The Level of Soil Development Based On The Pattern of Clay Mineral Distribution in Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir
The Level of Soil Development Based On The Pattern of Clay Mineral Distribution in Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir
The Level of Soil Development Based On The Pattern of Clay Mineral Distribution in Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir
2337- 6597
Vol.5.No.2, April 2017 (52): 422- 433
The level of soil development based on the pattern of clay mineral distribution in
Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir
ABSTRACT
Soil development can be characterized by the distribution and composition of minerals in the soil.
The aim of this research was to determine the level of soil development based on the pattern of
distribution of clay minerals. This research was held in Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba
Samosir. It was located at North Sionggang Village, Jangga Toruan, Sibaruang and Hatinggian
Village, Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir from July 2015 to April 2016.
Morphological properties were identified by describing the soil profiles while physical and
chemical properties were identified by laboratory analysis. Clay minerals analysed using
Differential Thermal Analysis (DTA). The results showed that the profile 1 (horizon Ap, Bw1,
Bw2, B/C) with maximum pattern of was Inceptisol have started to develop. Profile 2 (horizon Ap,
Bw1, Bw2, Bw3) with pattern decreasing and increasing was Inceptisol have started to develop.
Profile 3 (horizon A, B/A, Bw1, Bw2) with an increasing pattern was Inceptisol have started to
develop. Profile 4 (horizon A, Bw1, Bw2) with maximum pattern was Inceptisol have started to
develop.
ABSTRAK
Perkembangan tanah dapat dicirikan oleh distribusi dan komposisi mineral di dalam tanah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan tanah berdasarkan pola distribusi
mineral liat. Penelitian ini dilakukan di Desa Sionggang Selatan, Jangga Toruan, Sibaruang dan
Hatinggian, Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir dari pada bulan Juli 2015 sampai
April 2016.Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat
fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Analisis mineral liat menggunakan
Differential Thermal Analysis (DTA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil 1 (horizon Ap,
Bw1, Bw2, B/C) dengan pola maksimum merupakan tanah Inceptisolyang mulai berkembang. Profil
2 (horizon Ap, Bw1, Bw2, Bw3) dengan pola menurun dan meningkat merupakan tanah
Inceptisolyang mulai berkembang. Profil 3 (horizon A, B/A, Bw1, Bw2) dengan pola meningkat
merupakan tanah Inceptisol yang mulai berkembang. Profil 4 (horizon A, Bw1, Bw2) dengan pola
maksimum merupakan tanah Inceptisol yang mulai berkembang.
422
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.2, April 2017 (52): 422- 433
The Characteristis of Some of The Physical, Chemical, and Biological Properties of Soil in
Organic Farming Systems
ABSTRACT
The purpose of the study to determine the characteristis of some of the physical, chemical, and
biological properties of soil in organic farming systems. The study was held about 6 month from
November 2013 to April 2014 in Bioenvironment Education Center of Organic Farming Bahorok in
Timbang Lawan village, Bahorok, at Langkat district for observe the characteristic of some
physical, chemical, and biological characteristic of soil in organic farming system. This research
was conducted with survey method by evaluation the soil character in the area of farming base on
the time of application of the organic farming, so it taken 3 samples which are the organic farming
system beginning from year 2005; the organic farming system beginning from year 2010; and
farming system which not applicate the system of organic farming yet as the comparation and was
conducted about 3 sample points. The result of this research showed that the application of organic
farming can fix the physical and biological characteristic, but not chemistry charactreristic yet. The
charactreristic of physical of the soil that can be fixed by the application of organic farming were
changed soil color become darken, decreased bulk density of soil, increased the total soil pore
space, and increased soil permeability from criteria a bit slow to medium. Whether for the
infiltration of soil can not be increased yet with the organic farming application. The application of
this organic farming system can not fix the chemical characteristic of soil as pH of soil, C-organic
of soil, N-total of soil, and P-available still have the same criteria with conventional farming
application, but for parameter K-exchange can increase this parameter from low to medium. The
organic farming application can fix the biology characteristic by increase the soil respiration,
number of soil microorganism and earthworms population.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
pada sistem pertanian organik. Penelitian dilaksanakan selama ± 6 bulan dari bulan
November 2013 - April 2014 di kebun organik Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH)
Bohorok di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan
dengan metode survey dengan cara mengevaluasi sifat tanah pada areal pertanian berdasarkan
waktu diterapkannya sistem pertanian organik, sehingga diperoleh 3 sampel yaitu sistem pertanian
organik yang dimulai dari tahun 2005, sistem pertanian organik yang dimulai dari tahun 2010, dan
sistem pertanian yang belum menerapkan sistem pertanian organik sebagai pembanding dan
dilakukan sebanyak 3 titik sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem pertanian
organik mampu memperbaiki karekteristik sifat fisik dan biologi tanah, tetapi belum mampu
memperbaiki sifat kimia tanah. Karakteristik sifat fisik tanah yang mampu diperbaiki dengan
penerapan sistem pertanian organik yaitu warna tanah menjadi kehitaman, menurunkan bulk density
tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, dan meningkatkan permeabilitas tanah dari kriteria
717
Jurnal Online Agroekoteaknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.2 : 717 - 723, Maret 2015
Dari hasil penelitian C-organik dan kalium di dalam tanah dipengaruhi beberapa
N-total (Tabel 1) dapat dilihat bahwa faktor, salah satunya adalah pH tanah.
rendahnya kandungan C-organik dan N-total
tanah disebabkan peningkatan C-organik dan Sifat Biologi Tanah pada Sistem Pertanian
N-total tanah pada sistem pertanian organik Organik
2005 berasal dari mineralisasi pupuk organik
Penerapan sistem pertanian organik
yang dilakukan berupa pupuk hijau dan pupuk
mampu meningkatkan jumlah
kandang sapi dengan pengelolaan tanah
mikroorganisme tanah. Hal ini sesuai dengan
jangka panjang atau berkesinambungan,
Ardi (2010) yang menyebutkan bahwa salah
sedangkan pada sistem pertanian
satu faktor yang mempengaruhi
konvensional berasal dari pupuk urea dan
perkembangan mikroorganisme tanah adalah
mineral tanah. Hal ini sesuai dengan Sri dan
bahan organik.
Suci (2003) yang menyatakan bahwa
peningkatan C-organik dan N-total tanah Jumlah produksi CO2 yang dihasilkan
berasal dari pemberian dan mineralisasi bahan oleh aktivitas mikroorganisme tanah
organik yang ditambahkan dalam sistem berbanding lurus dengan jumlah
pertanian organik, sementara pada sistem mikroorganisme tanah, dimana aktifitas
pertanian konvensional ditambahkan dalam mikroorganisme tinggi maka produksi CO2
bentuk pupuk dan Winarso (2005) juga tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah CO2
menyebutkan bahwa penambahan bahan yang dihasilkan oleh aktivitas
organik pada sistem pertanian organik lebih mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh
kuat pengaruhnya ke arah perbaikan sifat-sifat bahan organik. Hal ini sesuai dengan
tanah pengelolaan jangka panjang dan Penelitian Ardi (2010) yang menyatakan
berkesinambungan. bahwa aktivitas mikroorganisme tanah
dipengaruhi oleh bahan organik, kelembaban,
Peningkatan P-tersedia sejalan dengan
aerasi, dan sumber energi. Jika aktivitas
kenaikan pH, tetapi tidak dengan C-organik
mikroorganisme tinggi maka produksi CO2
dan N-total. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1
juga tinggi.
bahwa pH tanah yang tergolong agak masam
sejalan dengan rendahnya P-tersedia tanah, Besarnya populasi cacing tanah pada
tetapi tidak sejalan dengan C-organik dan sistem pertanian organik 2010 (Tabel 1)
N-total tanah. Hal ini sesuai dengan Nyakpa, berpengaruh terhadap laju infiltrasi dengan
dkk (1988) yang menyebutkan bahwa lobang yang dibuat cacing tanah dapat
mineralisasi P organik akan meningkat meresapkan air, dan hasil pencernaannya
seirama dengan kenaikan pH, tetapi dapat meningkatkan pH tanah dan K-tukar
mineralisasi karbon organik dan nitrogen tanah. Hal ini sesuai dengan Subowo (2012)
tidak demikian. Nisbah dari total karbon yang menyatakan bahwa buangan padat
organik dan nitrogen terhadap total P organik (casting) cacing tanah mempunyai indeks
bertambah dengan meningkatnya pH tanah. stabilitas agregat, pH, KTK, K, dan lobang
yang dibuat cacing tanah mampu
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
memasukkan air ke dalam tanah dengan
rendahnya kandungan K-tukar tanah pada
volume yang besar. Dengan peningkatan laju
sistem pertanian konvensional dibandingkan
infiltrasi, maka laju aliran permukaan dan
dengan sistem pertanian organik dikarenakan
erosi tanah menjadi berkurang.
ketersediaan K-tukar tanah juga sejalan
dengan pH tanah, karena faktor yang
mempengaruhi ketersediaan kalium di dalam SIMPULAN
tanah yaitu pH tanah. Hal ini sesuai dengan
Sri dan Suci (2003) yang menyebutkan bahwa Penerapan sistem pertanian organik
sistem pertanian organik meningkatkan mampu memperbaiki karakteristik sifat fisik
kandungan K tersedia tanah, dan Nyakpa, dkk tanah yaitu warna tanah menjadi kehitaman,
(1988) menyebutkan bahwa ketersediaan menurunkan bulk density tanah,
722
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.3, Juni 2016. (593) :1983 - 1988
Karakteristik Biologi Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan di Sub DAS Petani
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara
The Characteristics of Soil Biology in Various Land Use in Petani Watershed Deli Serdang
Regency Sumatera Utara
ABSTRACT
Land use is dominated by a variety of cover crop with good soil biological properties is one indicator
of healthy watershed. The objectives of the research were to get the characteristics of soil biology in
various land use in Petani watershed. This research was held at Buluh Awar Village Sibolangit Sub
district Deli Serdang Regency Sumatera Utara, BPT Laboratory of Bogor, Soil Biology Laboratory
Agriculture Faculty of Sumatra Utara University from March until November 2015.Theresearch
usestechniques sampling by purposive sampling method. The measured parameters is C±organic, N±
total, C/N, soil respiration, population of earthworm and population of microorganisms tested with t
test level of 5 %.The results showed that the changes of forest stands into a variety of stands reduce
the content of C±organic, N±total, the population of earthworms, soil respirationand population of
microorganisms, increasing the ratio of C/N. Although not show differences in biological
characteristics of the soilbut the sugar palm and durian is recommended.
ABSTRAK
Penggunaan lahan yang didominasi dengan berbagai vegetasi penutup lahan yang memiliki sifat
biologi tanah yang baik merupakan salah satu indikator DAS yang baik.Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan karakteristik biologi tanah pada berbagai penggunaan lahan di Sub DAS Petani.
Penelitiandilakukan di desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara, di Laboratorium BPT Bogor, Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara padabulan Maret sampai dengan November 2015. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling berdasarkan metode purposive sampling.Parameter yang diukur yaitu C±organik, N±total,
C/N, respirasi tanah, populasi cacing tanah dan total populasi mikroorganisme.Data diuji dengan uji
t taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tegakan hutan menjadi berbagai tegakan
menurunkan kandungan C±organik tanah, N±total tanah, populasi cacing tanah, respirasi tanah dan
populasi mikroorganisme, meningkatkan rasio C/N. Meskipun tidak menunjukan perbedaan
karakteristik biologi tanah, namun tanaman aren dan durian lebih dianjurkan.
adalah sub DAS Petani yang wilayah tanah pada berbagai jenis penggunaan lahan di
administrasinya berada pada kecamatan Sub DAS Petani Kecamatan Sibolangit
Sibolangit kabupaten Deli Serdang yang Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
membentuk wilayah hulu sungai Deli.
Menurut data(BPDAS Wampu Sei Ular, 2003)
kawasan Sub DAS Petani berada pada DAS BAHAN DAN METODE
Deli dengan luas 12.695,32 Ha. Penggunaan
lahan di Sub DAS Petani adalah untuk Penelitian dilaksanakan di Desa Buluh
kawasan hutan, pertanian dan agroforestri Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
dengan vegetasi yang sangat beragam seperti Serdang dengan ketinggian 503 meter diatas
aren, durian, karet, kakao, pinang, kelapa, permukaan laut.Penelitian ini dilaksanakan
padi, bawang, jagung, jahe, dan lain mulai bulan Maret sampai dengan November
sebagainya. 2015.Contoh tanah dianalisis di Laboratorium
Penggunaan lahan di kawasan DAS BPT Bogor dan di Laboratorium Biologi
sebagai sumberdaya alam memiliki Tanah Fakultas Pertanian Universitas
karekteristik lahan yang sangat Sumatera Utara, Medan.
beragam.Menurut Saribun (2007) karakteristik Bahan yang digunakan dalam
lahan pada suatu DAS sangat bervariasi penelitian ini adalah sampel tanah yang
tergantung keadaan topografi, iklim, geologi, diambil di bawah tegakan vegetasi aren, karet,
tanah, dan vegetasi yang menutupinya.Sebagai durian dan tanah hutan, kantong plastik dan
salah satu unsur pembentuk lahan, tanah karet gelang, es batu, kotak stereoform, kertas
memiliki karakteristik yang bervariasi, terdiri label serta bahan±bahan yang digunakan untuk
dari sifat fisik, kimia, dan biologi.ketiga sifat analisis di Laboratorium.Alat yang digunakan
tersebut memiliki peran tersendiri dalam dalam penelitian ini adalah GPS (Global
meningkatkan produktivitas lahan. Positioning System), bor tanah, ring sampel,
Penggunaan lahan yang didominasi pisau atau parang, clinometer, kamera dan alat
dengan berbagai vegetasi penutup lahan yang tulis sebagai alat untuk menulis data
memiliki sifat biologi tanah yang baik dilapangan.
merupakan salah satu indikator DAS yang Metode yang digunakan dalam
baik. penelitian ini adalah metode survey dengan
Selain itu sifat biologi tanah memiliki analisis dekskriptif.Teknik sampling
peran penting untuk menjaga stabilitas berdasarkan metode acak.Data masing±
kesuburan dan kesehatan tanah.Menurut masing parameter untuk setiap tegakan di
Hanafiah (2009) pengaruh biota tanah, baik analisis dengan menggunakan uji t dengan
makro maupun mikro terhadap penyusunan taraf 5%. Parameter Pengamatan yang akan
tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan diukur antara lain : C±Organik (%), N±Total
tanaman yang tumbuh diatasnya dan (%), Rasio C/N, Populasi Cacing Tanah
lingkungan sangatlah penting.Saat ini berbagai (ind/m3), Respirasi Tanah (mg/CO2), Total
atribut biologi tanah mulai banyak digunakan Populasi Mikroorganisme (CFU/ml).
sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah.
Namun pengelolaan lahan yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
tepat seperti penggunaan tanah dalam jangka
waktu lama, penggunaan pupuk dan pestisida C±Organik
kimia secara terus menerus, akan mengancam Hasil pengamatan diperoleh rataan C-
agroekosistem berkelanjutan. Sehingga organik pada tegakan hutan sebesar 2,086%,
peningkatan pengetahuan tentang ekosistem aren 1,793%, karet 1,108% dan durian 2,189%
bawah tanah dan proses±prosesnya dirasa .
perlu untuk memahami pengelolaan lahan dan Hasil uji t pada parameter C±
tanah berkelanjutan. organik pada tiap tanaman serbaguna
Berdasarkan uraian diatas, penulis diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 1.
tertarik untuk mengetahui karakteristik biologi
1984
KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN
JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN TERBUKA DI KECAMATAN
MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI JAWA BARAT
INTISARI
Morfologi tanah erat kaitannya dengan daya dukung tanah untuk pemanfaatan dan
pengelolaan tanah. Secara sederhana morfologi menunjukkan kesuburan tanah yang dapat
dianalisi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi tanah di bawah
tegakan jati (Tectona grandis) dan lahan terbuka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode survey dan secara kualitatif. Pembuatan profil tanah sebanyak 3 titik pada masin-masing
sistem penggunaan lahan berukuran 1x1x1,5 m. Lapisan horison dibawah tegakan jati terdiri
dari horison A dan B, terdapat lapisan peralihan diantara keduannya. Tanah bertekstur lempung
hingga lempung debuan, dengan struktur tanah remah, gumpal bersudut dan lempeng/kemping.
Sedangkan konsistensi terdiri dari tidak teguh, agak teguh dan teguh. Ukuran perakaran mikro
dan meso, dengan jumlah perakaran 5-30% dan kedalaman bervariasi hingga 114 cm. Morfologi
tanah di lahan terbuka terdiri dari lapisan O, A dan Bt membentuk lapisan bergelombang.
Variasi struktur, tekstur, konsistensi dan ukuran perakaran serupa dengan dibawah tegakan jati,
jumlah perakaran bervariasi 5-30% dan kedalaman perakaran hingga 109 cm.
Kata kunci: morfologi tanah, lahan terbuka, jati
ABSTRACT
Keywords :
PENDAHULUAN
Proses fisika, kimia dan biologi membantu pelapukan bahan mineral dan dekomposisi
bahan organik. Proses pembentukan tanah ini terus berlanjut. Dalam prosesnya, mikroorganisme
dan penetrasi akar membantu terjadinya perpindahan mineral tanah akibat adanya erosi dan
infiltrasi. Proses ini menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi tanah pada horison tanah.
Morfologi tanah hutan berkembang pada waktu yang lama. Hal ini disebabkan sistem
pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif dibandingkan tanah pertanian. Kerusakan pada
tanah hutan terjadi ketika terjadi pemanenan, kebakaran atau alih fungsi penggunaan lahan. Lain
halnya dengan penggunaan tanah pertanian, pengelolaan intensif yang dilakukan menyebabkan
penurunan produktivitas tanah. Penurunan produktivitas tanah ditandai dengan terjadinya
pemadatan tanah, kehilangan lapisan permukaan, struktur, porositas, aerasi, kekuatan, warna
tanah, ketersediaan oksigen dan kemudahan penetrasi akar tanaman (Utomo, et al., 2016).
Selain itu penggunaan dan pengelolaan lahan intensif tentu berbeda dengan tanah yang tidak
dikelola secara intensif. Intensifikasi penggunaan lahan menurunkan stabilitas agregat tanah,
terutama di lapisan tanah permukaan (Le Bissonais, et al., 2018).
Mengetahui morfologi tanah artinya mengetahui daya dukung penggunaan tanah.
Morfologi tanah menentukan kemudahan penetrasi akar, ketersediaan air, kemudahan
penyerapan air oleh tanaman, jumlah oksigen dan gas lainnya di tanah, dan sejauh mana air
bergerak baik secara lateral dan vertikal melalui tanah Sifat fisika tanah sebagian besar
antara butir-butir primer pasir, debu dan lempung yang dinyatakan dalam persen (Rachim dan
Suwardi, 2002). Dengan demikian, keadaan tekstur tanah akan menentukan jumlah pori-pori
yang ada di dalam tanah sehingga akan menentukan tingkat aerasi tanah dan kemampuan
penetrasi akar di dalam tanah. Semakin halus tekstur tanah, maka jumlah pori-pori mikro dalam
tanah akan meningkat sehingga mengakibatkan tingkat aerasi tanah sedikit rendah dan
kemampuan penetrasi akar menurun.
Hasil pengamatan menunjukkan pada lapisan dengan tekstur tanah lempung, perakaran
yang ditemukan adalah perakaran mikro sampai dengan meso. Dalam hal ini, persentase
perakaran mikro lebih mendominasi jika dibandingkan dengan perakaran meso. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tekstur tanah lempung dengan fraksi lempung yang mendominasi,
perakaran mikro sampai dengan meso masih bisa menembus pori-pori yang didominasi oleh
pori mikro.
Selain itu, tekstur tanah juga akan menentukan kemampuan mengikat dan menahan air
oleh tanah. Tanah bertekstur lempung memiliki ruang pori halus yang lebih banyak sehingga
kemampuan menahan dan mengikat air lebih tinggi. Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Sebaliknya, pada top-top soil
bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori
kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hardjowigeno, 2007).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah
Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus
seperti lempung dan lempung halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat,
dengan bentuk gumpal bersudut. Ciri morfologi yang paling penting pada tanah Ultisol yaitu
terjadinya peningkatan fraksi lempung dalam jumlah tertentu yang biasa disebut dengan horison
argilik (Bt) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lapisan dengan struktur remah mengandung
perakaran makro yang tinggi, sedangkan pada lapisan di bawahnya perakaran didominasi oleh
akar meso dan mikro. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akar dalam mempenetrasi
semakin rendah jika struktur tanah bersifat pejal, dalam hal ini gumpal bersudut dan gumpal
membulat. Tanah yang berstruktur granuler atau remah memiliki tingkat porositas yang lebih
tinggi daripada tanah yang berstruktur massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.
Kedua tipe struktur tanah tersebut memiliki perbedaan dalam hal ruang/ pori yang didalamnya
terdapat air dan udara. Tanah yang berstruktur granuler memiliki ruang/pori tanah yang besar
berisi udara yang lebih sehingga menunjang tanaman dalam perkembangannya, sedangkan
tanah bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil sehingga tingkat aerasi di dalam
tanah rendah (Pairunan, dkk, 1997).
Pada struktur tanah di profil tanah pada lahan naungan di bawah tegakan jati dan lahan
kosong tidak ternaungi tidak memiliki perbedaan yang berarti. Pada kedua lahan tesebut, variasi
tipe struktur tanahnya adalah remah sampai dengan pejal. Untuk struktur tanah bertipe remah
terdapat pada lapisan paling atas, yaitu horison O dan juga A. Hal ini menunjukkan bahwa top
soil yang kandungan bahan organiknya lebih tinggi dibanding horison di bawahnya memiliki
organisme tanah yang mampu menggemburkan tanah. Namun, tipe struktur tanah yaitu remah,
didominasi pada lapisan paling atas pada lahan kosong tanpa naungan. Hal ini membuktikan
bahwa seresah tanaman yang berasal dari pohon jati yang kandungan ligninnya lebih tinggi
dibandingkan pada seresah rumput, dalam hal ini mempengaruhi proses dekomposisi bahan
organik di tanah. Seresah daun dan ranting jati memiliki rasio C/N yang tinggi yaitu 200-400
jika dibandingkan dengan seresah rumput yang memiliki rasio C/N sekitar 50-70.
Kedalaman efektif merupakan kedalaman suatu tanah yang bisa ditembus oleh akar
tanaman (Foth, 1994) atau kedalaman tanah sampai dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air
dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain,
sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2003). Hasil pengamatan
terhadap kedalaman efektif pada penelitian ini sangat bervariasi, mulai dari dalam sampai
dengan sangat dalam. Perbedaan kedalaman efektif ini dipengaruhi oleh proses pengendapan
bahan material yang terjadi sejak lama sehingga akar sudah tidak mampu lagi menembusnya.
e-J. Agrotekbis 4 (3) : 227 - 234, Juni 2016 ISSN : 2338-3011
1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Jurusan Sumber Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu
2)
Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
Jl. Soekarno-Hatta Km 9. Tondo-Palu 94118. Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738. Pertanian Universitas Tadulako. Palu.
gmail: yanti_delsi@yahoo.com. E-mail: widjajanto@yahoo.co.id. E-mail: Ulfiyah_ar@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research aim is to know the characteristics of soil physic on some land use system in oloboju
village sigi district of Sigi Biromaru. The research has done on the Sigi 6 units of rice field, the dry
field and mixed farm with the slope of 0-8% and 8-15%. Soil analysis has in soil science
Laboratory, Faculty Of Agriculture, University Tadulako. The research was done on March until
May 2016. Determination of soil sample Location taken for analyse laboratory determined in the
Purposive Sampling so that it sets 18 sample poin. Soil sample was taken as much as 3 replications
for every land use. The result of research showed that soil physical from oloboju on 6 unit land with
different land slope have different soil physical, soil characteristics dominated by texture the faction
of dust and sand, with the soil texture are silt loam, moderate organic matter, moderate bad,
permeability, porosity, field capacity and saturated water were low until high, liquid limitation and
plasticity were moderate until high. The characteristic of the soil on 6 land units, in general,
determined by texture and organic matter.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman sifat fisik tanah pada beberapa
penggunaan lahan di Desa Oloboju Kabupaten Sigi. Penelitian dilaksanakan di Desa Oloboju
Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi pada 6 unit lahan sawah, tegalan, kbun campuran
dengan masing-masing kelerengan mulai dari 0-8% dan 8-15%. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Penelitian dilaksanakan Pada
Bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2016. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah untuk
bahan analisis di laboratorium ditentukan secara sengaja (Purposive sampling) sehingga diperoleh
18 titik sampel. Pengambilan sampel tanah diambil sebanyak 3 ulangan pada setiap penggunaan
lahan. hasil penelitian menunjukan sifat fisik tanah pada desa Oloboju pada 6 unit lahan yaitu lahan
sawah, lahan tegalan, lahan kebun campuran dengan masing-masing kelerengan yang berbeda,
mempunyai sifat fisik yang beragam, tekstur tanah didominasi fraksi debu dan pasir dengan kelas
tekstur lempung berdebu, mempunyai bahan organik sedang, permeabilitas sedang, porositas yang
kurang baik, kapasitas lapang dan kadar air jenuh rendah sampai tinggi, batas cair dan plastisitas
sedang hingga tinggi. Sifat fisik tanah pada 6 unit lahan umumnya ditentukan oleh tekstur dan
bahan organik.
227
cara menumpang tindihkan peta kelerengan perakaran tanaman, baik dalam hal absorbsi
dan peta penggunaan lahan dengan unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai
menggunahkan aplikasi ArcGIS 10.0, pembatas gerakan akar tanaman (Kurnia
sehingga didapatkan 6 unit lahan dengan dkk, 2006).
kelerengan berbeda.
Tekstur. Hasil analisis tekstur tanah pada
Penentuan lokasi pengambilan sampel
beberapa penggunaan lahan berdasarkan
tanah untuk bahan analisis di laboratorium
kelerengannya, sebagai mana disajikan pada
ditentukan secara sengaja (Purposive sampling)
Tabel 1.
pada 6 unit lahan sehingga diperoleh 18
Berdasarkan hasil analisis tekstur
titik sampel. Pengambilan sampel tanah
tanah pada Tabel 1. beberapa tipe
diambil sebanyak 3 ulangan pada setiap
penggunaan lahan memiliki kandungan
penggunaan lahan. Pengambilan sampel
tekstur yang berbeda yaitu lahan sawah dan
tanah utuh menggunakan ring sampel
tegalan pada kelerengan 0-8% dan 8-15%.
dengan kedalaman (0-30 cm) dari lapisan
tekstur tanah didominasi fraksi pasir (43,5 ±
tanah bagian atas pada setiap unit lahan
53,9%), debu (33,6 ± 40,6%), kemudian
yang telah dibuat. Sedangkan pengambilan
fraksi liat (5.5-22.9%) dengan kelas tekstur
sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan
lempung berpasir. Kecuali pada lahan
cara dikomposit tanah tidak utuh disetiap
kebun campuran kelerengan mulai dari 8-
3 titik sampel pada tiap lahan kemudian
15%, tekstur tanah didominasi fraksi debu
dicampurkan setelah itu dimasukan kedalam
(53,7 ± 63,2%), pasir (31,1 ± 42,3%)
kantong plastik.
kemudian fraksi liat (4,0 ± 5,7%) dengan
Analisis sampel tanah dilakukan
kelas tekstur lempung berdebu.
untuk menentukan beberapa sifat fisik tanah
dengan metode analisisnya sebagai mana Tabel 2. Variabel Pengamatan Sifat Fisik Tanah
tercantum pada Tabel 2. dan Metode Analisisnya
Analisis data yang dilakukan dengan
metode deskriptif yaitu menjelaskan suatu Variabel Pengamatan Metode Analisis
keadaan yang ada dilapangan berdasarkan Konduktifitas Hidrolik Constant Head
karakteristik tanah pada masing-masing Tanah Jenuh Permeameter
penggunaan lahan. Bulk density Gravimetrik
HASIL DAN PEMBAHASAN Porositas Gravimetrik
Tekstur Pipet
Sifat Fisik Tanah. Sifat fisik tanah Kadar air jenuh Gravimetrik
merupakan sifat tanah yang berhubungan Kadar air kapasitas lapang Gravimetrik
dengan bentuk/kondisi tanah asli, yang
C-Organik Walkeley and
termaksud diantaranya adalah tekstur, black say
struktur, bobot isi tanah, porositas, stabilitas, Batas Plastis Menggulung
konsistensi, warna maupun suhu tanah dan
Batas Cair Casagrande
lain-lain. sifat tanah berperan dalam aktivitas
Tabel 1. Hasil Analisis Tekstur Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan
Lereng Tekstur
No. Penggunaan lahan Kriteria
(%) Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
1. Sawah 0-8 46,1 38,3 15,6 Lempung
2. Sawah 8-15 53,9 40,6 5,5 Lempung berpasir
3. Tegalan 0-8 51,3 38,5 10,2 Lempung berpasir
4. Tegalan 8-15 43,5 33,6 22,9 Lempung
5. Kebun campuran 0-8 31,1 63,2 5,7 Lempung berdebu
6. Kebun campuran 8-15 42,3 53,7 4,0 Lempung berdebu
229
J. Agroland 16 (1) : 45 – 52, Maret 2009 ISSN : 0854 – 641X
ABSTRACT
The objective of the research was to identify the level of soil development in paddy soil in
Kaluku Tinggu Village Donggala Regency Central Sulawesi. The method used in this research was a
survey method in which observation and soil sample were taken systematically using a grid system.
The distance between observation points was 250 m. The observation on soil sample distribution is
carried out by using soil auger. Soil profile for observation of soil morphological characteristics was
determined based on the result of the soil auger data. The data of soil resulted from field and laboratory
analysis were used to compare soil characteristics among horizon. The average of each parameter was
calculated using formula of balance average. The morphological soil characteristics observation on
paddy field showed that the profile thickness was 0-80 cm, horizon thickness >12 cm, soil color was grayish
to grayish red, texture was sandy loam and clay loam, soil structure was granular and rounded blocky, and soil
consistency were sticky and plastic. Such soil characteristics indicated that the soil development was at a recent
stage. A long period under submerged condition has impeded the soil development.
Abstrak. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh
proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain,
sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Tumbuhan teh
merupakan salah satu sumber daya alam yang dihasilkan dari pengolahan pucuk (daun muda) tanaman teh, Produksi pengolahan teh
hitam di PT. Pagilaran menggunakan sistem pengolahan orthodox rotorvane. Pembuangan limbah teh yang telah diproduksi dalam
PT.Pagilaran beruba cairan yang dibuang didalam tanah. Penelitian ini bermaksud mengkaji sebaran butiran agregat tanah yang
dihasilkan adalah tanah berpasir dengan presentasi sebesar 59,34%, sebaran butir primer tanah dengan presentase lempung dan lanau
sebesar 40,66%, pasir 59,34%, dan kerikil 0,00% karena ukuran butiran tidak lengkap dan hal itu menyebabkan butiran-butiran yang
ada tidak saling mengisi dan menyebabkan adanya rongga, dan permeabilitas tanah tersebut termasuk dalam tanah pasir kelanauan
hasil pembuangan pengolahan teh di PT.Pagilaran.
Kata Kunci: Tanah, Sebaran Butiran Agregat Tanah,Sebaran Primer tanah, Permeabilitas Tanah
7
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 5, Nomor 2, Mei 2020
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP
Abstrak. Kota Sabang memiliki luas 12.061,08 ha, yang terdiri dari pulau-pulau kecil, yaitu: Pulau Weh, Pulau
Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan lain-lain. Pulau kecil ini terbentuk karena adanya gerakan vulkanik berupa
letusan gunung Seulawah yang mengakibatkan pulau ini terpisah dari daratan Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik, klasifikasi, serta pengelolaan tanah-tanah yang terbentuk di daerah gunung api
Jaboi Kota Sabang. Metode yang digunakan yaitu survai deskriptif kuantitatif. Parameter yang diukur di lapangan
berupa karakteristik morfologi diantaranya: warna dan kedalaman tanah. Dilaboratorium berupa karakteristik
fisika tanah adalah tekstur tanah; karakteristik kimia tanah yaitu C-organik dan kejenuhan basa serta jenis mineral
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dan klasifikasi tanah Alfisol adalah: (a) epipedon molik
karena memiliki solum tanah ≥ 18 cm (23 cm), kandungan C-organik ≥ 0,6% (1,29%), kejenuhan basa ≥ 50%
(55,72%) dan value serta chroma ≤ 3 (value 3 dan chroma 3); (b) horison penciri bawah yang dijumpai adalah
argilik karena mengandung liat < 15%, maka horison argilik > 3% lebih liat yang terdapat pada horison Bt
dibandingkan horison di atasnya; (c) subordo dikategorikan Udalf, great group Hapludalf, subgroup Typic
Hapludalf, famili Typic Hapludalf, berlempung, campuran, isohipertermik. Pengelolaan yang sesuai tanah Alfisol
yaitu dengan olah tanah konvensional.
Kata kunci : Gunung api Jaboi, karakteristik tanah, klasifikasi tanah, pengelolaan tanah
Abstract. Sabang City has an area of 12,061.08 ha, which are consists of small islands, namely: Weh Island, Klah
Island, Rubiah Island, Seulako Island, and others. This small island was formed due to a volcanic movement in
the form of the Seulawah volcano eruption which resulted in the island being separated from the mainland of Aceh
Besar. This study aims to determine the characteristics, classification, and management of soils formed in the Jaboi
volcano in Sabang City. The method in this research is used a quantitative descriptive survey. The parameters
measured in the field in the form of morphological characteristics include: color and depth of the soil. In the
laboratory the characteristics of soil physics are soil texture; soil chemical characteristics are C-organic and base
saturation and soil mineral types. The results showed that the characteristics and classification of Alfisol soils
were: (a) Molic epipedon because it had soil solum ≥ 18 cm (23 cm), C-organic content ≥ 0.6% (1.29%), base
saturation ≥ 50% ( 55.72%) and the value and chroma ≤ 3 (value 3 and chroma 3); (b) the lower characteristic
horizon found is argillic because it contains clay < 15%, the argillic horizon > 3% more clay found in the Bt
horizon compared to the above horizon; (c) subordo is categorized as Udalf, Hapludalf great group, Typic
Hapludalf subgroup, Typic Hapludalf family, clay, mixed, isohipertermic. Appropriate management of Alfisol
land is conventional tillage.
PENDAHULUAN
Kota Sabang memiliki luas 12.061,08 ha, yang terdiri dari pulau-pulau kecil
diantaranya: Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan lain-lain. Pulau kecil
ini terbentuk karena adanya gerakan vulkanik berupa letusan gunung Seulawah yang
mengakibatkan pulau ini terpisah dari daratan Aceh Besar. Pulau vulkanik ini mengalami tiga
tahap pengangkatan patahan bumi yang mengakibatkan Pulau Weh terbagi atas tiga teras
dengan dataran tertinggi terdapat pada bagian Barat pulau (Distamben Aceh, 2006).
Morfologiatanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang,
klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu
sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas
Pengaruh Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Inceptisols di
Jatinangor
Mahfud Arifin1), Novarina Darmawan Putri2), Apong Sandrawati1), dan Rachmat Harryanto1)
1) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2) Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
Slope held a vital role in soil formation and development through erosion, transportation, and
deposition. The degree of the slope determines the flow rate and volume of surface water, while the
slope position determines rate of the erosion. The research aimed to understand the impact of the
slope position against physical (texture, Bulk Density, top soil thickness,) and chemical (pH, Organic
carbon, and cation exchange capacity (CEC)) and the correlation between the top soil thickness to
physical and soil chemical properties. The research was conducted in April to June 2016. The soil
samples were taken from 15-25% slope and three positions: upper slope, middle slope and lower
slope. Each slope was repeated 5 times, hence 15 spots of soil samples were obtained. This research
used descriptive comparative method and stratified purpose sampling as the sampling technique.
The results of T-Student test showed that the slope position influenced the topsoil thickness of 6.91
point in the upper and middle slope and 3.89 point in the middle and lower slope. The results of the
correlation test in each parameter in the upper hill showed there was correlation between top soil
against dust fraction (r=0.826), top soil against clay fraction (r=0.823), and top soil against soil CEC
(r=0.787). The middle slope showed there was correlation between top soil and soil pH (r=0.872) and
topsoil to soil CEC (r=0.790). The lower slope showed there was correlation between top soil and soil
pH (r=0.870).
Key words: soil erosion, Inceptisols, slope position, topsoil
37
ANALISIS KESUBURAN TANAH TEMPAT TUMBUH
POHON JATI (Tectona grandis L.) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA
ABSTRAK
Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh beragam faktor, baik faktor internal seperti :
hormon, keseimbangan air dan genetik serta faktor eksternal seperti : iklim, api, pencemaran,
temperatur, radian energi, ketersediaan lengas, reaksi tanah, susunan gas dalam tanah dan ketersediaan
hara tanah. Tanaman jati merupakan salah satu tanaman yang dalam proses pertumbuhannya
membutuhkan unsur hara, baik makro dan mikro. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro dalam
tanah berbeda-beda tergantung dimana habitatnya. Pohon jati merupakan jenis pohon yang
pertumbuhannya menyesuaikan habitatnya, baik habitat yang berada di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah tempat tumbuh
jati pada ketinggian yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan meliputi dua tahap yaitu : pertama, pengambilan
sampel tanah pada ketinggian 0 – 200 mdpl (A), 201 – 400 mdpl (B) dan 401 – 600 mdpl (C); kedua, uji
laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah baik makro dan mikro. Pengambilan
contoh tanah menggunakan sistem composite sampel, yaitu percampuran contoh yang diambil dari
areal yang dikehendaki. Data hasil analisis laboratorium akan ditabulasi berdasarkan ketinggian tempat,
kemudian di analisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah tergolong agak masam (A dan B) dan masam (C).
Kandungan C organik tergolong sedang sampai tinggi (A,B dan C), bahan organik termasuk dalam kriteria
sedang sampai tinggi (B dan C) sedangkan berlebihan (A). Kriteria kandungan unsur hara makro dan
mikro pada ketinggian A, B dan C bervariasi. Unsur hara makro, N tergolong rendah sampai sedang, P
dan K sangat rendah, Ca tinggi dan unsur Mg tergolong sedang sampai tinggi. Kandungan unsur hara
mikro Fe, Zn dan Cu sangat rendah, Mn berada dalam kisaran 20 - 3.000 ppm dan Na sangat rendah.
Kata kunci : Hara tanah, pohon jati, ketinggian tempat
Universitas Bengkulu
Fakultas Pertanian
2016
i
II. PEMBENTUKAN TANAH
A. Beberapa Definisi
Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah.
Sedangkan horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil
pembentukan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan tanah. Apabila kita membuat irisan
tegak tanah (biasanya hingga kedalaman 110 cm), maka kita akan melihat lapisan-lapisan tanah
(horizon) ini, yang secara berturut-turut dari permukaan tanah adalah (1) horizon organik (O),
(2) horizon A, (3) horizon B, dan (4) horizon C
Horison A, B, dan C disebut sebagai horison mineral. Tanah pada hakekatnya merupakan
gabungan horizon A dan B yang disebut solum. Solum berbeda dengan regolit, yaitu lapisan
batuan yang telah mengalami pelapukan yang berada di atas batuan induk. Regolit meliputi
horizon A, B, dan C (Gambar 1).