kelompok, yaitu gas, cair, dan padat. Bahan bakar gas pada
saat ini biasanya berasal dari gas alam, sedangkan bahan bakar cair berasal dari
hasil penyulingan minyak bumi. Bahan bakar padat biasanya berupa batu bara.
14
Adapun kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan digunakan
C. Premium
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang
lainnya, yakni hanya RON 88. Adapaun spesifikasi dari premium itu sendiri
adalah : menggunakan tambahan pewarna dye, mempunyai Nilai Oktan 88, dan
Premium (gasoline) adalah bahan bakar cair yang berasal dari minyak bumi
(crude oil), minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan pengeboran
(Darmawan,2007) :
k.kal/kg-10.500 k.kal/kg).
Pada bahan bakar kita mengenal angka oktan. Bilangan oktan suatu bahan bakar
diukur dengan mesin CFR (Coordinating Fuel Research), yaitu sebuah mesin
Heptana normal (C7H16) adalah bahan bakar yang mudah berdetonasi di dalam
motor bakar oleh karena itu dinyatakan sebagai bahan bakar dengan bilangan
16
yang tidak mudah berdetonasi dan dinyatakan dengan bilangan oktan 100.
memuaskan secara mutu untuk penggunaan pada motor bakar. Biasanya sebelum
digunakan, bensin ditambah dengan suatu aditif yang dapat memperbaiki kualitas
dari bensin itu sendiri. Aditif tersebut antara lain adalah TEL (Tetra Ethyl Lead /
C2H5)4Pb) atau TML (Tetra Methyl Lead / CH3)4Pb). Aditif ini berfungsi sebagai
zat anti knocking karena dengan penambahan zat ini pada bahan bakar bensin
ruang bakar tidak menimbulkan knocking atau detonasi. Angka oktan bensin
semula berkisar antara 75 sampai 85, sedangkan setelah penambahan zat aditif
ini angka oktan bensin dapat meningkat menjadi 90 sampai 95. TEL mempunyai
sifat larut dalam bensin dan mendidih pada temperatur 200oC, serta mempunyai
berat sekitar 1,7 kg/liter. Kandungan utama dari TEL adalah timbal dimana
timbal merupakan partikel berat yang sangat berbahaya bagi umat manusia.
Bahan bakar bensin adalah senyawa hidrokarbon yang kandungan oktana atau
digunakan sebagai patokan untuk menentukan kualitas bahan bakar bensin yang
dikenal dengan istilah angka oktana. Dalam pengertian ini bahan bakar bensin
heptana. Isooktana dianggap sebagai bahan bakar paling baik karena hanya pada
kompresi tinggi saja isooktana memberikan bunyi ketukan (detonasi) pada mesin.
Sebaliknya, heptana dianggap sebagai bahan bakar paling buruk. Angka oktana
17
100, artinya bahan bakar bensin tersebut setara dengan isooktana murni. Angka
oktana 80, artinya bensin tersebut merupakan campuran 80% isooktana dan 20%
sangat cepat, yang membutuhkan panas awal untuk menghasilkan panas yang
jauh lebih besar sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas pembakaran. Bahan
bakar merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi dan
secara umum mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen (N), dan sulfur (S). Sementara oksidator adalah segala substansi yang
mengandung oksigen (misalnya udara) yang akan bereaksi dengan bahan bakar.
proses-proses kimia dan fisika, pelepasan panas yang berasal dari energi ikatan-
ikatan kimia, proses perpindahan panas, proses perpindahan massa, dan gerakan
bahan bakar menjadi elemen komponennya, yaitu hidrogen dan karbon, akan
bergabung dengan oksigen untuk membentuk air, dan karbon bergabung dengan
oksigen menjadi karbon dioksida. Kalau tidak cukup tersedia oksigen, maka
2004).
Sempurna atau tidaknya suatu proses pembakaran ditentukan oleh nilai rasio
udara/bahan bakar. Nilai rasio ini disebut juga rasio stokiometri, yang
bakar. Udara kering yang digunakan untuk proses pembakaran merupakan suatu
nitrogen, 0.93% argon, dan sejumlah kecil gas karbon dioksida, neon, helium,
metana, dan gas yang lain. Untuk setiap molekul oksigen (berat molekul 32)
diudara terdapat 1 0.21 3.76 molekul nitrogen atmosferik (N2), dengan berat
0.21
molekul 28.16 kg/mol. Reaksi pembakaran ideal dapat dilihat di bawah ini :
Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa N2 tidak ikut dalam reaksi pembakaran.
pembakaran sebenarnya atau aktual seperti dibawah ini (Heywood, 1999 dalam
Mario, 2015) :
19
maka sifat campurannya dikatakan kurus. Campuran yang terlalu gemuk maupun
(HC) yang tak terbakar pada gas buangnya. Karbonmonoksida dihasilkan jika
karbon yang terdapat dalam bensin (C8H18) tidak terbakar dengan sempurna
dari campuran stokiometri. Pada rasio udara bahan bakar gemuk tidak cukup
oksigen untuk bereaksi dengan semua hidrogen dan karbon, maka emisi CO
terdapat dalam gas buang berbentuk bensin yang tidak terbakar dan hidrokarbon
yang hanya sebagian bereaksi dengan oksigen, jika campuran udara-bahan bakar
didekat dinding silinder antara torak dan silinder tidak terbakar sempurna. Hal ini
terjadi jika motor baru dihidupkan pada putaran idle (Kristanto, 2001). Zat-zat
pencemar udara dari hasil pembakaran dalam gas buang atara lain:
20
sebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar
solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio
kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang
bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar
berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena
monoksida (CO) dari motor pembakaran dalam dikendalikan terutama oleh rasio
campuran gemuk seperti ketika motor mulai dihidupkan pada kondisi dingin atau
2. Hidrokarbon (HC)
Bensin adalah senyawa hidrokarbon, jadi setiap HC yang didapat di gas buang
adalah karbondioksida (CO2) dan air (H2O). (Efendri 2013). Hidrokarbon (HC)
merupakan gas yang tidak begitu merugikan manusia, akan tetapi merupakan
terdapat pada gas buang berbentuk gasoline yang tidak terbakar. Hidrokarbon
terdapat pada proses penguapan bahan bakar pada tangki, karburator, serta
kebocoran gas yang melalui celah antara silinder dan torak yang masuk ke dalam
poros engkol yang biasa disebut blow by gases (gas lalu). (Kusuma, 2002).
bakarnya, geometri ruang bakar dan parameter operasi motor. Jika emisi HC
3. Karbondioksida (CO2)
ruang bakar. Semakin tinggi maka semakin baik. Saat AFR berada di angka
ideal, emisi CO2 berkisar antara 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus
atau terlalu kaya, maka emisi CO2 akan turun secara drastis. Apabila CO2 berada
dibawah 12%, maka dilihat emisi lainnya yang menunjukkan apakah AFR terlalu
kaya atau terlalu kurus. Perlu diingat bahwa sumber dari CO2 ini hanya ruang
bakar. Apabila CO2 terlalu rendah tapi CO dan HC normal, menunjukkan adanya
22
pembakarannya dan semakin bagus akselerasinya. Semakin rendah kadar CO2 ini
menandakan kerak diblok mesin sudah pekat dan harus di overhoul engine.
(Efendri, 2013).
Senyawa NOX adalah ikatan kimia antara unsur x nitrogen dan oksigen. Dalam
kondisi normal atmosphere, nitrogen adalah gas inert yang amat stabil yang tidak
akan berikatan dengan unsur lain. Tetapi dalam kondisi suhu tinggi dan tekanan
tinggi dalam ruang bakar, nitrogen akan memecah ikatannya dan berikatan
dengan oksigen. Senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepas ke udara
bebas, akan berikatan dengan oksigen untuk membentuk NO2. Inilah yang amat
berbahaya karena senyawa ini amat beracun dan bila terkena air akan membentuk
asam nitrat. Gas NOx dapat menyebabkan sesak napas pada penderita asma,
kabut atau asap. NOx adalah gas yang tidak berwarna tidak berbau, tidak
memiliki rasa. Gas ini dapat juga merusak jaringan paru-paru dan jika bersama
H2O akan membentuk nitric acid (HNO3) yang pada gilirannya dapat
menimbulkan hujan asam yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Gas NOx
2002).
23
E. Saringan Udara
Filter udara berfungsi sebagai penyaring dan pembuang debu dari udara yang
masuk dan mengalirkan udara yang bersih ke mesin. Filter udara sangat
diperlukan terlebih lagi dalam kondisi yang udaranya banyak mengandung debu
dan pasir, misalnya di tempat pekerjaan batu dan pertambangan atau dijalan raya
yang padat lalu lintas. Udara perlu disaring agar bebas dari debu, kotoran, atau
uap air yang berlebihan. Dengan bercampurnya udara dengan bahan bakar, maka
kedua zat ini berubah menjadi gas dan seterusnya menuju ke ruangan silinder.
Fungsi utama adalah sebagai penyaring udara kotor, akan tetapi di balik fungsi
ini sangat berperan penting terhadap umur dan keawetan dari mesin, serta juga
sebagai salah satu faktor penambah tenaga. Selain berfungsi sebagai penyaring,
filter udara ini juga berfungsi menghilangkan suara desis udara yang masuk
Dimensi dan bentuk dari filter udara ini juga beraneka ragam disesuaikan dengan
fungsi dan kebutuhan dari kendaraan. Berbeda kendaraan standar berbeda pula
dengan kendaraan racing dimana konsumsi bahan bakar juga lebih banyak untuk
suplai udara lebih banyak dan cepat. Jenis khusus untuk racing biasanya
diproduksi oleh perusahaan Automobile yang secara struktur filter udara lebih
ringan dan mempunyai daya hisap penghambat tidak begitu erat tetapi tetap
menghasilkan udara masuk yang bersih. (Ekatnadi, 2010 dalam Mario 2015).
24
Prestasi mesin bisa diketahui dengan membaca dan menganalisis parameter yang
ditulis dalam sebuah laporan atau media lain, yang berfungsi untuk mengetahui
daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik, tekanan efektif rata-rata, dan efisiensi
dari mesin tersebut. Parameter itulah yang menjadi pedoman praktis prestasi
sebuah mesin.
Secara umum daya berbanding lurus dengan luas piston sedang torsi berbanding
lurus dengan volume langkah. Parameter tersebut relatif penting digunakan pada
mesin yang berkemampuan kerja dengan variasi kecepatan operasi dan tingkat
yang bisa dihasilkan oleh suatu mesin. Adapun torsi poros pada kecepatan
bahan bakar yang tinggi kedalam mesin pada kecepatan tersebut. Sementara
suatu mesin dioperasikan pada waktu yang cukup lama, maka konsumsi bahan
bakar serta efisiensi mesinnya menjadi suatu hal yang dirasa sangat penting.
(Wijaya, 2013).
Prestasi mesin juga biasanya dinyatakan dengan efisiensi thermal, th. Karena
panas / kalor, maka efisiensi yang dikaji adalah efisiensi thermal. Efisiensi
thermal adalah perbandingan energi (kerja / daya) yang berguna dengan energi
yang diberikan. Prestasi mesin dapat juga dinyatakan dengan daya output dan
pemakaian bahan bakar spesifik engkol yang dihasilkan mesin. Daya output
engkol menunjukkan daya output yang berguna untuk menggerakan sesuatu atau
seberapa efisien suatu mesin menggunakan bahan bakar yang disuplai untuk
4. Putaran mesin, putaran mesin pada kondisi idle dapat menggambarkan normal
5. Emisi gas buang, motor dalam kondisi statis bisa dilihat emisi gas buangnya
G. Fly ash
Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara yang berbentuk partikel
halus amorf dan abu tersebut merupakan bahan anorganik yang terbentuk dari
proses pembakaran batubara pada unit pembangkit uap (boiler) akan terbentuk
dua jenis abu yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Komposisi
abu batubara yang dihasilkan terdiri dari 10-20 % abu dasar, sedang sisanya
sekitar 80-90 % berupa abu terbang (Munir, 2008). Abu batubara sebagai limbah
tidak seperti gas hasil pembakaran, karena merupakan bahan padat yang tidak
mudah larut dan tidak mudah menguap sehingga akan lebih merepotkan dalam
penanganannya.
27
Apabila jumlahnya banyak dan tidak ditangani dengan baik, maka abu batubara
tersebut dapat mengotori lingkungan terutama yang disebabkan oleh abu yang
beterbangan di udara dan dapat terhisap oleh manusia dan hewan juga dapat
yang biasanya terkonsentrasi pada fraksi butiran yang sangat halus (0,5 – 10 µm).
Pencemaran udara dari butiran fly ash tersebut dapat menyebabkan saluran
Komponen utama dari abu terbang batubara yang berasal dari pembangkit
listrik adalah silika (SiO2), alumina, (Al2O3), besi oksida (Fe2O3), kalsium
belerang dalam jumlah yang sedikit. Rumus empiris abu terbang batubara
ialah:
Si1.0Al0.45Ca0.51Na0.047Fe0.039Mg0.020K0.013Ti0.011.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly ash
fly ash dari PLTU merupakan partikel sangat halus, material serbuk,
28
kecoklatan dengan densitas curah 800 kg/m3. Ukuran fly ash dari PLTU
paling kecil adalah 11 – 25 µm dan yang kasar bervariasi antara 40 – 150 µm.
Adapun komposisi kimia dan klasifikasinya seperti dapat dilihat pada Tabel.
silika dan alumina aktif karena sudah melalui proses pembakaran pada suhu
tinggi. Bersifat aktif yaitu dapat bereaksi dengan komponen lain dalam
kompositnya untuk membentuk material baru (mulite) yang tahan suhu tinggi.
Ignition Method (LOI), yaitu suatu keadaan hilangnya potensi nyala dari abu
terbang batubara. Abu terbang batubara terdiri dari butiran halus yang
umumnya berbentuk bola padat atau berongga. Ukuran partikel abu terbang
29
hasil pembakaran batubara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Kerapatan
abu terbang berkisar antara 2100 sampai 3000 kg/m3 dan luas area spesifiknya
1000 m2/kg, sedangkan ukuran partikel rata-rata abu terbang batubara jenis
jenis (specific gravity ) 2,2 – 2,4 dan bentuk partikel mostly spherical , yaitu
Abu batubara berasal dari penggunaan batubara sebagai bahan bakar diboiler
baik yang digunakan untuk PLTU maupun untuk industri. Sebagian besar
batubara digunakan sebagai sumber energi atau bahan bakar untuk boiler
pemanas untuk industri seperti industri tekstil dan sebagai media penggerak
adalah stoker coal furnace (chain grate boiler), pulverized coal furnace, dan
(BPLHD Jawa Barat, 2008). Boiler tungku jenis fluidized-bed furnace dan
di PLTU sedangkan boiler tungku jenis stoker coal furnace (chain grate
dibakar dalam suatu unggun bahan bakar (fuel bed) di atas suatu kisi
dengan tungku jenis ini mencapai suhu sekitar 600oC. Kebanyakan abu
sebagai abu dasar (bottom ash) sekitar 80%, sedangkan butiran partikel
abu batubara yang lebih kecil ikut terbawa aliran gas pembakaran (flue
gas) dan dipisahkan dengan penangkap abu sebagai abu terbang (fly
LOI (loss on ignition) tinggi dan ditandai dengan warna abu batubara
yang kehitaman.
31
adalah bottom ash yang jatuh ke dalam hopper di dasar tungku. Fly
ash diperoleh dari pemisahan abu di gas buang melalui cyclon, bag
batubara. Ciri khas dari tipe tungku ini adalah batubara dicampur
(Soeswanto, 2011).
32
Abu terbang batubara umumnya dibuang di ash lagoon atau ditumpuk begitu
ini abu terbang batubara banyak digunakan dalam pabrik semen sebagai salah
satu bahan campuran pembuat beton. Selain itu, sebenarnya abu terbang
Abu batubara PLTU dengan boiler tungku jenis pulverized khususnya fly ash
bisa dijual dengan harga sekitar Rp 60.000/ton abu. Sementara itu, abu
33
batubara dari industri yang menggunakan boiler tungku jenis chain grate
H. Zeolit
silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium dan barium. Secara umum, zeolit
memiliki melekular sruktur yang unik, dimana atom silikon dikelilingi oleh 4
atom oksigen sehingga membentuk semacam jaringan dengan pola yang teratur.
ini hanya memiliki muatan 3+, sedangkan silicon sendiri memiliki muatan 4+.
memiliki muatan negatif. Muatan negatif inilah yang menebabkan zeolit mampu
mengikat kation.
sebagai oksida SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O dan Fe2O3. Akan tetapi di
alam tergantung pada komponen bahan induk dan keadaan lingkungannya, maka
34
perbandingan Si/Al dapat bervariasi, dan juga unsur Na, Al, Si, sebahagian dapat
Parameter kimia yang penting dari zeolit adalah perbandingan Si/Al, yang
monovalen dan divalen, serta molekul air yang terdapat didalam saluran kristal.
ketahanan zeolit terhadap asam atau pemanasan. Ikatan ion Al-Si-O adalah
pembentuk struktur kristal sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah
pori atau volume ruang kosong yang terbentuk bila unit sel kristal tersebut
zeolit yang telah diketahui. Dari jumlah tersebut, hanya 20 jenis saja yang
Nama dan rumus kimia mineral zeolit yang terdapat dalam piroklastik (tufa)
8 Yugawaralit Ca(Al2Si4O12).6H2O
9 Pillipsit (Na,K)10(Al10Si22O64).20H2O
10 Epistilbit (Ca,Na2)3(Al6Si18O48).16H2O
11 Gismondin (Na,Ca2,K2)4(Al8,Si8O48).16H2O
12 Connardit (Na2Ca)(Al4Si6O20).5H2O
13 Harmotom (Ba,Na2)2(Al4Si12O32).12H2O
14 Natrolit Na4(Al4Si6O20).4H2O
15 Scolecit Ca2(Al4Si6O20).6H2O
I. Molaritas
atau kepekatan suatu larutan. Dalam hal ini, molaritas suatu larutan menyatakan
jumlah mol zat yang terlarut dalam tiap liter larutan tersebut. Secara matematis,
M= n/v
Keterangan:
J. Tepung Tapioka
Tapioka adalah pati dengan bahan baku singkong dan merupakan salah satu
bahan untuk keperluan industri makanan, farmasi, tekstil, perekat, penelitian, dan
sebagainya. Tapioka memiliki sifat-sifat fisik yang serupa dengan pati sagu,
untuk membuat makanan dan bahan perekat. Menurut Wikipedia Indonesia, pati
tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi
pada, perekat harus memiliki daya rekat yang baik, perekat harus mudah didapat
dalam jumlah banyak dan harganya murah, dan perekat tidak boleh beracun dan
pembentukan briket arang dengan tepung tapioka sebagai bahan perekat akan
sedikit menurunkan nilai kalornya bila dibandingkan dengan nilai kalor kayu
dalam bentuk aslinya dan penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit
dibandingkan dengan bahan lainnya. Perekat tepung tapioka dalam bentuk cair
kerapatan, keteguhan tekan, kadar abu, dan zat mudah menguap, tapi akan lebih
tinggi dalam hal kadar air, karbon terikat dan nilai kalornya apabila dibandingkan
Perekat tepung tapioka umum digunakan sebagai bahan perekat pada pelet fly
ash karena banyak terdapat di pasaran, harganya relatif murah, dan cara
aquades, lalu didihkan. Selama pemanasan tepung diaduk terus agar tidak
menggumpal. Warna tepung yang putih akan berubah menjadi transparan setelah
37
campuran tapioka dan aquades yang telah berbentuk lem tersebut ke wadah yang
telah berisi fly ash. Campuran tersebut diaduk hingga merata sampai terjadi
sama rata. Setelah merata bisa dilakukan pencetakan pelet fly ash dengan ukuran
yang diinginkan.
Partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan pelet fly ash
tepung tapioka sebagai bahan perekat pada penelitian ini akan menghasilkan
pelet fly ash yang nilainya rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan, kadar
abu dan zat mudah menguap, tetapi akan lebih tinggi dalam hal kadar air, kadar
karbon dan nilai kalor. Penggunaan perekat tepung tapioka memiliki keuntungan
antara lain menghasilkan kekuatan rekat kering yang tinggi. Namun perekat ini
memiliki kelemahan, antara lain ketahanan terhadap air rendah, mudah diserang
1. Alat penelitian
a. Sepeda motor.
Dalam penelitian ini, mesin yang digunakan untuk pengujian adalah motor
Diameter silinder : 62 mm
b. Stopwatch
Gambar 5. Stopwatch
40
saat pengujian.
e. Cetakan
Cetakan digunakan sebagai alat untuk mencetak hasil campuran fly ash,
(10mm).
Gambar 8. Cetakan
Dalam penelitian ini tidak menggunakan tangki yang ada pada sepeda
motor, tangki bahan bakar buatan digunakan sebagai wadah bahan bakar
botol susu bayi. Sehingga pada saat pengujian tidak lebih mudah dalam
g. Oven
Dalam penelitian ini oven digunakan untuk mengeringkan fly ash yang
telah dicuci dengan air rendaman zeolit dan mengaktivasi fisik fly ash
h. Timbangan digital
aktivasi kimia.
i. Kompor Listrik
j. Bor Tangan
Digunakan untuk mencampur fly ash dengan larutan H2SO4 dan fly ash
sempurna.
k. Kawat Strimin
Kawat strimin ini digunakan sebagai tempat meletakkan fly ash pelet yang
penelitian ini.
Ayakan digunakan untuk menyaring fly ash menjadi lebih halus dan
seragam dengan ukuran 100 mesh.
2. Bahan penelitian
Fly ash
Pada penelitian ini bahan yg digunakan salah satuya adalah Fly ash,
untuk Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU
Tarahan yang mengandung komposisi kimia SiO2, Al2O3, MgO, CaO dan
Fe2O3.
Air
Air ini dipakai untuk mencampur fly ash agar mudah dibentuk menjadi
fly ash pelet. Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis air, yaitu air biasa
Tepung Tapioka
Larutan H2SO4
Larutan H2SO4 ini digunakan untuk mengaktivasi fly ash secara kimia
larutan H2SO4 (1 : 1)
Larutan HCl
Larutan HCl ini digunakan untuk mengaktifasi fly ash secara kimia pada
HCl (1 : 1)
46
B. Persiapan Penelitian
Fly ash diayak dengan ukuran 100 mesh yang bertujuan untuk menyaring
partikel yang lebih besar agar tidak tercampur dengan yang lebih kecil
partikel fly ash maka akan semakin kuat daya rekatnya (Rilham, 2012
dalam Mario, 2015). Pada penelitian ini menggunakan pelet fly ash seberat
64 gram.
Pada proses ini, diberikan perlakuan perendaman zeolit pada air sumur
mineral yang terdapat dalam air sehingga kadar H2O meningkat. Sebelum
direndam zeolite dicuci hingga bersih dengan air sumur biasa hingga air
sisa cucian zeolit tersebut bersih atau tidak keruh lagi. Kemudian zeolit
perbandingan 20% zeolit : 80% air selama 12 jam. Setelah itu dilakukan
Untuk pelet fly ash yang diaktivasi kimia akan menggunakan 3 variasi
senyawa H2SO4 untuk mendapatkan nilai gram H2SO4 per satuan liter.
Jumlah mol zat terlarut dapat dihitung dengan cara nilai molaritas dikali
= 0,5 x 98
= 0,75 x 98
= 1 x 98
dalam teko ukur dan dimasukan air aquades sampai batas 500 ml. Setelah
itu larutan tersebut diaduk sampai rata, kemudian tuang ke dalam wadah
penyimpanan berupa botol air mineral. Setelah itu tuang lagi air aquades
ke dalam teko ukur sampai batas 500 ml dan tuang kembali ke dalam
botol air mineral tersebut, maka didapatlah larutan H2SO4 0,5 mol per liter
larutan. Langkah yang sama juga untuk membuat larutan 0,75 mol dan 1
mol.
Pada pelet fly ash yang diaktivasi kimia HCl akan menggunakan variasi
normalitas yang sama dengan pelet fly ash H2SO4 yaitu 0,5M; 0,75M; 1M
dan 3 variasi massa yang sama yaitu 25 gram, 20 gram, 15 gram. Langkah
pembuatanya sama dengan pembuatan pelet fly ash aktivasi H2SO4 dengan
mendapatkan nilai gram HCl per satuan liter. Jumlah mol zat terlarut dapat
dihitung dengan cara nilai molaritas dikali massa relatif HCl. Berikut ini
perhitunganya :
= 0,5 x (1 +35)
= 0,75 x (1 +35)
= 1 x (1 +35)
HCl, maka langkah pertama adalah mengukur berat HCl 49 gram dengan
dan dimasukan air aquades sampai batas 500 ml. Setelah itu larutan
penyimpanan berupa botol air mineral. Setelah itu tuang lagi air aquades
ke dalam teko ukur sampai batas 500 ml dan tuang kembali ke dalam
botol air mineral tersebut, maka didapatlah larutan HCl 0,5 mol per liter
larutan. Langkah yang sama juga untuk membuat larutan 0,75 mol dan 0,5
Gambar 18. Pembuatan Larutan Pelet Fly Ash Aktivasi HCl dan H2SO4
pada pembuatan pelet fly ash dapat dilakukan Setelah larutan dibuat, fly
ash - larutan H2SO4 1:1 (1 gram fly ash berbanding 1 ml larutan H2SO4).
Dalam proses ini larutan kimia H2SO4 dan fly ash dicampur dan kemudian
keduanya merata. Cara yang sama dilakukan dalam pembuatan pelet fly
51
ash aktivasi kimia HCl, fly ash dicampurkan dengan larutan tersebut
dengan perbandingan rasio fly ash - larutan HCl 1:1 (1 gram fly ash
berbanding 1 ml larutan HCl). Dalam proses ini larutan kimia H2SO4 dan
fly ash dicampur dan kemudian diaduk menggunakan bor tangan selama
60 menit agar pencampuran keduanya merata. Fly ash yang telah selesai
granular atau air aquades hingga air cucian fly ash mendekati 7 ketika
hingga fly ash kering. Fly ash yang telah dikeringkan kemudian diayak
menjadi pelet. Pelet fly ash diletakan dikawat strimin dengan variasi massa
yang telah ditentukan dan dibentuk sesuai dengan filter motor internal
keran untuk menutup laju aliran bensin dari tangki, kemudian membuat
tangki bahan bakar buatan dari botol susu bayi sehingga dapat lebih
sepeda motor diservis rutin dalam rentang waktu tertentu untuk menjaga
C. Prosedur Pengujian
a. Pengujian Berjalan
(60 km/jam) dengan jarak 5 km. Persiapan yang perlu dilakukan adalah
tangki bahan bakar buatan yang tebuat dari botol susu berkapasitas 240
frame filter fly ash. Jarak tempuh dapat diukur pada odometer. Bensin
yang tersisa langsung terbaca pada skala yang ada pada botol, kemudian
ash internal yang menggunakan pelet fly ash dengan variasi normalitas
Hemat
1
H2SO4 2
0.5 M 3
4
Massa 15 Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,75 M 3
5
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,75 M 3
6
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,75 M 3
7
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
1M 3
8
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
1M 3
9
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
10 H2SO4 2
1M 3
55
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
internal dan mengunakan filter pelet fly ash internal. Setelah semua
tabel 2.
1
Tanpa Filter
2
1
Internal 3
Rata-rata
1
H2SO4 2
0,5 M 3
2
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
3 H2SO4 2
0,5 M 3
56
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
0,5 M 3
4
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
0,75 M 3
5
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
0,75 M 3
6
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
0,75 M 3
7
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
1M 3
8 Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
1
H2SO4 2
1M 3
9
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
57
1
H2SO4 2
1M 3
10
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Selisih waktu
b. Pengujian stasioner
Uji Konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 1000 rpm, 3000 rpm, dan
5000 rpm. Pengujian ini dilakukan untuk melihat konsumsi bahan bakar
internal dan dengan filter fly ash internal yang dibuat dengan dua variasi
putaran mesin yang dipakai dalam pengujian. Putaran mesin yang dipakai
Pengujian dimulai dengan mengisi bahan bakar pada tangki buatan yang
mana bahan bakar tersebut telah diukur terlebih dahulu melalui skala yang
ada pada tangki buatan. Selanjutnya pelet fly ash diletakkan pada saringan
bahan bakar yang terisi dalam tangki buatan tersebut dapat dihitung.
58
Format pencatatan data mengenai konsumsi bahan bakar dapat dilihat pada
Tabel 3. Data konsumsi bahan bakar untuk pengujian variasi massa dan
putaran 1000 rpm, 3000 rpm, dan 5000 rpm.
Rpm
Variasi Filter Pengujian Rpm 1000 Rpm 3000
5000
Konsumsi
No. Internal Ke Konsumsi BB Konsumsi BB
BB
(ml) (ml) (ml)
1
Tanpa Filter
2
1
Internal 3
Rata-rata
1
H2SO4 2
0,5 M 3
2
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,5 M 3
3
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,5 M 3
4
Massa 15 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
0,75 M 3
5
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
6 1
59
H2SO4 2
0,75 M 3
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
2
3
H2SO4
0,75 M Rata-rata
7
Massa 15 gr Efisiensi (%)
Hemat
1
2
H2SO4
1M 3
8
Massa 25 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4 2
1M 3
9
Massa 20 gr Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
1
H2SO4
1M 2
10 Massa 15 gr 3
Rata-rata
Efisiensi (%)
Hemat
filter fly ash terbaik yaitu dengan cara menganalisa data yang telah didapat
60
filter fly ash internal terbaik akan diuji emisi gas buangnya.
Uji emisi gas buang ini akan dilakukan di Bengkel Daihatsu cabang
mesin 1500 dan 3500 rpm. Pengujian ini dilakukan dengan cara
menggunakan satu bentuk filter fly ash internal terbaik saja. Pengujian emisi
berikut:
a. Pemanasan Mesin
d. Mesin dalam keadaan hidup dengan kondisi idle 1500 rpm dan probe
e. Nilai yang terbaca pada fuel gas analyzer diprint out atau dicatat untuk
internal.
filter fly ash H2SO4 dan HCl internal terbaik dengan pengulangan
D. Lokasi Pengujian
Jalan dipilih berdasarkan tingkat kemacetan lalu lintas serta situasi dan
Kampung Baru. Sedangkan untuk uji emisi dilakukan di balai riset dan
62
Rajabasa.
E. Analisa Data
menggunakan filter internal fly ash dengan saat menggunakan filter internal
fly ash H2SO4 fisik dan HCl fisik sehingga diperoleh pengaruh dari variasi
Mulai
A
64
Data
Data
Penulisan Laporan
Selesai
A. Simpulan
1. Semua jenis variasi filter fly ash teraktivasi H2SO4 fisik dan HCl fisik yang
dan stasioner.
sebesar 92,667 (hemat 17, 333 ml) dibandingkan dengan kondisi normal
3. Pada pengujian stasioner dengan variasi 1000, 3000 dan 5000 rpm, secara
saat penggunaan filter fly ash teraktivasi HCl fisik dengan normalitas 1 M
tinggi diperoleh pada saat penggunaan filter fly ash aktivasi HCl fisik
fly ash internal, yaitu sebesar 0,8 % pada putaran 1500 Rpm. Sedangkan
pada HC hasil terbaik terjadi pada filter teraktivasi H2SO4 fisik pada
B. Saran
Efendri, Denfi. 2013. Pengaruh Variasi Komposisi, Jenis Air, Dan Kondisi
Aktivasi Dari Adsorben Fly Ash Batu Bara Terhadap Prestasi Mesin Dan
Emisi Gas Buang Sepeda Motor Karburator 4-Langkah. Skripsi. Jurusan
Teknik Mesin - Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Kusuma, I Gusti B.W. 2002. Alat Penurun Emisi Gas Buang Pada Motor, Mobil,
Motor Tempel Dan Mesin Pembakaran Tak Bergerak. Skripsi. Jurusan
Teknik Mesin - Universitas Udayana: Jimbaran Bali.
Lubis. H.A. 2011. Chapter II. Diakses pada tanggal 30 November 2014 melalui
(http://repositor.usu.ac.id/bitstream/123456789/28807/4/Chapter%20II.pdf).
Mario. 2015. Pengaruh Aktivasi NaOH-Fisik pada Adsorben Batu Bara Dengan
Variasi Massa Dan Normalitas Terhadap Prestasi Mesin Dan Emisi Gas
Buang Sepeda Motor Bensin 4 – Langkah.Skripsi. Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung.
Munir, Misbachul. 2008. Pemanfaatan Abu Batu Bara (Fly Ash) untuk Hollow
Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan. Tesis. Program Studi
Ilmu Lingkungan - Universitas Diponegoro: Semarang.
Salaeh, Asri. 2013. Efisiensi Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Nilai
Kalor Pembakaran Pada Biobriket Batang Jagung. Jurnal. Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi -UIN Alaudin: Makasar.
Sinaga, GP. 2011. Chapter II. Diakses pada tanggal 30 November 2014 melalui
(http://repository.usu.ac.id/bitstrea/123456789/22292/4/Chapter%20II.pdf).
Wijaya. S.A. 2013. Bab II. Diakses pada tanggal 30 November 2014 melalui
(http://eprints.undip.ac.id/41619/3/BAB_II.pdf).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_bensin).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Motor_bakar_diesel).