Darimi
Darimi
Darimi
lelsyahril44@gmail.com
Abstract
Background and Purpose: Air pollution will make the city environment unhealthy and can interfere
with human health, therefore air pollution must be strived so as not to increase. One way to reduce
air pollution in urban areas is to reduce greenhouse gas emissions and build Green Open Space
(RTH). Therefore the purpose of this study is to calculate the exhaust emissions of motor vehicles
in the city of Pekanbaru based on the distance traveled and the fuel used. Materials and Methods:
Air pollution at a certain level can be a combination of one or more pollutants, either in the form of
solids, liquids or incoming gases dispersed into the air and then spread to the surrounding
environment. Further analysis in this study is to analyze environmental factors related to
community environmental health and research methods is a quantitative method that is true-
experiment, the equation used is the emission load equation of the exhaust gas. Result: Some
compounds produced from complete combustion such as non-toxic CO2, have recently become a
concern of people. CO2 compounds are actually naturally occurring components in the air.
Therefore CO2 previously did not keep the order of air pollution which is more than normal
attention due to excessive use of fuel every year, so that in this study shows an increase in CO2 with
increasing number of vehicles and mileage. Conclusion: Exhaust emissions are strongly influenced
by the distance traveled and the number of vehicles, but there are other factors associated with
increased gas emissions, namely congestion, so that technological advances in reducing the rate of
increase in exhaust emissions are no longer functioning. Other factors that need to be taken into
consideration are the number of vehicles, vehicle age, vehicle maintenance, vehicle speed, type of
fuel, amount of fuel, and engine capacity that can affect vehicle exhaust emissions on the
intersection of the morning market.
PENDAHULUAN
Transportasi secara umum diartikan sebagai perpindahan barang atau orang dari
satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang
digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Transportasi
merupakan sumber utama dari pencemaran udara di pusat perkotaan. Kegiatan transportasi
menyumbangkan kira-kira 45%, 50% dan 90% dari NOx, total HC dan emisi CO.
Meskipun perkembangan teknologi terbaru secara signifikan dapat mengurangi jumlah
emisi, namum tingkat kenaikan dari jumlah kendaraan bermotor yang cukup tinggi dan
jauhnya jarak perjalanan membuat hal tersebut tidak berguna lagi. Pencemaran udara
pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan kombinasi dari satu atau lebih bahan
pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan
kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini akan
tergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat (Prawiro, 1988).
Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan emisi
kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan
dampak negative, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti
timbal/timah hitam (Pb) Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal
(Sugiarti, 2009). Dampak yang ditimbulkan pencemaran udara ternyata sangat
merugikan manusia sebagai makhluk omnivora yang sangat tergantung pada jalur
makanan tetapi berada pula dalam daur pencemaran tersebut. Berbagai jenis penyakit
yang dapat ditimbulkan pada manusia dari pencemar udara di atas seperti; infeksi
saluran pernafasan atas, paru-paru jadi rusak, hipertensi, jantung, kanker dan lain
sebagainya (Sugiarti, 2009).
Pengontrolan emisi yang dilakukan untuk mereduksi gas buang yang berbahaya
pada kendaraan bermotor sudah banyak dilakukan, terutama di negara-negara maju.
Metode dan teknik yang dilakukan ada beberapa macam, antara lain dengan jalan
melakukan pemilihan bahan bakar, pemilihan proses dan perawatan mesin. Sedangkan
untuk mereduksi gas buang kendaraan bermotor, metode yang biasanya dipakai adalah
modifikasi mesin, modifikasi pada saluran gas buang, modifikasi penggunaan bahan
bakar atau sIstem bahan bakarnya (Irawan, 2008).
Gambar 1. Lokasi Simpang Pasar Pagi Arengka (Sumber : Foto Drone Desember 2017)
HASIL
Perhitungan Beban Emisi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jarak Tempuh dan
Jenis Bahan Bakar
Setelah didapat data volume kendaraan per tahun, data panjang perjalanan serta faktor
emisi berdasarkan kategori kendaraan dilakukan perhitungan beban emisi kendaraan. Contoh
perhitungan beban emisi untuk polutan jenis CO dapat dilihat dibawah ini: CO mobil
penumpang kendaraan berbahan bakar solar (ton/tahun) :
= Volume Kendaraan x VKT x FE x 10-6
= 29862 kend/tahun x 0,2193 km x 2,8 g/km x 10-6 = 0,0183 ton/tahun
Cara perhitungan beban emisi kendaraan untuk jenis polutan HC, NOx, PM10, dan SO2
hampir sama dengan cara perhitungan beban emisi untuk jenis polutan CO, hanya saja
pada faktor emisi (FE) bahan pencemar berbeda sesuai dengan Tabel 1. Sedangkan cara
perhitungan yang berbeda berlaku untuk jenis polutan CO2 karena berkaitan dengan konsumsi bahan
bakar kendaraan. Dalam penelitian ini sebagai contoh adalah perhitungan pada CO2.
Data yang diperlukan antara lain :
1. Data konsumsi rata - rata bahan bakar kendaraan dalam kota.
Konsumsi bahan bakar mobil penumpang kendaraan berbahan bakar solar rata - rata dalam
kota sebesar 9 km/liter, konsumsi bahan bakar mobil penumpang kendaraan berbahan
bakar bensin rata - rata dalam kota sebesar 10 km/liter dan konsumsi bahan bakar sepeda motor
rata - rata dalam kota sebesar 48 km/liter.
2. Berat jenis solar sebesar 0,82 kg/liter dan berat jenis premium sebesar 0,76 kg/liter.
3. Panjang perjalanan di Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru yaitu 0,2193km.
Maka besarnya beban emisi CO2 mobil penumpang kendaraan berbahan bakar bensin sebesar :
= 29862 kend/tahun x 0,2193 km x 52,79 gram x 10-6 = 0,3457 ton/tahun
Gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya
seperti nitrogen, karbondioksida dan uap air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa
lain dengan jumlah gas buang yang cukup besar yang dapat membahayakan kesehatan
maupun lingkungan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahan pencemar
yang terutama terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida
(CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx),
dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Kadar partikulat debu juga dapat meningkat
oleh karena lalu lintas kendaraan bermotor. Dalam hal ini, partikulat berasal dari
permukaan jalan, komponen ban dan rem. Setelah berada di udara, beberapa senyawa yang
terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor dapat berubah karena terjadinya suatu
reaksi, misalnya dengan sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-senyawa
tersebut satu sama lain.
Proses reaksi tersebut ada yang berlangsung cepat dan terjadi saat itu juga
dilingkungan jalan raya, dan ada pula yang berlangsung dengan lambat. Reaksi kimia di
atmosfer kadangkala berlangsung dalam suatu rantai reaksi yang panjang dan rumit, dan
menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif atau lebih lemah dibandingkan senyawa
aslinya. Sebagai contoh, adanya reaksi di udara yang mengubah nitrogen monoksida (NO)
yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor menjadi nitrogen dioksida (NO2)
yang lebih reaktif, dan reaksi kimia antara berbagai oksida nitrogen dengan senyawa
hidrokarbon yang menghasilkan ozon dan oksida lain, yang dapat menyebabkan asap awan
fotokimi (photochemical smog). Pembentukan smog ini kadang tidak terjadi di tempat asal
sumber (kota), tetapi dapat terbentuk dipinggiran kota. Jarak pembentukan smog ini
tergantung pada kondisi reaksi dan kecepatan angin. Bersdasarkan uraian tersebut maka perlu
dilakukan perhitungan nilai pridiksi emisi gas buang kendaraan bermotor atau lebih dikenal dengan
istilah Beban Emsi.
Tabel 3 memperlihatkan besar beban emisi yang dihasilkan berdasarkan jenis kendaraan dan variasi
bahan bakar yang digunakan, namun data ini meruapakan salah satu dari enam jenis polutan yang menjadi
fokus perhitungan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan tidak semua senyawa yang terkandung di
dalam gas buang kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain
manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang
tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya
merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2
dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari
normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Beban Emisi (E) Pada Kendaran Bermotor Kota Pekanbaru.
N0 Jenis Jenis Faktor Emisi Bahan Beban Emisi
Kendaraan Polutan (g/kg BBM) Bakar (ton/tahun)
1. Mobil Penumpang CO2 3172 Solar 0,0225
2. Mobil Penumpang CO2 3180 Bensin 0,3457
3. Sepeda Motor CO2 3180 Bensin 0,0728
Sumber : Data Peneliti 2018
PEMBAHASAN
Analisis Beban Emisi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jarak Tempuh dan Jenis
Bahan Bakar
Pengaruh CO2 terhadap efek rumah kaca, dimana CO2 diatmosfer dapat menyerap
energi panas dan menghalangi jalanya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan
yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata di permukaan
bumi dan dapat mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya
gununggunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai sirklus alamiah. Menurut
Guoxiang (2012) gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, nitrogen oksida, metana, dan
ozon, berperan penting dalam menyeimbangkan suhu permukaan bumi dengan menyerap
dan memancarkan radiasi dalam rentang inframerah termal dari sumbernya. Namun,
dengan pembakaran bahan bakar fosil yang sangat besar dari revolusi industri, konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer telah sangat meningkat.
Selain itu, jika dilihat pengaruhnya pada manusia bahwa organ pernafasan
merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang
pertama berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang
berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan nitrogen,
partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada
saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor
dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan
bermotor dengan bahan bakar solar makin meningkat. Menurut studi epidemniologi, oksida
sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan
bahaya terhadap kesehatan.
Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan transportasi harus ditanggulangi karena
menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Emisi CO 2 dapat
ditanggulangi dengan berbagai upaya diantaranya teknologi Carbon Dioxide Capture and
Storage (CCS), penghematan energi, penggantian bahan bakar dengan jenis energi lain
serta pemanfaatan teknologi kendaraan hybrid (Boedoyo, 2008). Dampak yang
ditimbulkan pencemaran udara ternyata sangat merugikan manusia sebagai makhluk
omnivora yang sangat tergantung pada jalur makanan tetapi berada pula dalam daur
pencemaran tersebut. Berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia
dari pencemar udara di atas seperti; infeksi saluran pernafasan atas, paru-paru jadi
rusak, hipertensi, jantung, kanker dan lain sebagainya. Menurut Erin (2018), smber utama
sulfur dioksida atmosfer adalah aktivitas antropogenik terkait dengan pembakaran bahan
bakar fosil terutama pada kendaraan bermotor dan proses industri yang mungkin memiliki
asosiasi dengan berbagai morbiditas dan mortalitas.
KESIMPULAN
Emisi gas buang sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan jumlah kendaraan,
namun ada faktor lain yang terkait dengan peningkatan emisi gas yaitu kemacetan,
sehingga kemajuan teknologi dalam menekan laju peningkatan emisi gas buang menjadi
tidak berfungsi lagi. Adapun faktor lain yang perlu menjadi pertimbangan jumlah
kendaraan, umur kendaraan, perawatan kendaraan, kecepatan kendaraan, jenis bahan
bakar, jumlah bahan bakar, dan kapasitas mesin yang dapat mempengaruhi emisi gas
buang kendaraan di ruas jalan persimpangan arengka pasar pagi Kota Pekanbaru.
SIGNIFIKANSI
Hasil yang diperolah dari penelitian ini adalah emisi gas buang berdasarkan
panjang lintasan yang ditempuh oleh kendaraan bermotor bermacam tipe di Simpang
Arengka berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Boedoyo, M.S. 2008. Penerapan Teknologi untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah
Kaca. Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 9 No.1
Devianti. M, Rahayu. S, Syukur.S. 2015, Model Emisi Gas Buangan Kendaraan Bermotor
Akibat Aktivitas Transportasi (Studi Kasus: Terminal Pasar Bawah Ramayana
Koita Bandar Lampung), JRSDD, 3 (1) : 57 - 70 (ISSN:2303-0011)
Erin. L et al, 2018, Exposure Assessment of Ambient Sulfur Dioxide Downwind of an Oil
Refinery in Curaçao, Journal of Environmental Protection (9) :194-210.
Guoxiang. L, 2012. Greenhouse Gases – Emission, Measurement And Management
Published By Intech Janeza Trdine 9, 51000 Rijeka, Croatia.
Bagus R.M. 2008. Pengaruh Methanol Terhadap Pengurangan Emisi Gas Buang Carbon
Monoksida pada Kendaraan Motor Bensin. Jurnal Traksi. (6) No. 1.
Pemerintah Provinsi Riau Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang, 2017. Laporan
Survey Lalu Lintas, Jalan Arengka Review DED Fly Over Pasar Pagi PT. PLATO
ISOIKI, Pekanbaru.
Prawiro, Ruslan H. 1988. Ekologi Pencemaran Lingkungan, Satya Wacana, Semarang.
Sugiarti.2009. Gas Pencemar Udara Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia Air
Pollutan Gasses and The Influence of Human Healt. Jurnal Chemica Vol. 10 . 50-
58.
Tugaswati, Tri, 2007, Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Tesis. Jurusan Teknik Lingkungan. ITS. Surabaya.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 12 Th 2010, Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran
Udara Di Daerah.