Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) dalam Pembelajaran Sejarah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

Oleh:

Gito Umbu Mila

0184010003

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARAGA NEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DWIJENDRA
DENPPASAR
2020
A. Latar Belakang Masalah

Masalah mendasar yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini diantaranya adalah
bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan
dari kualitas proses pembelajaran di kelas, sedangkan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
aspek proses hasil (prestasi) belajar peserta didik. Proses belajar yang baik akan mendorong
siswa untuk selalu terlibat secara aktif, kreatif, dan bersikap kritis sehingga dapat mencapai
prestasi dan hasil belajar yang maksimal.

Sementara itu proses pendidikan di era globalisasi yang bersifat kompetitif diharapkan
mampu menghasilkan generasi yang cerdas, kreatif, memiliki moralitas yang tinggi,dan
bersikap kritis terhadap situasi yang terjadi di sekitarnya. Manusia yang cerdas, kreatif, dan
kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan
global.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan singkat yang disampaikan pada latar belakang masalah dan
juga mengacu pada judul penelitian ini, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi model PBL dalam pembelajaran sejarah?


2. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik?
3. Apakah model PBL dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik?

C. Variabel Bebas dan Terikat

variabel bebas merupakan varibel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). variabel bebas dalam penelitian ini
adalah problem based learning ( PBL ).
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas . variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil
penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) khusus dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian
adalah siswa kelas XI.IPS.2 SMA Negeri 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, pada
semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 38 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-
laki dan 23 siswa perempuan.

Data penelitian diperoleh dari peristiwa selama pembelajaran berlangsung, informan dari
siswa, wakil kepala sekolah, kepala sekolah dan warga sekolah lainnya, pengamatan,
dokumen arsip dan foto kegiatan. Melalui tahapan planning, acting, observing dan
reflecting, penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan langkah-langkah
pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) yang terdiri dari orientasi siswa pada
masalah (appersepsi), mengorganisasi siswa untuk belajar (elaborasi), membimbing
diskusi kelompok (eksplorasi), mengembangkan dan menyajikan hasil karya (eksplorasi),
dan kemudian menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah (konfirmasi).

Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)


dirancang skenario pembelajaran, media pendukung, alat dan bahan yang diperlukan dan
instrumen penelitian tindakan.

E. Kesimpulan

1. Implementasi model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah


Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Problem Based Learning (PBL) dimodifikasi
dengan berbagai metode, teknik, dan sumber belajar yang tersedia di sekolah. Adapun
langkah-langkah dalam pembelajaran yang ditempuh adalah sebagai berikut :

 Appersepsi (guru / peneliti mempersiapkan siswa dan perangkat pendukung kegiatan


pembelajaran sesuai dengan perencanaan)
 Kegiatan Inti, yang meliputi tahap Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi
 Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan pembelajaran ini guru/peneliti selalu menyempatkan waktu untuk


memberikan perhatian kepada peserta didik agar perhatian mereka terpusat pada kegiatan
pembelajaran. Selain itu guru/peneliti juga selalu memberikan motivasi kepada peserta
didik yang masih merasa malu atau enggan untuk berpartsipasi aktif dalam pembelajaran.
Dengan tindakan seperti tersebut ternyata banyak membawa manfaat bagi keberhasilan
kegiatan pembelajaran.

2. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa
mengalami peningkatan dalam setiap siklus. Komponen kemampuan berpikir kritis terdiri
dari kemampuan dalam membuktikan kebenaran, melakukan diskusi, mempertahankan
pendapat, menyelesaikan tugas, dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
baru. Selama penelitian tindakan dari siklus pertama sampai siklus ke 3 keberhasilan
menerapkan atau mengimplementasikan Kemampuan berpikir kritis siswa terlihat nyata.
Setelah melaksanakan PTK, siswa mulai menyukai mata pelajaran Sejarah. Mereka
akhirnya menyadari bahwa ternyata mata pelajaran Sejarah ternyata bukan pelajaran yang
sulit dan membosankan. Bahkan sikap rasa ingin tahu siswa cukup menonjol, hal ini
diperlihatkan terutama dalam menyelesaikan tugas maupun saat presentasi dengan
browsing melalui internet. Hal ini memungkinkan karena sekolah sudah memiliki hot spot
area.

3. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Sejarah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran model PBL yang di desain dengan metode
yang bervariasi mampu meingkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh dan
penilaian otentik (authentic assessment) selama proses pembelajaran, penilaian tugas dan
penilaian hasil belajar pada tiap selesai siklus. Ketrampilan guru dalam memilih
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran akan menunjang motivasi siswa
untuk meningkatkan minat, motivasi dan semangat belajar siswa. Dengan semangat belajar
yang tinggi maka iklim belajar menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya hasil belajar
siswapun menjadi meningkat. Setelah melakukan tindakan dalam tiga siklus maka pada
siklus 3 nilai rata-rata ulangan harian Sejarah siswa mencapai 83,82 dan ketuntasan
klasikal mencapai 92,11 %.

You might also like