Pengaruh Tata Guna Lahan, Tipe Vegetasi Riparian, Dan Sumber Pencemar Terhadap Kualitas Air Sungai Winongo Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengaruh Tata Guna Lahan, Tipe Vegetasi Riparian, Dan Sumber Pencemar Terhadap Kualitas Air Sungai Winongo Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pengaruh Tata Guna Lahan, Tipe Vegetasi Riparian, Dan Sumber Pencemar Terhadap Kualitas Air Sungai Winongo Di Daerah Istimewa Yogyakarta
ABSTRACT
Winongo River is one of the rivers located in the Special Region of Yogyakarta. This river has a
very influential ecological, biological and economic role for humans. Riparian vegetation is vegetation that
grows on river boundaries with a function to maintain water quality, natural conservation and as a shelter
for river habitats. Land use around the Winongo River can have a negative impact on riparian vegetation
and can affect river water quality. The impact of inappropriate land use is that there are many sewage
channels that are a source of pollutants around rivers. The purpose of this study was to determine the
relationship between land use, riparian vegetation types and pollutant sources on the water quality of the
Winongo River. It is known that the riparian vegetation types in the Winongo River are dominated by the
Poaceae family. The water quality of the Winongo River on the parameters of nitrate and phosphate has
exceeded the quality standard based on Pergub DIY No. 20 of 2008. The results of the calculation of the
pollutant index show that the water quality of the Winongo River is included in the category of light
pollution. Qualitatively, land use and pollutant sources have a direct influence on water quality. Riparian
vegetation types have a strong relationship (sig < 0.05) with a negative correlation pattern with parameters
of water discharge, temperature, turbidity, pH, DO and nitrate. Then, the parameters of depth, brightness,
TDS, TSS and phosphate had a very strong relationship (sig < 0.01) with a negative correlation pattern on
riparian vegetation types.
Keywords: land use; pollutant sources; riparian vegetation; river water quality; Winongo River
INTISARI
Sungai Winongo merupakan salah satu sungai yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai
ini memiliki peran secara ekologis, biologis dan ekonomis yang sangat berpengaruh bagi manusia. Vegetasi
riparian merupakan vegetasi yang tumbuh di sempadan sungai dengan memiliki fungsi untuk menjaga
kualitas air, konservasi alami dan sebagai tempat berlindung habitat sungai. Tata guna lahan di sekitar
Sungai Winongo dapat memberikan dampak buruk terhadap vegetasi riparian dan dapat memengaruhi
kualitas air sungai. Dampak dari tata guna lahan yang tidak tepat guna yaitu banyak ditemukan saluran
pembuangan limbah yang menjadi sumber pencemar disekitar sungai. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara tata guna lahan, tipe vegetasi riparian dan sumber pencemar terhadap kualitas
air Sungai Winongo. Diketahui bahwa tipe vegetasi riparian di Sungai Winongo di dominasi oleh Famili
Poaceae. Kualitas air Sungai Winongo pada parameter nitrat dan fosfat telah melebihi standar baku mutu
berdasarkan pada Pergub DIY No. 20 tahun 2008. Hasil perhitungan indeks pencemar menunjukan kualitas
air Sungai Winongo termasuk dalam kategori cemaran ringan. Secara kualitatif tata guna lahan dan sumber
pencemar memiliki pengaruh secara langsung terhadap kualitas air. Tipe vegetasi riparian memiliki
hubungan yang kuat (sig < 0,05) dengan pola korelasi negatif terhadap parameter debit air, suhu, kekeruhan,
pH, DO dan nitrat. Kemudian untuk parameter kedalaman, kecerahan, TDS, TSS dan fosfat memiliki
hubungan yang sangat kuat (sig < 0,01) dengan pola korelasi negatif terhadap tipe vegetasi riparian.
Kata kunci: kualitas air sungai; sumber pencemar; Sungai Winongo; tata guna lahan; vegetasi riparian
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 392
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
PENDAHULUAN al., 2020). Aktivitas manusia dalam memenuhi
Sungai merupakan salah satu sumber air kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan
yang mengalir secara kontinu dari hulu pertanian, industri, dan rumah tangga
(sumber) ke hilir (muara) dengan intensitas air menghasilkan buangan yang bersifat cemaran
yang sangat besar. Sungai Winongo merupakan yang dapat memengaruhi terjadinya penurunan
salah satu sungai yang terdapat di Daerah kualitas air (Suriawiria, 2003).
Istimewa Yogyakarta. Sungai ini sering Tingginya pertumbuhan penduduk dapat
digunakan untuk mencuci, mandi, mengairi menyebabkan pencemaran pada air permukaan,
daerah pertanian dan perikanan. Namun terutama pada air sungai dikarenakan
pemanfaatan sungai dari waktu ke waktu mulai kurangnya manajemen air limbah domestik dan
tidak terkontrol dan menyebabkan terjadinya sanitasi. Limbah domestik yang tidak diolah
penurunan kualitas air sungai. Salah satu faktor dan aktivitas manusia yang membuang limbah
yang menyebabkan terjadinya penurunan padat dan cair baik berupa organik dan
kualitas air sungai adalah tata guna lahan yang anorganik ke badan air, telah menyebabkan
tidak guna pada daerah sempadan sungai yang meningkatnya polusi air dan menurunkan
merupakan zona tumbuhnya vegetasi riparian. kualitas air (Susanti el al, 2017). Banyaknya
Ekosistem riparian merupakan ekosistem aktivitas di sekitar sungai dapat menyebabkan
peralihan antara ekosistem akuatik dan pencemaran dan memengaruhi serta
teresterial (Setiarno et al., 2018). Daerah menurunkan kualitas air, selain aktivitas
sempadan sungai merupakan daerah yang manusia faktor lain yang dapat menyebabkan
ditumbuhi oleh vegetasi riparian yang terdiri terjadinya pencemaran adalah perubahan iklim
dari berbagai jenis tumbuhan yang telah (Zanatia, 2019).
beradaptasi dengan kondisi sempadan sungai
yang sering tergenang oleh air permukaan yang METODE PENELITIAN
naik pada saat hujan (Siahaan & Ai, 2014). Lokasi penelitian dilakukan di Sungai
Vegetasi riparian berfungsi sebagai penahan Winongo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
atau mengikat tanah (lumpur), unsur hara, dan Lokasi pengambilan sampel air dan vegetasi
bahan kimia yang terbawa oleh air dari tepian riparian didasarkan pada pola tata guna lahan
kiri dan kanan sungai sungai agar tidak ikut yang terdiri dari 8 stasiun sampling. Lokasi
terbawa masuk ke dalam badan sungai stasiun 1 sebagai hulu berada di Jembatan Pules
(Ramadhanti et al., 2020). Selain itu vegetasi Lor Surdadi, Girikerto, Turi, Sleman. Stasiun 2
riparian juga memiliki peran dalam menunjang berada pada Jembatan Karangasem,
kestabilan ekosistem pada siklus oksigen, Pandowoharjo, Sleman, stasiun 3 Jembatan
karbon, nitrogen dan siklus air (Bates, 1961 Jatimulyo, Kricak, Yogyakarta, stasiun 4
dalam Ainy et al., 2018). Jembatan Jlagran, Bumijo, Yogyakarta, stasiun
Bertambahnya kebutuhan masyarakat 5 Jembatan Tamansari, Wirobrajan,
berdampak langsung terhadap kebutuhan akan Yogyakarta, stasiun 6 Jembatan Dongkelan,
lahan baru. Pembukaan lahan tanpa melihat Kasihan, Bantul, stasiun 7 Bantul dan stasiun 8
kondisi lingkungan suatu wilayah dapat sebagai hilir yang berlokasi di Jembatan Mojo,
menyebabkan permasalahan pada perubahan Gading, Kretek, Bantul. Dilakukan 3 kali
tata guna lahan yang dapat memberikan pengulangan pada waktu pagi, siang, dan sore
dampak buruk terhadap kualitas lingkungan hari.
suatu wilayah (hastutiningrum et al., 2020). Ada 3 parameter yang diukur terdiri dari
Tingginya tingkat aktivitas masyarakat berupa parameter fisik, kimia, dan biologi. Parameter
permukiman di sempadan sungai dapat fisik meliputi kedalaman, kekeruhan,
memberikan permasalahan serius terhadap kecerahan, kecepatan arus, debit air, suhu, tipe
kualitas air sungai. Hal ini disebabkan oleh substrat, TDS dan TSS. Parameter kimia
banyaknya aktivitas permukiman yang meliputi kimia meliputi pH, DO, BOT, nitrat,
membuang limbah secara langsung ke badan fosfat, dan amonia. Sedangkan parameter
sungai (Anggun, 2013 dalam Hastutiningrum et biologi (vegetasi riparian) meliputi kerapatan,
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 393
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
indeks kekayaan jenis, dan indeks Google Maps Pro untuk mengetahui luas
keanekaragaman jenis. Selain itu dilakukan penggunaan lahan di Sungai Winongo. Hasil
perhitungan indeks pencemaran (IP) dalam pengamatan kemudian dianalisis secara
menentukan stasus mutu air sungai berdasarkan deskriptif.
pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Analisis data dilakukan secara kualitatif
Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang pedoman dan kuantitatif. Analisis kualitatif secara
penentuan status mutu air. deskriptif menggunakan gambar dan tabel
Metode yang digunakan dalam untuk melakukan analisa hubungan antara tata
mengambil sampel vegetasi yaitu petak ukur guna lahan, tipe vegetasi riparian dan sumber
dengan mengacuh pada penelitian Siahaan pencemar dengan kualitas air Sungai Winongo.
(2012). Lokasi pengambilan sampel vegetasi Kemudian analisis kuantitatif secara analitik
riparian dilakukan dari daerah tepian sungai menggunakan ANOVA untuk melihat
(bankfull width) sampai daratan atas (upland) perbedaan karakteristik fisik kimia, serta
atau daerah yang terkena air permukaan ketika analisa korelasi Pearson untuk memperkirakan
banjir. Pengambilan dilakukan pada bagian hubungan tipe vegetasi riparian dengan kualitas
sempadan kiri dan kanan sungai. Vegetasi yang air Sungai Winongo.
ada kemudian didokumentasikan menggunakan
kamera dan diindentifikasi di Laboratorium HASIL DAN PEMBAHASAN
Lingkungan Fakultas Bioteknologi Universitas Tata Guna Lahan di Sungai Winongo
Kristen Duta Wacana, Yogyakarta. Pola Pengukuran luas wilayah tata guna lahan
penggunaan lahan dan sumber pencemar sekitar di Sungai Winongo menggunakan Software
Sungai Winongo diketahui dengan Google Maps Pro untuk mengetahui persentase
menggunakan metode survei dan observasi di tata guna lahan pada masing-masing stasiun
lapangan. Selain itu digunakan Software pengamatan yang ditampilkan pada Tabel 1.
Berdasarkan pada Tabel 1 diketahui Yogyakarta yang tinggi akan aktivitas manusia
bahwa penggunaan lahan pada stasiun 1 dan 2 dan permukiman. Hal ini sesuai dengan
didominasi oleh zona riparian. Hal ini penelitian dari Wardhana et al. (2013), yang
dikarenakan lokasi pada stasiun 1 dan 2 masih menyatakan bahwa penggunaan lahan pada
berada di sekitar hulu sungai dan masih sedikit DAS bagian tengah Sungai Winongo
ditemukan aktivitas masyarakat. Berdasarkan didominasi oleh daerah permukiman yang tepat
pada penelitian yang dilakukan oleh Wardhana berada di tengah kota. Penggunaan lahan pada
et al. (2013), penggunaan lahan pada daerah stasiun 7 dan 8 didominasi oleh daerah
hulu Sungai Winongo di dominasi oleh daerah persawahan. Hal ini sejalan dengan penelitian
hutan dan perkebunan. Penggunaan lahan pada yang dilakukan oleh Wardhana et al. (2013),
stasiun 3-6 didominasi oleh bangunan yang mengatakan bahwa penggunaan lahan di
(permukiman, usaha kecil, industri dan daerah hilir pada umumnya didominasi oleh
perkantoran). Hal ini dikarenakan lokasi pada persawahan dikarenakan kondisi tanah yang
stasiun 3-6 yang berada tepat di tengah Kota datar dan kaya akan unsur hara dalam tanah.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 394
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Sumber Pencemar di Sungai Winongo terdapat 3 sumber pencemar yang memiliki
Berdasarkan pada Gambar 1 dan hasil peran secara langsung dalam memengaruhi
pengamatan terhadap sumber pencemar di kualitas air sungai yaitu limbah peternakan,
sekitar Sungai Winongo, diketahui bahwa limbah pertanian dan limbah domestik.
Sumber Pencemar
18%
36%
46%
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 395
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Tabel 2. Indeks biotik sungai vegetasi riparian di Sungai Winongo
Jumlah
Stasiun Jumlah Spesies H’ R D
Individu
1 259 26 3,99 4,49 519.925
2 241 24 3,94 4,19 502.200
3 130 17 3,64 3,3 283.000
4 170 24 3,96 4,47 353.900
5 23 8 2,54 2,23 47.825
6 113 15 3,22 2,96 219.500
7 92 15 2,4 3,09 130.925
8 90 12 2,7 2,44 208.200
Indeks keanekaragaman jenis pada setiap 8 masuk dalam kategori kekayaan jenis rendah
stasiun berada pada rentang 2,23-3,99. dengan nilai R<3,5. Semakin besar jumlah
Berdasarkan pada kriteria penilaian struktur individu (N) yang teramati disertai dengan
komunitas vegetasi riparian dari Fachrul pertambahan jumlah spesies (S) maka nilai
(2007), diketahui bahwa hasil penilaian pada kekayaan jenis (R) akan semakin tinggi. Namun
stasiun 1, 2, 3, 4 dan 6 masuk dalam kategori apabila nilai jumlah spesies (R) yang teramati
keanekaragaman jenis tinggi dengan H’>3. rendah dan nilai jumlah individu (N) tinggi
Sedangkan stasiun 5, 7 dan 8 berada pada maka tingkat kekayaan jenisnya rendah
kategori keanekaragaman jenis sedang dengan (Magurran, 2004).
1≤H’≤3. Keanekaragaman memiliki nilai Indeks kekayaan jenis dan indeks
indeks yang tinggi apabila seluruh individu keanekaragaman jenis memiliki pola yang
berasal dari genus atau spesies yang berbeda, berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, di
jika nilai indeks keanekaragaman rendah maka mana urutan indeks keanekaragaman jenis
dapat diketahui bahwa seluruh individu hanya tertinggi hingga terendah adalah stasiun 1, 2, 4,
berasal dari genus atau spesies yang sama 3, 6, 8, 5 dan 7. Sedangkan pada indeks
(Odum, 1993). kekayaan jenis dengan urutan tertinggi hingga
Indeks kekayaan jenis (indeks Margalef) terendah adalah stasiun 1, 4, 2, 3, 7, 6, 8 dan 5.
merupakan salah satu metode pengukuran yang Hasil perhitungan indeks kerapatan dapat
dapat digunakan untuk mengetahui jumlah jenis dilihat bahwa tingkat kerapatan pada setiap
dalam suatu daerah pengamatan. Hasil stasiun memiliki pola yang naik turun, di mana
pengukuran kekayaan jenis pada setiap stasiun kerapatan masing-masing spesies dipengaruhi
memiliki nilai yang berbeda dengan rentang juga oleh luas kecilnya zona riparian. Urutan
antara 2,23-4,49. Berdasarkan pada kategori tingkat kerapatan tertinggi hingga terendah
penetapan kekayaan jenis untuk indeks adalah stasiun 1, 2, 4, 3, 6, 8, 7 dan 5.
kekayaan Margalef diketahui bahwa kekayaan Berdasarkan pada perbedaan yang ditemukan,
jenis pada stasiun 1, 2 dan 4 termasuk dalam dapat memberikan gambaran mengenai tipe
kategori kekayaan jenis sedang dengan nilai vegetasi riparian di Sungai Winongo
3,5<R<5. Sedangkan pada stasiun 3, 5, 6, 7 dan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 396
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Persentase Famili
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6 Stasiun 7 Stasun 8
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 397
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Hubungan antara Tipe Vegetasi Riparian, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sungai Winongo
Penggunaan Lahan dan Sumber Pencemar dikategorikan dalam baku mutu air kelas II
Terhadap Kualitas Air Sungai Winongo dengan status mutu air pada setiap stasiun
Berdasarkan pada Pergub DIY No. 20 ditunjukkan pada Tabel 3.
tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi
Tabel 3. Kualitas air Sungai Winongo
Baku mutu
Pergub DIY Stasiun
Parameter Satuan No. 20 tahun
2008 I II III IV V VI VII VIII
a ab bc cde de cd e
Kedalaman cm - 15,20 23,98 38,75 59,23 74,49 53,21 78,97 52,88cd
Debit Air 0,14a 1,05b 1,93c 0,41ab 0,91b 0,67ab 0,84ab 0,67ab
Kec. Arus m/s - 0,08a 0,94ab 7,27d 2,67abc 7,41d 4,10bc 2,13ab 5,52cd
o
Suhu C ±3oC 26,13a 27,56ab 28,13b 27,63ab 28,10b 29,23b 29,26b 29,13b
terhadap suhu
udara
Kecerahan Cm - 0a 0a 28,56b 26,33b 36,16bc 36,66bc 54,16c 27,83b
Kekeruhan NTU - 2,34a 2,44a 7,48a 5,73a 21,48b 10,91a 5,40a 6,57a
TDS Ppm 1000 139a 159,66ab 198bc 209,33d 343,66e 291,33d 266,33d 299,66d
TSS Ppm 50 0,83a 1,63a 17,66b 19,33bc 24,50cd 24,26cd 25,33d 19,33bc
a a a a a a a
pH - 6-8,5 7,53 7,59 7,46 7,58 7,40 7,32 7,29 7,51a
DO Ppm 5 7,33a 7,60a 7,65a 7,43a 8,20a 8,73a 10,20b 8,30a
a a a a a a a
BOT mg/l - 6,66 5,43 7,84 7,16 8,53 5,90 5,29 7,79a
Amonia mg/l - 0,79a 0,03a 0,04a 0,05a 0,13ab 0,10a 0,06a 0,23b
Nitrat mg/l 10 2,97a 4,11a 9,28cd 10,03d 10,31d 11,71e 8,41c 7,15b
Fosfat mg/l 0,2 0,26a 0,26a 0,47b 0,49b 0,63c 0,72cd 0,83d 0,97e
1,15 1,15 2,09 2,15 2,55 2,78 2,99 3,22
Status Mutu Air IP Cemaran Cemaran Cemaran Cemaran Cemaran Cemaran Cemaran Cemaran
ringan ringan ringan ringan ringan ringan ringan ringan
Hasil uji parameter fisik-kimia terlampir (Mukono, 2008). Hal ini juga didukung oleh
pada Tabel 3 menunjukan bahwa hanya Effendi (2003) yang menyatakan bahwa
terdapat 2 parameter yang mengalami sumber utama nitrogen antropogenik di
peningkatan konsentrasi yang melebih standar perairan berasal dari limbah pertanian dan
baku mutu kelas II yaitu parameter nitrat dan perkebunan yang menggunakan pupuk kandang
fosfat. Diketahui bahwa kedua parameter ini maupun pupuk buatan, maupun dari kegiatan
memiliki pola yang sama yaitu terjadi kenaikan domestik seperti air buangan limbah rumah
konsentrasi pada setiap stasiun pengamatan. tangga yang mengandung deterjen dapat
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya menjadi sumber pencemar yang mengakibatkan
penggunaan lahan sebagai daerah persawahan tingginya nilai fosfat. Hal ini didukung dengan
dan peternakan. Selain itu adanya daerah adanya pola aktivitas masyarakat di sekitar
permukiman juga dapat memengaruhi tinggi badan sungai yang melakukan aktivitas MCK.
rendahnya nitrat dan fosfat di dalam air. Berdasarkan data pada Tabel 3, diketahui
Aktivitas pertanian dan peternakan dan menjadi bahwa terdapat perbedaan kualitas air Sungai
sumber masuknya unsur N dan P ke dalam Winongo. Perbedaan ini dipengaruhi oleh
sungai. Unsur P (fosfor) yang masuk ke aliran karakteristik lingkungan, pola aktivitas
sungai berasal dari aktivitas pertanian, industri manusia, penggunaan lahan, sumber pencemar
dan rumah tangga. Detergen yang merupakan dan tipe vegetasi riparian. Air yang masuk ke
bahan sisa aktivitas rumah tangga menjadi sungai yang berasal dari pertanian dan
penyumbang terbesar unsur P dalam air sungai permukiman penuh dengan bahan-bahan
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 398
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
pencemar misalnya pestisida, pupuk dan Winongo termasuk dalam kategori cemaran
minyak. Pencemar tersebut sebelum memasuki ringan. Penggunaan lahan yang tidak terkontrol
sungai akan diserap oleh vegetasi riparian dan pada daerah zona riparian dan banyak
diubah menjadi bahan-bahan yang tidak ditemukan sumber pencemar pada Sungai
berbahaya. Hal tersebut membantu Winongo memiliki pengaruh secara langsung
meningkatkan kualitas air sungai. Vegetasi terhadap penurunan kualitas air sungai dilihat
riparian berperan secara langsung dalam dari parameter fisik-kimia. Tipe vegetasi
purifikasi alamiah air sungai. Namun hasil yang riparian memberikan pengaruh terhadap
didapat dalam penelitian ini diketahui kualitas air Sungai Winongo pada parameter
kemampuan purifikasi alamiah dari vegetasi debit air, suhu, kekeruhan, pH, DO dan nitrat
riparian tidak maksimal. Hal ini dikarenakan (sig < 0,05) dengan pola negatif. Kemudian
sumber pencemar yang terdapat pada Sungai pada parameter kedalaman, kecerahan, TDS,
Winongo mengalami kontak langsung dengan TSS dan fosfat (sig < 0,01) dengan pola negatif.
badan air sungai tanpa melewati vegetasi
riparian sebelum masuk ke aliran air sungai. DAFTAR PUSTAKA
Hasil penilaian baku mutu air Sungai Winongo Ainy NS, Wardhana W, dan Nisyawati. 2018. Struktur
dengan menggunakan indeks pencemar (IP) vegetasi riparian sungai pesanggrahan kelurahan
Lebak Bulus Jakarta Selatan. Jurnal Bioma. vol
didapat hasil bahwa Sungai Winongo 14(2): 60-69. doi: 10.21009/Bioma14(2).2.
terindikasi mengalami cemaran ringan dengan Anggun HS. 2013, Simulasi tata guna lahan terhadap
nilai IP berada pada kisaran 1,15-3,22. kualitas air sungai dengan metode indeks
Hasil analisis kuantitatif korelasi pearson pencemaran (Studi kasus Sungai Tuntang Jawa
untuk melihat ada tidaknya hubungan tipe Tengah). Jurnal Teknik Lingkungan. vol 2(1): 1-
10.
vegetasi riparian dengan karakteristik fisik- Bates M. 1961. Man in nature. New Jersey: Prentice-Hall,
kimia air Sungai Winongo, diketahui bahwa Inc.
pada parameter kedalaman, kecerahan, TDS Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan
dan TSS memiliki korelasi yang sangat kuat Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
(sig < 0,01) dengan dengan vegetasi riparian. Yogyakarta: Kanisius.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Sedangkan pada parameter debit air, suhu, Jakarta: Bumi Aksara.
kekeruhan, DO, nitrat dan fosfat memiliki Hastutiningrum S, Muchlis, dan Astari NA. 2020.
korelasi yang kuat (sig < 0,05). Parameter pH Pengaruh tata guna lahan terhadap kualitas air dan
dan DO memiliki korelasi yang positif dengan daya tampung beban pencemaran selokan
vegetasi riparian, sedangkan parameter Mataram Yogyakarta. Jurnal Teknologi
Technoscientia. vol 12(2): 189-194.
kedalaman, debit air, suhu, kecerahan, Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity.
kekeruhan, TDS, TSS, nitrat dan fosfat USA: Blackwell Publishing Company.
memiliki korelasi negatif dengan vegetasi Mukono. 2008. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan.
riparian. Surabaya: Airlangga University Press
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi, Terj.Tjahjono
Samingan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
KESIMPULAN Mada University Press.
Sumber pencemar yang ditemukan di Ramadhanti NRN, Mahmudati N, Prihanta W, Permana
Sungai Winongo terdiri dari tambak ikan, FH, dan Fauzi A. 2020. Keanekaragaman
kebun campuran, saluran pembuangan limbah Makroinvertebrata Pada Kualitas Riparian Yang
domestik, saluran irigasi, sampah plastik, kakus Berbeda di Sumber Maron Kabupaten Malang.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi.
dan peternakan ayam. Ditemukan 39 Famili di Hal 100-109.
Sungai Winongo yang didominasi oleh famili Setiarno, Yulianto S, dan Wittu S. 2018. Struktur dan
Poaceae. Berdasarkan pada Pergub DIY No. 20 komposisi vegetasi riparian Sungai Pager
tahun 2008, diketahui bahwa parameter fosfat Kecamatan Rakumpit Kota Palangka Raya.
telah melebihi standar baku mutu air sungai Agrienvi: Jurnal Ilmu Pertanian. vol 13(1): 14-
24. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
kelas II dan parameter nitrat yang melebihi Siahaan R dan Ai NS. 2014. Jenis - jenis vegetasi riparian
standar baku mutu pada stasiun 4, 5 dan 6. sungai ranoyapo, Minahasa Selatan. Jurnal LPPM
Berdasarkan pada indeks pencemar (IP) Sungai Bidang Sains dan Teknologi. vol 1(1): 7-12.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 399
ISBN: 978-602-72245-5-1
Prosiding Seminar Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19
Gowa, 19 September 2020
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/
Suriawiria U. 2003. Air Dalam Kehidupan Dan
Lingkungan Yang Sehat. Bandung: Penerbit
Alumni.
Susanti, Dyah P, and Miardini A. 2017. The impact of
land use change on water pollution index of Kali
Madiun Sub-watershed. Forum Geografi. vol
31(1): doi: 10.23917/forgeo.v31i1.2686.
Wardhana PN, Astuti SAY, dan Kurnia D. 2018.
Pengaruh perubahan tutupan lahan terhadap debit
banjir di DAS Winongo Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal ilmiah Teknik Sipil. doi:
10.24843/JITS.2018.v22.i02.p10.
Zanatia., Firda K, Ningrum H, dan Rahmadi, A. 2019.
Pencemaran Air di Daerah Aliran Sungai
Cimencrang Jawa Barat: Sumber, Dampak, dan
Solusi. Bandung: Jurusan Agroteknologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar 400