4753 10361 2 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jl. Kedungmundu Raya No.

18 Semarang Gedung NRC Universitas Muhammadiyah


Semarang Phone: 02476740287, Fax: 02476740287 Email: mki@unimus.ac.id

Research article

Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in


the Perinatology Room and PICU / NICU

Mariyam1, Ika Nur Hidayati2, Dera Alfiyanti3


1,2,3 University of Muhammadiyah Semarang

Article Info Abstract


Article History: Background: Nurse’s knowledge and attitude toward neonatal pain
Accepted May 22nd 2019 management is very beneficial for the accuracy in giving neonatal
intervention. Therefore, nurse should possess the sufficient knowledge and
Key words: attitude to give the proper pain intervention, so that it will be effective to
Knowledge; Attitude; Pain in treat the neonatal pain. Objective: This study aims to find out the knowledge
neonates and attitude of nurse toward neonatal pain management at Perinatology and
PICU/NICU rooms of Hospital in Semarang. Methodology: It was a
descriptive study using total sampling technique which employed 50 nurses
as the respondents. Resulth: From the research, it was drawn that most of
the respondents’ knowledge were excellent (58.0%) and the respondents’
attitude were mostly adequate (68.0%). Based on the result, the nurses of
PICU/NICU and Perinatology rooms are expected to improve the attitude
toward neonatal pain management as the pain will significantly lessen by the
proper attitude.

PENDAHULUAN sering menimbulkan nyeri pada neonatus.


Tindakan tersebut diantaranya,
Neonatus adalah bayi baru lahir yang pemasangan infus, pengambilan darah
berusia sampai dengan 28 hari (Rudolph, intravena, penekanan pemasangan selang
2015). Pada masa tersebut terjadi oksigen, pengambilan darah kapiler,
perubahan yang sangat besar dari pemasangan alat-alat medis lainnya yang
kehidupan di dalam rahim dan terjadi biasa dilakukan di Neonatal Intensive Unite
pematangan organ hampir pada semua Care (Triani & Lubis, 2006).
sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki Nyeri neonatus adalah persepsi saraf yang
risiko gangguan kesehatan paling tinggi, dipengaruhi cedera atau rangsangan nyeri
berbagai masalah kesehatan bisa muncul. (Hockenberry & Wilson, 2009). Respon
Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa nyeri yang di tunjukkan neonatus dengan
berakibat fatal. peningkatan dan penurunan tekanan darah,
penurunan saturasi oksigen, tangan
Pada perawatan neonatus, akan dibutuhkan berkeringat, peningkatan tekanan cranial,
tindakan invasif. Tindakan keperawatan perubahan hormonal (pelepasan
invasif minor yang dilakukan perawat ketekolamin, hormone pertumbuhan,

Corresponding author:
Mariyam
mariyam@unimus.ac.id
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019
e-ISSN: 2615-1669
DOI:10.26714/mki.2.2.2019.19-24
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 68

glucagon, kortisol, kortikosteroid, manajeman nyeri terhadap neonatus.


aldosteron, hiperglikemia) perubahan Sampel penelitian ini sebanyak 50 dengan
metabolisme (peningkatan asam laktat, menggunakan total sampling dengan
piruvat, benda keton dan beberapa asam kriteria inklusi yaitu perawat yang bertugas
lemak). Penggunanan analgesic dapat di ruang perinatology.. Alat pengumpulan
mengurangi perdarahan inventrikular dan data menggunakan lembar kuesioner
leukomalasia periventrikuler. Asosiasi tentang sikap dan pengetahuan perawat
internasional yang khusus mempelajari tentang manajemen nyeri pada neonatus.
tentang nyeri (The International
Association for the Study of Pain) HASIL
mendefinisikan nyeri sebagai sesuatu yang
tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan Responden dalam penelitian ini rerata
berhubungan dengan panca indera, serta usianya 34 tahun dengan jenis kelamin
merupakan suatu pengalaman emosional perempuan dan pendidikan terakhir 70 %
yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan D3 keperawatan 30 % ners. Responden
baik aktual maupun potensial atau hanta 18 % yang telah pelatihan tentang
digambarkan dengan suatu nyeri dan 82 % belum pernah mengikuti
kerusakan/cidera (Betz & Sowden, 2009). pelatihan.

Manajemen nyeri yang bisa dilakukam Pengetahuan responden tentang


perawat diantaranya, pemberian glukosa, manajemen nyeri neonatus sebagian besar
perawatan kanguru, swaddling, baik. Hasil tersebut dapat dilihat di tabel 1.
dvelopmental care, pemberian anestesi Sikap responden tentang manajemen nyeri
lokal ELMA, membatasi rangsangan dari neonatus sebagian besar cukup, dapat
luar, menentukan poisi, menggunakan dilihat di tabel 2. Gambaran pengetahuan
tempat tidur yang mendukung (Pediatrics & dan sikap perawat tentang manajemen
Society, 2006) Manajemen nyeri yang nyeri neonatus dapat dilihat di tabel 3 dan
dilakukan perawat secara mandiri akan 4.
meminimalkan rasa nyeri yang dialami
neonatus. Tabel 1.
Distribusi responden tentang manajemen nyeri
Berdasarkan hasil studi pengetahuan yang neonatus pada perawat PICU/ NICU, perinatologi
RSUD Tugurejo dan RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro
dilakukan di Rumah Sakit Tugurejo
Semarang (n=50)
Semarang didapatkan hasil bahwa Indikator f %
pengetahuan dan sikap perawat masih Pengetahuan
kurang tentang manajemen nyeri yang a. Kurang 15 30,0
dilakukan pada neonatus. Dari 5 perawat, 2 b. Cukup 6 12,0
diantaranya mengatakan manajemen nyeri c. Baik 29 58,0
Sikap
untuk neonatus penting, namun untuk sikap a. Kurang 0 0
yang ditunjukkan masih belum tepat, b. Cukup 34 68,0
seperti kalau neonatus menagis tidak c. Baik 16 32,0
diberikan kepada ibunya untuk disusui
namun di berikan susu formula.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain


penelitian kuantitatif yang merupakan
penelitian deskriptif. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
pengetahuan dan sikap perawat dalam

Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 69

Tabel 2.
Gambaran pengetahuan perawat PICU/NICU, perinatologi RSUD Tugurejo dan RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro
Semarang tentang manajemen nyeri neonatus (n=50)
No Pertanyaan Benar Salah
n % n %
1 Manajemen nyeri tidak dapat dilakukan pada neonates 22 44,0 28 56,0
2 Anastesi topikal EMLA yang biasa digunakan efektif untuk 27 54,0 23 46,0
menurunkan nyeri pada neonatus.
3 Rasa nyeri pada neonatus tidak bisa diketahui dengan cara 20 40,0 30 60,0
apapun.
4 Neonatus belum bisa merasakan nyeri. 20 40,0 30 60,0
5 Jenis pengkajian nyeri untuk neonatus adalah NIPS. 32 64,0 18 36,0
6 Hanya orang dewasa yang dapat mengekspresikan nyeri. 20 40,0 30 60,0
7 Tindakan invasif dapat menyebabkan nyeri. 31 62,0 19 38,0
8 Intervensi nyeri yang tidak tuntas tidak akan mempengaruhi 17 34,0 33 66,0
sikap neonatus.
9 Pemberian sukrosa per oral efektif untuk menurunkan nyeri 19 38,0 31 62,0
pada neonatus.
10 Melakukan pengkajian nyeri sebelum melakukan intervensi 32 64,0 18 36,0
lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri pada neonatus.
11 Skala Wong wajah (Wong Baker Face Rating Scale) adalah 19 38,0 31 62,0
satu-satunya skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri
pada neonatus.
12 Manajemen nyeri dengan metode kanguru kurang efektif. 19 38,0 31 62,0
13 Neonatus akan mengalami perubahan tanda vital ketika 32 64,0 18 36,0
merasakan nyeri.
14 Skala penilaian nyeri yang berbeda penting untuk tingkat 30 60,0 20 40,0
perkembangan yang berbeda.
15 Manajemen nyeri yang dilakukan tidak membantu 20 40,0 30 60,0
mengurangi rasa nyeri.
16 Komplikasi dapat terjadi apabila nyeri tidak tertangani 30 60,0 20 40,0
dengan baik.
17 Pengkajian nyeri dilakukan berdasarkan QUEST 28 56,0 22 44,0
18 Manajemen nyeri menjadikan prioritas utama dalam 25 50,0 25 50,0
perawatan pasien neonatus.
19 Bila nyeri tidak tertangani dengan menajemen nyeri, maka 29 58,0 21 42,0
perlu dilakukan kolaborasi dengan medis.
20 skala nyeri yang penting untuk digunakan dalam 24 48,0 26 52,0
penilaian nyeri bayi prematur.
21 Sistem saraf pada bayi prematur cukup matang untuk dapat 20 40,0 30 60,0
merasakan nyeri.
22 Bayi prematur lebih sensitif untuk merasakan rasa sakit. 23 46,0 27 54,0

23 Anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkatan nyeri yang 30 60,0 20 40,0
berbeda.

Tabel 3.
Gambaran sikap perawat perawat PICU/NICU, perinatologi RSUD Tugurejo dan RSUD K.R.M.T.Wongsonegoro
Semarang tentang manajemen nyeri neonatus (n=50)
Sangat
Tidak Sangat
tidak Setuju
No Pertanyaan setuju setuju
setuju
n % n % n % n %
1 Menajemen nyeri menjadi prioritas utama dalam 2 4,0 7 14,0 26 52,0 15 30,0
perawatan pasien neonatus.
2 Manajemen nyeri hanya perlu diberikan pada pasien 22 44,0 24 48,0 0 0 4 8,0
dewasa.

Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 70

Sangat
Tidak Sangat
tidak Setuju
No Pertanyaan setuju setuju
setuju
n % n % n % n %
3 Perubahan gerakan tubuh dan ekspresi wajah 1 2,0 2 4,0 29 58,0 18 36,0
dapat menjadi indikator nyeri pada neonatus.
4 Intervensi akan dilakukan bila neonatus mengalami 5 10,0 29 58,0 14 28,0 2 4,0
nyeri sedang.
5 Pengukuran nyeri pasca operasi pada neonatus 7 14,0 36 72,0 5 10,0 2 4,0
hanya dilakukan ketika neonatus mengalami
perubahan fisiologis
6 Manajeman nyeri perlu diberikan pada neonatus . 0 0 3 6,0 19 38,0 28 56,0
7 Intervensi yang diberikan tidak berpengaruh pada 18 36,0 30 60,0 0 0 3 4,0
neonatus..
8 Manajemen nyeri yang tidak tepat tidak akan 12 24,0 23 46,0 13 26,0 2 4,0
berpengaruh pada perkembangan neonates
9 Manajeman nyeri diberikan pada neonatus 0 0 2 4,0 22 44,0 26 52,0
sangatlah penting.
10 Intervensi yang diberikan efektif untuk mengurangi 0 0 0 0 33 66,0 17 34,0
tingkat nyeri neonatus.
11 Manajemen nyeri yang tidak tepat akan 0 0 16 32,0 23 46,0 11 22,0
menyebabkan trauma dimasa depan
12 Pengkajian nyeri hanya ketika neonatus mengalami 4 8,0 41 82,0 2 4,0 3 6,0
penurunan tanda vital.
13 Rasa sakit pasca opresasi pada neonatus diukur 1 2,0 6 12,0 32 64,0 11 22,0
secara rutin dengan skala nyeri.
14 Menilai nyeri terlebih dahulu sebelum memberikan 0 0 1 2,0 33 66,0 16 32,0
intervensi.
15 Mengkaji tingkat nyeri sangat penting. 0 0 0 0 31 62,0 19 38,0
16 Pengkajian nyeri tidak terlalu penting dalam 18 36,0 28 56,0 3 6,0 1 2,0
perawatan neonatus.
17 Pengkajian nyeri pada neonatus merepotkan, 15 30,0 20 40,0 10 20,0 5 10,0
karena noenatus belum bisa mengungkapkan apa
yang dirasakan.
18 Neonatus akan diberikan intervensi sesuai dengan 1 2,0 0 0 34 68,0 15 30,0
kualitas nyerinya
19 Intervensi hanya diberikan saat neonatus 11 22,0 34 68,0 3 6,0 2 4,0
mengalami nyeri tinggi.
20 Meminta ibu untuk melakukan metode kanguru 0 0 0 0 33 66,0 17 34,0
dapat mengurangi nyeri pada saat dilakukan
tindakan invasif.
21 Meminta ibu untuk menyusui, karena dapat 0 0 0 0 37 74,0 13 26,0
mengurangi nyeri pada saat dilakukan tindakan
invasif.
22 Membatasi rangsangan lingkungan tidak dapat 4 8,0 34 68,0 11 22,0 1 2,0
mengurangi nyeri neonatus.
23 Membatasi rangsangan cahaya dan suara untuk 1 2,0 5 10,0 34 68,0 10 20,0
mengurangi nyeri pada neonatus.

nyeri. Nyeri yang terjadi pada neonates


PEMBAHASAN merupakan persepsi saraf yang dipengaruhi
cedera atau rangsangan nyeri yang
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan kesadaran pada bayi
perawat tentang manajeman nyeri pada baru lahir terhadap persepsi nyeri
neonatus sebagian besar baik. Responden (Hockenberry & Wilson, 2009). Beberapa
telah mengetahui bahwa rasa nyeri pada tindakan invasif pada bayi dapat
neonates bisa diketahui dan neonates bisa menimbulkan nyeri diantaranya pungsi
merasakan nyeri serta mengetahu bahwa vena, imunisasi dan tindakan medis lainnya
tindakan invasive dapat menyebabkan (Potter & Perry, 2009).
Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 71

Pada penelitian ini sebagian besar pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,


responden mengetahui bahwa manajemen 2010).
nyeri dapat dilakukan pada neonates
dengan anastesi topical EMLA yang efektif Sikap perawat terhadap manajeman nyeri
untuk menurunkan nyeri dan metode neonates pada penelitian ini menunjuukan
kanguru, Penatalaksanaan nyeri non sebagian besar 68 % cukup. Responden
farmakologi diantaranya dengan pemberian menyampaikan setuju bahwa menajemen
oral sukrosa, non nutritive sucking, terapi nyeri menjadi prioritas utama dalam
musik, ASI atau menyusui, perawatan perawatan pasien neonatus, sebagian besar
kanguru dan swaddling, serta responden tidak setuju bahwa intervensi
developmental care (Pediatrics & Society, akan dilakukan bila neonatus mengalami
2006). nyeri sedang dan tidak menyetujui bahwa
pengukuran nyeri pasca operasi hanya
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 30 dilakukan ketika bayi mengalami
% pengetahuan responden masih kurang, perubahan fisiologis. Hasil penelitian lain
hal ini ditunjukkan bahwa responden belum menunjukkan bahwa sikap perawat positif
mengetahui pemberian sukrosa peroral terhadap penilaian dan pengukuran nyeri
efektif untuk menurunkan nyeri rasa nyeri neonatus (Asadi-noghabi, Tavassoli-farahi,
pada neonatus. Menurut penelitian Yousefi, & Sadeghi, 2014).
pemberian sukrosa peroral efektif dalam
menurunkan nyeri pada neonatus (Suharti, Sikap merupakan suatu reaksi atau respon
2017). yang diberikan seseorang terhadapstimulus
atau obyek (Azwar, 2011). Sikap dalam
Penelitian lain menyebutkan nilai rata-rata penelitian ini adalah bagaimana seorang
untuk perawat pengetahuan dalam perawat mensikapi bila neonatus
manajemen nyeri adalah 13,51 (48,2%) dari mengalami nyeri. Faktor-faktor yang
28 dengan skor mulai dari minimal 3 mempengaruhi terbentuknya sikap adalah
sampai maksimum 19 (Asadi-noghabi, pengalaman pribadi, pengaruh orang yang
Tavassoli-farahi, Yousefi, & Sadeghi, 2014). dianggap penting, pengaru kebudayaaan,
Sebagian besar perawat memiliki media masa, lembaga pendidikan atau
pengetahuan berkaitan dengan agama, dan emosional (Notoatmodjo, 2010)
meggunakan skala untuk menilai nyeri
neonates, namun tidak sering Pengalaman pribadi merupakan salah satu
menggunakannya (Johnston, Fernandes, & faktor yang mempengaruhi seseorang
Campbell-Yeo, 2011). Faktor-faktor yang terhadap masalah yang dihadapi dan dapat
mempengaruhi pengetahuan adalah menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap
pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, akan terbentuk lebih mudah apabila
fasilitas yang ada, umur, sosial budaya dan pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
sumber informasi (Notoatmodjo, 2010). situasi yang melibatkan faktor emosional
(Wawan & Dewi, 2010).
Pengetahuan perawat yang baik ini tidak
terlepas dari pendidikan perawat, SIMPULAN
berdasarkan hasil penelitian minimal
pendidikan responden adalah D3 Sebagian besar pengetahuan responden
keperawatan, selain ini pengalaman kerja dalam kategori baik yaitu sebanyak 58,0 %
yang selama ini dilakukan memberikan dan sikap diketahui bahwa sebagian besar
pengalaman kepada responden dalam sikap reponden dalam kategori cukup yaitu
memahami aplikasi manajeman nyeri pada sebanyak 68,0 %.
neonatus. Pengalaman menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat

Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 2, June 2019/ page 67-72 19-24 72

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis ingin mengucapkan terima kasih


kepada semua responden atas
partisipasinya dalam penelitian ini.

REFERENSI

Asadi-noghabi, F., Tavassoli-farahi, Yousefi, H., &


Sadeghi, T. (2014). Neonate pain manajemen:
What do Nurse Really Know? Global journal of
health science, 6(5), 284-293.

Azwar, S. (2011). Sikap manusia: Teori dan


pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). Buku saku


keperawatan pediatri edisi 5. Jakarta: EGC.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's


Essentials of pediatric nursing. Canada: Mosby
Elsevier.

Johnston, C., Fernandes, A., & Campbell-Yeo, M.


(2011). Pain in neonates is different. Pain, 52
(SUPPL3), 65-73.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Pediatrics, A. A., & Society, C. P. (2006). Prevention


and manajement of pain in the neonate: An
update. Pediatrics, 118(5), 2231-2241.

Potter, P., & Perry, A. (2009). Fundamental


Keperawatan (7th ed). Jakarta.

Rudolph, A. (2015). Buku ajar pediatrik. Jakarta: EGC.

Suharti, S. (2017). Studi komparatif pemberian ASI


dan glukosa 30 % terhadap respon nyeri
neonatus yang dilakukan tindakan invasif di
Rumah sakit Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Kesehatan, 8(1), 58-68.

Triani, E., & Lubis, M. (2006). Penggunaan analgesia


nonfarmakologis saat tindakan invasif monir
pada neonatus. sari Pediatri, 8(2), 107-111.

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran


pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Mariyam / Knowledge and Attitudes of Nurses About Pain Management in Neonates in the Perinatology Room
and PICU / NICU

You might also like