Internalisasi Nilai Kebudayaan Sunda Dalam Program Rebo Nyunda Di Kota Bandung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

INTERNALISASI NILAI KEBUDAYAAN SUNDA DALAM

PROGRAM REBO NYUNDA DI KOTA BANDUNG

Kulsum Choerunisa dan Asep Dahliyana


Program Studi Pendidikan Sosiologi, FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: ajeng_kulsum@yahoo.co.id

ABSTRACT

The study was backed by the fears of loss of culture of sunda in


West Java, especially in Bandung. This caused the modernization
cannot be avoided by all layers of society, where technological
progress is faster than the advancement of values and culture. In
Bandung, there have been programs Rebo Nyunda held every
Wednesday by the entire community of Bandung, especially
students with language and dress of sunda. However, for the
implementation of the programme of the community Rebo Nyunda
yet entirely able to implement, especially for the young generation of
students as the successor Nations. To get an overview about the
internalization of cultural value in the program Nyunda Rebo,
researchers using qualitative approach. The research States that
students are still very influenced by modernization, there are some
difficulties that students internalize the value of Sundanese culture,
and some have a desire to develop a culture of sunda but the
environment has not been supportive. Factors restricting the
internalization of the values that is consciousness itself, because the
students are still lack of knowledge, peers frequently make fun of,
and environment outside of school.

Key words: Internalization of values, Culture of Sunda, Rebo


Nyunda, Modernization

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi kekhawatiran hilangnya kebudayaan
sunda di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung. Hal tersebut
disebabkan arus modernisasi yang tidak dapat dihindari oleh
semua lapisan masyarakat, dimana kemajuan teknologi lebih cepat
dari kemajuan nilai-nilai dan budaya. Di Bandung, telah terdapat
program Rebo Nyunda yang dilaksanakan setiap hari rabu oleh
seluruh masyarkat Bandung, khusunya pelajar dengan berbahasa
dan berpakaian sunda. Namun, untuk implementasi program Rebo
Nyunda tersebut masyarakat belum seluruhnya dapat
melaksanakan, terkhusus bagi pelajar sebagai generasi muda
penerus bangsa. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
internalisasi nilai kebudayaan sunda dalam program Rebo Nyunda,
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
menyatakan bahwa siswa masih sangat terpengaruhi oleh arus
modernisasi, terdapat sebagian siswa yang kesulitan
menginternalisasi nilai kebudayaan sunda, dan sebagian lagi
mempunyai keinginan untuk mengembangkan kebudayaan sunda
tetapi lingkungan sekitar belum mendukung. Faktor penghambat
internalisiasi nilai tersebut yaitu kesadaran siswa sendiri, sebab
masih kurangnya pengetahuan, teman sebaya yang sering
mengolok-olok, dan lingkungan di luar sekolah.
Kata Kunci: Internalisasi nilai, Kebudayan Sunda, Rebo Nyunda,
Modernisasi

Perubahan merupakan suatu Program tersebut merupakan salah satu


keniscayaan yang akan terjadi pada program kerja Walikota Bandung yang
masyarakat dunia (Lumintang, 2015, hlm. diperuntukkan bagi Aparatur Negeri Sipil
1) tidak terkecuali untuk masyarakat (ASN) di Pemerintahan Kota Bandung tidak
Indonesia. Namun, perubahan tersebut terkecuali lingkungan pendidikan (Putra dan
tidak selalu berakhir pada kemajuan suatu Drajat, 2015; Fitriyani, Suryadi, dan Syam,
masyarakat, pun terdapat perubahan yang 2015).
berakibat pada kemunduran masyarakat. Dalam bidang pendidikan,
Hal tersebut disebabkan, dinamika penanaman nilai-nilai budaya Sunda,
peradaban manusia dalam sejarahnya khususnya pada pelajar menjadi suatu
selalu tumbuh dan berkembang secara keharusan sebab mereka berada pada
dinamis sejalan dengan perubahan- proses pendidikan. Selain itu, sekolah
perubahan yang terjadi (Marius, 2006, hlm. sebagai lingkungan pendidikan merupakan
125). sarana pewarisan nilai-nilai budaya yang
Agar perubahan-perubahan tersebut memliki peranan penting dalam menjaga
tidak berdampak kepada kemunduran, kelestarian nilai-nilai budaya suatu daerah.
suatu masyarakat harus memiliki Oleh sebab itu, program Rebo Nyunda
perencanaan pembangunan. Dengan perlu disosialisasikan pada pelajar
adanya perencanaan ini, masyarakat dapat khususnya yang berada di wilayah Jawa
menghadapi perubahan dengan lebih Barat.
terkordinir dan menjadikan masyarakat Berdasarkan pertimbangan tersebut,
tersebut lebih baik. Salah satunya dengan peneliti hendak memfokuskan pada
membangun unsur sosial sebagai alat “Bagaimana Proses Internalisasi nilai
untuk mengatur kehidupan manusia, yakni kebudayaan Sunda dalam Program Rebo
dalam unsur budaya, nilai-nilai, Nyunda Di Kota Bandung”. Sekolah yang
kepercayaan, dan norma-norma. peneliti jadikan sebagai subjek penelitian
Pembangunan di sini adalah pembangunan dalam pelestarian warisan kebudayaan
sosial yang tertuju kepada manusianya itu sunda tersebut adalah SMA Pasundan 1
sendiri. Di mana pembangunan ini adalah Bandung. Dari observasi peneliti terhadap
pembangunan untuk memberikan SMA Pasundan 1 Bandung selain sebagai
pemahaman dan kesadaran masyarakat sekolah yang menyandang nama khas
akan hal-hal yang dianggap benar dan baik. Sunda, sekolah tersebut juga sedang
Salah satu pembangunan yang akan menjalankan program pelestarian warisan
dipaparkan dalam penelitian ini adalah budaya sunda yakni baju adat yang wajib
seputar program kebijakan Walikota dipakai siswa pada hari rabu yang sejalan
Bandung dalam upaya dengan program pemerintah kota Bandung,
menginternalisasikan nilai-nilai budaya yakni Rebo Nyunda. Peneliti hendak
sunda melalui kebijakan “Rebo Nyunda”. mengetahui sejauh mana Internalisasi nilai
kebudayaan Sunda siswa dalam Program HASIL DAN PEMBAHASAN
Rebo Nyunda. Di mana program tentang Gambaran Intenalisasi Nilai Kebudayaan
pengembangan kebudayaan tercantum Sunda siswa
dalam Permendikbud No. 81A/2013 tentang Berdasarkan studi pustaka yang
Implementasi Kurikulum, di dalamnya dilakukan oleh peneliti, bahwa kebudayaan
menyertakan lima lampiran yang memuat Sunda merupakan salah satu kebudayaan
tentang beberapa pedoman yang berkaitan tertua yang di Indonesia, seperti yang
dengan Impelmentasi 2013, terkhusus pada disampaikan oleh Dienaputra (2003, hlm.
butir kedua yang berbunyi: Pedoman 4), bahwa “Kebudayaan sunda termasuk
Pengembangan Muatan Lokal. Jadi selain salah satu kebudayaan suku bangsa di
pemerintah kota Bandung, program Indonesia yang berusia tua. Bahkan
pelestarian kebudayaan pun tengah di dibandingkan dengan kebudayaan jawa
laksanakan oleh Menteri Pendidikan dan sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya
Kebudayaan. termasuk kebudayaan kebudayaan yang
relatif lebih tua, setidaknya dalam hal
METODE PENELITIAN proses pengenalan terhadap budaya
Penelitian ini menggunakan tulisan”.
pendekatan kualitatif sebab permasalahan Oleh sebab kebudayan Sunda
yang di bahas dalam penelitian ini tentang sebagai salah satu kebudayaan tertua,
Internalisasi nilai kebudayaan Sunda dalam maka diperlukan pelestarian terhadap
Program Rebo Nyunda, yang mana data kebudayaan tersebut agar tetap eksis
yang akan diperoleh adalah berbentuk khususnya di kalangan masyarakat Sunda
deskripsi, uraian dan gambaran apa adanya sendiri. Salah satu caranya yaitu dengan
di lapangan, dan tidak berkenaan dengan program-program Pemerintah di Jawa
angka-angka. Seperti yang di sampaikan Barat, terkhususnya di Bandung kini telah
menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, hadir Program Rebo Nyunda (Putra dan
2000, hlm. 3) Metode yang digunakan Drajat, 2015, hlm. 365).
dalam penelitian adalah metode deskriptif Program Rebo Nyunda merupakan
(Arikunto, 2007, hlm. 234). program mingguan dari pemerintah yang di
Pendekatan kualitatif dengan metode gagas karena kekhawatiran akan lunturnya
deskriptif digunakan oleh peneliti sebab Budaya Sunda di Jawa Barat. Program
hendak meneliti mengenai internalisasi nilai tersebut sebagai salah satu usaha
kebudayaan Sunda dalam Program Rebo pemerintah Kota Bandung dalam
Nyunda di Kota Bandung khusunya di SMA mengimplementasikan Peraturan Daerah
Pasundan 1 Bandung.. (Perda) Nomor 2 Tahun 2012 yang
Partisipan Penelitian dalam penelitian menyebutkan bahwa setiap hari Rabu
ini berjumlah 15 orang, yakni lima orang warga Kota Bandung diharuskan
siswa kelas X, lima orang siswa kelas XI berkomunikasi dalam Bahasa Sunda dan
Wakil kepala sekolah, wakasek kurikulum, Perda Kota Bandung Nomor 9 Tahun 2012
wakasek kesiswaan, Guru, dan pembina tentang penggunaan, pemeliharaan, dan
pencak silat SMA Pasundan 1 Bandung. pengembangan Bahasa, sastra dan Aksara
Data penelitian ini di kumpulkan Sunda. Namun selain bahasa, masyarakat
melalui teknik observasi, wawancara, Bandung, khususnya bagi para pelajar di
dokumentasi, dan catatan (field note). himbau juga untuk menggunakan pakaian
Sementara untuk teknik analisis dengan adat sunda, yakni kebaya dan kain batik
penyajian data (Data Display). Data yang sebagai bawahan bagi perempuan, dan iket
telah diperoleh akan diolah dan di cek kepala serta apabila memungkinkan
kebenarannya dengan perpanjangan menggunakan pangsi bagi laki-laki.
pengamatan dan meningkatkan ketekunan. Berdasarkan pesan yang ingin di
sampaikan Ridwan Kamil melalui program
Rebo Nyunda kaitannya dengan kebudayaan Sunda dalam Program
internalisasi nilai kebudayaan Sunda siswa Rebo Nyunda begitu beragam dari setiap
melalui program Rebo Nyunda dalam angkatan yang diteliti, Kelas X masih
konteks pendidikan, internalisasi dapat sebagian kecil yang memiliki keinginan
diartikan sebagai suatu proses menjadikan untuk mengembangkan kebudayaan
nilai (kognitif, afektif, dan psikomotor) Sunda yakni hanya dua diantara lima
berada di dalam diri manusia (Setiawan siswa yang di teliti dan tiga orang lagi
dalam Yuliantini, 2015, hlm. 16). Hal ini masih masih perlu waktu untuk memiliki
senada pula dengan yang telah diatur keinginan dalam mengembangkan
dalam Permendikbud No 81A tahun 2013, kebudayaan Sunda. Sementara untuk
dalam langkah Pelaksanaan Muatan Lokal kelas XI, dari lima orang yang di teliti
butir ke 5, yang berbunyi: Proses dalam kepeduliannya terhadap nilai-nilai
pembelajaran muatan lokal mencakup budaya Sunda, lima siswa tersebut
empat aspek (kognitif, afektif, psikomor, memiliki keinginan untuk dapat
dan action), berikut analisis hasil temuan, mengembangkan kebudayaan Sunda
obervasi dan studi pustaka peneliti : dengan cara masing-masing. Dua orang
1. Secara Kognitif siswa kelas XI menambahkan bahwa
Secara Kognitif siswa kelas XI memiliki tidak hanya program dari etnis Sunda
sumber yang lebih beragam dari kelas X saja yang seharusnya dikembangkan,
dalam mendapatkan informasi tentang berbagai etnis di seluruh Indonesia pun
Progam Rebo Nyunda, dapat terlihat harus memiliki program untuk
bahwa pada kelas X, siswa mengetahui mengembangkan kebudayaannya
Program Rebo Nyunda hanya dari masing-masing, sedangkan kelas X
Sekolah saja, baik itu sejak SMP atau berpendapat bahwa mereka masih perlu
ketika sudah berada di SMA Pasundan proses waktu untuk memiliki keinginan
1 Bandung, sedangkan kelas XI dalam mengembangkan kebudayaan
mengetahui program Rebo Nyunda, Sunda, karena beberapa faktor, yakni
tidak hanya dari sekolah, namun ada kesadaran dari siswa sendiri untuk
pula yang mendapatkan informasi memakai pakaian dan bahasa Sunda
tersebut dari media sosial dan karena masih kurang yang tidak dapat
mengamati lingkungan sekolah, salah dipaksakan dan terkadang karena faktor
satunya banyak PNS yang memakai lingkungan yang kurang mendukung
pakaian adat Sunda dan berbahasa untuk siswa ikut mengembangkan
Sunda pada hari Rabu. kebudayaan Sunda, sehingga
Sementara untuk pengetahuan tentang internalisasi sulit dilakukan.
apa saja yang di aplikasikan dari Namun untuk pandangan akan Program
program tersebut, kelas X dan XI Rebo Nyunda sendiri sebagai Program
memiliki kesamaan yakni siswa-siswi pengembangan kebudayaan Sunda, baik
tersebut berpendapat bahwa program kelas X mapun XI memiki kesamaan
Rebo Nyunda yaitu di mana pada hari pendapat, bahwa Program Rebo Nyunda
Rabu pemerintah menghimbau untuk tersebut sudah bagus.
memakai pakaian adat dan bahasa 3. Secara Psikomotor:
sunda, dan siswa pun baik dari kelas X Secara psikomotor, baik kelas X maupun
maupun XI mengetahui bahwa program XI belum seluruhnya dapat memakai
tersebut merupakan program untuk pakaian adat dan bahasa Sunda pada
mengembangkan kebudayaan Sunda di hari rabu secara konsisten. Sebab,
Jawa Barat, khususnya Kota Bandung. selain kebiasaan di sekolah, kebiasaan
2. Secara afektif : dalam berbahasa dan memakai pakaian
Secara afektif, kepedulian terhadap adat Sunda di lingkungan keluarga pun
pengembangan terutama nilai-nilai dari setiap angkatan berbeda-beda.
Dalam hal psikomotor, latar belakarng Sunda, selain itu menurut Wakasek
keluarga pun sangat mempengaruhi Kurikulum, Pihak SMA Pasundan 1
siswa, empat orang siswa dari kelas X Bandung memberikan pengetahuan
berasal dari etnis Sunda sering tentang kebudayaan melaui
memakai bahasa sunda saat pembelajaran di dalam kelas, dan juga
berkomunikasi bersama keluarganya, Program Kebudayaan Sunda, seperti
sedangkan satu siswa yang berasal dari eskul Angklung dan Pencak Silat.
etnis Sunda dan Jawa, ketika di rumah 2. Tahap Transaksi Nilai, pada tahap ini
sering memakai bahasa campuran Pembina dan Guru sering memberikan
antara bahasa Sunda dengan bahasa hubungan timbal balik kepada siswa
Indonesia. Begitu pun dengan kelas XI, yang belum menggunakan pakaian adat
tiga orang siswa sering memakai bahasa atau bahasa sunda pada hari rabu yaitu
Sunda untuk komunikasi dengan dengan mengingatkan sebagaimana
keluarga karena berasal dari keluarga orangtua kepada anaknya, karena
asli Sunda, tiga siswa memakai bahasa kebudayaan mesti lahir dari kesadaran
campuran antara Sunda dengan siswa itu sendiri, namun untuk timbal
Indonesia dengan keluarganya karena balik dari segi apresiasi bagi siswa
berasal dari etnis Sunda dan Jawa, dan melaksanakan program Rebo Nyunda
satu orang lagi sangat jarang memakai belum terlalu maksimal.
bahasa Sunda, karena keluarga berasal 3. Tahap Tran-Intenalisasi, pada tahapan
dari Kalimantan dan Padang. Sedangkan ini belum dapat terlakasana dengan
untuk pakaian adat Sunda sendiri baik maksimal, beberap guru belum
siswa dari kelas X maupun XI seluruhnya dapat memakai pakaian adat
menggunakan pakaian adat Sunda pada dan bahasa sunda pada hari rabu,
acara-acara tertentu saja. sehingga siswa pun mengikutinya.
Terdapat beberapa tahapan yang Dari hasil termuan di atas,
dapat diperhatikan untuk mengetahui sudah internalisasi merupakan sebuah proses
sampai manakah proses internalisasi nilai yang tidak dapat langsung di terapkan
pada siswa di SMA Pasundan 1 Bandung secara langsung, memerlukan waktu dan
menurut Hakam (2015, hlm. 13), yakni usaha. Hal tersebut disebabkan
transformasi nilai, transaksi nilai, dan tran- internalisasi merupakan proses-proses
internalisasi. subjektif seseorang yang selama Ia hidup di
Berdasarkan tahapan tesebut dapat dunia secara pribadi dan berinteraksi
dijabarkan beberapa hal tentang proses dengan orang lain yang akan menjadikan
internalisasi nilai kebudayaan Sunda pengalaman dan pembelajaran bagi dirinya
melalui Program Rebo Nyunda di SMA (Setiadi dan Kolip,2011, hlm. 165). Selain
Pasundan 1 Bandung, yaitu : itu, internalisasi dapat pula dipahai sebagai
1. Tahap Tranformasi Nilai: Pada tahapan “internalisasi adalah proses dengan mana
ini, SMA Pasundan telah orientasi nilai budaya dan harapan peran
menginformasikan nilai-nilai kebudayaan benar-benar disatukan dengan sistem
Sunda pada Program Rebo Nyunda di kepribadian” (Johnson, 1986: 124). Lebih
SMA Pasundan 1 Bandung, melalui lanjut, internalisasi dapat dipahami sebagai
acara khusus yang dilakukan SMA proses pemantapan dan penanaman
Pasundan 1 Bandung saat Launching keyakinan, sikap, nilai pada diri individu
Program Rebo Nyunda seperti yang sehingga nilai-nilai tersebut menjadi
telah di sampaikan oleh wakasek perilakunya (moral behaviour) (Rohman,
kesiswaan, karena Program tersebut 2012: 125).
selaras dengan Program yang sedang di Dengan demikian, perlu proses
jalankan SMA Pasundan 1 Bandung sosialisasi dan juga tahapan pembelajaran
dalam mengembangkan kebudayan bagi siswa-siswi SMA Pasundan 1 Bandung
dalam menginternalisasikan nilai Pada lingkungan sekolah terdapat
kebudayaan Sunda kedalam dirinya, lembaga sosialisasi yang telah
sehingga siswa dapat menemukan jati diri dikembangkan bahkan sebelum adanya
sebagai orang Sunda. program Rebo Nyunda, salah satunya
dengan ekskul-ekskul yang
Faktor Pendorong dan Penghambat mengembangkan kebudayaan Sunda
Faktor pendorong dan penghambat seperti ekskul angklung dan pencak silat,
intenalisasi nilai kebudayaan Sunda adalah acara-acara OSIS, seperti Mojang Jajakan
sebagai berikut: dan Festival Budaya. Selain itu, sekolah
1. Faktor pendorong pun mengadakan acara khusus di
Faktor pendorong internalisasi nilai lingkungan SMA Pasundan 1 Bandung
kebudayaan sunda dalam program Rebo untuk launching program Rebo Nyunda.
Nyunda dalam hal berpakaian adat sunda 2. Faktor Penghambat.
dan berbahasa sunda tidak terlepas dari faktor penghambat nilai kebudayaan
pengaruh sosialsasi yang diberikan oleh Sunda melalui proses internalisasi nilai
keluarga, maupun sekolah. Penanaman kebudayaan sunda siswa melalui program
nilai melalui sosialisasi tersebut selaras Rebo Nyunda yaitu masih belum bisa
juga dengan pernyataan Kimbal Young (Idi, terlaksana dengan maksimal, beberapa
2014, hlm 99) tentang sosialisasi, yakni diantaranya karena masih kurangnya
“hubungan interaktif di mana seorang dapat motivati untuk penghayatan akan nilai-nilai
memperlajari kebutuhan sosial dan kultural kebudayaan Sunda pada siswa juga
yang menjadikan sebagai anggota sosialisasi dari keluarga. Hal tersebut
masyarakat. Hal ini tampak bahwa dilatarbelakangi oleh diri siswa masih
sosialisasi merupakan suatu proses belajar memiliki berbagai alasan pribadi, seperti
kepada seseorang agar dapat mengetahui siswa belum terbiasa memakai baju adat
segala sesuatu yang berhubungan dengan sunda, terdapat pula alasan bajunya sudah
masyarakat, agar nanti dapat hidup di kekecilan sehingga tidak ingin memakainya
masyarakat dengan layak. Karena itu, kembali pada hari Rabu dan selanjutnya
sosialisasi merupakan proses belajar bagi terdapat pula siswa yang menyatakan
seseorang.” bahwa pakaian adat sundanya sering hilang
Oleh sebab proses sosialisasi dalam disekolah, sebab pada waktu siang hari
keluarga dan sekolah, menjadikan siswa siswa sering mengganti baju adat sundanya
termoviasi untuk berkeinginan dengan baju seragam SMA.
mengembangkan kebudayaan Sunda, Selain dari motivasi diri siswa, adapun
seperti hal nya dalam keluarga, lima dari X sosialisasi dalam keluarga yang sebagian
siswa yang berasal dari keluarga yang atau seluruhnya berasal dari luar etnis
memiliki etnis Sunda asli, di mana Sunda, sehingga kebiasaan yang di pakai
keseharian memakai bahasa sunda dan adalah kebiasaan sukunya, meskipun
kebiasaan hidup masyarakat sunda, tengah berada di Jawa Barat. Seperti siswa
sehingga siswa pun sudah terbiasa dengan N yang keluarganya berasal dari Kalimatan
berbicara bahasa sunda dan terdapat pula dan Padang, juga siswa R yang berasal
keluarga siswa tersebut ikut dari etnis Sunda dan Jawa.
mengembangkan kebudayaan Sunda, Keadaan di atas dapat difahami
seperti siswa K yang salah satu anggota bahwa dalam proses sosialisasi setiap
keluarganya adalah dosen bahasa Sunda orang akan memperoleh proses belajar
yang sedang mengembangkan kebudayaan tentang kemasyarakatan yang di dalamnya
Sunda. Selain itu,, siswa ikut termotivasi terdapat beragam aturan, norma dan
disebabkan orangtuanya yang memiliki tradisi. Proses ini bertujuan agar seorang
kegemaran nyinden, sehingga siswa pun dapat menjalani hidup di tengah
mengikuti seperti yang terjadi pada L masyarakat secara layak. Seorang, dalam
hal ini, perlu memperoleh beragam Cara yang dilakukan oleh pihak Sekolah
pengetahuan tentang masyarakat melalui dalam menanamkan nilai-nilai
proses pembelajaran sosial. Hal ini kebudayaan Sunda
menunjukkan bahwa sosialisasi dapat Sekolah adalah lapangan tempat di
diartikan sebagai sesuatu di dalam mana terjadinya pergaulan atau kontak
masyarakat agar nanti dapat hidup dengan sosial secara edukatif dan interaksi sosial
layak di tengah masyarakat(Idi, 2014, hlm. secara positif. interaksi edukatif disini
100). bermakna interakasi antara siswa dengan
Selain itu, faktor penghambat orang dewasa, yang memberikan
intenalisasi nilai kebudayaan Sunda siswa bimbingan kepada siswa yang masih
dalam Program Rebo Nyunda yaitu dianggap perlu bimbingan menuju proses
perubahan sosial yang kini sedang terjadi kedewasaan. Berbeda dengan interaksi
secara global di masyarakat Indonesia, pada umumnya, di mana di sekolah siswa
bahkan dunia. Di lingkungan Sekolah siswa biasa saja berinteraksi dengan teman
menyatakan bahwa terkadang teman- sebayanya dan lingkungan pada umumnya,
teman sebayanya mengejek sebab budaya tetapi interaksi eduktif disini menekankan
Sunda dianggap temanya sudah kuno atau pada interkasi yang bersifat bimbingan.
sudah tidak kekinian. Begitu pun di luar Point-point yang dilakukan oleh SMA
lingkungan sekolah, siswa menyatakan Pasundan 1 Bandung, merupakan point-
terdapat kebudayaan yang jauh lebih point yang berkaitan dengan fungsi
modern dari kebudayaan sunda. Keadaan lembaga pranata sosial, dimana disini yang
tersebut menjadikan siswa kurang terbiasa sedang hal tersebut adalah pranata sosial
dengan bahasa dan pakaian adat sunda. sekolah. Hal tersebut juga berkaitan
Kondisi tersebut sejalan dengan dengan fungsi pranata sosial/lembaga
pandanga bahwa “Aktivitas-aktivitas untuk sosial (Idi, 2014, hlm 167) sebagai berikut:
mengisi waktu senggang yang biasanya 1. Memberikan bagi peranan pendidikan
berhubungan erat dengan upacara dan Memberikan peranan tersebut yaitu SMA
tardisi, menjadi pudar dengan Pasundan 1 Bandung mengharuskan
perkembangan teknologi (Soekanto, 1990, adanya intergrasi dari seluruh perangkat
hlm. 385)”. Lebih lanjut, terdapat lembaga sekolah, mulai dari kepala
kemungkinan bahwa modernisasi sekola sampai guru-guru agar adanya
bertentangan dengan kebudayaan yang sauyunan, jiwa sunda, cinta sunda.
ada atau memerlukan pola-pola baru yang Pembangunan di SMA Pasudan 1 saat
belum ada. Kecuali itu, ada kemungkinan ini melalui kebijakan sekolah sedang
bahwa unsur-unsur tertentu dari dikhususkan pada sarana dan
modernisasi menggantikan unsur-unsur prasarana, seperti di bangunnya gedung
tertentu dari modernisasi menggantikan sabupas (sasana budaya pasundan)
unsur-unsur yang lama (Soekanto 1990, dalam menunjang siswa untuk dapat
hlm. 386)”. mengembangkan kebudayaan sunda
Kehidupan masyarakat yang sedang khusunya dalam bidang seni.
mengarah kepada modernisme memang 2. Bertindak sebagai pranata transfer
tidak dapat dihindari oleh berbagai lapisan warisan kebudayaan
masyarakat, khususnya di Indonesia. Oleh SMA Pasundan 1 Bandung memiliki visi
sebab itu, diperlukan cara agar mewujudkan nilai-nilai kesundaan di
kebudayaan Sunda tetap menjadi jati diri sekolah. Dengan misinya yakni
masyarakat Jawa Barat, sebagaimana pembiasaan dalam bersikap dan
pesan yang ingin disampaikan Walikota bertindak, berperilaku Nyunda.
Bandung lewat Program Rebo Nyunda. Membentuk anak nyantri, nyunda,
nyakola. Aplikasi dari visi dan misi yaitu
dengan dengan memasukan muatan-
muatan lokal kedalam pembelajaran 4. Mempersiapkan individu dengan
sehari-hari di dalam kelas. SMA berbagai peranan sosial yang di
Pasundan 1 Bandung menilai kehendaki
internalisasi tidak bisa instan, harus di Siswa di latih oleh Pihak sekolah melalui
lakukan siswa dengan terus menerus program-program kesundaan yang
sampai menemukan diri sebagai orang terdapat di sekolah, salah satunya yaitu
sunda. Tujuan dari kebudayaan Sunda ekskul, dan terhadap alumni yang telah
sendiri yakni untuk melestarikan memasuki kehidupan bermasyarakat
kebudayaan Sunda dan agar para siswa atau melanjutkan sekolah kenjang yang
berprestasi, memiliki daya jual. Cara lebih tinggi, adalah wadah silaturahmi
yang tepat untuk menerapkan Ikapas, yang mana program tersebut
kebudayaan sunda yakni dengan antara lain meliputi, pendidikan, seni,
pembiasaan. Selain itu SMA Pasundan 1 dan melestarikan kebudayaan sunda.
Bandung pun memiliki program-program Pprogram tersebut memiliki pengaruh
kebudayaan Sunda, seperti ekskul juga terhadap bagaimana alumni dapat
Angklung, Kawih dan telah ada siswa hidup di dalam masyarakat bersama
dari kelas XI yang ke Belanda untuk peran-perannya dengan tidak melupakan
memperkenalkan kebudayaan Sunda nilai kebudayaan sunda.
dengan Ngawih, selain melalui kawih, 5. Memberikan landasan bagi penilaian dan
terdaoat pula pencak silat sebagai ilmu pemahaman status relatif
bela diri khas sunda yang dalamnya Dalam salah satu program sekolah,
terdapat semua potensi, yakni adat, yakni Pencak silat siswa harus memiliki
budaya, bahasa yang juga ageman (pegangan), yakni ilmu luhung,
mengharuskan siswa memiliki ageman jembar kabisa, budi suci, gede bakti.
(pegangan), yakni ilmu luhung, jembar Artinya pengetahuan luas dalam segala
kabisa, budi suci, gede bakti. Artinya bidang, segala bisa dalam skill, bersih
pengetahuan luas dalam segala bidang, manah, besih hate. Kepribadian Sunda
segala bisa dalam skill, bersih manah, bagai air/cahaya, yakni pintar
besih hate. Kepribadian Sunda bagai beradaptasi dan di butuhkan. Dengan
air/cahaya, yakni pintar beradaptasi dan landasan tersebut siswa memiliki nilai-
di butuhkan nilai yang dipegang, meskipun di
3. Memperkenalkan kepada Individu masyarakat nanti akan ada banyak
tentang peranan sosial yang di pemahaman yang sangat beranekan
kehendaki ragam.
Sekolah menanamakan kebudayaan 6. Meningkatkan kemajuan melalui
sunda dengan cara persuasif dan pengikutsertaan dalam riset ilmiah
dengan pendekatan kekeluargaan Di SMA Pasudan 1 Bandung dominan
diperlakukan sebagai anak sebab mengembangkan riset kepada seni,
kebudayaan merupakan sesuatu yang terlebih kepada kebudayaan sunda.
lahir dari kesadaran seseorang, tidak Dalam konteks ini pengembangan
dapat dipaksa dengan diberikan kebudayaan sunda dilakukan dengan
hukuman, yang menjadi salah satu cara kegiatan pembelajaran di kelas, seperti
SMA Pasundan 1 Bandung agar siswa saat pembelajaran Sosiologi.
ketika berada di lingkungan masyarakat 7. Memperkuat penyesuian diri dan
pada nantinya pun akan mengerti bahwa mengembangkan hubungan sosial
hidup dimasyarakat menjadi individu SMA Pasudan 1 yang berada di pusat
yang berbudaya tersebut lahir dari kasih kota Bandung, memiliki hubungan sosial
sayang dan kesadaran dari dalam diri. yang baik dengan lingkungan sekitar,
tetapi untuk mengembangkan nilai
kebudayaan sendiri dalam program
Rebo Nyunda, masih pada tahan proses Bandung: Universitas Pendidikan
penerapan. Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. (2012).
SIMPULAN Peraturan Daerah Nomor 2. Bandung:
Berdasarkan hasil observasi, Pemerintah Republik Indonesia.
wawancara dan studi literatur yang peneliti Pemerintah Republik Indonesia. (2012).
lakukan, generasi muda, khususnya para Peraturan Daerah Nomor 9 tentang
pelajar tidak bisa terlepas dari budaya penggunaan, Pemeliharaan, dan
masyarakat yang menuju modernisasi, Pengembangan Bahasa, Sastra dan
sehingga menyulitkan siswa-siswi untuk Aksara Sunda. Bandung: Pemerintah
menginternalisasikan nilai kebudayaan Republik Indonesia.
Sunda yang terdapat dalam program Rebo Setiadi, E. M & Kolip, U. (201I). Pengantar
Nyunda. Kemajuan teknologi lebih cepat Sosiologi. Jakarta: Kencana.
dari kemajuan nilai-nilai, budaya dan Yuliantini, N. (2015). Internalisasi sikap
norma. Beberapa siswa-siswi merasa malu positif melalui pendekatan kontekstual
untuk menggunakakannya dan lebih tertarik dalam pembelajaran bahasa inggris
kepada kebudayaan modern. Adapun (Studi kasus di madrasah tsanawiyah
siswa-siswi yang ingin mengembangkan Negeri Subang) . Bandung: Universitas
kebudayaan sunda, namun masih terbentur Pendidikan Indonesia.
dengan kondisi lingkungan yang kurang Lumintang, J. (2015). Pengaruh Perubahan
mendukung. Sosial terhadap Kemajuan
Pembangunan Masyarakat di Desa
REFERENSI Tara Tara I. E-Journal Acta Diurna. 4
Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (2014). (2), 1-9.
Kota Bandung dalam Angka (d). Marius, J.A. (2006). Perubahan Sosial.
Bandung: Badan Pusat Statistik Kota Jurnal Penyuluhan. 2 (2), 125-132.
Bandung. Putra, R.R dan Drajat, M.S. (2015).
Dienaputra, R. D. (2003) . Penrapan “Rebo Sunda” sebagai
Kebudayaan Sunda: Antara mitos dan Upaya Meningkatkan Citra SMA
Realitas Bandung:Universitas Pasundan 1 Bandung. Prosiding
Padjajaran. Penelitian SPeSIA, hal 364-370.
Hakam, K.A. & Nurdin, E.S. (2015). Modul Fitriyani, A, Suryadi, K, dan Syam, S. (2015).
Pelatihan Metodologi Pembelajaran Peran Keluarga dalam
Internalisasi Nilai-nilai. Jakarta: Mengembangkan Budaya Sunda.
Kementrian Kesehatan RI Jurnal Sosietas. 5 (2), 5-14.
Idi, A. (2014). Sosiologi Pendidikan Individu, Johnson, D. P. (1986). Teori Sosiologi
Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Klasik dan Modern. (Di Indonesiakan
Rajawali Press. oleh Lawang R.M.Z.) Jilid.2, Jakarta:
Martono, N. (2014) Sosiologi Perubahan PT Gramedia.
Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Rohman. A. (2012). Pembiasaan sebagai
Persada. Basis Penanaman Niai-nilai Akhlak
Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Remaja. Nadwa, Jurnal Pendidikan
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Islam. 6 (1). 115-134.
Rosdakarya.
Mufti, P.H. (2014) Sosialisasi Program Rebo
Nyunda Oleh Ridwan Kamil (Studi
Kasus Di Kalangan Pelajar Kota
Bandung). Bandung.
Nurhayati, S. (2016). Konflik Interpersonal
dalam Interaksi Sosial Lanjut Usia .

You might also like