Analisis DTBP Air Sungai Asam Kota Jambi
Analisis DTBP Air Sungai Asam Kota Jambi
Analisis DTBP Air Sungai Asam Kota Jambi
Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Asam Kota Jambi
Ridho Renaldi1, Marhadi2, dan Anggrika Riyanti3
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Batanghari
Jalan Slamet Riyadi, Kota Jambi
e-mail: ridhorenaldi.50@gmail.com
ABSTRACT
The Asam River is one of the rivers that crosses the sub-districts, including Kota Baru, Jelutung and Pasar Jambi. Asam River is located in
Jambi City with a length of 10.68 km, and a watershed area of 2,930 Ha. The Asam River is generally polluted by waste originating from
activities, office areas, hotels, trade centers, prominent figures and residential areas. To determine the quality of acid river water, it is necessary
to analyze the load carrying capacity of water pollution. Methods that can be used to analyze the load carrying capacity of water pollution
include the Mass Balance method and the Streeter-Phelps method. Based on the results of the calculation of the carrying capacity of the river
pollution load using the mass balance method on the parameters, pH, TSS, BOD and COD. The Asam River which cannot accommodate the
pollution load is found in the TSS parameter of -110.129 mg/l with a quality standard of 30 mg/l according to the Ministry of Environment and
Forestry Number P.68 of 2016 concerning domestic waste quality standards, while for the parameters pH, BOD, and COD still below the
domestic waste quality standard. The results of the calculation of the carrying capacity of the pollution load using the streeter-phelps method
show that at 4 sampling points the BOD concentration can still accommodate the pollution load in the river which does not exceed the quality
standard. the effect of DO concentration on AP1 Upstream to AP4 Downstream is still available in sufficient amount of DO.
Bahan yang digunakan untuk melaksanakan penelitian pengukuran laboratorium menggunakan botol contoh uji.
ini adalah sampel air Sungai Asam di setiap titik. Pengambilan sampel air permukaan mengacu pada (SNI
6989.57:2008) :
2.3 Penentuan Titik Sampling 1. Menyiapkan wadah sampel
penentuan titik sampling dilihat dari kondisi aktivitas 2. Membilas wadah sampel dengan air suling
yang ada di lingkungan sepanjang sungai asam (poin source 3. Menyiapkan alat pengambil sampel sesuai keadaan
dan non poin source). Pemilihan beberapa lokasi sampel ini sumber air
bertujuan untuk melihat perbandingan tingkat pencemaran 4. Membilas alat pengambil sampel
yang terjadi di sepanjang aliran sungai asam. dan sesuai (SNI 5. Mengambil sampel sesuai titik sampling dan
03-7016-2004) yang telah mengatur dasar-dasar yang harus memasukkannya ke wadah sampel sesuai peruntukan
dipertimbangkan antara lain: analisis
1. Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia 6. Hasil pengujian parameter lapangan dicatat didalam buku
yaitu pada lokasi hulu sungai untuk mengetahui kualitas air 7. Memberi label pada wadah sampel
secara alamiah 8. Melakukan pengawetan sampel sesuai peruntukan uji
2. Pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air dan 9. Mengamankan sampel dan wadah
pengaruhnya untuk pemanfaatan tertentu 10. Mencatat nama sumber air, tanggal dan jam pengambilan,
3. Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat- keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan
zat yang berbahaya kedalam sumber air.
Pengisian contoh uji ke dalam botol harus melalui
2.4 Prosedur Pengambilan Sampling dinding dan memenuhi botol, dan terhindar dari terjadinya
Pengambilan contoh uji untuk analisa parameter turbulensi dan gelembung udara. Setelah itu, pengawetan
kualitas air dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu parameter contoh uji pada cool box berpendingin ± 40C. kualitas air di
lapangan dan parameter laboratorium. Pengambilan contoh uji lapangan (DO, Temperatur, dan pH) dan di laboratorium
untuk pengukuran pH dan DO secara langsung dilapangan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi (COD, BOD, dan
masing-masing menggunakan beaker glass dan botol winkler TSS).
125 mL. Sedangkan pengambilan contoh uji untuk
dari tiap parameter. Analisis parameter dilakukan dengan Perhitungan daya tampung beban pencemaran neraca
membuat grafik hubungan konsentrasi tiap parameter dari titik massa digunakan untuk menetukan konsentrasi pada titik
ke titik lainnya (hulu hingga hilir), sehingga dapat dilihat pecampuran air limbah pada setiap titik lokasi yang di uji
perubahan parameter sepanjang titik lokasi penelitian. yaitu di tentukan pada pertitik lokasi AP dengan satu titik
Selanjutnya dilakukan perhitungan daya tampung beban lokasi menghasilkan beban pencemaran pada AP1, AP2, AP3
pencemaran dengan menggunakan metode neraca massa dan dan AP4. Sedangkan pencampuran pada semua titik lokasi
streeter-phelps agar dapat menentukan beban pencemaran dan yang di uji mengasilkan daya tampung beban pencemaran
daya tampung air sungai asam pada titik lokasi. sungai asam dari hulu sampai hilir. Berikut adalah data air
limbah dan air permukaan, menentukan titik pencampuran
4. Hasil dan Pembahasan dengan metode neraca massa. Ditunjukan pada Tabel 4
sebagai berikut :
3.1 Kondisi Hidrolika Sungai Asam
Data hidrolika didapatkan dari data primer yaitu Tabel 4 Hasil data debit, kualitas air limbah dan air Sungai
pengukuran langsung di lapangan. Berikut tabel hasil Analisis Asam
Hidrolika Sungai Asam. Debit COD TSS BOD pH
Titik
m3/detik mg/L mg/L mg/L mg/L
Tabel 2 Hasil Analisis Hidrolika Sungai Asam AL 0.00018 100 30 30 6.30
Kedalaman Lebar Kecepatan AP1 0.12 14 195 1.2 6.87
Titik
(m) (m) (m/detik) AP2 0.48 19 14 1.2 7.13
AP1 0.5 1.5 6 AP3 0.80 16 14 1.6 7.24
AP2 0.65 3 4 AP4 10.7 20 20 1.6 7.10
AP3 0.8 4 4
AP4 3.8 8.5 3 3.4 Hasil Analisis Pencampuran Per-titik Lokasi AP (Air
Rata-rata 1.44 4.25 4.25 Permukaan)
Beban pencemaran suatu parameter pencemaran yang
Hasil pada tabel 2 analisis hidrolika Sungai Asam yang terkandung dalam sejumlah air atau limbah dengan hasil
diukur secara langsung di lapangan menunjukan kedalaman analisis dihitung pada satu titik lokasi pencampuran (AP
tertinggi terdapat pada titik AP4 Hilir sebesar 3.8 m, Mixing) dengan tujuan untuk mengetahui beban yang tercemar
kedalaman dengan lebar sungai sebesar 8.5 m kedalaman pada (Empat) titik lokasi yang berbeda (AP1),(AP2),(AP3),
terendah terdapat pada titik AP1 Hulu sebesar 0.5 m, dengan dan (AP4). Berikut data hasil perhitungan pencampuran
lebar sungai sebesar 1.5 m, dan kecepatan aliran sungai pada (Mixing) per titik lokasi (AP) pada Tabel 5.
titik AP1 Hulu sebesar 6 m/detik, kecepatan aliran pada titik
AP4 Hilir sebesar 3 m/detik. Tabel 5 Data hasil perhitungan pencampuran pada titik AP
(Air permukaan)
Tabel 3 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Asam Debit COD TSS BOD pH
Aliran
Baku Mutu PP 82/2001
Hasil Analisa m3/dtk mg/L mg/L mg/L mg/L
Parameter Kelas Air
AP1 0.12 14.00 194.71 1.20 6.87
I II III IV AP1 AP2 AP3 AP4
pH 6-9 6-9 6–9 5–9 6.87 7.13 7.24 7.1 AP2 0.48 19.01 14.00 1.20 7.13
DO 6 4 3 0 5.7 4,5 5.7 6.2 AP3 0.80 16.01 14.00 1.61 7.24
COD 10 25 50 100 14 19 16 10 AP4 10.70 20.02 20.01 1.61 7.10
BOD5 2 3 6 12 1.2 1.2 1.6 1.6 BML - 25 50 3 6-9
TSS 50 50 400 400 195 14 14 20
permukiman rumah warga. Konsentrasi BOD juga melebihi Tabel 8 Hasil perhitungan laju deoksigenasi dan reaerasi
baku mutu sebesar 4.01 mg/l dimana baku mutunya adalah 3 Aliran Kd (L/hari) Kr(/L/hari)
mg/l. AP1 Hulu 0.573 9.596
AP2 Tengah 0.696 4.127
4.6 Hasil Perhitungan Daya Tampung Beban Maksimum AP3 Tengah 0.670 2.918
Pertitik Lokasi (AP) AP4 Hilir 0.806 0.162
Daya tampung beban pencemaran kemampuan air pada Rata-rata 0,696 4.200
suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemar
tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Berikut Laju deoksigenasi menunjukan kecepatan penurunan
adalah Hasil perhitungan daya tampung beban maksimum oksigen yang digunakan mikroganisme di dalam air untuk
pada pertitik lokasi dengan metode neraca massa pada titik mengurangin bahan organik. Laju deoksigenasi tertinggi
pencampuran ditunjukan dalam Tabel 7 sebagai berikut : terdapat pada titik AP4 Hilir sebesar 0.806 L/hari, laju
Dari data hasil analisis perhitungan neraca massa deoksigenasi tinggi menunjukan bahwa proses dekomposisi
konsentrasi pencampuran pertitik lokasi AP yang melebihi bahan organik berlangsung cepat. Laju deoksigenasi terendah
baku mutu air kelas II sesuai PP RI Nomor 82 Tahun 2001 pada titik AP1 Hulu yaitu sebesar 0,573 L/hari.
menunjukan bahwa pada AP1 parameter COD, BOD, pH, Laju reaerasi menunjukan kecepatan peningkatan
masih dibawah baku mutu sedangkan nilai TSS sudah oksigen didalam air. Laju reaerasi berbanding terbalik dengan
melebihi baku mutu sebesar 194.71 mg/L, sebab hasil data laju deoksigenisasi dimana saat laju reareasi tinggi maka laju
primer yang diuji nilai TSS sudah melebihi baku mutu. deoksigenisasi akan rendah. Laju reaerasi tertinggi terdapat
Sedangkan konsentrasi pada AP2 , AP3 dan AP4 untuk pada titik AP1 Hulu sebesar 9.596 L/hari dikarenakan nilai
parameter COD, BOD, TSS, dan pH rata-rata dibawah baku kedalaman pada titik AP1 Hulu sebesar 0.5 m dan 0.6 m/detik.
mutu. sedangkan konsentrasi pH, TSS masih dibawah baku Sungai dangkal dan kecepatan aliran tinggi menyebabkan nilai
mutu. konstanta reaerasi juga tinggi (Astono 2010).
Tabel 7. Daya Tampung Beban maksimum Metode Neraca 4.8 DO kritis dan waktu Kritis
Massa Hasil perhitungan DO kritis dan waktu Kritis, disajikan
Konsentrasi yang dapat ditampung sungai pada Tabel 8 sebagai berikut :
Titik
COD TSS BOD pH
AP1 57.516 -110.129 19.257 2,72-12,34 Tabel 8 Data hasil perhitungan DO kritis dan waktu kritis
AP2 21.641 42.758 7.694 2,20-11,14 Panjang Waktu kritis Oksigen kritis
Titik
AP3 37.397 71.220 12.643 2,34-10,14 (Km) (hari) (mg/l)
AP4 47.625 59.503 16.906 2,01-12,7 AP1 1.14 -0,559 5.690
BML 100 30 30 6-9 AP2 3.10 -0,890 5.801
AP3 3.10 -1,328 6.124
Dari hasil analisis perhitungan daya tampung beban AP4 3.34 -2,691 6.910
maksimum dengan metode neraca massa konsentrasi yang
melebihi baku mutu air limbah domestik sesuai PP RI Nomor pada konsentrasi limbah yang masuk ke dalam sungai
68 Tahun 2016 menunjukan bahwa pada AP1 (Hulu) asam di setiap titik lokasi yang berbeda. Proses purifikasi
Parameter COD, BOD, pH, masih dibawah baku mutu bergantung pada laju reaerasi dan deoksigenasi yang
sedangkan nilai TSS sudah tidak dapat ditampung sungai ditunjukkan dengan kurva penurunan oksigen. Hubungan
sebesar -110.129 mg/L. Lokasi pada AP2 (Tengah) untuk antara oksigen kritis dan waktu kritis disajikan pada gambar 1.
parameter COD dan pH masih dibawah baku mutu sedangkan
yang melebihi baku mutu yaitu TSS sebesar 42.758 mg/L dan
BOD sebesar 76.941 mg/L. Pada lokasi AP3 (Tengah) dan
AP4 (Hilir) untuk parameter COD, BOD, dan pH rata-rata
masih dibawah baku mutu air limbah domestik, pada TSS AP3
(Tengah) dan AP4 (Hilir) melebihi baku mutu sebesar 71.220
mg/L dan 59.503 mg/L.
67
Ridho Renaldi, Marhadi, dan Anggrika Riyanti, Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Asam Kota Jambi
asam dari titik AP1 hulu sampai titik AP4 hilir debit air Ginanjar Trilaksono, Dr.Ing.Sudarno,S.T,MSc, Ir.Dwi Siwi
semangkin bertambah yaitu debit sebesar 0.12 m3/detik Handayani, MSi (2013). Studi Penetuan Daya
sampai 10.7 m3/detik. Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Melalui
Pendekatan Software QUAL2E dan Metode Neraca
5. Kesimpulan Massa (Studi Kasus : Sungai Garang, Jawa Tengah).
Hendriarianti, E. dan N. Karnaningroem. 2015.
Berdasarkan hasil perhitungan daya tampung beban Deoxygenation Rate of Carbon in Upstream Brantas
pencemaran sungai menggunakan metode neraca massa pada River in the City of Malang. Journal of Applied
parameter, pH, TSS, BOD dan COD. Sungai Asam yang tidak Environtmental and Biological Science, 5(12): 36 – 41.
dapat menampung beban pencemaran terdapat pada parameter Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110
TSS sebesar -110.129,12 mg/l dengan baku mutu 30 mg/l Tahun 2003. Pedoman Penetapan Daya Tampung
sesuai Kemen-LHK Nomor P.68 Tahun 2016 tentang baku Beban Pencemaran Air pada Sumber Air. 27 Juni 2003.
mutu limbah domestik, Sedangkan untuk parameter pH, BOD, Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta: Deputi 1
dan COD masih dibawah baku mutu limbah domestik. MENLH Bidang Kebijakan dan Kelembagaan
Hasil perhitungan daya tampung beban pencemaran Lingkungan Hidup.
menggunakan metode streeter-phelps Menunjukan bahwa Nelly Marlina, Kasam, dan Any Juliani (2015). Evaluasi Daya
pada 4 (empat) titik sampling konsentrasi BOD masih dapat Tampung Terhadap Beban Pencemar Menggunakan
menampung beban pencemaran disungai yang tidak melebihi Model Kualitas Air (Studi Kasus: Sungai Winongo).
baku mutu sesuai Kemen-LHK Nomor P.68 Tahun 2016 Vol 4 (2) 78-86.
tentang limbah domestik. Karena pengaruh dari konsentrasi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (2020). Dokumen
DO pada AP1 Hulu sampai AP4 Hilir masih tersedia DO Kajian Teknis Pembuangan Air Limbah ke
dalam Jumlah yang cukup. Permukiman Warga Mengunakan Metode Neraca
Massa dan Streeter-Phelps. (Industri Mie Instan ) Kota
Daftar Pustaka Jambi.
PT Hok Tong (2020). Dokumen Kajian Teknis Pembuangan
Alfan Kurnianto (2014). Kualitas Air Sungai Kalimas Kota Air Limbah Produksi
Surabaya Menggunkan Metode Indeks Pencemaran. dan Domestik ke Air Permukaan Mengunakan Metode Neraca
http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint (diakses 13 Massa. PT Hok Tong Kota Jambi.
Agustus 2019) Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 09 Tahun 2013. Tentang
Arbie, R. R., W. D. Nugraha, dan Sudarno. 2015. Studi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi Tahun 2013-
Kemampuan Self Purification pada Sungai Progo 2033.
Ditinjau dari Parameter Organik DO dan BOD (Point Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
Source : Limbah Sentra Tahu Desa Tuksono,Provinsi 2001. Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian
D.I.Yogyakarta). Jurnal Teknik Lingkungan. Pencemaran Air. 14 Desember 2001. Jakarta:
Agus Darmawan (2018). Daya Tampung Beban Pencemaran Kementerian Sekretariat Negara RI.
Sungai Bedadung menggunakan metode Streeter Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Phelps (Studi Kasus di Desa Tamansari dan Desa Republik Indonesia Nomor P.68/MENLHK-
Lojejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember). SETJEN/2016. Tentang Baku Mutu Air Limbah
Afresa Amanda, Rony Riduan, Chairul Abdi (2020). Analisis Domestik. www.peraturan.go.id
Daya Tampung Sungai Terhadap Beban Pencemar Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 17
Organik.Vol 3(2)tahun 2020 Tahun,2019. Tentang Sumber Daya Air. 15 Oktober
Adrian Rizali Saputra (2016). Strategi Pengendalian Kualitas 2019. Jakarta : Kementerian Sekretariat Negara RI
Air Sungai Kuin Banjarmasin Berdasarkan Daya Suryo Ari W, Winardi Dwi Nugraha, Endro Sutrisno (2014).
Tampung Beban Pencemar. Analisis Kualitas Air Sungai Bringin Kota Semarang
Bambang Rahadi widiatmono, Komang Della Pavita, Liliya dengan Metode NSF – IKA (Studi Kasus Sungai
dewi (2017) Studi Penentuan Daya Tampung Beban Bringin Pada Tanggal 10 Juli 2014 ).
Pencemaran Kali Surabaya dengan menggunakan Sri Wahyuningsih, Elida Novita, Sayyidatul Nahda Afifah
Metode Neraca Massa. Diakses 3 desember 2017. (2020). Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai
Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi (2020) Data Kualitas Sumber Telak Kabupaten Jember Menggunakan
Air sungai Asam Kota Jambi Bagian Hilir Asam dan Metode,Streeter-Phelps. Vol 39 (2) 87-96
Bagian Hulu Asam. Standar Nasional Indonesia Nomor 6989-57. 2008. Metode
Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi (2020) Data Lebar Pengambilan Contoh Air Permukaan. Jakarta: Badan
penampang Basah, Kedalaman Air, Laju Air dan Debit Standarisasi Nasional.
air sungai Asam Kota Jambi, bagian Hulu dan Hilir. Standar Nasional Indonesia Nomor 8066. 2015. Tata Cara
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Pengukuran Debit Aliran Sungai dan Saluran Terbuka
Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung. Jakarta:
Yogyakarta. Badan Standarisasi Nasional.
Fernando Hero Alyandri, Noveri Mulya, Rika Reskika Sari, Taufik Dani, Suripin, Sudarno (2015). Analisis Daya
Suci Ika Nofrilianti, Fadhilla Oktari, Eko Satria Tampung Beban Cemar di DAS Bengawan Solo
Permana, Fungky Novendri (2019). Analisis Kualitas Segmen Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai dengan Model QUAL2KW. Vol.13(2),92-102
Tiga Titik di Kecamatan Kota Padang
68