Pergulatan Politik Identitas Partai-Partai Politik Islam: Studi Tentang PAN, PKB Dan PKS
Pergulatan Politik Identitas Partai-Partai Politik Islam: Studi Tentang PAN, PKB Dan PKS
Pergulatan Politik Identitas Partai-Partai Politik Islam: Studi Tentang PAN, PKB Dan PKS
Abstract
This study seeks to conduct a critical analysis of the vision and practice of Political
Islam held by the leading Islamic parties in Indonesia, the National Mandate Party (PAN), the
National Awakening Party (PKB) and the Prosperous Justice Party (PKS). Strategy and the
methods adopted by the three parties are not always based linearly with Islamic style. The
analysis will be directed at explaining their adaptive actions and changes in response to the
concrete political realities and developments. Political Islam will be placed in the context not
only in terms of identity and ideological elements but also in its intersection with efforts to
achieve the targets of political power and success in general elections both in a short-term
and a long term.
The authors believe that the theme of Political Islam is very interesting after observing
the phenomenon of national politics especially since 2017. Strengthened Islamic identity
sentiment over the past two years through the National Movement of Guarding MUI Fatwa or
GNPF-MUI has undeniably attracted more public attention. Political mobilization against the
case of blasphemy by the Governor of Jakarta at that time had opened crucial political spaces.
Thus, the struggle for identity politics in Indonesia has become more dynamic and further
study or research is highly needed. The development of the Islamic party in Indonesia to a
certain degree shows the irony and paradox.
169 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 170
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
171 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
Akar Historis Lahirnya PAN, PKB dan kelas menengah-atas terdidik kota, dan
PKS terutama pengikut Muhammadiyah.9
Fenomena berdirinya partai- Bahkan Bambang Cipto, menyatakan
partai politik Islam pasca tumbangnya bahwa “Urbanisme partai [PAN]
rejim Orde Baru begitu beragam dan didukung oleh komunitas
cenderung terfragmentasi. Pada titik ini, Muhammadiyah yang secara tak
terlihat bahwa para elit politiknya coba terelakkan menjadi backbone partai.”10
menghidupkan sentimen identitas Secara resmi, Muhammadiyah
keagamaan masing-masing sebagai memang tidak memiliki kaitan dengan
penegasan politik identitas yang melekat PAN. Relasi di antara keduanya
pada diri mereka. Berikut di bawah ini dijembatani oleh Amien Rais yang
catatan tentang akar historis lahirnya pernah menjadi Ketua Umum
tiga partai politik Islam menjelang Muhammadiyah. Muhammadiyah sendiri
pemilu 1999, yaitu PAN, PKB dan PKS memilih untuk tidak terlibat dalam
(pada pemilu 1999, bernama PK/Partai politik kepartaian. Pengganti Amien Rais,
Keadilan). Buya Syafi’i Ma’arif, menyatakan bahwa
1. PAN Muhammadiyah sebagai organisasi
Partai Amanat Nasional (PAN) keagamaan tetap menjaga jarak dengan
dideklarasikan pada 23 Agustus 1998. dunia politik, namun organisasi ini
Kelahirannya dibidani oleh tokoh-tokoh mengijinkan anggotanya masuk politik
pengggerak reformasi. Berbagai tokoh sebagai individu. Meskipun demikian,
dengan latar belakang menjadi peletak pernyataan resmi tersebut tidak
dasar partai tersebut. Namun demikian, menghalangi para kader Muhammadiyah
partai ini seringkali diidentikkan sebagai di daerah-daerah untuk membantu PAN
artikulator politik Muhammadiyah, satu mendirikan cabang-cabang di daerah
organisasi keagamaan Islam modernis. masing-masing.11
Hal ini didasarkan karena tokoh 2. PKB
utamanya, yaitu Amin Rais, adalah
mantan Ketua Umum Muhammadiyah. 9 Sigit Pamungkas, Partai Politik: Teori dan
Praktik di Indonesia, h. 143.
Selain itu, deklarasi dan pendukung 10 Bambang Cipto, Partai, Kekuasaan dan
Militerisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
utama pendirian partai difasilitasi oleh h. 56.
11 Kuskrido Ambardi, Mengungkap Politik Kartel:
Muhammadiyah. Dan basis massa partai Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era
ini berasal dari kalangan masyarakat Reformasi (Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia, 2009), h. 144.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 172
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menatap masa depan yang lebih cerah,
dideklarasikan pada 23 Juli 1998 di setelah 32 tahun menjadi kelompok yang
Jakarta. Sudah menjadi rahasia umum dipinggirkan. PKB yang dilahirkan dari
bahwa PKB lahir dari rahim NU dengan NU untuk bangsa Indonesia tentunya
motor utama Abdul Rahman Wahid (Gus harus mencontoh Wali Songo dalam
Dur). Pendirian PKB oleh NU sebagai rangka membangun tatatan masyarakat,
uapaya untuk mengatasi dua sangat mengutamakan gerakan moral
kecenderungan besar yang muncul di NU dan spiritual.13
pasca Orde Baru. Satu kelompok lainnya Tuntutan warga Nahdhiyin agar
adalah menginginkan NU tetap menjadi Nahdhatul Ulama (NU) mendirikan partai
ormas keagamaan. Jalan keluarnya atau berubah menjadi partai politik
adalah NU membidani pendirian partai, begitu besar. Tak sedikit di antara warga
dalam hal ini PKB, untuk fasilitas dan Nahdhiyin yang sudah tidak sabar
artikulasi kepentingan warga NU tanpa menanti kehadiran partai yang dibidani
menjadikan NU sebagai partai politik. orang-orang NU. Meladeni tuntutan
Dengan demikian, relasi antara NU seperti itu tentu tidak mudah bagi
dengan PKB adalah bersifat historis, jam’iyyah NU. Sebagai konsekuensi dari
kultural, dan aspiratif. Historis artinya kembali ke khitthah 1926, NU adalah
pembentukan PKB bertalian erat dengan jam’iyyah diniyah ijtima’iyah, yakni
NU. Kultural berarti perjuangan PKB organisasi yang menjaga jarak dari
harus memerhatikan lingkungan kultural keterlibatan politik secara langsung.
khas yang dianut oleh NU, yaitu Dengan mendirikan partai politik, berarti
lingkungan kebudayaan yang dibentuk NU telah melakukan pengingkaran
oleh nilai-nilai keagamaan Islam terhadap gerakan kembali ke khitthah
Ahlussunnah wal Jama’ah. Sedangkan 1926 yang dilakukan pada 1984. Dengan
aspiratif artinya PKB berkewajiban pengingkaran itu pun, secara
untuk memerjuangkan cita-cita politik konstitusional, hasil dilakukan
yang dimiliki warga NU.12 muktamar, sebuah institusi tertinggi
Gema kemunculan Partai pembuat keputusan. Tapi menolak
Kebangkitan Bangsa (PKB) cukup
menggugah semangat warga NU untuk 13 Agoes Ali Masyhuri, “Kebangkitan Politik
Warga NU” dalam Musa Kazhim dan Alfian
Hamzah, 5 Partai dalam Timbangan: Analisis dan
12 Sigit Pamungkas, Partai Politik: Teori dan Prospek (Bandung, Pustaka Hidayah: 1999), h.
Praktik di Indonesia, h. 142. 257-258.
173 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 174
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era 21 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam
175 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
dari sesuatu yang tunggal, tapi dari setiap bagian Suatu Tujuan dan Pembelaan” dalam Arbi Sanit,
bisa berbeda bentuknya. Sistem Politik Indonesia: Penghampiran dan
23 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam Lingkungan Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta:
di Indonesia, h. 26. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, 1980), h. 21.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 176
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
dalam karyanya The Religion Of Java, Ia dan sikap politik Islam itu sendiri.28
menulis:26 Kondisi kekuatan-kekuatan politik Islam
“Abangan mewakili suatu kemudian memunculkan fragmentasi
penekanan kepada aspek- partai-partai politik Islam. Berikut tiga
aspek animistis dari seluruh faktor utama penyebab fragmentasi.
sinkretisme Jawa dan secara
luas berkaitan dengan unsur Gambar 1. Tiga Faktor Utama Penyebab
Fragmentasi.
petani di kalangan penduduk;
santri mewakili suatu
Perbedaan
penekanan kepada aspek- Nilai
177 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 178
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
warga Nahdhiyin (NU) dan PKS dengan penegasan politik identitas yang melekat
komunitas gerakan Tarbiyah. pada diri mereka. Dengan begitu, dalam
Ketiga, Perbedaan pemaknaan implementasi pemikiran di atas, di
kebijakan umum. Dalam konteks antara partai-partai Islamis terpatri
kepartaian, perbedaan dalam nilai yang fragmentasi antara satu partai dengan
dianut oleh sebuah partai pada akhirnya partai lainnya, di antaranya dalam
sangat menentukan pemaknaan partai dimensi kultural (modernis versus
tentang “kebijakan umum”. Perbedaan tradisionalis) dan ideologis (formalis
sangat kentara dapat dijumpai secara versus substansialis).35 Berikut penulis
jelas pada level pemaknaan kebijakan sajikan gambar ilustrasinya.
yang rendah, seperti tercermin dari Gambar 2. Fragmentasi Politik PAN, PKB
program-program partai yang dan PKS
memperlihatkan variasi tujuan, sehingga Sub-Kultur
menjadi bukti adanya perbedaan
kecenderungan dalam pemaknaan Tradisionalis Modernis
kebijakan. Perbedaan datang dari PKB
dan PAN dengan PKS. Jika PKB dan PAN Substansialis Formalis Substansialis Formalis
179 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
diteruskan para ulama/kiai). Partai yang simpati para pemilih. Hal ini selaras
masuk dalam kategori ini adalah PKB. dengan apa yang telah dituliskan oleh
Sedangkan kelompok modernis, mengacu Abdilllah, yang menyatakan bahwa
pada pembaruan Islam yang terpengaruh “kekuatan agama dalam mengikat
pada dalam konteks global yang individu dalam suatu ikatan
berlandaskan pada pemikiran politik kebersamaan sangat kuat, agama
tokoh-tokoh ‘modern’ atau tepatnya menjadi komoditas politik yang kental
kontemporer. PAN dan PKS termasuk bagi beberapa kelompok individu. Partai-
dalam kategori ini. Kedua, dimensi partai yang mendasarkan asasnya pada
ideologis, yang terbelah menjadi agama, merupakan bukti bahwa
kelompok formalis dan substansialis. PKS keterlibatan agama cukup kuat.”37
masuk dalam kategori partai Islam Sehingga ikatan pemilih Muslim
formalis. Oleh karena, partai tersebut terhadap partai-partai politik Islam
melakukan formalisasi “Islam” ke dalam kemungkinan besar dapat mampu
partainya baik secara asas/ideologi menopang perolehan suara suatu partai.
maupun nilai perjuangannya. Sementara Konteks sosiologis ini tampaknya
PAN dan PKB merupakan partai Islam digunakan oleh elit-elit politik Islam
yang masuk dalam kategori kelompok untuk mendirikan serta selanjutnya
substansialis, karena tidak melakukan mempertahankan eksistensi partai-
formalisasi “Islam” dalam asas atau partai Islam. Dengan jumlah umat Islam
ideologinya dan lebih mengutamakan yang mayoritas tentu dengan sendirinya
gerakan kultural dibanding formalisasi.36 akan mendapat dukungan dari umat
Pergulatan Politik Identitas Partai- Islam. Karena itu, adanya partai-partai
partai Islam di Arena Elektoral politik Islam secara otomatis akan
Pada bagian ini, penulis coba didukung oleh umat Islam. Apalagi
menyajikan tentang bagaimana ditambah dengan perspektif teologis, di
konstelasi pergulatan partai-partai mana perlunya alat perjuangan untuk
politik Islam seperti PAN, PKB, dan PKS mewujudkan aspirasi Islam. Dengan
dengan memanfaatkan politik identitas konteks ini maka antara faktor sosiologis
dan/atau simbol-simbol keagamaan dan teologis bertemu, saling mengisi dan
sebagai komoditas politik untuk meraih
36 Dhurorudin Mashad, Akar Konflik Politik Islam 37 Ubed Abdillah S., Politik Identitas Etnis:
di Indonesia, h. 123-124. Pergulatan Tanda Tanpa Identitas, h. 66.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 180
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
menunjang satu sama lain.38 Berikut ini dukungan ini sedikit lebih kuat di Jawa
data perolehan suara PAN, PKB dan PKS ketimbang Luar Jawa. Basis dukungan
dari pemilu 1999 sampai dengan pemilu terkuat PAN adalah di Sumatera Barat,
2019. yang berhasil menjadi runner up setelah
Tabel 1. Perolehan Suara PAN, PKB dan Partai Golkar. Begitu juga di Aceh, partai
PKS dari Pemilu 1999-2019 tersebut memeroleh urutan kedua
Partai/ PAN PKB PKS setelah PPP. Dan juga di Yogyakarta, di
Tahun Total Total Total mana PAN menempati juga urutan kedua
Pemilu % % %
Suara Suara Suara setelah PDI-P.39 Kita mengetahui, bahwa
12 daerah perkotaan dan pusat pendidikan
7,
7.528. 13.33 ,6 1.436. 1,36
1999 12 merupakan basis massa Muhammadiyah.
956 6.982 1 565 %
% Sehingga asumsinya adalah sokongan
%
perolehan suara partai ini pada pemilu
10
6,
7.303. 11.98 ,5 8.325. 7,34 tahun itu berasal dari warga
2004 44
324 9.564 7 020 % Muhammadiyah. Sedangkan, pada
%
%
pemilu 2014, PAN berhasil
6, 4,
6.254. 5.146. 8.206. 7,88 meningkatkan perolehan suaranya
2009 01 94
580
%
122
%
955 % dengan meraih 9.481.621 suara atau
7,59%. Suara ini cukup meningkat
7, 9,
9.481. 11.29 8.480. 6,79
2014 59 04 signifikan yaitu sekitar 3 juta suara. Dan
621 8.957 204 %
% % partai ini, berhasil menjadi juara di
6, 9, daerah Sulawesi Tenggara. Adapun pada
9.572. 13.57 11.49 8,21
2019 84 69 pemilu 2019 secara persentase
623 0.097 3.663 %
% %
mengalami penurunan, namun PAN
Sumber: Diolah dari berbagai sumber. sebenarnya mengalami kenaikan
Pada pemilu waktu itu, basis dukungan PKB pada pemilu 1999 berhasil
suaranya yang paling kuat adalah di menjadi juara ketiga perolehan suara
181 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
40 Ibid., h. 37.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 182
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
183 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
konteks bukan hanya pada unsur-unsur catch-all yakni partai terbuka yang
identitas maupun ideologis tapi juga menyasar perluasan segmentasi
persilangannya dengan upaya mencapai dukungan lintas kelompok tanpa
target kekuasaan politik dan pandang bulu atau menyasar siapapun
keberhasilan dalam pemilihan umum atau kelompok manapun yang sedianya
baik yang berjangka pendek maupun mau mendukung dan memilih partai-
jangka panjang. partai Islam pada saat pemilu.42
PAN, PKB dan PKS sepanjang ini Partai-partai Islam seperti PAN,
melakukan perluasan segmentasi PKB dan PKS terlihat begitu rasional
dukungan melampaui basis intinya. dalam menghadapi kontestasi politik
Bahkan mereka saling berkelindan dan elektoral. Hal itu dapat dilihat dari
bergulat untuk merangkul komunitas di tingkah laku pola yang dipraktekkannya
luar basis intinya. Bagaimana tidak, PAN di beberapa pemilu terakhirnya. Mereka
tidak lagi hanya mengkonsolidasikan cenderung begitu menghendaki
dukungan dari basis Muhammadiyah dan perolehan suaranya dapat semaksimal
perkotaan tapi juga menyasar basis mungkin. Oleh karena itu, baik PAN, PKB
Nahdlatul Ulama dan pedesaan. PKB juga dan PKS melakukan beragam cara atau
terus memperluas sasarannya ke basis strategi untuk menggolkan hal itu, salah
Muhammadiyah, masyarakat perkotaan satunya dengan cara mengembang-
dan generasi milenial. Begitu juga dengan luaskan segmentasi basis dukungannya
PKS, meski di satu sisi partai atau elitnya ke tengah atau basis massa mainstream
tetap menjaga dan memelihara basis inti sehingga terjadi pergulatan antara ketiga
pendukung konservatifnya, namun sisi partai Islam tersebut. Meski demikian,
lain melakukan perluasan atau mereka tetap menjaga hubungan baik
pengembangan basis elektoralnya secara dengan basis massa tradisionalnya yang
progresif seperti menyasar basis NU dan militant agar tetap menopang perolehan
Muhammadiyah, sehingga partai ini suara partainya.
mampu menaikkan perolehan suara Kesimpulan
signifikan sebanyak 3 juta suara pada Dalam penelitian ini tim penulis
2019. menggaris bawahi bahwa Islam Politik
Strategi penguatan basis elektoral yang diwakili oleh partai-partai Islam
semacam itu, sejalan dengan pandangan 42Otto Kirchheimer, “Transformasi Sistem-sistem
Kirchheimer tentang hakekat partai Kepartaian Eropa Barat,” dalam Ichlasul Amal,
ed., Teori-teori Mutakhir Partai Politik, h. 45-46.
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 184
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
seperti PAN, PKB dan PKS ternyata harus Kerukunan Antarumat,” dalam
mendorong kompromi dan langkah Idris Thaha, Demokrasi Religius:
pragmatis. Wacana politik identitas Pemikiran Politik Nurcholis Madjid
seringkali dimanfaatkan sebagai tameng dan M. Amien Rais. Jakarta: Teraju,
untuk mengadvokasi pencapaian- 2005.
pencapaian politik jangka pendek. Pada Bambang, Cipto. Partai, Kekuasaan dan
gilirannya, pergulatan identitas Islam Militerisme. Yogyakarta: Pustaka
Politik boleh jadi bermuara pada segenap Pelajar, 2000.
perubahan signifikan mekanisme Edward, Djony. Efek Bola Salju Partai
internal partai dan reinterpretasi nilai Keadilan Sejahtera. Bandung: PT
partai ke arah yang lebih moderat dan Syaamil Cipta Media, 2006.
akomodatif terhadap lingkungan Effendy, Bahtiar. Islam dan Negara:
politiknya agar dapat mendulang Transformasi Gagasan dan Praktik
perolahan suara yang signifikan Politik Islam di Indonesia. Jakarta:
utamanya di ranah elektoral. Paramadina, 2009.
Daftar Pustaka Evans, Kevin Raymond Sejarah Pemilu
dan Parpol di Indonesia. Jakarta:
A. Arief. dan W., Tjahjani R. “PKB,
PT Arise Consultancies, 2003.
Parameter Soliditas Politik NU”
Feith, Herbert. “Studi Politik Indonesia:
dalam Musa Kazhim dan Alfian
Suatu Tujuan dan Pembelaan”
Hamzah, 5 Partai dalam
dalam Arbi Sanit, Sistem Politik
Timbangan: Analisis dan Prospek.
Indonesia: Penghampiran dan
Bandung, Pustaka Hidayah: 1999.
Lingkungan Sebuah Bunga
Ambardi, Kuskrido. Mengungkap Politik
Rampai. Jakarta: Yayasan Ilmu-
Kartel: Studi tentang Sistem
ilmu Sosial, 1980.
Kepartaian di Indonesia Era
F., Eickelman, Dale, dan James, Piscatori.
Reformasi. Jakarta: Kepustakaan
Ekspresi Politik Muslim.
Populer Gramedia, 2009.
Penerjemah Endi Haryono dan
Azra, Azyumardi. Islam Substantif: Agar
Rahmi Yunita. Yogyakarta: Tiara
Umat Tidak Jadi Buih. Jakarta:
Wacana Yogya, 1998.
Mizan, 2000.
Karim, M. Rusli. Perjalanan Partai Politik
Azra, Azyumardi. “Reposisi Hubungan
di Indonesia: Sebuah Pasang Surut.
Agama dan Negara: Merajut
185 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 186