Capacity) : I Chaago B E L at G M A Il - Com

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

PEMANFAATAN FLY ASH BATUBARA SEBAGAI BAHAN STABILISASI

TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG

(THE BENEFIT OF FLY ASH COAL ON CLAY STABILIZATION TO BEARING


CAPACITY)

Chairunnisa Van Gobel1, Akhmad Marzuko2


1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: ichaagobel@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: 885110107@staff.uii.ac.id

Abstract: It is one type of soil that has a low bearing capacity, namely the type of clay soil
which has a high shrinkage value which causes damage to buildings such as foundation lifting,
bumpy roads, and so on. This study aims to determine the effect of fly ash as clay stabilization
material which is able to increase soil carrying capacity. The land comes from the village of
Kedungsari, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta. The preliminary testing research
stage consisted of moisture content, specific gravity, volume weight, granular analysis,
Atterberg boundaries, and soil compaction. Then testing the soaked and unsoaked CBR was
carried out, each test consisted of 5%, 10%, and 15% fly ash variation with 1 day, 3 days, 7
days and soaking treatment. days, and swelling testing. The results showed that the soil
included in group A-7-5 was clay-type soil with moderate to bad properties, the data was based
on AASHTO classification, while the classification according to USCS soil was included in the
CH group ie non-organic clay soil with high plasticity, and clay fat. Based on laboratory CBR
testing, the CBR value of unsoaked native land was 9.3%, while the CBR value of soaked was
1.106%. After the addition of fly ash with a variation of 5%, 10%, and 15% unsoaked CBR
value at 1 day ripening experienced an increase of 9.5%, 55%, and 68.584% respectively. Then
the increase in unsoaked CBR value for 3 days ripening was 12.213%, 56.837% and 108.763%
respectively. And an increase in unsoaked CBR value on 7 days ripening of 32.5%, 110% and
122.5% respectively. While the increase in the soaked CBR value on 7 days curing + 4 days
immersion was 1.443%,
2.26%, and 2.79% respectively. Then the swelling test experienced a decrease in development
potential in a row of 81.235%, 88.2%, and 94.724% of the original soil swelling value of
7.509%.

Keywords: CBR, fly ash, clay, stabilization, swelling


1. PENDAHULUAN umumnya dibuang ke landfill atau
Dalam dunia teknik sipil, tanah ditumpuk di area perindustrian batubara.
merupakan hal yang sangat penting dalam Penggunaan batubara pada PLTU
sebuah pembangunan infrastruktur. Hal ini Pelita menghasilkan sekitar 1,2 juta ton
disebabkan karena tanah merupakan dasar atau 3.500 ton per hari partikel abu
dari suatu konstruksi bangunan sipil yang
batubara dan jumlah ini akan terus
berfungsi menerima dan menahan beban
dari suatu struktur diatasnya, sehingga meningkat (Upe, 2006). Penumpukan abu
tanah harus mempunyai daya dukung yang terbang batubara ini menimbulkan masalah
baik untuk menahan beban yang akan bagi lingkungan. Hal ini yang
dipikulnya. Kenyataan di lapangan banyak menimbulkan masalah lingkungan dan
ditemukan tanah yang memiliki daya kesehatan, karena fly ash hasil dari tempat
dukung yang rendah, hal ini dapat pembakaran batubara dibuang sebagai
dipengaruhi oleh sifat tanah yang tidak timbunan. Fly ash ini merupakan jumlah
memadai. Perencanaan suatu konstruksi yang cukup besar, sehingga memerlukan
harus dilakukan penyelidikan terhadap pengelolaan agar tidak menimbulkan
karakteristik dan kekuatan tanah terutama masalah lingkungan, seperti pencemaran
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi daya udara, atau perairan, dan penurunan
dukung dalam menahan beban konstruksi kualitas ekosistem
diatasnya (Lestari, 2014). Salah satu penanganan lingkungan
yang dapat diterapkan adalah
Salah satu jenis tanah yang bermasalah memanfaatkan
ialah tanah lempung ekspansif. Tanah limbah fly ash. Limbah hasil pembakaran
lempung ekspansif adalah istilah yang batubara yang salah satunya adalah fly ash
digunakan pada material tanah atau batuan ini dikategorikan sebagai limbah B3
yang mempunyai potensi penyusutan atau karena terdapat kandungan oksida logam
pengembangan oleh pengaruh perubahan berat yang akan mengalami pelindihan
kadar air. Tanah yang mempunyai potensi secara alami dan mencemari lingkungan.
pengembangan juga mempunyai potensi Pemanfaatan limbah fly ash batubara
penyusutan oleh perubahan kadar air menjadi suatu produk merupakan salah
tersebut. Jadi, istilah tanah lempung satu cara dalam mengatasi limbah yang
ekspansif dan potensi pengembangan dihasilkan. Selain dapat meningkatkan
umumnya digunakan untuk menunjukkan nilai ekonomisnya, proses pemanfaatan
tanah yang mudah mengalami kembang- limbah fly ash juga mengurangi jumlah
susut. Adanya sifat dari tanah lempung dan dampak buruknya terhadap
ekspansif tersebut sering menimbulkan lingkungan. Pada saat sekarang ini banyak
kerusakan pada bangunan seperti retaknya perusahaan semen dan atau pembuatan
dinding, terangkatnya pondasi, jalan beton ready mix menggunakan fly ash
bergelombang, dan sebagainya, untuk itu batubara ini sebagai salah satu bahan
diperlukan upaya perbaikan tanah lempung campurannya, karena mengandung
ekspansif melalui stabilisasi tanah. senyawa kimia yang bersifat pozzolan
Fly ash (abu terbang) batubara adalah seperti alumina dan silika sehingga sesuai
bagian dari sisa pembakaran batubara pada digunakan sebagai bahan baku konstruksi.
pembangkit listrik tenaga uap yang Penelitian kali ini, penulis bertujuan untuk
berbentuk partikel halus. Pembangkit memanfaatkan limbah fly ash ke dalam
listrik tenaga uap ini memproduksi limbah campuran tanah lempung ekspansif yang
salah satunya adalah fly ash. Fly ash memerlukan penanganan khusus agar
dapat mengurangi sifat kembang susutnya.
. LANDASAN TEORI.
2. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Tanah Lempung
2.1 Stabilisasi Tanah Gambur Tanah lempung adalah tanah lempung
Menggunakan Kapur dan Fly Ash yang memiliki aktifitas yang tinggi dalam
Arrosyid (2017) dalam penelitiannya perubahan volume akibat adanya
yang berjudul “Pengaruh Penambahan perubahan kadar air. Dalam permasalahan
Kapur dan Fly Ash Terhadap Daya teknik sipil, partikel tanah lempung akan
Dukung senantiasa bersentuhan dengan air.
Subgrade Tanah Gambut untuk Interaksi antara partikel lempung, air, dan
Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan” bermacam-macam bahan yang terlarut
tanah gambut yang berasal dari Rawa dalam air menjadi faktor penentu yang
Pening dengan bahan stabilisasi kapur 5% utama bagi sifat-sifat tanah yang tersurun
dan fly ash 5%, 5%, 15% dan 25%. Hasil dari partikel-partikel tersebut. Jenis tanah
pengujian CBR Laboraturium tanah asli yang perlu diperhatikan sebagai dasar
tanpa rendaman (unsoaked) sebesar 3,72% struktur bangunan adalah jenis tanah
sedangkan CBR rendaman (soaked) lempung ekspansif. Dikatakan demikian
sebesar 3,42%. Peningkatan CBR tanpa karena tanah lempung ini umumnya
rendaman terdapat di variasi optimum mengandung komponen mineral yang
yaitu kapur 5% + fly ash 25% dengan nilai potensi pengembangannya cukup tinggi
sebesar 14,96%, sedangkan pada variasi yang kemudian berpengaruh pada
kapur tanpa fly ash kapur 5% dengan nilai turunnya nilai stabilitas tanah tersebut
sebesar 9,42%. Hasil pengujian sehingga dapat merusak bagian bangunan
pengembangan (free swell) sampai hari ke- yang dibangun diatasnya.
4 pengujian pada tanah asli meningkat 3.2 Stabilisasi Tanah
mencapai 10%, untuk variasi (kapur 5% + Stabilisasi tanah secara umum
fly ash 0%) swelling turun menjadi 5% dan merupakan suatu proses untuk
pada variasi (kapur 5% + fly ash 25%)
memperbaiki sifat-sifat tanah dengan
turun drastis hingga 0,8%. Desain tebal
lapis perkerasan Bina Marga 2013 semua menambahkan sesuatu pada tanah tersebut
variasi didapatkan tebal lapis perkerasan agar dapat menaikkan kekuatan tanah dan
sama yaitu AC WC 4 cm; AC BC 15,5 cm; mempertahankan kekuatan geser. Menurut
LPA 15 cm dan LPB 15 cm. Hasil desain Bowles (1991) dalam Pranata (2013)
tebal lapis perkerasan menggunakan Bina beberapa tindakan yang dilakukan untuk
Marga 2002 didapatkan tebal lapis menstabilisasikan tanah adalah
pekerasan pada tanah asli (Laston 20 cm, meningkatkan kerapatan tanah, menambah
LPA 15 cm, dan LPB 30 cm) pada variasi material yang tidak aktif sehingga
CBR dihasilkan tebal Laston dan LPA meningkatkan kohesi dan atau tahanan
sama yaitu Laston 20 cm, LPA 7,5 cm gesek yang timbul, menambah bahan
(namun dipakai 15 cm) dan dihasilkan untuk menyebabkan perubahan-perubahan
tebal LPB semakin mengecil yaitu 12,5 kimiawi dan atau fisis pada tanah,
cm, menurunkan muka air tanah (drainase
7,5 cm, 2,5 cm, dan 0 cm (namun dipakai tanah), dan mengganti tanah yang buruk.
syarat minimum yaitu 15 cm), kecuali
pada variasi fly ash 25% tidak
membutuhkan LPB.
3.3 Bahan Tambah Fly Ash sebagai mengikat seperti halnya semen. Tetapi
Stabilisasi Tanah dengan kehadiran air dan ukuran
Stabilisasi tanah secara kimia pada partikelnya yang halus, oksida silika yang
saat ini banyak digunakan untuk dikandung oleh fly ash akan bereaksi
memperbaiki tanah dasar yang kurang baik secara kimia dengan kalsium hidroksia
daya dukungnya. Salah satunya yang yang terbentuk dari proses hidrasi semen
dikembangkan saat ini adalah stabilisasi dan menghasilkan zat yang memiliki
dengan abu terbang (fly ash). Fly ash
kemampuan mengikat.
adalah material hasil buangan yang
Pemakaian fly ash sebagai salah satu
dikumpulkan dari pembangkit listrik
bahan campuran pada beberapa produksi,
tenaga uap (PLTU) yang menggunakan
misalnya portland cement, material
batubara sebagai bahan bakarnya.
konstruksi jalan, dan stabilisasi tanah.
Penggunaan batubara pada PLTU Pelita
Berikut penjelasan mengenai penggunaan
menghasilkan sekitar 1,2 juta ton atau
fly ash.
3.500 ton per hari partikel abu batubara
a. Portland cement
dan jumlah ini akan terus meningkat
Fly ash digunakan untuk mengganti
(Upe,
2006) Portland cement pada beton karena
Abu terbang (fly ash) adalah bagian mempunyai sifat pozzolan, sebagai
dari hasil pembakaran batu bara pada pozzolan sangat besar meningkatkan
pabrik peleburan yang dibawa keluar dari strength, durabilitas dari beton.
tungku pembakaran batu bara pada pusat Penggunaan fly ash dapat dikatakan
pembangkit listrik tenaga uap yang dibawa sebagai faktor kunci pada
keluar melalui ketel uap (boiler) melewati pemeliharaan.
cerobong asap dan disuling dengan b. Material konstruksi jalan
electrostatic precipator yaitu alat Fly ash dapat digunakan sebagai
penangkap abu dengan muatan listrik. Fly mineral filler untuk mengisi rongga dan
ash merupakan material yang memiliki memberikan kontak antara partikel
ukuran butiran yang halus dan berwarna agregat yang lebih besar pada
keabu-abuan yang dapat dipandang campuran asphalt concrete. Aplikasi
sebagai ini digunakan sebagai pengganti
lanau halus yang tidak plastis berdasarkan portland cement. Penggunaan fly ash
klasifikasi Unified Soil Classification dapat meningkatkan kekakuan dari
System (USCS) memiliki sifat pozzolan. aspal, meningkatkan daya tahan
Sifat pozzolan, yaitu suatu bahan yang terhadap rutting dan meningkatkan
mengandung silika atau alumina silika
durabilitas campuran.
yang mempunyai sifat perekat (sementasi)
c. Stabilisasi tanah
pada dirinya sendiri dengan butirannya
Stabilisasi tanah dengan penambahan
yang sangat halus bisa bereaksi secara
kimia dengan air membentuk bahan fly ash biasanya digunakan untuk tanah
perekat pada temperatur normal lunak, subgrade tanah kelempungan
(Sudjianto, 2012). dibawah jalan yang mengalami beban
Fly ash merupakan sisa-sisa pengulangan. Hal ini dikarenakan fly
pembakaran batubara yang dialirkan dari ash mempunyai sifat self cementing
ruang pembakaran melalui ketel berupa yaitu proses lekatan sementasi akibat
semburan asap yang telah digunakan pengaruh pozzolan atau akibat sifat
sebagai bahan campuran pada beton. Fly pengerasann alami fly ash karena
ash sendiri tidak memiliki kemampuan kondisi pemadatan dan air yang ada.
Pada penelitian ini digunakan bahan bahan standar tertentu. Tujuan dilakukan
utama fly ash yang diharapkan dapat pengujian CBR ini adalah untuk
mengikat tanah secara baik, walaupun mengetahui nilai CBR pada variasi kadar
pada umumnya diketahui bahwa fly ash air pemadatan. Perhitungan penetrasi 0,1
tidak sebaik bahan seperti semen. inch dan 0,2 inch dirumuskan pada
Keunggulan bahan fly ash sendiri persamaan 3.9 dan 3.10 berikut:
memiliki nilai ������������𝑖 0,1 " (����)
ekonomis yang tinggi dari pada bahan CBR0,1”= x 100% (1)
umumnya seperti semen, aspal dan lain- 3000
(����)
lain. CBR0,2”= ��������� x 100% (2)
���𝑖 0,1 "
(����)
3000
(����)

4. METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah bagan alir penelitian,


Adapun pengujian inti yang akan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
dilakukan yaitu.
4.1 Pemadatan Tanah
Pengujian pemadatan standar
(Standard Proctor) adalah proses yang
dilakukan untuk merapatkan butiran tanah
yang satu dengan yang lain, sehingga
partikel tanah saling berdekatan dan pori
tanah menjadi kecil. Tujuan diadakan
pemadatan tanah yaitu untuk:
1. mempertinggi kuat geser
2. mengurangi sifat mudah mampat
3. mengurangi permeabilitas
4. mengurangi perubahan volume sebagai
akibat perubahan kadar air dan lain-
lainnya.
4.2 California Bearing Ratio (CBR)
California Bearing Ratio (CBR)
adalah suatu percobaan penetrasi yang
dipergunakan untuk menilai kekuatan
tanah dasar atau bahan lain yang akan
dipakai untuk pembuatan perkerasan yang
dikembangkan misalnya oleh U.S Army
Corps of Engineers. Percobaan ini lebih
dikenal sebagai CBR Laboratorium,
Gambar 1 Bagan Alir Penelitian
dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR
tanah yang dipadatkan di laboratorium 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pada kadar air tertentu. Nilai CBR
merupakan perbandingan (dalam persen) 5.1 Sifat Fisik Tanah
antara tekanan yang diperlukan untuk Pengujian fisik tanah pada setiap
menembus tanah dengan piston pengujian dilakukan dengan 2 sampel,
2
berpenampung bulat seluas 3 inch dengan yaitu 2 sampel pengujian kadar air, berat
kecepatan 0,05 inch/menit terhadap volume, berat jenis, analisa granuler, dan
tekanan yang diperlukan untuk menembus batas-batas Atterberg, dan pemadatan
tanah untuk mendapatkan nilai kepadatan
maksimum (Maximum Dry Density/MDD) pencampuran variasi fly ash yang diperam
dan kadar air optimum (Optimum terlebih dahulu selama 7 hari lalu
Moisture Content/OMC) yang kemudian direndam dalam air selama 4 hari lalu
digunakan untuk pengujian CBR. diuji. Sedangkan CBR unsoaked tidak
Rekapitulasi pengujian sifat fisik tanah direndam namun dilakukan pemeraman
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. terhadap tanah campuran variasi fly ash 1
hari, 3 hari, dan 7 hari lalu dilakukan
Tabel 1 Rekapitulasi Pengujian Sifat
pengujian. Adapun pengaruh penambahan
Fisik Tanah Asli
fly ash dapat dilihat pada Tabel 2,
Tabel 3, Gambar 2, dan Gambar 3
Parameter Satuan Nilai berikut.

Kadar air % 37,343 Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Pengujian


CBR Tanah Asli
Berat jenis 2,61
Sampel
Berat Volume gr/cm3 1,662
Tanah Asli Tanpa Rendaman
Analisa saringan Tanah Asli Rendaman
93,4959
Lolos #200 % 8
Tabel 3 Hasil Rekapitulasi
Kerikil % 0 Pengujian CBR Tanah + Campuran Fly
Pasir % 6,504 Ash
CBR Rendaman (%)
Peram 1 hari
Lanau % 29,688 Sampel

Lempung % 63,808
Tanah + 5% FA 1,443 10,184
Batas-batas Konsistensi Tanah + 10% FA 2,260 14,415

Batas Cair (LL) % 81,986 Tanah + 15% FA 2,790 15,678

Batas Plastis
(PL) % 31,361
Batas Susut
(SL) % 22,719
Indeks
Plastisitas (PI) % 50,625
Proktor Standar
MDD gr/cm3 1,247
OMC % 30

Gambar 2 Grafik Perbandingan Nilai


CBR dengan Variasi Fly Ash Tanpa
5.2 Pengujian CBR Rendaman (Unsoaked)
Pengujian CBR dilakukan dengan
perlakuan CBR soaked dan CBR
unsoaked. CBR soaked dilakukan dengan
cara sampel
tanah yang padatkan dengan kadar air
optimum/OMC yang didapatkan dari
pengujian pemadatan tanah dan
Tabel 4 Rekapitulasi Pengujian
Pengembangan (Swelling)
Sampel Swelling (%)
Tanah Asli 7,509
Tanah + 5% FA 1,409
Tanah + 10% FA 0,886
Gambar 3 Grafik Perbandingan Nilai
Tanah + 15% FA 0,396
CBR dengan Variasi Fly Ash Tanpa
Rendaman (Unsoaked) terhadap
Pemeraman

Pada gambar 2 dan gambar 2 tersebut


terlihat bahwa nilai CBR naik seiring
bertambahnya campuran fly ash. Nilai
CBR terendah pada campuran penambahan
5% fly ash didapatkan nilai CBR sebesar
10,184%, sedangkan nilai CBR tanah asli
pada Tabel 5.20 sebesar 9,3% artinya
dengan penambahan campuran fly ash
kedalam tanah lempung tersebut mampu
naikkan daya dukungnya. Nilai CBR
terbesar ada pada campuran penambahan
15% fly ash dengan pemeraman 7 Hari
yaitu sebesar 20,693%. Perbandingan ini Gambar 4 Grafik Perbandingan Nilai
menunjukkan bahwa dengan lama waktu Swelling dengan Variasi Fly Ash
pemeraman berpengaruh pada tingkat
kepadatan sehingga rongga-rongga udara Pada gambar 4 tersebut terlihat bahwa
pada tanah sudah tidak terisi air dan tanah nilai swelling menurun seiring
tidak menjadi lembek. Peran fly ash juga bertambahnya campuran fly ash. Nilai
memiliki peran yang besar sebagai bahan swelling dengan penambahan fly ash 5%
stabilisasi apabila dicampurkan dengan air sebesar 1,409% sedangkan nilai swelling
maka akan terjadi sementasi yang mampu tanah asli pada Tabel 5.23 sebesar 7,509%
mengikat tanah sehingga nilai daya dukung artinya dengan penambahan campuran fly
tanah meningkat. ash kedalam tanah lempung tersebut
mampu menurunkan nilai pengembangan
5.3 Pengujian Pengembangan (Swelling) (swelling). Perbandingan ini menunjukkan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa dengan penambahan 5% fly ash
nilai pengembangan tanah asli saat yang kemudian diperam terlebih dahulu
sebelum dan sesudah distabilisasi dengan sebanyak 7 hari berpengaruh kepadatan
fly ash. Hasil pengujian swelling dapat tanah sehingga ketika dilakukan
dilihat pada Tabel dan Gambar berikut. perendaman air sulit untuk masuk ke
rongga-rongga tanah.
berturut-turut sebesar 1,443%, 2,26%,
6. KESIMPULAN DAN SARAN dan 2,79%.
6.1 Kesimpulan 3. Pengujian pengembangan (swelling)
didapatkan hasil semakin bertambahnya
Berdasarkan hasil pengujian dan fly ash dengan variasi 5%, 10%, dan
uraiaian pada bab sebelumnya, 15% maka potensi pengembangan
pencampuran fly ash dengan variasi 5%, mengalami penurunanan potensi
10%, dan 15% dengan tanah asli Desa pengembangan berturut-turut sebesar
Kedungsari, Kecamatan Pengasih, Kulon 81,235%, 88,2%, dan 94,724%
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat terhadap nilai swelling tanah asli
disimpulkan sebagai berikut. sebesar 7,509%.
1. Berdasarkan pengklasifikasian 6.2 Saran
menggunakan Sistem Unified (USCS)
maka tanah tergolong berbutir halus Adapun saran yang dapat dikemukaan
dan tanah termasuk kedalam simbol untuk penyempurnaan penelitian
CH yaitu tanah lempung tak organik selanjutnya sebagai berikut.
dengan plastisitas tinggi, lempung 1. Penelitian selanjutnya dapat mencoba
gemuk. Sedangkan berdasarkan menggunakan tanah jenis lain dengan
klasifikasi AASHTO tanah termasuk persentasi fly ash diantara atau lebih
dalam kelompok A-7-5 yang berjenis kecil dari prosentasi penulis untuk
tanah lempung dengan peniliaian membandingkannya.
umum sebagai tanah dasar sedang 2. Penelitian selanjutnya dapat mencoba
sampai buruk. dengan penambahan pengujian,
2. Dari hasil pengujian CBR didapatkan misalnya pengujian batas-batas
nilai CBR tanah asli tanpa rendaman Atterberg setelah penambahan fly ash
(unsoaked) sebesar 9,3%, sedangkan
yang kemudian membandingkannya.
untuk nilai CBR rendaman (soaked)
3. Perlu dilakukan penelitian mengenai
sebesar 1,106%. Nilai CBR semakin pengujian pengembangan tanah dengan
meningkat seiring bertambahnya fly pengujian konsolidasi.
ash dengan variasi 5%, 10%, dan 15%.
Dengan penambahan variasi fly ash 7. Daftar Pustaka
tersebut didapatkan peningkatan nilai
Arrosyid, M., 2017, Pengaruh
CBR tanpa rendaman (unsoaked) pada
Penambahan Kapur dan Fly Ash
pemeraman 1 hari berturut-turut
Terhadap Daya Dukung Subgrade
sebesar 9,5%, 55%, dan 68,584%.
Tanah Gambut untuk Perencanaan
Kemudian peningkatan nilai CBR tanpa
Tebal Lapis Perkerasan, Tugas
rendaman (unsoaked) pada pemeraman
3 hari berturut-turut sebesar 12,213%, Akhir, Universitas Islam Indonesia.
56,837%, dan 108,763%. Dan Lestari, I.G.A.I. 2014. Karakteristik Tanah
peningkatan nilai CBR tanpa rendaman Lempung Ekspansif. Ganec Swara.
(unsoaked) pada pemeraman 7 hari Vol.8 No.2:15. Mataram.
berturut-turut sebesar 32,5%, 110%,
dan 122,5%. Sedangkan peningkatan Pranata, A.D., 2013, Pengaruh Waktu
nilai CBR rendaman (soaked) pada Perendaman terdahap Daya Dukung
pemeraman 7 hari + perendaman 4 hari Stabilisasi Tanah Lempung Lunak
Menggunakan TX-300,
(http://digilib.unila.ac.id/5697/12/B
AB1.pdf. Diakses 9 Desember
2017).
Upe, Ambo, 2006, Pemanfaatan Fly Ash
sebagai Bahan Campuran
Pembuatan Portland Pozzoland
Cement (PPC). Jurnal Manusia dan
Lingkungan. Vol. 13. No.3.
Sudjianto, A. T., 2012, Stabilisasi Landfill
dengan Fly Ash, Widya Teknika,
Vol.20 No.2.
Wesley, L. D., 1977, Mekanika Tanah,
Cetakan ke VI, Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.

You might also like