Meta Analisis Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung Terhadap Hasil Belajar Siswa Rahmi Laila

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Fisika – VOL 6 NO.

1 (2020) 50-57

Meta Analisis Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung


terhadap Hasil Belajar Siswa

Rahmi Laila1) Sinta Yolanda2)


1)2)
Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
Universitas Negeri Padang
rahmilaila07@gmail.com
sintayolanda11@gmail.com

ABSTRACT
The 21st century demands quality in all human endeavors and work. The 21st century demands
quality human resources (HR). Science education in the 2013 curriculum basically has the aim of
preparing students to have an understanding of science and technology through the development of
knowledge, attitudes, and skills so that they can understand and solve environmental problems that
exist in real life. The success of students in mastering the competencies or materials that have been
taught by teachers can be known by evaluating learning outcomes. This research belongs to the type
of meta-analysis research that is research conducted by summarizing, reviewing and analyzing
research data from several previous research results. Statistical data from each study were
recorded, including mean scores, standard deviations, chi squared, t-values, and p-values. These
values are converted to the effect size metric (ES). The results showed that the effect of Integrated
Science learning in the Connected Model type based on the greatest level of education was at the
elementary level. The effect of integrated science learning on the Connected Model type based on
subject matter has the greatest effect on the digestive system material. The effect of integrated
science learning on the Connected Model type is based on student learning outcomes on aspects of
knowledge and skills equally in the medium category.

Keywords : meta-analysis, integrated science learning, connected model, learning outcomes


his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited . ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN
Abad ke-21 merupakan abad yang maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Masyarakat milenium sebutan masyarakat pada abad ke 21 ini memiliki kebutuhan hidup yang
berbeda dengan era sebelumnya. Melalui pendidikan setiap manusia dapat menggali potensi dalam
dirinya. Pendidikan menjadi wadah untuk mengukir prestasi dan keterampilan bagi masyarakat.
Pendidikan juga penting untuk membangun karakter bangsa. Abad ke-21 dengan sendirinya meminta
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Memasuki abad ke-21, pendidikan di Indonesia
mengalami pergeseran paradigma pendidikan. Salah satu prinsip dalam manajemen pendidikan abad
ke-21 adalah pembelajaran seharusnya memiliki konteks. Prinsip ini menekankan bahwa pembelajaran
didekatkan dengan kehidupan nyata. Dengan cara ini pembelajaran memberikan dampak terhadap
kehidupan sehari-hari siswa.
Proses pembelajaran seharusnya bernilai, bermakna dan membuat siswa yakin atas apa yang
telah dipelajarinya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Pembelajaran bermakna
yang seharusnya diterapkan dalam proses pendidikan, yaitu untuk menemukan keterkaitan antara
konsep pengetahuan yang didapat dari proses pembelajaran dengan lingkungan sekitar siswa. Sebagai
contoh konsep sumber energi terbarukan yang terbukti meningkatkan tidak hanya pengetahuan, tapi
juga keterampilan, dan sikap kepedulian siswa terhadap lingkungan.(Desnita, 2015).
Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tindakan
yang dilakukan pemerintah diantaranya pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru dalam
bentuk kegiatan pelatihan, workshop, maupun seminar, dan juga peningkatan sarana dan prasarana
belajar. Tujuan pemerintah melakukan berbagai upaya tersebut adalah untuk memajukan pendidikan di
Indonesia dan juga untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
50
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu masih banyak kesenjangan antara kondisi nyata
dengan kondisi ideal. Kondisi di lapangan didapatkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA belum
dilaksanakan secara terpadu (Nasution, 2018; Yunus, 2016; Nisak, 2013). Selanjutnya, guru IPA
kebanyakkan masih menggunakan model pembelajaran langsung yang cenderung meminimalkan
keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam proses
pembelajaran, dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai
materi yang kurang dipahami, sehingga suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang
menarik (Suryani, 2017). Kemudian ditinjau dari hasil belajar IPA siswa belum mencapai standar
ketuntasan (Sari, 2013). Dengan demikian pembelajaran IPA di sekolah perlu dikaji ulang oleh guru,
terutama dalam hal proses pembelajaran IPA Terpadu.
Pembelajaran IPA terpadu mendukung kerangka pengembangan kurikulum IPA yang
mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari, lingkungan, dan teknologi. Pembelajaran ini relevan
dengan salah satu prinsip esensial dari pembelajaran abad ke-21 yaitu pembelajaran yang perlu
dikaitkan dengan situasi dunia nyata. Dengan cara ini, pembelajaran IPA terpadu mampu mendukung
kerangka pengembangan kurikulum IPA di SMP/MTs (Asrizal, 2017).
Pendidikan IPA dalam kurikulum 2013 pada dasarnya memiliki tujuan mempersiapkan siswa
untuk memiliki pemahaman tentang IPA dan teknologi melalui pengembangan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan sehingga dapat memahami dan memecahkan permasalahan lingkungan yang ada
dikehidupan nyata. Pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sangat penting dalam
kehidupan manusia agar lebih bermakna dan bermartabat. Menurut Permendikbud nomor 22 tahun
2016 tentang standar proses untuk satuan pendidikan menengah, proses pembelajaran IPA sudah mulai
menggunakan pembelajaran terpadu, itu artinya pembelajaran dikemas dalam beberapa mata pelajaran
yang dipadukan atau disatukan.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula
berasal dari bahasa inggris ‘science’. Kata ‘science’ yang berarti saya tahu. IPA merupakan
pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang dapat diuji kebenarannya melalui metode ilmiah
(Daryanto, 2014). Sehubungan dengan ini Wahyana dalam (Trianto, 2012) juga menjelaskan “IPA
adalah kumpulan pengetahuan yang sistematis, yang perkembangannya tidak hanya dari fakta-fakta
yang ada tetapi dari metode ilmiah dan sikap ilmiah”. Berdasarkan dua pendapat ahli tersebut dapat
dikatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis yang dapat diuji kebenarannya, dapat berupa data
maupun hasil percobaan melalui metode ilmiah.
Pembelajaran IPA Terpadu ialah sebuah pembaharuan dari pembelajaran IPA yang sudah
diterapkan sebelumnya. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran yang menggabungkan,
memadukan, dan mengintegrasikan pembelajaran IPA dalam satu kesatuan yang utuh dimana
pembelajaran dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran IPA terpadu seharusnya memiliki konteks
yang berarti materi pada pelajaran IPA terpadu didekatkan dengan kehidupan sehari hari siswa.
Pengambilan contoh atau fakta dalam proses pembelajaran IPA Terpadu harus menyentuh langsung
kepada kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajaran IPA terpadu memiliki banyak model keterpaduan yang dikembangkan oleh Robert
Fogarty (1991), tetapi menurut (Trianto,2016) hanya tiga model yang dapat diterapkan dalam jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketiga model tersebut adalah connected model, webbed
model, dan integrated model. Model terhubung atau Connected Model adalah model integrasi antar
bidang studi. Majid (2014: 98) menyatakan bahwa “Model terhubung merupakan model integrasi inter
bidang studi“. Model terhubung ialah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan
untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lainnya, satu tema dengan tema yang lainnya,
satu keterampilan dengan keterampilan yang lainnya, tugas-tugas atau proyek yang dilakukan dalam
satu hari dengan tugas-tugas atau proyek yang dilakukan pada hari berikutnya di dalam satu mata
pelajaran (Rusman, 2016).
Model terhubung ini lahir dari adanya gagasan bahwa sebenarnya dalam setipa mata pelajaran
berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep dengan konsep dapat dikaitkan secara
eksplisit. Satu mata pelajaran dapat menfokuskan sub-sub yang berkaitan. Model terhubung secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik
lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan

51
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester
dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran.
Keberhasilan siswa dalam mengusai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru dapat
diketahui dengan melakukan penilaian hasil belajar. Berdasarkan penilaian tersebut hasil belajar
didefinisikan sebagai kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai atau dikuasai siswa setelah
siswa tersebut mengikuti proses belajar mengajar, baik itu kemampuan pengetahuan, sikap maupun
keterampilannya (Kunandar, 2015). Pendapat ini didukung oleh (Sanjaya,2008) yang menyatakan
bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kompetensi-kompetensi
yang didapatkan oleh siswa setelah melakukan proses atau tahapan belajar.
Hasil belajar terdiri dari beberapa macam. Menurut Kingsley dalam (Sanjaya,2008) “ada tiga
macam hasil belajar, yakni 1) keterampilan dan kebiasaan 2) pengetahuan dan pengertian 3) sikap dan
cita-cita”. Pembelajaran pada kurikulum 2013 hendaknya dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap siswa (Asrizal et,al 2018). Pendapat ini didukung oleh Permendikbud nomor
22 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, penilaian hasil belajar siswa pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar siswa meliputi aspek sikap, aspek
pengetahuan dan aspek keterampilan.
Dalam menyampaikan pembelajaran secara terpadu seorang guru harus memiliki keterampilan
dalam mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks
karena ia merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada
delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran yaitu
keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka, dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta membelajarkan
kelompok kecil dan perorangan (Desnita, 2017).
Berdasarkan hasil penelusuran terhadap jurnal-jurnal pendidikan di berbagai sumber di internet
ditemukan beberapa jurnal internasional dan nasional yang terakreditasi. Jurna-jurnal tersebut
mengkaji pengaruh dari Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Dari penelitian tersebut, mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dari
model terhubung dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Dengan demikian,
diperlukan rangkuman hasil-hasil penelitian mengenai pengaruh pembelajaran IPA terpadu model
terhubung berdasarkan jenjang pendidikan, berdasarkan materi pembelajaran dan berdasarkan hasil
belajar pengetahuan dan keterampilan siswa. Dengan meta analisis ini diharapkan hasil kajian ini lebih
baik daripada hasil kajian meta analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu
studi kasus dengan metode pengumpulan data berupa dokumentasi. Penelitian ini biasanya dikenal
dengan meta-analisis. Ciri penelitian meta-analisis yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
merangkum, mereview dan menganalisis data penelitian dari beberapa hasil penelitian sebelumnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri jurnal pendidikan Fisika UNP,
jurnal penelitian pembelajaran fisika, jurnal nasional dan jurnal internasional. Dari penelusuran dengan
menggunakan kata kunci tersebut diperoleh hasil 10 (sepuluh) jurnal yang memenuhi kriteria yaitu
tersedianya data sebelum tindakan dan sesudah tindakan dalam bentuk skor yang kemudian dilakukan
analisis terhadap efektivitas penelitiannya.
Sepuluh jurnal yang termasuk dalam analisis meta ini memberikan desain penelitian yang berbeda.
Data statistik dari setiap studi dicatat, termasuk skor rata-rata, standar deviasi, chi kuadrat, nilai-t, dan
nilai-p. Nilai-nilai ini dikonversi ke metrik effect size (ES). Rumus-rumus yang digunakan untuk
mencari nilai ES itu bermacam-macam. Pertama, jurnal yang menuliskan data berupa hasil uji T dan
jumlah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka rumus yang digunakan sebagai berikut:

52
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

1 1
ES  t 
ne nc
Kedua, jika pada jurnal dituliskan nilai rata-rata masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol
dan juga nilai standar deviasi yang didapatkan, maka rumus effect size yang digunakan adalah sebagai
berikut,

X EXP  X Kontrol
ES 
SDkontrol
Untuk data yang hanya menggunakan satu kelas bisa digunakan rumus,

X Pr etest  X posttest
ES 
SDpretest
Ket: ES : Effect size
ne : jumlah siswa kelas eksperimen
nc : jumlah siswa kelas kontrol
t : hasil uji t
X exp : nilai rata-rata pada kelas experimen
X kontrol : nilai rata-rata pada kelas kontrol
SDkontrol : standar baku pada kelas kontrol
X pretest : nilai rata-rata prestest siswa
X posttest : nilai rata-rata posttest siswa
SDpretest : standar baku dari pretest siswa

Kriteria ukuran efek sebagai berikut:


No Effect Size Kategori
1 ES < 0.2 Dapat Diabaikan
2 0.2 ≤ ES < 0.5 Menengah
3 0.5 ≤ ES < 0.8 Besar
4 0.8 ≤ ES Sangat Besar
(Sumber : Becker, 2011)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam mengkaji pengaruh Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung terhadap
Hasil Belajar Siswa akan dianalisis jurnal-jurnal terkait dan akan dibahas beberapa indikator seperti
tingkat pendidikan, kemampuan literasi sains siswa, materi pelajaran. Jurnal-jurnal yang dianalisis
sudah dipilih menjadi sepuluh jurnal. Kesepuluh jurnal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Sepuluh Jurnal Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung


No Judul Objek Penelitian Meta Analisis
Jurnal
Jenjang Materi Pembelajaran Hasil Belajar
Pendidikan
1 J1 SMP Tema Indera Pendengaran dan Sistem Pengetahuan dan
Sonar pada Makhluk Hidup Keterampilan

53
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

2 J2 SMP Materi Cahaya dan Alat Optik Pengetahuan dan


Keterampilan
3 J3 SD - Pengetahuan
4 J4 SD - Pengetahuan
5 J5 SMP Tema Fluida Darah Pengetahuan dan
Keterampilan
6 J6 SMP - Pengetahuan
7 J7 SMP Sistem ekskresi Pengetahuan
8 J8 SMP - Pengetahuan
9 J9 SMP - Pengetahuan dan
Keterampilan
10 J10 SMP Sistem Pencernaan Pengetahuan

Berdasarkan data pada tabel 1 (satu) dapat diketahui bahwa jumlah jurnal yang dianalisis ada 10
(sepuluh) jurnal. Dari jurnal-jurnal tersebut akan dicari nilai effect size dari indikator jenjang
pendidikan, materi pelajaran, dan hasil belajar. Berikut disajikan hasil yang diperoleh dari
penghitungan effect size berdasarkan kajian sepuluh jurnal sebagai berikut:
a. Pengaruh Jenjang Pendidikan pada Pembelaaran IPA Terpadu Tipe Terhubung
Mata pelajaran IPA menurut kurikulum 2013 dilaksanakan secara terpadu. Pembelajaran terpadu
cocok untuk mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Trianto, 2012).
.Berdasarkan sepuluh jurnal yang dianalisis, maka dapat ditentukan effect size dari Pembelaaran IPA
Terpadu Model Terhubung berdasarkan jenjang pendidikan SD, dan SMP. Analisis besar effect size
tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Pengaruh Jenjang Pendidikan pada pembelajaran IPA Terpadu Tipe Terhubung
No Jenjang Pendidikan ES
1 SD 2,09
2 SMP 0,94

Berdasarkan data pada gambar 1 diperoleh bahwa effect size dari jenjang pendidikan SD adalah
2,09 sedangkan pada jenjang pendidikan SMP besar effect size adalah 0,94. Kategori effect size pada
jenjang pendidikan SD adalah sangat tinggi. Sedangkan, pada jenjang pendidikan SMP berada pada
kategori cukup. (masukkan kesimpulan penelitian)
Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung lebih berpengaruh pada siswa dari jenjang
pendidikan SD. Besarnya pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung pada jenjang
pendidikan SD karena pada jenjang pendidikan SD siswa sudah biasa dengan pembelajaran
menggunakan tema. Siswa tidak canggung lagi dengan model pembelajaran yang dipadukan baik itu
dua, tiga, maupun empat mata pelajaran sekaligus. Pada jenjang pendidikan SMP, belum ada
penerapan tema dalam pembelajaran baik dilaksanakan oleh guru dengan rumpun ilmu yang sama
maupun antar rumpun ilmu yang berbeda. Sehingga, pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu lebih besar
pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).

b. Pengaruh Materi Pelajaran pada Pembelaara IPA Terpadu Model Terhubung


Mata pelajaran Fisika merupakan materi yang jarang disukai oleh siswa. Berdasarkan sepuluh
jurnal yang didapatkan, ada beberapa jurnal yang mencantumkan materi pelajaran yang sudah
diterapkan di sekolah dengan menggunakan Pembelaaran IPA Terpadu Model Terhubung. Analisis

54
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

besar pengaruh Pembelaaran IPA Terpadu Model Terhubung berdasarkan materi pelajaran Fisika
dapat dilihat pada grafik berikut.

2 1,84

1,5

1
0,63
0,48 0,46
0,5

0
M1 M2 M3 M4

Gambar 2. Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu Model Terhubung Berdasarkan Materi Pelajaran

Berdasarkan data pada gambar 2 diperoleh effect size dari materi pelajaran yang menggunakan
Model Pembelajaran Terpadu Model Terhubung. Pertama, kode M 1 merupakan kode materi Indera
Pendengaran dan Sistem Sonar pada Makhluk Hidup dengan besar effect size 0,48 dan berada dalam
kategori sedang. Kedua, kode M 2 merupakan kode untuk materi Cahaya dan Alat Optik dengan
besar effect size 0,63 dan berada pada kategori sedang. Ketiga, kode M 3 merupakan kode untuk
materi Sistem Peredaran Darah yang dibungkus dalam tema fluida darah dengan besar effect
size 0,46 dan termasuk kategori sedang. Keempat, kode M 4 merupakan kode untuk materi Sistem
Pencernaan Manusia dengan besar effect size 0,46 dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian,
materi sistem pencernaan makanan sangat mendukung untuk pembelajaran IPA Terpadu Model
Terhubung dibandingkan dengan materi yang lain.

c. Pengaruh Pembelaara IPA Terpadu Model Terhubung Berdasarkan Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah salah satu pedoman guru dalam menilai tingkat pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang sudah dipelajari. Penilaian hasil belajar kali ini dengan melihat kompetensi
pengetahuan dan keterampilan siswa. Berdasarkan sepuluh jurnal yang dianalisis didapatkan maka
dapat ditentukan effect size dari pengaruh Pembelaaran IPA Terpadu Model Terhubung berdasarkan
hasil belajar siswa. Analisis effect size dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Pengaruh Pembelaaran IPA Terpadu Model Terhubung Berdasarkan Hasil Belajar Siswa
No Hasil Belajar ES
1 Pengetahuan 0,52
2 Keterampilan 0,6

Berdasarkan data pada gambar 3 didapatkan data effect size dari hasil belajar siswa pada aspek
pengetahuan dan keterampilan. Pertama, pada aspek pengetahuan besar Effect Size adalah 0,52 dan
termasuk dalam kategori sedang. Kedua, pada aspek keterampilan besar Effect Size adalah 0,60 dan
termasuk dalam kategori sedang. Bedasarkan data tersebut, pembelajaran IPA terpadu Model
Terhubung sama-sama memberikan pengaruh dalam kategori sedang pada aspek pengetahuan dan
keterampilan siswa SD dan SMP.
Berdasarkan hasil meta-analisis dari beberapa indikator tersebut maka dapat dikatakan
pembelajaran IPA Terpadu tipe connected dapat diterapkan dalam jenjang pendidikan SD dan SMP.
Pada indikator materi pelajaran akan lebih baik jika materi tersebut memiliki kecenderungan pada dua
mata pelajaran dalam satu bidang studi. Sebagai contoh pada materi sistem peredaran darah. Materi ini
dibahas pada KD 3.7 Menganalisis sistem peredaran darah pada manusia dan memahami gangguan
pada sistem peredaran darah, serta upaya menjaga kesehatan sistem peredaran darah dan KD 4.7

55
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

Menyajikan hasil percobaan pengaruh aktivitas (jenis, intensitas, atau durasi) pada frekuensi denyut
jantung. Zat-zat yang ada di dalam darah dikaji secara biologi. Peredaran darah mulai dari jantung
sampai keseluruh tubuh memerlukan tekanan dan gaya (dorongan) oleh jantung sehingga darah dapat
mengalir keseluruh tubuh. Tekanan, gaya (dorongan), dan frekuensi jantung termasuk kedalam materi
Fisika. Selanjutnya, pembelajaran IPA terpadu Model Terhubung memberikan pengaruh pada hasil
belajar siswa baik dari segi keterampilan maupun pengetahuan siswa.
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan terletak pada adanya hubungan terkait
antara satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain dalam satu bidang ilmu. Dengan
merencanakan secara eksplisit tentang keterkaitan tersebut, peserta didik diharapkan dapat
membangun pemahamannya tentang keterkaitan antara konsep atau topik yang dipelajarinya secara
komprehensif, lebih rinci dan mendalam. Kebermaknaan pembelajaran melalui model pembelajaran
ini dapat tercapai secara optimal. Dengan keterkaitan ide-ide eksplisit yang direncanakan dalam satu
bidang ilmu, memberi kemampuan bagi peserta didik untuk memeriksa kembali, melakukan
konseptualisasi ulang, mengedit dan mengasimilasi ide-ide secara bertahap (Mardianto, 2011:53).
Dalam menerapkan pembelajaran terpadu model keterhubungan perlu diperhatikan beberapa hal.
Pertama tidak semua konsep dalam pokok bahasan perlu dikaitkan. Kedua, pilihan secara cermat untuk
mengembangkan ide-ide eksplisit atau nyata sebagai fokus belajarnya, ide-ide eksplisit dikembangkan
dengan mempertimbangkan karakteristik bidang ilmu, karakteristik peserta didik (tingkat
perkembangan, gaya belajar), minat dan lingkungan dan lokasi setempat. Ketiga, Sebelum memilih
fokus pembelajaran, telaah kurikulum secara rinci untuk mengembangkan ide-ide eksplisit untuk
keterkaitan hubungan antara konsep, topik dan unit. Keempat, dimungkinkan mengaitkan konsep
dalam kompetensi dasar di semester sebelumnya. Kelima, kembangkan keterkairan antara konsep
dengan lain, topik dengan topik lain agar pembelajaran menjadi lebih rinci dan pemahaman peserta
didik menjadi lebih mendalam. Keenam, perhatikan pemilihan aktivitas belahar agar pengetaguan dan
keterampilan serta sikap yang dipelajaru memiliki kebermaknaan bagi peserta didik (Mardianto, 2011).
Fogarty (1991) dalam Ananda (2018) memaparkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran
terpadu model keterhubungan yaitu dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi maka peserta
didik mempunyai gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek
tertentu. Peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga
terjadilah proses internalisasi. Mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi memungkinkan
peserta didik mengkaji, mengkonsepstualisasi, memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide dalam
memecahkan masalah. Adapun kelemahan dari model terhubung adalah tidak mendorong guru untuk
bekerja secara tim sehingga isi pelajaran tetap fokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide
antar bidang studi. Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk
mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai pengaruh pembelaaran IPA terpadu model
terhubung didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan tingkat pendidikan, pengaruh pembelaaran IPA terpadu model terhubung pada
jenjang pendidikan SD adalah sangat tinggi. Sedangkan, pada jenjang pendidikan SMP berada
pada kategori cukup
2. Berdasarkan materi pelajaran, pengaruh pembelaaran IPA terpadu model terhubung pada materi
sistem pencernaan lebih besar dari pada materi cahaya dan alat optik, sistem peredaran darah.
3. Berdasarkan hasil belajar pada aspek pengetahuan dan keterampilan, pengaruh pembelaaran IPA
terpadu model terhubung masih dalam kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R, dan Abdillah, A. 2018. Pembelajaran Terpadu (Karakteristik, Landasan, Fungsi,
Prinsip dan Model). Medan: LPPPI.
Alfikri, A., Ratnawulan, R., & Gusnedi, G. (2019). Pengaruh Buku Teks IPA Terpadu Tipe Connected
Tema Indera Pendengaran dan Sistem Sonar pada Makhluk Hidup Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII SMPN 7 Padang. Pillar of Physics Education, 12(4).

56
Laila Et Al – Journal of physics Learning Research – VOL 6 NO.1 (2020) 50-57

Asrizal, A., Amran, A., Ananda, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2018). The development of
integrated science instructional materials to improve students’ digital literacy in scientific
approach. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(4), 442-450.
Asrizal, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2017). Analisis kebutuhan pengembangan bahan ajar IPA
terpadu bermuatan literasi era digital untuk pembelajaran siswa SMP kelas VIII. Jurnal Eksakta
Pendidikan (JEP), 1(1), 1-8.
Daryanto, D. 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013). Yogyakarta:
Gava Media.
Desnita, D., & Susanti, D. (2017). Science Process Skills-Based Integrated Instructional Materials to
Improve Student Competence Physics Education Prepares Learning Plans on Teaching Skills
Lectures. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(1), 35-42.
Desnita, D. (2015). Kurikulum Tersembunyi Lingkungan di dalam Materi Energi Terbarukan untuk
Fisika SMA. Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika, 1(2), 7-12.
Kurniawati, H., Desnita, D., & Siswoyo, S. (2017, October). Pengembangan Buku Pengayaan
Pengetahuan Kajian Fisika Dalam Alat Musik Kordofon Untuk Pembelajaran Bermakna. In
Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) (Vol. 6, pp. SNF2017-RND).
Kunandar, K. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013).
Jakarta: Rajawali Press.
Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda-karya.
Mardianto, M. (2011). Pembelajaran Tematik. Medan: Perdana Publishing.
Nasution, A. R. S., & Ratnawulan, R. (2018). Pengaruh Buku Siswa IPA Terpadu Tipe Connected
Bermuatan Karakter dengan Tema Fluida Darah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP 8
Padang. Pillar Of Physic Education, 11(3), 57-64.
Ningsih, R., Susantini, E., & Sugiarto, B. (2017). Pengaruh Penggunaan Perangkat Pembelajaran Ipa
Terpadu Tipe Connected Terhadap Kompetensi Pengetahuan Dan Keterampilan Siswa Smp
Negeri 2 Kelumpang Tengah. JPPS (Jurnal Penelitian Pendidikan Sains), 6(2), 1355-1362.
Nisak, K. (2013). Pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu tipe connected pada materi
pokok sistem ekskresi untuk kelas IX SMP. Pendidikan Sians, 1(01).
Oktamagia, D. W. (2013). Pengaruh Pembelajaran Terpadu Tipe Connected terhadap Hasil Belajar
IPA Fisika pada Materi Cahaya dan Alat Optik di Kelas VIII SMP N 1 Sungai Tarab. Pillar of
Physics Education, 2(1).
Rusman, R. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu (Teori Praktik dan Penilaian). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Rustam, N. I., & Fauzi, A. (2019, April). Effectiveness of integrated science textbook theme
earthquake using connected model SSCS problem solving. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 1185, No. 1, p. 012092). IOP Publishing.
Sanjaya, W. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana.
Sari, N. W. Y., Suniasih, N. W., & Sujana, I. W. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe
Connected Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Di Desa Petiga.
Mimbar PGSD Undiksha, 1(1).
Suriyani, H. I., Sabilu, M., & Safilu, S. (2017). Pengaruh Pembelajaran Terpadu Tipe Connected
Menggunakan Pendekatan Scientific Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari. JURNAL AMPIBI (Almuni
Pendidikan Biologi), 2(1).
Wedayanti, D. P. S., Suarjana, I. M., & Widiana, I. W. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu
Tipe Connected Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Di Gugus VI Kecamatan
Sukasdada Kabupaten Buleleng Tahun Ajaran 2014/2015. Mimbar PGSD Undiksha, 3(1).
Yunus, S. R., Hadir, H. K., & Mamin, R. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Ipa Terpadu Model Connected. Sainsmat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam,
5(2), 183-190.

57

You might also like