Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Dalam Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0
Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Dalam Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0
Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Dalam Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0
Abstracts. The study aimed to determine whether the learning model used in vocational schools has
been effective in producing graduates who are independent, competitive, and can be absorbed by
domestic and foreign industries. This research is a quantitative descriptive. This type of research is
evaluation research. The evaluation consists of inputs, contexts, processes, products and outcomes
(CIPPO). The research conducted at vocational school in Yogyakarta Special Region and Central Java
Province. The research sample was taken using purposive sampling. The majority of learning models
applied in vocational schools, both theory and practice, are problem-based learning models and work-
based learning models. The impact of the implementation of the learning model on the quality of
graduates is that an average of 40% of graduates have worked according to expertise, of which 41%
are work in the domestic industry. Most vocational schools have utilized the cooperation network in
managing the vocational school. Only about 47% use digital industrial network 4.0. Collaboration with
utilizing domestic digital industry 4.0 as much as 50% and abroad as much as 38.3%. Policy solutions
and practical implementation to increase the absorption of vocational graduates, namely: improving
learning facilities, industry-based curriculum, routinely holding job matching, job fairs, alumni
networks, collaboration with the ministry of industry, the ministry of labor.
Keywords: effectiveness of implementation, vocational learning model, industrial revolution 4.0
190
191 – Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0
dengan pasokan lulusan layanan pendidikan dan kerjasama dengan dunia bisnis dan industry
yaitu antara lain dalam hal jumlah dan [1].
kompetensi. Oleh karena itu, pemerintah harus
Dari sudut pandang berbeda, keprihatinan
mampu menciptakan dan menjaga sistem
terhadap pendidikan kejuruan di Indonesia dan
standarisasi penyelenggaraan pendidikan
juga negara-negara berkembang lainnya adalah
khususnya SMK.
fasilitas yang ada terutama fasilitas untuk
SMK sebagai bentuk satuan penyelenggara kegiatan praktik di sekola tidak memadai dan
dari pendidikan menengah kejuruan merupakan belum menerima dukungan yang baik dari
lembaga pendidikan yang berorientasi pada industry [2]. Dengan fasilitas latihan yang
pembentukan kecakapan hidup, yaitu melatih terbatas, siswa tidak dapat mengembangkan
peserta didik untuk menguasai keterampilan keterampilan mereka secara optimal. Karena
yang dibutuhkan oleh dunia kerja (termasuk itu, jika pembelajaran hanya dilakukan di
dunia bisnis dan industri), memberikan sekolah, kualitas siswa yang lulus tidak akan
pendidikan tentang kewirausahaan, serta sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh
membentuk kecakapan hidup (life skill). dunia kerja atau industri. Untuk mengatasi
masalah ini, model pembelajaran yang sesuai
Sekolah kejuruan sebagai salah satu
dengan keahlian siswa sangat penting untuk
lembaga pendidikan formal yang ada di
diterapkan pada pendidikan kejuruan di
Indonesia, dituntut juga untuk terus mengikuti
Indonesia.
dan menerapkan berbagai perubahan kurikulum
dalam periode tertentu sesuai dengan kebijakan Banyak alternatif model pembelajaran
pemerintah dalam sistem pendidikan yang dapat digunakan diantaranya
nasionalnya. Sekolah kejuruan berbeda dengan pengembangan model pembelajaran dan
sekolah umum, terutama kompetensi lulusannya perangkat pembelajaran berbasis kompetensi
serta keterkaitannya secara langsung dengan terintegrasi pendidikan karakter di SMK [3].
dunia kerja, menyebabkan kurikulum untuk Infrastruktur pembelajaran yang digunakan
sekolah kejuruan tidak pernah bisa dilepaskan dalam e-learning telah direnovasi untuk
dari kondisi dan situasi dunia kerja yang sedang meningkatkan kualitas pendidikan sekolah
berkembang (Santiyadnya, 2011). kejuruan dan membuatnya lebih mudah
beradaptasi dengan pasar tenaga kerja [4].
Terkadang ketersediaan program kejuruan
didorong oleh permintaan dan kapasitas Permasalahan penelitian adalah bagaimana
lembaga pelatihan, bukan oleh kebutuhan model pembelajaran yang digunakan di SMK
industri. Oleh sebab itu, terdapat beberapa cara agar lulusan siswa dapat mandiri, bersaing, dan
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan dapat diserap DUDI dalam negeri dan luar
kualitas lulusan yang unggul dengan negeri? Bagaimana penggunaan jejaringan
mengadakan pelatihan untuk menuntut kerja sama dalam mengelola SMK di dalam
keterampilan, dengan penekanan pada negeri dan luar negeri dalam pemanfaatan
pembelajaran berbasis kerja sebagai sarana industrialisasi digital 4.0? Bagaimana solusi
memberi sinyal terutama kebutuhan industri. kebijakan dan pelaksanaan praktis agar lulusan
Pembelajaran berbasis kerja memiliki manfaat siswa SMK relatif pengangguran dapat ditekan
mendalam, baik sebagai lingkungan belajar dan sekecil mungkin?
sebagai sarana membina kemitraan dengan Berdasarkan masalah ini dimana lulusan
pengusaha (OECD, 2014). SMK sebagai penyumbang pengangguran
tertinggi dibanding lulusan pendidikan yang
Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan
lainnya, sehingga perlu pemecahan masalah
pendidikan tinggi kejuruan, pelaksanaan
dengan tujuan agar lulusan SMK dapat bekerja
pembelajaran harus dirancang dengan pola yang
mandiri dapat mendapatkan pekerjaan sesuai
sangat spesifik. Pola pengembangan pendidikan
dengan program keahliannya. Output dan
tinggi kejuruan mengacu pada desain
outcome lulusan siswa SMK sangat ditentukan,
kolaboratif antara kebutuhan pasar tenaga kerja
oleh penetapan tujuan, konteks, model dan
(demand) dengan penyedia tenaga kerja dalam
proses pembelajaran teori dan praktik, peran
hal ini perguruan tinggi yang bertindak sebagai
serta DUDI, input siswa, kurikulum,
pemasok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
profesional guru, sarana dan prasarana, dan
secara serius adalah: kurikulum, pangsa pasar,
revolusi industri digital 4.0 dalam
pembelajaran. Kerangka konseptual penelitian lulusan; 3) produk hasil kerja praktik siswa; 4)
disajikan pada Gambar 1. jaringan pengelolaan SMK; 5) penggunaan
jaringan DUDI dalam dan luar negeri
Masalah pemanfaatan; 6) mengetahui jumlah lulusan
SMK bekerja; 7) sarana dan prasarana
pembelajaran; 8) sumber daya manusia (guru
dan tenaga laboratorium/bengkel); 8); solusi
Bekerja: kebijakan menekan pengangguran lulusan
Tujuan 1. Mandiri SMK.
2. DUDI
ruang praktik, bahan praktik dan petunjuk. Tenaga laboratorium dan bengkel di SMK
Selain beberapa ruangan fasilitas yang tersedia didominasi oleh lulusan SMA/SMK dan
terdapat berbagai jenis fasilitas pendukung Diploma yaitu masing-masing sebesar 16%.
seperti fasilitas keselamatan, gudang dan Kondisi tersebut menunjukkan jika latar
fasilitas pembelajaran dan praktik sesuai belakang tenaga laboratorium dan bengkel di
perkembangan IPTEK tuntutan DUDI yang SMK belum sesuai dengan keahlian dan
masih kurang lengkap. Ketersediaan sarana kesesuaian bidang keahlian.
prasarana yang lengkap diharapkan mampu Adapun solusi kebijakan untuk menekan
mendukung dan meningkatkan efektivitas pengangguran lulusan SMK disajikan dalam
model pembelajaran dan menghasilkan lulusan tabel berikut.
berkualitas baik sehingga dapat diterima dalan
dunia usaha maupun industri. Meskipun Tabel 9. Solusi Kebijakan Menekan
demikian, pihak SMK diketahui belum Pengangguran Lulusan SMK
memiliki fasilitas uji kualitas produk yang
memadai. Stakeholder Solusi Kebijakan
kualitas guru baik dalam memberikan materi lainnya bahwa program SMK dengan menjalin
terkait dengan kompetensi keahlian siswa kerjasama dengan DU/DI dan pelaksanaan uji
sangat diperlukan, tidak kalah pentingnya guru kompetensi serta seminar diharapkan dapat
tersebut juga harus memberikan motivasi dan meningkatkan kompetensi lulusan SMK [14].
pencerahan kepada siswanya [12]. Upaya dalam menurunkan tingkatkan
Sumber daya manusia dalam dunia pengangguran bagi siswa lulusan SMK juga
pendidikan diketahui memiliki fungsi utama dilakukan dengan pengelolaan prakerin yang
terutama untuk tenaga pendidik seperti guru dianjurkan oleh pemerintah daerah. Solusi
dan tenaga laboratorium dan atau bengkel. tersebut sejalan dengan pernyataan lainnya
Kualitas SDM guru dalam hal ini dapat dilihat dimana dalam menyiapkan tenaga kerja yang
dari latar belakang pendidikan yang dimiliki. berkompeten sesuai harapan industri, SMK
Adapun mayoritas guru di SMK sudah dapat melaksanakan program-program kegiatan
memiliki latar belakang pendidikan lulusan S1, yaitu: (1) program teaching factory; (2) Jalinan
sertifikasi guru dan sertifikat keahlian lain dari kerjasama dengan industri yang berbentuk:
lembaga asosiasi. Dengan demikian, dapat pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the
dikatakan bahwa tingginya latar belakang job training), pengelolaan kunjungan industri,
pendidikan yang dimiliki guru SMK secara rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas
tidak langsung dapat mempengaruhi industri; dan (3) Penyuluhan dan pembinaan
kemampuan dan keprofesionalisme seorang dari stake holder terkait dengan
guru dalam memberikan pembelajaran dan ketenagakerjaan [15].
keahlian kepada siswa. Selain itu, guru dengan Prakerin sendiri merupakan bagian dari
pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki program pembelajaran yang harus dilaksanakan
keahlian khusus dapat membimbing dan oleh setiap peserta didik di Dunia Usaha dan
menguasai model pembelajaran yang sesuai Dunia Industri (DU/DI). Prakerin yang efektif
dengan keahlian siswa. Guru yang yang baik adalah prakerin yang dilakukan jika
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1) memenuhikebutuhan sekolah dan kebutuhan
memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, pihak industri. Untuk itu perlu kerjasama
mendorong siswa untuk maju, hangat, dansinkronisasi dari segi akademik dan
berorientasi pada tugas dan bekerja keras, materialdalam pelaksanaannya [16].
toleran, sopan, bijaksana, bisa dipercaya,
fleksibel, demokratis, penuh harapan bagi Simpulan
siswa, 2) memiliki pengetahuan yang memadai Mayoritas model pembelajaran yang diterapkan
terhadap mata pelajaran yang diampunya, dan di SMK baik teori maupun praktik adalah
terus mengikuti kemajuan dalam bidang model pembelajaran berbasis masalah (35.51%)
ilmunya, 3) mampu memberikan jaminan dan model pembelajaran berbasis karya
bahwa materi yang disampaikannya mencakup (21.01%). Dampak implementasi model
semua materi bahasan yang diharapkan siswa pembelajaran tersebut terhadap kualitas lulusan
secara maksimal, 4) mampu menjelaskan yaitu rata-rata sebanyak 40% lulusan sudah
berbagai informasi secara jelas, dan terang, bekerja sesuai keahlian, dimana 41%
memberikan layanan yang variatif [11]. diantaranya diserap oleh DUDI dalam negeri.
Berbeda dengan tenaga laboratorium
dan bengkel di SMK yang sebagian besar
berlatar belakang pendidikan lulusan
SMA/SMK dan diploma. Latar belakang
pendidikan tenaga laboratorium dapat dikatakan
sudah cukup sesuai dengan bidang dan
kemampuan yang dimiliki.
Sebagian besar SMK telah memanfaatkan [4] L. Moldovan, “Innovative models for
jaringan kerja sama dalam mengelola SMK. vocational education and training in
Jaringan melibatkan internal sekolah, orang tua Romania.,” Procedia - Soc. Behav. Sci.,
siswa, komite sekolah dan atau dewan vol. 46, pp. 5425 – 5429, 2012.
pendidikan, serta melibatkan jaringan antar [5] E. Munastiwi, “The Management Model of
SMK antar kabupaten/provinsi, tingkat Vocational Education Quality Assurance
nasional, dan tingkat internasional. Baru sekitar Using ‘Holistic Skills Education
47% yang memanfaatkan jaringan industri (Holsked),” Procedia - Soc. Behav. Sci.,
digital 4.0. Kerjasama dengan memanfaatkan vol. 204, pp. 218 – 230, 2015.
industri digital 4.0 dalam negeri sebanyak 50% [6] Samsudi, “Pengembangan Model
dan luar negeri sebanyak 38.3%. Pembelajaran Program Produktif SMK
Solusi kebijakan dan pelaksanaan praktis untuk Membentuk Karakter Kewirausahaan
untuk meningkatkan keterserapan lulusan SMK Lulusan,” . Cakrawala Pendidikan. 2014.
yaitu: peningkatan fasilitas pembelajaran, [7] J. Wrenn and B. Wreen, “Enhancing
kurikulum berbasis industri, rutin mengadakan Learning by Integrating Theory and
job matching, bursa kerja, jaringan alumni, Practice.,” Int. J. Teach. Learn. High.
kerjasama dengan kementerian perindustrian, Educ., vol. 21, no. 2, pp. 258–265, 2009.
kementerian tenaga kerja,
[8] S. S. Turmiati, “Manajemen Kemitraan
SMK dengan Dunia Usaha dan Industri,”
Universitas Lampung, 2019.
Ucapan Terimakasih
[9] Widiyanto, “Strategi Pengembangan
Terimakasih pada LP3M Universitas Kurikulum Berbasis Kompetensi DuDi
Sarjanawiyata Tamansiswa yang telah untuk SMK.,” J. Pendidik. Ekon. Din.
memberikan dukungan dana dalam skema hibah Pendidik., vol. 5, no. 2, 2010.
penelitian internal. Terimakasih juga kepada [10] Darwin, “Analisis Eksisting Sekolah
kepala sekolah dan guru SMK di Yogyakarta Menengah Kejuruan Kota Medan,” J.
dan Jawa Tengah yang telah membantu mengisi Manaj. Pendidik. Indones., vol. 6, no. 1,
kuesioner penelitian. 2014.
[11] N. Santiyadnya, “Implementasi Uji
Kompetensi dan Pengaruhnya Terhadap
Referensi Kualitas Lulusan SMK Negeri Bidang
Teknologi di Provinsi Bali,” Jptk,
[1] K. C. Dewi, P. I. Ciptayani, H. D. Surjono, Undiksha, vol. 8, no. 1, pp. 1–16, 2011.
and Priyanto, “Modeling Vocational
Blended Learning Based on Digital [12] D. . Ningsih, “The Image Of Vocational
Learning Now Framework,” Turkish Online School’s Graduates Of Accounting Study
J. Educ. Technol., vol. 17, no. 2, 2018. Program With Their Workplace In Smk
Negeri 1 Ngawi,” J. Kebijak. Pendidik.,
[2] D. Rahdiyanta, D. Nurhadiyanto, and S. vol. 5, no. 5, 2016.
Munadi, “The Effects of Situational Factors
in the Implementation of Work-Based [13] M. Yahya, “Era Industri 4.0: Tantangan dan
Learning Model on Vocational Education Peluang Perkembangan Pendidikan
in Indonesia.,” Int. J. Instr., vol. 12, no. 3, Kejuruan Indonesia,” Universitas Negeri
2019. Makassar., 2018.
[3] Baharuddin, “Model Pembelajaran Berbasis [14] M. Azizah and Khairuddin, “Strategi
Kompetensi Bidang Pemanfaatan Tenaga Kerjasama Sekolah dengan Dunia Usaha
Listrik di Sekolah Menengah Kejuruan,” J. dan Dunia Industri (Du/Di) dalam
Pendidik. Teknol. dan Kejuru., vol. 19, no. Meningkatkan Kompetensi Lulusan Pada
1, pp. 53–61, 2017. SMK Negeri 3 Banda Aceh,” J. Adm.
Pendidik., vol. 3, no. 2, 2015.
[15] N. Wibowo, “Upaya Memperkecil
Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan dengan Tuntutan
Dunia Industri.” 2016.
[16] M. A. R and N. Usman, Implementasi
Manajemen Stratejik: dalam
Jurnal Taman Vokasi Vol. 7 Issue (2) 2019
Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran SMK Memenuhi Tantangan Revolusi Industri 4.0- 200