4753 10361 2 PB PDF
4753 10361 2 PB PDF
4753 10361 2 PB PDF
Research article
Corresponding author:
Mariyam
mariyam@unimus.ac.id
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019
e-ISSN: 2615-1669
DOI:10.26714/mki.2.2.2019.19-24
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 68
METODE
Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 69
Tabel 2.
Gambaran pengetahuan perawat PICU/NICU, perinatologi RSUD Tugurejo dan RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro
Semarang tentang manajemen nyeri neonatus (n=50)
No Pertanyaan Benar Salah
n % n %
1 Manajemen nyeri tidak dapat dilakukan pada neonates 22 44,0 28 56,0
2 Anastesi topikal EMLA yang biasa digunakan efektif untuk 27 54,0 23 46,0
menurunkan nyeri pada neonatus.
3 Rasa nyeri pada neonatus tidak bisa diketahui dengan cara 20 40,0 30 60,0
apapun.
4 Neonatus belum bisa merasakan nyeri. 20 40,0 30 60,0
5 Jenis pengkajian nyeri untuk neonatus adalah NIPS. 32 64,0 18 36,0
6 Hanya orang dewasa yang dapat mengekspresikan nyeri. 20 40,0 30 60,0
7 Tindakan invasif dapat menyebabkan nyeri. 31 62,0 19 38,0
8 Intervensi nyeri yang tidak tuntas tidak akan mempengaruhi 17 34,0 33 66,0
sikap neonatus.
9 Pemberian sukrosa per oral efektif untuk menurunkan nyeri 19 38,0 31 62,0
pada neonatus.
10 Melakukan pengkajian nyeri sebelum melakukan intervensi 32 64,0 18 36,0
lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri pada neonatus.
11 Skala Wong wajah (Wong Baker Face Rating Scale) adalah 19 38,0 31 62,0
satu-satunya skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri
pada neonatus.
12 Manajemen nyeri dengan metode kanguru kurang efektif. 19 38,0 31 62,0
13 Neonatus akan mengalami perubahan tanda vital ketika 32 64,0 18 36,0
merasakan nyeri.
14 Skala penilaian nyeri yang berbeda penting untuk tingkat 30 60,0 20 40,0
perkembangan yang berbeda.
15 Manajemen nyeri yang dilakukan tidak membantu 20 40,0 30 60,0
mengurangi rasa nyeri.
16 Komplikasi dapat terjadi apabila nyeri tidak tertangani 30 60,0 20 40,0
dengan baik.
17 Pengkajian nyeri dilakukan berdasarkan QUEST 28 56,0 22 44,0
18 Manajemen nyeri menjadikan prioritas utama dalam 25 50,0 25 50,0
perawatan pasien neonatus.
19 Bila nyeri tidak tertangani dengan menajemen nyeri, maka 29 58,0 21 42,0
perlu dilakukan kolaborasi dengan medis.
20 skala nyeri yang penting untuk digunakan dalam 24 48,0 26 52,0
penilaian nyeri bayi prematur.
21 Sistem saraf pada bayi prematur cukup matang untuk dapat 20 40,0 30 60,0
merasakan nyeri.
22 Bayi prematur lebih sensitif untuk merasakan rasa sakit. 23 46,0 27 54,0
23 Anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkatan nyeri yang 30 60,0 20 40,0
berbeda.
Tabel 3.
Gambaran sikap perawat perawat PICU/NICU, perinatologi RSUD Tugurejo dan RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro
Semarang tentang manajemen nyeri neonatus (n=50)
Sangat
Tidak Sangat
tidak Setuju
No Pertanyaan setuju setuju
setuju
n % n % n % n %
1 Menajemen nyeri menjadi prioritas utama dalam 2 4,0 7 14,0 26 52,0 15 30,0
perawatan pasien neonatus.
2 Manajemen nyeri hanya perlu diberikan pada pasien 22 44,0 24 48,0 0 0 4 8,0
dewasa.
Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 70
Sangat
Tidak Sangat
tidak Setuju
No Pertanyaan setuju setuju
setuju
n % n % n % n %
3 Perubahan gerakan tubuh dan ekspresi wajah 1 2,0 2 4,0 29 58,0 18 36,0
dapat menjadi indikator nyeri pada neonatus.
4 Intervensi akan dilakukan bila neonatus mengalami 5 10,0 29 58,0 14 28,0 2 4,0
nyeri sedang.
5 Pengukuran nyeri pasca operasi pada neonatus 7 14,0 36 72,0 5 10,0 2 4,0
hanya dilakukan ketika neonatus mengalami
perubahan fisiologis
6 Manajeman nyeri perlu diberikan pada neonatus . 0 0 3 6,0 19 38,0 28 56,0
7 Intervensi yang diberikan tidak berpengaruh pada 18 36,0 30 60,0 0 0 3 4,0
neonatus..
8 Manajemen nyeri yang tidak tepat tidak akan 12 24,0 23 46,0 13 26,0 2 4,0
berpengaruh pada perkembangan neonates
9 Manajeman nyeri diberikan pada neonatus 0 0 2 4,0 22 44,0 26 52,0
sangatlah penting.
10 Intervensi yang diberikan efektif untuk mengurangi 0 0 0 0 33 66,0 17 34,0
tingkat nyeri neonatus.
11 Manajemen nyeri yang tidak tepat akan 0 0 16 32,0 23 46,0 11 22,0
menyebabkan trauma dimasa depan
12 Pengkajian nyeri hanya ketika neonatus mengalami 4 8,0 41 82,0 2 4,0 3 6,0
penurunan tanda vital.
13 Rasa sakit pasca opresasi pada neonatus diukur 1 2,0 6 12,0 32 64,0 11 22,0
secara rutin dengan skala nyeri.
14 Menilai nyeri terlebih dahulu sebelum memberikan 0 0 1 2,0 33 66,0 16 32,0
intervensi.
15 Mengkaji tingkat nyeri sangat penting. 0 0 0 0 31 62,0 19 38,0
16 Pengkajian nyeri tidak terlalu penting dalam 18 36,0 28 56,0 3 6,0 1 2,0
perawatan neonatus.
17 Pengkajian nyeri pada neonatus merepotkan, 15 30,0 20 40,0 10 20,0 5 10,0
karena noenatus belum bisa mengungkapkan apa
yang dirasakan.
18 Neonatus akan diberikan intervensi sesuai dengan 1 2,0 0 0 34 68,0 15 30,0
kualitas nyerinya
19 Intervensi hanya diberikan saat neonatus 11 22,0 34 68,0 3 6,0 2 4,0
mengalami nyeri tinggi.
20 Meminta ibu untuk melakukan metode kanguru 0 0 0 0 33 66,0 17 34,0
dapat mengurangi nyeri pada saat dilakukan
tindakan invasif.
21 Meminta ibu untuk menyusui, karena dapat 0 0 0 0 37 74,0 13 26,0
mengurangi nyeri pada saat dilakukan tindakan
invasif.
22 Membatasi rangsangan lingkungan tidak dapat 4 8,0 34 68,0 11 22,0 1 2,0
mengurangi nyeri neonatus.
23 Membatasi rangsangan cahaya dan suara untuk 1 2,0 5 10,0 34 68,0 10 20,0
mengurangi nyeri pada neonatus.
Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 72
UCAPAN TERIMAKASIH
REFERENSI
Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU