Catatan Koas THT 1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

Catatan Koas THT (ENT)- Otorhinolaryngology Skin in external structure of nasal : thin over the upper, thicker over

Skin in external structure of nasal : thin over the upper, thicker over the lower where contains sebaceous glands.

Pertemuan 1 : Anatomy of Nose ( Nasal ) Nasal Muscles :

Nasal Function : - Elevator muscle group : procerus, levator labii superioris


alaeque nasi
 Humidification of inspired air and dehumidification of expired air
- Depressor muscle group : alarr nasalis, depressor septi nasi.
 Heting or cooling of inspired and expired air
- Compressor muscle group : transverse nasalis
 Filtering or large matter by vibrissae ( small hairs) in the nasal vestibule
- Dilator muscle group : dilator nais anterior and posterior.
 Olfaction and pheromone detection
 Mucus production
( mucocilliary escalator : mucus traps particulate matter and carries it as far as the pharynx, where it is swallowed
and then eliminated by the digestive system)
 Immune protection – Lysosomes, immunoglobulin A ( IgA), IgG, and nitric oxide
 Ventilation or middle ear cleft via Eustachian tube
Clinical Case : Rhinophyma
 Drainage of nasolacrimal duct
 Voice tract resonance The skin overlying the cartilaginous portion of the external nose contains multiple pilosebaceous glands. Pathlogical hypertrophy
of gland (merupakan bentuk berat dari akne rosasea.)
a. External Nose
Obejctive = Enlarged, red bulbous nose, begins with rosacea, which worsens to acne rosacea.

Epidemiology : common in white men btw the age 40 and 60 y.o


Batang hidung ( dorsum nasi) terdiri
atas:

1. Bgn yang keras ( kranial) :


os nasalis kanan/kiri, Pros.
Frontalis os maksila.
2. Bgn yang lunak ( kaudal ):
kartilago lateralis dan
kartilago alaris. b. Nasal Cavity
Diantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang diisebut meatus.

Ada 3 meatus :
 Extends from nares anteriorly to the choanae posteriorly.
 Midline is partitioned by nasal septum, consists of structure including maxillary crest inferiorly and perpandecular 1. Meatus inferior – muara duktus nasolakrimalis
plate of ethmoid bone superiorly and vomer posteriorly. 2. Meatus medius – muara sinus frontal, sinus maksilaris dan sinus ethmoid anterior
 Nasal septum is rarely in the midline, it can contribute to nasal obstruction, particularly if deviation is anterior. 3. Meatus superior – muara sinus ethmoid posterior dan sinus sphenoid.

 Nasal cavitiy has : roof, floor, lateral and


medial wall. 4 major openings into the interal caity :
 Roof is formed by : sphenoid, cribriform plate of ethmoid, frontal bone, nasal bone and nasal cartilages.
 Floor : maxilla, palatine bone and upper surface of hard plate  Sphenoidal air cells drain into the spheno-ethmoidal recess.
 Medial : illustrated opposite. Ada series of bony projection called TURBINATES (Tulang turbinat atau konka hidung adalah  Posterior ethmoid sinuses drain into the superior meatus
susunan tulang yang menonjol ke dalam saluran pernapasan hidung).  Anterior ethmoid sinuses, frontal sinus drain into middle meatus
Turbinates are covered by PSEUDOSTRATIFIED CILLIATED COLUMNOR EPITHELIUM  Nasolacrimal duct drains into inferior meatus.
Contain VENOUS PLEXUSES
Fx : engorge in response to external stimuli, neur and hormonal control. Olfactory nerve arises in the olfactory mucuos membrane adjacent to the cribriform plate.
Role : Humidifying and filtering inspired air. Trigeminal nerve provides general sensation through the ophthalmic and maxillary division with nerve endings distributed
throughout the mucosa.

Arterial supply to nasal cavity : Branches of internal carotid artery ( anterior and posterior ethmoid arteries ) and external
carotid artery ( facial artery, sphenopalatine artery ).

Arteries involved in LITTLE‟S AREA :

- Anterior ethmoid artery ( from ophthalmic artery)


- Sphenopalatine artery (from the maxillary artery)
- Greater palatine artery (from maxillary artery )
- Superior labial artery ( from the facial artery )
Clinical Case : Pemeriksaan Hidung
Anamnesis =
1. Epistaxis ( Nosbleeding/Mimisan) Keluhan utama peny./kelainan di hidung :
4. Rasa nyeri di daeraah muka dan kepala
Most epistaxis occur in Little‟s Area (otherwise known as Kisselbach‟s plexus), located in the anterior part of the septum where 1. Sumbatan hidung
5. perdarahan dari hidung
an anastomosis occurs between the branches of the internal and external carotid arteries. 2. Secret di hidung dann tenggorokan
3. Bersin 6. gangguan penghidu
Source : https://www.uclahealth.org/head-neck-
Daftar keluhan/gejala
surgery/workfiles/Secure/Suggested%20Readings/Schlosser_NEJM_Epistaxis_2009.pdf 1. Sumbatan Hidung : terus menerus atau hilang timbul, satu atau kedua
lubang hidung/bergantian.
2. Nasal Obstruction Riwayat Kontak : bahan alergen seperti debu, tepung sari, buluu binatang, trauma
Source : hidung, pemakaian obat tetes hidung dekongestan u/ jangka waktu yang lama,
https://www.alexorl.edu.eg/alexorlfiles/DownLoad%20Lectures/Nose/Nasal%20Obstruction%20(Dr.%20Wa perokok/peminum alkohol berat dan apakah mulut dan tenggorokan merasa kering.
el%20Khamis).pdf
2. Sekret di hidung :
Common etiology : Konsistensi sekret : encer,
- Infectious : viral, bacterial or fungal infectious causing rhinitis/rhinosinusitis bening seperti air, kental,
- Allergy : inflammation w/ out nasal polyps nanah atau bercampur
- Traumatic : (+/- septal haematomas, perforation, etc) darah.
- Neoplastic : benign or malignant masses Keluarnya pagi hari atau
wkt-wkt tertentu ( cnth.
3. Fractured Nose Musim hujan ).
Source : http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.301.9162&rep=rep1&type=pdf
3. Bersin yg berulang meruppkan kelhan pasien alergi hidung.
c. Paranasal Sinuses Tanyakan : apakah bersin ini timbul akibat
menghirup sesuatau yang diikut keluar sekret
yang encer & rasa gaal di hidung, tenggorokan,
mata dan telinga.

4. Rasa nyeri di daerah muka dan kepala


Nyeri di daerah dahu, pangkal hidung, pipi dan tengah kepala dpt merupakan tanda2 infeksi sinus ( sinusits)
Bertambah berat jika menundukkan kepala berlngsng bebrpa jam atau beberpa hari.

5. Perdarahan dari hidung – epistaksis


Dpt berasal dr bgn anterior rongga hidung atau bgn posterior rongga hidung.
Riwayat : trauma hidung/muka sbelumnya, menderita peny.kelainan darah, HT dan pemakaian obat2 anti
koagulansia.
Lanjut baca di Referensi ‘’L11-Nose I ‘’
d. Hidung tersumbat (obstruksi nasi) : Sejak kapan - Makin lama makin tersumbat/ tidak - Disertai keluhan-keluhan
6. Gangguan penghidu lain/ tidak (gatal-gatal, bersin-bersin, rinorrhea, mimisan/ tidak, berbau/tidak) - Obstruksi hilang timbul/tidak -
Berupa hilangnya peniuman ( anosmia) atau berkurang ( hiposmia)
Menetap, makin lama makin berat - Pada segala posisi tidur
Riwayat : infeksi hidung, infeksi sinus ( sinusitis), trauma kepala
- Diagnosis banding : 1. Rhinitis (akut, kronis,
alergi ) 2. Benda asing 3. Polyp hidung dan
PEMERIKSAAN HIDUNG
tumor hidung 4. Kelainan anatomi (atresia
choana, deviasi septum) 5. Trauma (fraktur
os nasal)
e. Rhinolalia : - Sejak kapan - Terjadi saat
apa, pilek/tidak - Disertai gejala-gejala
lain/tidak - Ada riwayat trauma kepala/tidak
- Ada riwayat operasi hidung/tidak - Ada riwayat operasi kepala/tidak.

2. Pemeriksan Rinoskopi Anterior :

Gambar di atas : Menggunakan spekulum nasal untuk menampilkan


kavum nasi dan septum

Urutan pemeriksaan :
 Lakukan tamponade ± selama 5 menit dengan kapas yang
1. Melakukan anamnesis
dibasahi larutan lidokain 2% & efedrin.
Digali keluhan utama, yaitu alasan datang ke RS/ dokter.
 Angkat tampon hidung.
a. Pilek : - Sejak kapan - Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain (bersin-bersin, batuk, pusing, panas, hidung
 Lakukan inspeksi, mulai dari :
tersumbat)
- Cuping hidung (vestibulum nasi) - Bangunan di rongga hidung
b. Sakit : - Sejak kapan - Adakah riwayat trauma - Apakah disertai keluhan-keluhan lain : tersumbat, pusing, keluar
- Meatus nasi inferior : normal/tidak - Konka inferior : normal/tidak
ingus (encer, kental, berbau/ tidak, warna kekuning-kuningan, bercampur darah)
- Meatus nasi medius : normal/tidak - Konka medius : normal/tidak
c. Mimisan (epistaksis) : - Sejak kapan, - Banyak/ sedikit, - Didahului trauma/ tidak, - Menetes/ memancar, -
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi septum
Bercampur lendir/ tidak, - Disertai bau/ tidak, - Disertai gejala lain/ tidak (panas, batuk, pilek, suara sengau).
- Keadaan rongga hidung : normal/ tidak; sempit/ lebar; ada pertumbuhan abnormal: polip, tumor;
ada benda asing/ tidak : berbau/ tidak
- Adakah discharge dalam rongga hidung, bila ada bagaimana deskripsi discharge (banyak/ sedikit, 6) Lihat bayangan di nasofaring : • Fossa Rossenmuler • Torus tubarius • Muara tuba auditiva Eustachii • Adenoid •
jernih, mucous, purulen, warna discharge, apakah berbau). Konka superior • Septum nasi posterior • Choana

 Fenomena Palatum Molle, cara memeriksa :


- Arahkan cahaya lampu kepala ke dalam dinding belakang nasopharynx secara tegak lurus.
Normalnya, pemeriksa akan melihat cahaya lampu yang terang benderang.
- Kemudian pasien diminta mengucapkan “iiiii”. Normalnya, dinding belakang akan nampak lebih
gelap akibat bayangan dari palatum molle yang bergerak. Namun, bayangan gelap juga dapat
terjadi bila cahaya lampu tidak mengarah tegak lurus.
- Setelah pasien berhenti mengucap “iii”, bayangan gelap akan menghilang, dan dinding belakang
nasopharynx akan menjadi terang kembali.
- Bila ditemukan fenomena bayangan gelap saat pasieen mengucap “iii”, dikatakan hasil
pemeriksaan fenomena palatum molle positif (+)
- Sedangkan fenomena palatum molle dikatakan negatif (-) bila saat pasien mengucap „iii‟, tidak ada
gerakan dari palatum molle sehingga dinding belakang nasopharynx tetap terlihat terang
benderang. Hal ini dapat kita temukan pada 4 keadaan yaitu :
i. Paralisis palatum molle pada post difteri
ii. Spasme palatum molle pada abses peritonsil
iii. Hipertrofi adenoid iv. Tumor nasofaring : karsinoma nasofaring, abses retrofaring, dan adenoid

3. Pemeriksaan Rinoskopi Posteior :


Urutan pemeriksaan :
1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain spray 2%.
2) Tunggu beberapa menit.
3) Ambil kaca laring ukuran kecil.
4) Masukkan/pasang kaca laring pada daerah ismus fausium arah kaca ke kranial.
5) Evaluasi bayangan-bayangan di rongga hidung posterior (nasofaring).

You might also like