1287-371372205-1-PB (.,., Kelas 6
1287-371372205-1-PB (.,., Kelas 6
1287-371372205-1-PB (.,., Kelas 6
Mutinah
Email : mutinah8@gmail.com
SD Negeri Watukumpul Kec Parakan Jawa Tengah
Abstract
According to Suyono and Haryanto (2011) learning science has a fundamental function in improving critical,
creative and innovative thinking skills, which are related to how to find out about nature systematically. With
a contextual approach in learning real life concept material students and discovering concepts in science
through direct experience and comparing them with real life. This type of research is Classroom Action
Research. The subjects of this study were students of class VI B SD Negeri Watukumpul. The results show
that the application of a contextual approach can improve learning outcomes in science learning for students of
class VI B. This is indicated by the increase in grades in each cycle, namely in the initial conditions the
average score of students and presentations who reached the KKM only reached 50. In the first cycle, the
grades and presentations experienced challenges by increasing to 60, in the second cycle they rose to 60. 70.
Based on observations in the last cycle, as well as discussions with colleagues, it was found that using
contextual methods in the science learning process, can improve student learning outcomes so that students get
direct learning experiences from the environment so that they can build knowledge based on their ideas or
ideas.
Keywords: learning outcomes; ecosystem materials; contextual approach
Abstrak
Menurut Suyono dan Haryanto (2011) pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental
dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif, yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dengan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran materi dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan
menemukan konsep – konsep dalam IPA melalui pengalaman langsung serta membandingkannya
dengan kehidupan nyata. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian
ini adalah siswa kelas VI B SD Negeri Watukumpul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA
siswa kelas VI B. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan nilai pada tiap siklusnya, yaitu pada
kondisi awal rata – rata nilai siswa dan presentase siswa yang mencapai KKM hanya mencapai
angka 50. Pada siklus I, nilai dan presentase mengalami pencapaian dengan naik ke angka 60,
selanjutnya pada siklus II naik ke angka 70. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus terakhir,
serta diskusi dengan teman sejawat, dijumpai bahwa dengan menggunakan metode kontekstual
dalam proses pembelajaran IPA, dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa
mendapatkan pengalaman belajar langsung dari lingkungannya sehingga mereka dapat
membangun pengetahuan berdasarkan ide atau gagasan mereka.
© 2021 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga
hasil belajar siswa dapat lebih meningkat. Dalam penelitian ini, guru mengambil alur penelitian
model Kemmis dan Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model
ini banyak digunakan karena alurnya sederhana dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis dan
Taggart dapat mencakup beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yakni: perencanaan
(plan), pelaksanaan dan pengamatan (act and observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini
berlangsung secara berulang-ulang hingga tujuan penelitian dapat dicapai (Sukayati, 2008:17).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VI SD negeri Watukumpul,
Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan pada
semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 yaitu pada bulan September, Oktober, dan November 2018.
Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut:
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri Watukumpul Tahun Pelajaran
2018/2019 dan guru kelas tersebut.
D. Validasi Data
Untuk mendapatkan data yang valid, data dikumpulkan melalui cara/teknik berikut:
F. Instrumen Penelitian
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VI dan guru kelas. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sekaligus difungsikan untuk mengetahui
ketercapaian indikator kinerja meliputi: lembar pengamatan siswa; lembar pengamatan kegiatan
pembelajaran; nilai harian siswa; dan dokumen pembelajaran lain berupa foto kegiatan
pembelajaran.
1. 2 Siklus 1
Kegiatan pembelajaran dalam siklus 1 terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Perencanaan Tindakan, sebelum dilaksanakan tindakan, dilakukan kegiatan
perencanaan sebagai berikut:
- Meninjau kembali kegiatan pembelajaran IPA di kelas VI.
- Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran
tersebut, yaitu siswa dapat: menemukan pengalaman belajar yang menyenangkan
melalui pembelajaran kontekstual, aktif dalam proses pembelajaran sehingga
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang sedang dipelajari, dan
mendapatkan hasil belajar di atas standart minimal.
- Menyusun rencana kegiatan pembelajaran.
- Menyiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek pembelajaran yang
dilakukan guru serta aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.
- Menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
- Melakukan koordinasi dengan teman sejawat sebagai pengamat tentang penjelasan
cara pengisian lembar observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam proses ini guru melakukan langkah pembelajaran menggunakan metode
kontekstual dalam pembelajaran dan para siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Sedangkan tugas pengamat melakukan pengamatan sesuai
dengan instrumen pengamatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang dilakukan
selama kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Observasi difokuskan pada kegiatan siswa dan guru. Untuk kegiatan siswa, observasi dilakukan
pada keaktifan siswa saat kegiatan diskusi dalam kelompok dan saat mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada guru, observasi dilakukan pada proses pembelajaran.
d. Refleksi
Dalam siklus 1 ini, refleksi dilakukan dengan melihat kembali kegiatan yang telah dilaksanakan
pada siklus 1 mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi. Semua kejadian dan
hasil pada siklus 1 akan dibandingkan dengan kegiatan pada tahap awal. Jika ternyata dalam siklus
1 indikator kinerja telah tercapai, maka kegiatan tidak harus dilanjutkan pada siklus 2. Namun
ternyata pada penelitian ini, indikator kinerja belum tercapai, maka kegiatan dilanjutkan pada siklus
2 dengan fokus perbaikan pada pemahaman siswa pada materi pelajaran dan peningkatan hasil
belajar.
1.3 Siklus 2
Kegiatan pembelajaran dalam siklus 2 terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Perencanaan Tindakan yang dilakukan oleh guru dalam tahap ini adalah:
Melihat situasi yang demikian, guru selanjutnya melakukan refleksi atas proses pembelajaran
di kelasnya. Guru mengambil tindakan dengan menerapkan metode kontekstual pada saat mengajar
mata pelajaran IPA. Penelitian tersebut berlangsung dua siklus dengan fokus perbaikan pada hasil
belajar siswa serta peran serta siswa selama proses pembelajaran di kelas. Ketika metode kontekstual
dicoba untuk diterapkan di kelas VI, guru merasa belum dapat menerapkan metode itu dengan
maksimal. Hal tersebut disebabkan karena guru baru pertama kali menerapkan metode ini dalam
pembelajaran IPA. Namun melihat para siswa di kelas mulai ada semangat untuk mengikuti
kegiatan belajar, guru mulai merasa percaya diri dalam membawakan materi dalam pelajaran IPA.
Setelah guru bersama para siswa mengadakan refleksi, guru dapat mengetahui bahwa para siswa
merasa senang dengan pembelajaran yang diselenggarakan pada saat siklus 1 tersebut. Dari hasil
pembelajaran pada siklus 1, didapatkan hasil sebagai berikut:
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nampak mulai ada kenaikan yang cukup baik dari
19 siswa di kelas VI. Kategori amat baik yang tadinya belum ada, sekarang nampak ada 1 anak yang
masuk dalam kategori tersebut. Kategori siswa yang perlu bimbingan juga mulai ada penurunan
pada siklus ini.
0
Jumlah Siswa
Melihat hasil yang ditunjukkan pada siklus 1, guru menjadi semakin yakin bahwa siklus yang
kedua nanti akan dapat meningkatkan proses pembelajaran seperti yang ingin dicapai dalam
indikator kinerja. Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode kontekstual akan diulang
kembali pada siklus yang kedua.
Setelah melalui proses pembelajaran pada siklus yang kedua ini, guru menjadi semakin
percaya diri membawakan materi pelajaran IPA di depan kelas. Para siswa juga menunjukkan
semangat dalam mengikuti proses pembelajaran mata pelajaran IPA ini. Ketika siswa diminta untuk
menyelesaikan masalah secara kelompok, mereka juga terlihat lebih aktif. Ketika guru memberikan
umpan berupa tugas atau hanya sekadar pertanyaan biasa, para siswa dengan semangat tunjuk jari
untuk menjawab pertanyaan. Dari kegiatan pembelajaran di siklus 2, didapatkan data nilai sebagai
berikut:
Salah satu tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar mengembangkan kemampuan siswa
secara kognitif, afektif, psikomotor serta kreativitas. Siswa juga dilatih untuk berpikir kritis dalam
memahami fenomena-fenomena alam yang ada di lingkungannya, sehingga siswa mampu
menghadapi tantangan hidup serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, jika pembelajaran IPA hanya disampaikan dengan metode ceramah saja
serta kurang melibatkan siswa untuk mengalami situasi belajar secara langsung dengan objeknya,
maka hasil belajar yang didapatkan kurang maksimal. Siswa tidak mengalami proses pembelajaran
yang menyenangkan, nilai akademis yang didapatkan juga tidak memenuhi kriteria ketuntasan
minimal.
Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif serta
membandingkannya dengan fenomena yang ada di lingkungannya sehingga diharapkan dapat
memunculkan ide, gagasan, atau pandangan baru. Melalui pendekatan kontekstual, siswa dilatih
untuk berani mengungkapkan pendapatnya melalui diskusi kelompok. Situasi belajar seperti ini
yang perlu untuk dibangun di kelas VI SD Negeri Watukumpul supaya siswa mendapatkan
pengalaman belajar yang menyenangkan karena siswa mendapat kebebasan untuk mengeksplorasi
pengetahuan yang ingin dipelajari. Dengan demikian guru tidak lagi menjadi pusat belajar yang
seakan-akan semua serba tahu.
Salah satu kelemahan pembelajaran dengan metode kontekstual, guru harus dapat mengelola
kelas dengan baik agar antar anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik, dapat mengajak
siswa untuk saling membantu dalam kelompoknya supaya hasil belajar siswa dapat maksimal. Guru
juga harus memiliki kemampuan memotivasi siswa mulai dari awal pembelajaran. Penggunaan
waktu yang lama juga perlu menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode ini.
Fitayah (2015) dalam skripsinya yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui
pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam
di MI. Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
IPA dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi.
Indikator ketercapaian yaitu apabila > 85% siswa mencapai KKM yakni 78. Hasil penelitian
pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penggunaan Pendekatan Kontekstual mampu
meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam dikelas III MI. Hasil penelitian
pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 76% sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 96%. Sedangkan hasil Observasi Kegiatan guru dalam menerapkan Pendekatan
Kontekstual juga mengalami peningkatan disetiap siklus, yakni pada siklus I sebesar 71,4% dan
siklus II sebesar 95,8%. Demikian pula pada hasil Observasi siswa, mengalami
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN
KONTEKSTUAL 9
Mutinah
peningkatan disetiap siklus yakni pada siklus I sebesar 65% dan pada siklus II
sebesar 88,4%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendekatan
Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam dikelas III MI.
Terpadu Raudlatul Ulum Sawangan Kota Depok.
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2016) dalam artikelnya yang
berjudul upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan kontekstual yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam
memahami materi dan upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V B SD Negeri 104205 Tembung. Dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian
pada tes awal yang dilakukan dari 40 orang siswa dengan nilai rata – rata 50,0 pada saat diberikan
tes awal terdapat sebanyak 9 orang siswa yang tuntas (22,5%) dan sebanyak 31 orang siswa yang
mendapat nilai belum tuntas (77,5%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa tes
awal yang dilakukan guru kepada siswa menunjukkan tingkat keberhasilan siswa tergolong rendah
dan dianggap belum tuntas. Kemudian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dilakukan tindakan
siklus I. Dari 40 orang siswa dengan nilai rata – rata 60,3 pada saat diberikan tes awal terdapat
sebanyak 20 orang siswa yang tuntas (50%) dan sebanyak 20 orang siswa yang mendapat nilai
belum tuntas (50%). Berdasarkan analisis data siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa
penggunaan pendekatan kontekstual yang dilakukan guru belum dapat meningkatkan hasil belajar
siswa baik secara individu maupun secara keseluruhan, sehingga perlu perbaikan dan
pengembangan pendekatan kontekstual pada siklus II. Pada tindakan siklus II merupakan perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. dari 40 orang siswa dengan nilai rata – rata 80,9 pada
saat diberikan tes awal terdapat sebanyak 32 orang siswa yang tuntas (80%) dan sebanyak 8 orang
siswa yang mendapat nilai belum tuntas (20%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Selanjutnya Rusli (2018) dalam artikelnya yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA pada materi pokok
bioteknologi dengan rumusan masalah: Apakah penerapan kontekstual pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA mata pelajaran utama bioteknologi di
kelas IX-1 SMP Negeri 5 Stabat T.P. 2016/2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan siswa hasil belajar melalui penerapan pendekatan kontekstual
pada pembelajaran IPA utama bioteknologi mata pelajaran di kelas IX-1 SMP Negeri 5 Stabat T.P.
2016/2017. Prosedur penelitian dilakukan melalui dua siklus dengan empat tahapan: 1)
perencanaan; 2) tindakan; 3) observasi; 4) refleksi; Masalah yang belum terselesaikan
adalahdirefleksikan sebagai bahan ajar perbaikan siklus berikutnya. Hasil penelitian tindakan kelas
menunjukkan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai 74 (kategori tidak tuntas) pada siklus I menjadi 83
(kategori tuntas) pada siklus II dan persentase ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dari 53%
pada siklus I menjadi 87,5% pada siklus II.
Kemudian, PUTRI (2018) dalam skripsinya yang berjudul upaya meningkatkan hasil belajar
siswa melalui strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA materi
bagian-bagian
pada tumbuhan di kelas IV yang merupakan penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari dua siklus. Penelitian ini menggunakan tes hasil belajar IPA dalam bentuk
pilihan berganda pada materi bagian-bagian pada tumbuhan. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas IV MIS PARMIYATU WASSA‟ADAH yang berjumlah 34 orang, yang terdiri dari 16 orang
laki-laki dan 18 orang perempuan. Dari penelitian ini dihasilkan temuan sebagai berikut: (1)
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus terakhir, serta diskusi dengan teman sejawat,
dijumpai bahwa dengan menggunakan metode kontekstual dalam proses pembelajaran IPA, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa menjadi lebih aktif selama proses
pembelajaran. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena adanya interaksi aktif antara
siswa dan guru. Melalui metode ini, siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dari
lingkungannya sehingga mereka dapat membangun pengetahuan berdasarkan ide atau gagasan
mereka.
Siswa juga memiliki kepercayaan diri karena dapat berinteraksi dengan teman sebaya di
kelompoknya, sehingga ketika siswa mengalami kesulitan saat memahami materi, mereka dapat
saling berkomunikasi dalam kelompok tersebut. Dengan menggunakan metode ini, hasil belajar
siswa juga meningkat. Hal ini disebabkan siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran
setelah siswa mengalami secara langsung atau berhubungan dengan objek secara langsung.
SARAN
Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi interaksi aktif antara siswa dan
guru. Yang dimaksud dengan interaksi aktif adalah interaksi yang terjalin dua arah. Bukan hanya
guru sebagai pusat pembelajaran, namun juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. Berdasarkan situasi
belajar di kelas VI SD Negeri Watukumpul, pemilihan metode kontekstual dirasa cocok diterapkan
dalam pembelajaran IPA karena mampu mengajak siswa untuk aktif melakukan kegiatan belajar
mulai dari mengamati objek secara langsung, menanyakan hal-hal yang belum dipahami,
mengomunikasikan pendapat atau gagasan melalui kegiatan diskusi kelompok. Namun pemilihan
metode ini akan kurang berhasil jika guru tidak merancang dengan tepat proses pembelajaran, serta
tidak mampu mengelola kelas dengan baik. Oleh karena itu, melalui karya tulis ini, penulis ingin
mengajak para guru agar mau mencoba menerapkan metode kontekstual ini terutama dalam mata
pelajaran IPA pada materi pokok lain yang sesuai. Selain itu, bagi para guru yang akan menerapkan
metode ini di kelasnya, agar benar-benar mengikuti serta menjalankan langkah-langkah dengan
tepat agar proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar dan mampu meningkatkan
hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Catarina Eka Budi. 2012. Peningkatan kemampuan mengarang
sederhana dengan pendekatan contextual teaching and learning pada
siswa kelas III SD N Bango Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011.
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.