Pengembangan Model Sistem Pemeriksaan Pasien Katarak Untuk Evaluasi Kinerja Nur Wachid Adi Prasetya, Sri Kusumadewi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

ISSN : 2338-4697

JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PEMERIKSAAN PASIEN KATARAK UNTUK


EVALUASI KINERJA

Nur Wachid Adi Prasetya1, Sri Kusumadewi2

12
Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia
Email : 1wachid9adi@gmail.com, 2sri.kusumadewi@uii.ac.id

ABSTRACT

Clinical pathway is a multidisciplinary process that focuses on patient care to produce the best results that have
been determined. The implementation of clinical pathways ensures that no important aspects of service are forgotten.
During the implementation of clinical pathway for cataract disease (non complicated), the management of RSU Islam
Harapan Anda need to carry out the evaluation of patient examination conducted by doctors and medical personnel
according to the clinical pathway. Evaluation results are required at medical committee meetings, as strategic
information for decision making. Evalution of patient examination that runs still by looking and counting one by one
examination data that exist in each file of cataract patient to be matched based on clinical pathway, so it takes a long
time and not efficient. Development of models from systems that can provide evaluation results faster, and more precise
based on clinical pathway for cataract patients (non complicated), is needed to help provide information with better speed
and quality. Data analyzed and used include medical service data, service class data, pricing group data, patient data,
employee data, room data, bed data, service unit data, visitation data, and unit visit data. The system receives medical
data service input, service unit data, and employee data as checking / visitation data of each service unit performing the
examination, then calculates the inspection status to obtain an inspection evaluation score of each examined patient.
System generate patient examination evaluation value as physician performance score, which will be reported to
management. Implementation of the system shows that the results of physician performance evaluation in accordance
with the number of inspection actions performed by clinical pathway. The result of validity test shows that all question
items have r-count value greater than r-table, so it can be said valid. The result of usability test show that the system has
usability test value of 82.51%, and has the predicate "Very Good".

Keywords: clinical pathway, cataract, examination system, performance evaluation

POLITEKNIK KUTOARJO 20
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

PENDAHULUAN efisien, serta secara konsisten menghasilkan mutu


pelayanan tinggi dengan cara-cara “evidence-based”
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI (Ansyah, 2015).
No. 983 Tahun 1992, tugas rumah sakit adalah RSU Islam Harapan Anda sebagai sebuah
melaksanakan upaya kesehatan berdaya guna dan institusi yang memberikan pelayanan kesehatan
berhasil guna, serasi dan terpadu dengan upaya tentunya perlu membuat dan menerapkan clinical
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya pathway. Penerapan clinical pathway menjamin tidak
rujukan (Murdani, 2007). ada aspek-aspek penting dari pelayanan yang dilupakan.
Rumah sakit mempunyai fungsi dan tujuan Clinical pathway memastikan semua intervensi
sebagai sarana pelayanan kesehatan yang dilakukan secara tepat waktu dengan mendorong staf
menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan, klinik untuk bersikap pro-aktif dalam perencanaan
pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan.
pelayanan rujukan yang mencakup pelayanan rekam RSU Islam Harapan Anda telah membuat dan
medis dan penunjang medis serta kegiatan untuk menerapkan clinical pathway pada penyakit katarak
pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga sejak tahun 2015, seiring adanya akreditasi rumah sakit.
kesehatan (Limbong, 2010). Clinical pathway yang ada di RSU Islam Harapan Anda
Adanya clinical pathway pada sebuah rumah adalah guideline untuk penyakit katarak non
sakit bermanfaat sebagai sebuah standardisasi proses komplikasi. Selama penerapan clinical pathway, pihak
asuhan klinis, mengurangi risiko di dalam proses asuhan manajemen perlu untuk melakukan evaluasi
klinik, terutama hal-hal yang terkait dengan tahap pemeriksaan pasien yang dilakukan oleh dokter dan
pengambilan keputusan dan memberikan asuhan klinis petugas medis sesuai dengan clinical pathway yang
tepat, efektif dengan menggunakan sumber daya secara diterapkan. Evaluasi dilakukan berkaitan dengan

POLITEKNIK KUTOARJO 21
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

kepatuhan dokter dan petugas medis terhadap clinical tugas perawat yang rangkap, belum berdasarkan
pathway. Hasil evaluasi diperlukan pada rapat komite database manajemen system (DBMS), serta proses
medik, sebagai bahan informasi strategis yang relevan pengolahan data dengan cara menghitung satu demi
untuk pengambilan keputusan. satu. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan
Proses evalusi pemerikaan pasien yang berjalan sistem informasi rawat inap pelayanan penyakit dalam
di RSU Islam Harapan Anda untuk penyakit katarak guna mendukung keputusan manajemen pelayanan di
(non komplikasi) masih menggunakan berkas/arsip RSUD dr H Soemarno Sosroadmojo Bulungan
rekam medis pasien katarak (non komplikasi) berbentuk Kalimantan Timur. Hasil penelitian terdapat
hardcopy yang diterbitkan pada tiap-tiap pos peningkatan kualitas informasi sesudah dilakukan
pemeriksaan pasien katarak. Proses evaluasi data pengembangan sistem informasi, dengan perbedaan
dengan cara melihat dan menghitung satu demi satu data yang signifikan hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
pemeriksaan pasien yang ada di tiap berkas/arsip dari statistik Sign Test, dimana probabilitas 0.0001 (ρ<0.05)
setiap pasien katarak untuk dicocokkan berdasarkan Hasil uji coba sistem yang dikembangkan peneliti dapat
clinical pathway, sehingga membutuhkan waktu yang mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan
lama. kualitas informasi antara lain ketersediaan,
Adanya penerapan sebuah sistem yang dapat kelengkapan, ketepatan waktu, kemudahan akses dan
memberikan hasil evaluasi terhadap pemeriksaan pasien keakuratan informasi.
berdasarkan clinical pathway pada pasien penyakit Penelitian yang dilakukan oleh Nasir (2008)
katarak (non komplikasi) secara cepat dan tepat di RSU yang mengangkat permasalahan pengumpulan data
Islam Harapan Anda diharapkan dapat memperbaiki Program KIA dicatat dalam lebih dari satu register
efisiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai sedangnya proses pengumpulan data masih dilakukan
proses mengelola informasi khususnya terkait informasi secara manual dan belum menggunakan basis data
pemeriksaan pasien katarak (non komplikasi), mengakibatkan pencarian kembali data yang dibutuhkan
meningkatkan keefektifan pihak manajemen dengan memerlukan waktu yang lama dan terjadi penumpukan
memuaskan kebutuhan informasi guna pengambilan arsip data dari tahun sebelumnya. Tujuan yang ingin
keputusan yang mendukung tujuan dari evaluasi dan dicapai pada penelitian ini adalah mengembangkan
penilaian kinerja, analisis dan pelaporan pemeriksaan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi di
pasien katarak (non komplikasi), serta memperbaiki rasa Puskesmas untuk mendukung evaluasi program
pesaing atau meningkatkan keunggulan kompetitif kesehatan ibu dan anak (KIA) di Puskesmas Kabupaten
organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis. Lamongan. Hasil yang dicapai yaitu sistem informasi
yang dirancang, mampu mengatasi permasalahan yang
berhubungan dengan kualitas informasi sistem yaitu
KAJIAN PUSTAKA ketersediaan data dan informasi, kesesuaian informasi,
ketepatan waktu pelaporan, dan keakuratan informasi.
Penelitian terkait pengembangan sistem untuk Laporan yang dihasilkan dapat digunakan untuk
evaluasi pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang mendukung evaluasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
dilakukan oleh Murdani (2007) yang mengangkat Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2009)
permasalahan yaitu kegiatan pengelolaan data rekam yang mengangkat permasalahan yang dihadapi adalah
medis masih terdapat masalah sehingga kegiatan input, proses dan output yang masih manual, sehingga
evaluasi pelayanan yang dilakukan oleh manajer kegiatan evaluasi pelayanan yang akan dilakukan oleh
khususnya untuk mengetahui produktivitas pelayanan manajer khususnya untuk mengetahui kinerja pelayanan
rawat jalan menjadi terhambat. Tujuan penelitian ini di instalasi radiologi menjadi terhambat. Tujuan
menghasilkan sistem informasi rekam medis rawat jalan penelitian ini adalah menghasilkan model sistem
yang dapat digunakan untuk mendukung evaluasi informasi pada instalasi radiologi rawat jalan yang dapat
pelayanan di RSUBK Ambarawa. Hasil analisis data digunakan untuk mendukung evaluasi pelayanan di
secara deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata RSPAW Salatiga. Hasil yang dicapai adalah sistem
tertimbang kualitas informasi sesudah pengembangan informasi yang diusulkan, dapat mengatasi
lebih besar daripada sebelum pengembangan. Hasil permasalahan yang berhubungan dengan kualitas
analisis data secara analitik juga menunjukkan adanya informasi dari sebuah sistem, yaitu : kemudahan akses
perbedaan kualitas informasi sebelum dan sesudah informasi, keakuratan informasi, ketepatan waktu,
pengembangan (ρ=0,0001). Hasil penelitian ini adalah kelengkapan informasi dan kesesuaian informasi.
sebuah sistem informasi yang mampu mengatasi Kualitas informasi dari sistem yang diusulkan ini lebih
permasalahan yang berhubungan dengan kualitas baik dari sistem informasi yang lama. Hal ini dapat
informasi sistem yaitu kelengkapan data dan informasi, terlihat dari tanggapan responden mengenai kemudahan
kesesuaian informasi, keakuratan informasi dan akses informasi, keakuratan informasi, ketepatan waktu,
ketepatan waktu pelaporan. kelengkapan informasi dan kesesuaian informasi.
Penelitian lain dilakukan oleh Limbong (2010). Penelitian lainnya dilakukan oleh Mahwati
Masalah yang dihadapi adalah pengelolaan data di rawat (2009). Masalah yang dihadapi yaitu sistem informasi
inap pelayanan penyakit dalam, diantaranya adanya yang ada masih secara manual, memungkinkan

POLITEKNIK KUTOARJO 22
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

terjadinya kesalahan perhitungan, laporan-laporan clinical pathway, dibandingkan dengan jumlah seluruh
banyak yang belum tersedia. Tujuan penelitian ini kegiatan pemeriksaan pada clinical pathway.
adalah menghasilkan sistem informasi laboratorium Rumus untuk menghitung tingkat kepatuhan
kesehatan yang dapat digunakan untuk mendukung dokter dan petugas medis tiap pasien adalah sebagai
kegiatan pelayanan dan evaluasi pelayanan berikut:
laboratorium di Labkeskab Purbalingga. Hasil yang ∑ YCP
diperoleh yaitu sistem informasi laboratorium kesehatan EVP = * 100 % (1)
∑ NCP
di Labkeskab Purbalingga dengan hasil sistem informasi
Di mana:
tersebut telah mampu mengatasi permasalahan yang
EVP : tingkat ketepatan dan kepatuhan dokter
berhubungan dengan kualitas informasi sistem yaitu
dan petugas medis dalam memeriksa
aksesibilitas data dan informasi, keakuratan informasi,
pasien katarak (non komplikasi) yang
kelengkapan informasi, dan kejelasan informasi yang
sesuai dengan clinical pathway pada satu
dapat dilihat melalui hasil rekapitulasi rata-rata
pasien
tertimbang keseluruhan yang menunjukkan adanya
YCP : jumlah kegiatan pemeriksaan yang sesuai
peningkatan hasil.
dengan clinical pathway pada satu pasien
NCP : jumlah seluruh kegiatan pemeriksaan
LANDASAN TEORI
yang harus dilakukan dokter dan petugas
medis di clinical pathway pada satu pasien
1. Evaluasi
(sesuai clinical pathway, jumlah seluruh
Evaluasi ialah proses bersistem dan objektif
kegiatan adalah 72)
dalam menganalisis sifat dan ciri pekerjaan pada suatu
organisasi atau pekerjaan. Menurut Perhimpunan
Sedangkan untuk menghitung tingkat kepatuhan
Kesehatan Masyarakat Amerika, dalam Lestari (2009),
dokter dan petugas medis pada semua pasien adalah
evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau
sebagai berikut:
jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Proses tersebut mencakup ∑ EVP
EVS = / 100 (2)
kegiatan-kegiatan memformulasikan tujuan, identifikasi ∑P
kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur Di mana:
keberhasilan, menentukan dan menjelaskan derajat EVS : tingkat ketepatan dan kepatuhan dokter
keberhasilan dan rekomendasi untuk kelanjutan dan petugas medis dalam memeriksa
aktivitas program. pasien katarak (non komplikasi) yang
Adapun evaluasi suatu program kesehatan sesuai dengan clinical pathway pada
dilakukan terhadap tiga hal, antara lain (Lestari, 2009): semua pasien yang diperiksa
1. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan EVP : jumlah tingkat ketepatan dan kepatuhan
program yang menyangkut penggunaan sumber dokter dan petugas medis dalam
daya, seperti tenaga, dana, dan fasilitas lain. memeriksa pasien katarak (non
2. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai komplikasi) yang sesuai dengan clinical
sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh pathway pada satu pasien
mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. P : jumlah pasien yang mendapat kegiatan
Misalnya meningkatnya cakupan imunisasi, pemeriksaan yang harus dilakukan oleh
meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan seorang dokter dan petugas medis
kehamilannya, dan sebagainya. berdasarkan clinical pathway
3. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai
sejauh mana program itu mempunyai dampak 3. Katarak
terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Katarak adalah penyakit yang sering
Dampak program-program kesehatan ini tercermin menyebabkan kebutaan. Penyakit ini pada umumnya
dari membaiknya atau meningkatnya indikator- terjadi pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat
indikator kesehatan masyarakat. kelainan kongenital atau penyulit penyakit mata lokal
menahun (Murtiarasari & Handayani, 2011).
2. Evaluasi Kinerja Murtiningrum (2016) menyebutkan bahwa
Tingkat kepatuhan clinical pathway (CP) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan katarak,
menunjukkan besarnya ketepatan dan kepatuhan antara lain:
tindakan pemeriksaan yang dilakukan dokter dan 1. Kelainan bawaan
petugas medis terhadap clinical pathway penyakit Adanya kelainan kromosom dan gangguan
katarak (non komplikasi), guna menghitung tingkat perkembangan embrio menyebabkan lensa mata
ketepatan dan kepatuhan dokter dan petugas medis, hal menjadi tidak jernih.
yang perlu diperhatikan adalah jumlah kegiatan 2. Penuaan
pemeriksaan yang telah dilakukan dan sesuai dengan Bertambahnya usia menyebabkan lensa mata
bertambah berat, tebal dan daya akomodasi
menurun, sehingga terjadi kompresi dan

POLITEKNIK KUTOARJO 23
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

pengerasan nucleus lensa karena terbentuknya dengan kasus tertentu dalam jangka waktu yang
serat kortikal yang memusat. Adanya perubahan disepakati untuk pencapaian outcome yang telah
kimia dan pemecahan protein lensa disepakati.
menyebabkan peningkatan pigmentasi sehingga 3. Menurut Middleton (2000)
lensa menjadi kuning atau kecoklatan. Clinical pathway mencakup serangkaian
Bertambahnya usia juga menyebabkan intervensi yang diharapkan, ditempatkan dalam
peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium kerangka waktu yang tepat, ditulis dan disepakati
serta penurunan konsentrasi glukosa dan kalium oleh tim multidisiplin, untuk membantu
pada sitoplasma sel lensa. pasiendengan kondisi tertentu melalui diagnosis
3. Penyakit sistemik pengalaman klinis untuk hasil yang positif.
Keadaan hiperglikemi pada diabeter mellitus
menyebabkan terjadinya penumpukan sorbitol di 5. Clinical Pathway Penyakit Katarak Di RSU
lensa mata. Penumpukan sorbitol akan menarik Islam Harapan Anda
cairan ke lensa sehingga terjadi penumpukan Clinical Pathway penyakit katarak di RSU Islam
carian di dalam lensa. Harapan Anda telah disusun dan diterapkan sejak tahun
4. Trauma 2015, seiring dengan akreditasi rumah sakit.
Trauma dapat menyebabkan kerusakan struktur Penyusunan clinical pathway penyakit katarak di RSU
makro dan mikro lensa mata, dan ditambah Islam Harapan Anda melibatkan beberapa pihak, antara
adanya ketidakseimbangan metabolisme akan lain direksi rumah sakit, dokter mata, dan petugas medis
menyebabkan kekeruhan lensa mata. lain. Clinical pathway penyakit katarak yang ada di
5. Penyebab lain/penyakit mata lain RSU Islam Harapan Anda adalah guideline untuk
Adanya glukoma dan uveitis menyebabkan penyakit katarak non komplikasi, artinya pasien
keseimbangan elektrolit lensa terganggu, menderita katarak yang tidak disebabkan atau diikuti
sehingga lensa menjadi tidak transparan. penyakit lain.

Siswoyo (2013), dalam Putri (2015), METODOLOGI PENELITIAN


menyebutkan mengenai patofisiologi katarak. Katarak
biasanya terjadi bilateral, namun memiliki tingkat Alur penelitian menjabarkan langkah-langkah
kecepatan berbeda. Hal ini dapat disebabkan kejadian yang dilakukan dalam penelitian. Pada penelitian ini,
trauma atau sistemik, seperti diabetes. Namun sebagian alur penelitian mengadopsi salah satu metode
besar merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang pengembangan sistem, yaitu System Development Life
normal. Sebagian besar katarak berkembang secara Cicle (SDLC).
Mulai
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen jika tidak segera didiagnosa.
Studi Analisis Perancangan
4. Clinical Pathway Pendahuluan Kebutuhan Sistem

demi hari dengan standar pelayanan yang dianggap


sesuai. Pelayanan pada clinical pathway bersifat Tidak
multidisiplin, sehingga semua pihak yang terlibat dalam
Pembangunan
dapat menggunakan format yang sama (Kemenkes, Sistem
Pengujian Sistem Sesuai

Meo (2015) dalam penelitiannya mengutip dari Ya


beberapa sumber mengenai pengertian clinical pathway,
antara lain: Selesai
1. Menurut Wilson (1997)
Clinical pathway adalah proses multidisiplin Gambar 1. Alur Penelitian
yang berfokus pada perawatan pasien, yang
terjadi tepat waktu untuk menghasilkan hasil
terbaik yang telah ditentukan, dalam sumber 1. Studi Pendahuluan
daya dan kegiatan yang tersedia, untuk sebuah Studi lapangan dilakukan pada tempat penelitian
episode perawatan yang tepat. dan pengambilan data, guna mendapatkan gambaran
2. Menurut Johnson (1997) permasalahan. Pada penelitian ini, studi lapangan dapat
Clinical pathway adalah semua elemen dilakukan dengan wawancara dan observasi. Studi
perawatan dan pengobatan yang diantisipasi dari literatur dilakukan dengan mengumpulkan berbagai
semua anggota tim multidisiplin, bagi pasien referensi maupun teori yang digunakan sebagai dasar

POLITEKNIK KUTOARJO 24
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

penulisan laporan penelitian. Sumber dari referensi studi pertanyaan yang memiliki komponen-komponen
literatur didapatkan melalui buku, jurnal ilmiah atau tertentu untuk menggali pendapat responden.
penelitian, teks, dan sumber lainnya yang valid. Komponen-komponen tersebut antara lain:
Penelitian ini mengumpulkan data yang berhubungan 1. Learnability
dengan penjelasan tentang clinical pathway, penyakit Learnability adalah tingkat kemudahan
katarak, sistem informasi, serta penilaian kinerja, yang pengguna yang diukur dari pemakaian fungsi-
diperoleh dari hasil penelusuran terhadap jurnal-jurnal fungsi dan fitur yang tersedia di sistem, web atau
ilmiah baik dari dalam maupun luar negeri, bahan ajar, aplikasi.
dan peraturan-peraturan pemerintah yang berhubungan 2. Efficiency
dengan topik penelitian yang diambil. Efficiency menjelaskan kecepatan pengguna
dalam mengerjakan perintah-perintah pada
2. Analisis Kebutuhan website atau aplikasi perangkat lunak tertentu.
Tahap analisis adalah tahapan di mana sistem 3. Memorability
yang sedang berjalan dipelajari dan sistem pengganti Berkaitan dengan kemampuan pengguna
atau pengembangan diusulkan. Adapun langkah yang mempertahankan pengetahuannya setelah jangka
akan dilakukan pada tahap ini adalah: waktu tertentu.
1. Analisis sistem awal 4. Errors
Analisis terhadap sistem awal dan sedang Menjelaskan jumlah error yang dilakukan oleh
dipergunakan saat ini bertujuan untuk pengguna, tingkat kebosanan terhadap error dan
mengidentifikasikan permasalahan dan cara memperbaiki error.
hambatan yang ditemukan pada prosedur 5. Satisfaction
pengolahan data menjadi informasi selanjutnya Komponen ini merupakan tingkat kepuasan
ditetapkan tujuan pengembangan sistem. pengguna setelah menggunakan website atau
2. Identifikasi kebutuhan informasi aplikasi.
Setelah tahap analisa sistem awal, langkah
berikutnya adalah identifikasi kebutuhan ANALISIS DAN PERANCANGAN
informasi untuk mengetahui informasi apa saja
yang diperlukan, sarana yang dibutuhkan dan 1. Analisis Awal
tenaga yang diperlukan untuk mendukung Analisis awal dimaksudkan untuk
pelaksanaan sistem informasi. mengidentifikasikan permas alahan dan hambatan yang
ditemukan pada prosedur pengolahan data menjadi
3. Perancangan Sistem informasi selanjutnya ditetapkan tujuan pengembangan
Tahap ini merupakan tahap menggambarkan sistem. Beberapa poin masalah mengenai sistem
alur kerja, basis data dan tampilan dari sistem informasi pemeriksaan pasien katarak yang berjalan, antara lain:
pemeriksaan pasien katarak (non komplikasi) yang 1. Pengumpulan data dilakukan dalam jangka
dibangun. Tahap ini berdasarkan pada hasil analisis waktu tertentu, membuat evaluasi pemeriksaan
kebutuhan yang telah dilakukan. menjadi lama,
2. Data hasil pemeriksaan klinis belum tersimpan
4. Pembangunan Sistem dalam file terkomputerisasi yang baik, sehingga
Tahap ini merupakan tahap menterjemahkan hasil bila diperlukan informasi hasil pemeriksaan
rancangan sistem ke dalam program komputer dengan klinis dari hasil pemeriksaan terdahulu atau di
menggunakan pemrograman berbasis web, yaitu dengan bagian lain memerlukan waktu yang cukup lama,
menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data 3. Pengolahan data hasil evaluasi pemeriksaan
MySQL. Pemilihan pemrograman berbasis web pasien katarak (non komplikasi) dilakukan
bertujuan untuk memudahkan akses secara bersama dengan manual, sehingga kesulitan untuk
terhadap sistem informasi pemeriksaan pasien katarak mendapatkan informasi secara cepat,
(non komplikasi) yang dibangun. 4. Laporan yang dihasilkan belum memudahkan
manajemen untuk melakukan analisis sebab
5. Pengujian Sistem penyajian informasi hanya berupa angka absolut.
Pengujian sistem dilakukan untuk mendapatkan
nilai pengukuran sistem yang dibangun berdasarkan 2. Identifikasi Kebutuhan Informasi
tanggapan pengguna berkaitan dengan usability sistem. Identifikasi kebutuhan informasi untuk
Nielsen (2012), dalam Handiwidjojo dan Ernawati mengetahui informasi apa saja yang diperlukan, sarana
(2016), menyebutkan bahwa usability adalah suatu yang dibutuhkan dan tenaga yang diperlukan untuk
ukuran kualitas pengalaman pengguna ketika mendukung pelaksanaan sistem.
berinteraksi dengan produk atau sistem (website, a. Identifikasi Aktor
aplikasi software, teknologi bergerak, atau peralatan Aktor yang dimaksud adalah pengguna sistem
lain). Nielsen juga menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan pasien katarak (non komplikasi)
mengukur usability, perlu menggunakan pertanyaan-

POLITEKNIK KUTOARJO 25
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

yang dibangun. Aktor yang berkaitan dengan Tabel 3. Data yang dibutuhkan sistem (lanjutan)
sistem terlampir pada Tabel 1. No Data Deskripsi
Tabel 1. Aktor sistem 8 Data edukasi Data pendidikan yang
No Aktor/pengguna (education) diambil oleh pegawai
1 Administrator 9 Data Data kemampuan khusus
2 Unit/Bagian Pemerimaan Pasien (registrasi) spesialisasi yang dimiliki oleh pegawai
3 Unit/Bagian Rawat Inap (specialization)
4 Unit/Bagian Penunjang Medis 10 Data pegawai Data orang yang bekerja di
(Laboratorium) (employee) RSU Islam Harapan Anda,
baik sebagai dokter maupun
5 Unit/Bagian Penunjang Medis (Radiologi)
petugas medis
6 Unit/Bagian Administrasi
11 Data kamar Data kamar yang digunakan
7 Unit/Bagian Kamar Operasi (room) untuk merawat pasien rawat
8 Pihak Manajemen/Direksi inap
12 Data tempat Data tempat tidur pada
b. Identifikasi Data tidur (bed) kamar
Data yang diperlukan pada sistem pemeriksaan 13 Data pasien Data pasien RSU Islam
pasien katarak (non komplikasi) tercantum pada (patient) Harapan Anda
Tabel 2.
14 Data registrasi Data pendaftaran pasien
Tabel 2. Data yang dibutuhkan sistem (registry) guna mendapatkan tindakan
No Data Deskripsi pemeriksaan servis medis
1 Data clinical Data yang menunjukkan alur 15 Data visitasi Data pemeriksaan pasien
pathway pemeriksaan pasien katarak (visite) oleh dokter dan petugas
(non komplikasi) yang harus medis, di mana pasien
dipatuhi dan dilaksanakan mendapatkan tindakan
oleh dokter dan petugas servis medis
medis
16 Data visitasi Data kunjungan pasien ke
2 Data unit Data kelompok dari unit unit (unit visite) servis unit yang
grup (unit servis sebagai tempat/lokasi menyelenggarakan kegiatan
group) pemeriksaan pemeriksaan
3 Data unit Data tempat/lokasi 17 Data tagian Data biaya yang dibebankan
servis pelaksanaan pemeriksaan (billing) kepada pasien setelah
(service unit) pasien katarak melakukan registrasi dan
4 Data grup Data pengelompokan dari mendapatkan tindakan
harga (price pasien servis medis oleh dokter dan
group) petugas medis
5 Data kelas Data yang menunjukkan
servis tingkatan kelas dari servis
3. Perancangan Sistem
(service medis Perancangan sistem pemeriksaan pasien
class) katarak (non komplikasi) untuk evaluasi kinerja
6 Data grup Data yang menunjukkan berdasarkan clinical pathway bertujuan untuk
servis pengelompokan dari data- merancang alur proses d ata, basis data, dan
(service data servis medis (interface) antar muka.
group)
7 Data servis Data ini merupakan data-
medis data tindakan pemeriksaan
(medical pasien di rumah sakit yang
service) dilakukan oleh dokter dan
petugas medis

POLITEKNIK KUTOARJO 26
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Data user
Data unit grup
Data unit servis
Data kelas servis
Data grup harga
Data grup servis
Data servis
Data jenis servis
Data servis medis
Data harga servis medis
Data edukasi pegawai
Admin
Data spesialisasi pegawai
Data pegawai
Data kamar
Data tempat tidur (bed)

Bagian Data registrasi


registrasi Data pasien

Data asesmen awal medis


Data konsultasi
Data edukasi
Bag. Rawat Data tindakan medis & jadwal
Inap Data terapi
Data monitoring
Data pemberian nutrisi
Data persiapan pulang
Sistem Pemeriksaan Pasien
Unit
Data laboratorium Katarak Untuk Evaluasi Kinerja
Laboratorium
Berdasarkan Clinical Pathway

Informasi evaluasi

Unit Radiologi Data radiologi

Bag. Data administrasi dan keuangan


Administrasi Data pendaftaran kamar operasi Pihak
manajemen /
direksi

Bag. Kamar
Data persiapan pra operasi
Operasi

Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Pemeriksaan Pasien Katarak (Non Komplikasi)

Pada Gambar 2, entitas admin atau administrator bertugas untuk melihat dan menerima data hasil evaluasi
bertugas untuk mengelola data-data utama seperti user, pemeriksaan pasien tiap tahun, tiap bulan, dan tiap
unit grup, unit servis, grup harga, kelas servis, servis dokter.
medis, pegawai, kamar, tempat tidur, dan data utama Diagram Relasi Antar Entitas atau ERD
lainnya. Entitas unit registrasi bertugas mengelola data digunakan untuk mengembangkan inisial dari desain
pasien dan registrasi pasien ke rawat inap, sehingga basis data. ERD menyediakan suatu konsep yang
pasien dapat dirawat. Entitas rawat inap bertugas bermanfaat yang dapat mengubah deskripsi informal
mengelola semua data pemeriksaan di rawat inap dari apa yang diinginkan oleh pengguna menjadi hal
kepada pasien ketika telah teregistrasi dan masuk ruang yang lebih detail, presisi, dan deskripsi detail tersebut
kamar. Entitas laboratorium bertugas mengelola data dapat diimplementasikan ke dalam basis data (Mahwati,
pemeriksaan pasien berupa cek laboratorium, yang 2009).
meliputi cek darah lengkap, cek masa pendarahan dan
pembekuan darah, serta cek gula darah. Entitas radiologi
bertugas mengelola data pemeriksaan pasien berupa
pemeriksaan radiologi yang meliputi cek thoraks dan
cek EKG. Entitas administrasi dan keuangan bertugas
mengelola data administrasi pasien sebelum masuk
kamar operasi. Entitas kamar operasi bertugas
melakukan pendaftaran ke kamar operasi, sebelum
pasien dioperasi. Terakhir, entitas pihak manajemen

POLITEKNIK KUTOARJO 27
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

1 1 1
mempunyai room meliputi registry_ri

1 1

M
bed meliputi mempunyai
1

M
mempunyai patient service _kind mempunyai

1 1

1 M
mempunyai service _class mempunyai melakukan service melakukan
1
M 1
M M 1 1 1
1 1 M 1 evaluasi _
price_group mempunyai registry mendapat
1 visit

1 M 1 melakukan

1 M

mempunyai mencatat employee melakukan meliputi eye_diagnosa


1 M
M M
M M 1
M M 1 medical_ 1 1
ms_price_list mempunyai melakukan visite mempunyai billing
service 1 M
M 1 1

melayani
1
service _group mempunyai mempunyai

melayani
M 1
1 M 1 1
unit_group mempunyai service_unit melayani unit_visit
1

1 1
specialization mempunyai mempunyai education

Gambar 3. Entity Relationship Diagram Sistem Pemeriksaan Pasien Katarak (Non Komplikasi)

Gambar 3 menjelaskan hubungan antar entitas, yang merupakan realiasasi dari rancangan yang telah dibuat
kemudian menjadi relasi antar tabel. Setiap entitas yang sebelumnya. Tahap implementasi menjelaskan sistem
saling berhubungan mempunyai derajat kardinalitas yang telah dibuat.
yang mempengaruhi rancangan tabel di basis data. a. Implementasi Halaman Muka Sistem
Terdapat 22 entitas pada ERD di atas, dan Halaman muka merupakan halaman utama pada
terdapat 27 hubungan antar entitas dengan masing- sistem. Halaman ini memberikan menu-menu
masing mempunyai derajat kardinalitas yang berbeda. yang merupakan navigasi bagi pengguna sistem,
serta ruang konten yang menampilkan isi utama
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN sistem. Tampilan halaman muka sistem sepeti
pada Gambar 4.
1. Implementasi Sistem
Tahapan implementasi sistem merupakan
tahapan setelah perancangan sistem. Tahapan ini

POLITEKNIK KUTOARJO 28
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Gambar 4. Halaman Muka Sistem

b. Halaman Registrasi datanya melalui halaman ini. Setiap pasien yang


Halaman Registrasi merupakan halaman yang mendaftar akan ditentukan grup harga dan kelas
merupakan tahap awal dari pemeriksaan pasien servis pada saat registrasi ini.
katarak. Pasien yang mendaftar akan dimasukkan

Gambar 5. Halaman Registrasi

c. Halaman Servis diri. Jenis pemeriksaan yang akan diterima pasien


Halaman servis atau halaman pemeriksaan adalah berdasarkan clinical pathway yang berlaku, dalam
halaman yang menunjukkan semua jenis pemerikaan penelitian ini adalah clinical pathway penyakit
yang akan diterima oleh pasien setelah mendaftarkan katarak (non komplikasi).

POLITEKNIK KUTOARJO 29
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Gambar 6. Halaman Servis/Pemeriksaan

d. Halaman Visitasi pemeriksaan pasien, karena hal ini yang akan


Halaman visitasi merupakan halaman untuk menentukan evaluasi visitasi dan biaya sebagai
memasukkan kegiatan visitasi atau pemeriksaan. bahan evaluasi bagi manajemen rumah sakit.
Kegiatan pemeriksaan merupakan inti dari

Gambar 7. Halaman Visitasi


e. Halaman Laporan Evaluasi Gambar 8. Menunjukkan halaman laporan evaluasi
Halaman laporan evaluasi adalah halaman yang tiap tahun yang menampilkan bulan pemeriksaan,
menampilkan data laporan hasil evaluasi jumlah pasien yang diperiksa, dan rata-rata hasil
pemeriksaan kepada pihak manajemen. Halaman ini evaluasi pemeriksaan yang telah dilakukan oleh
terdiri dari halaman laporan evaluasi tiap tahun, semua dokter pada bulan yang dimaksud.
halaman laporan evaluasi, tiap bulan, dan halaman
laporan evaluasi tiap dokter.

POLITEKNIK KUTOARJO 30
30
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Gambar 8. Halaman laporan evaluasi tiap tahun

Gambar 9. menunjukkan halaman laporan evaluasi evaluasi pada bulan tersebut, dan jumlah pasien yang
tiap bulan yang menampilkan data dokter diperiksa pada bulan tersebut.
penanggungjawab pelayanan (DPJP), rata-rata hasil

Gambar 9. Halaman laporan evaluasi tiap bulan

Gambar 9. menunjukkan halaman laporan evaluasi dilakukan, jumlah pemeriksaan yang terlaksana dan
tiap dokter yang menampilkan tanggal pemeriksaan, sesuai, jumlah pemeriksaan yang tidak terlaksana
nama pasien, dokter penanggungjawab pelayanan dan tidak sesuai, dan persentase hasil evaluasi
(DPJP), dan keterangan pemeriksaan yang terdiri pemeriksaan.
dari jumlah semua pemeriksaan yang telah

POLITEKNIK KUTOARJO 31
31
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Gambar 10. Halaman laporan evaluasi tiap dokter

Implementasi perhitungan hasil evaluasi pemeriksaan EVPpasienS = YCPpasienS / NCPpasienS * 100%


dimulai dari perhitungan hasil evaluasi tiap pasien. = 72 / 72 * 100%
Sebagai contoh, pada bulan Januari 2018, dokter I = 100,00 %
memeriksa dua pasien (P). Pasien K sebagai pasien
pertama memiliki jumlah pemeriksaan (NCP) sebanyak Di mana:
72, dengan status pemeriksaan yang terlaksana dan EVPpasienK : Nilai evaluasi pemeriksaan dari pasien K
sesuai (YCP) sebanyak 67 serta tidak terlaksana dan EVPpasienS : Nilai evaluasi pemeriksaan dari pasien S
tidak sesuai sebanyak 5. Pasien kedua yaitu Pasien S
memiliki jumlah pemeriksaan (NCP) sebanyak 72, Selanjutnya, untuk menghitung nilai EVS dari
dengan status pemeriksaan yang terlaksana dan sesuai tiap dokter, maka digunakan Persamaan (2), dengan
(YCP) sebanyak 72 serta tidak terlaksana dan tidak perhitungan sebagai berikut:
sesuai sebanyak 0. Persamaan (1) diterapkan pada kasus EVSdokterI = (∑ EVPdokterI / ∑ PdokterI) / 100
ini guna mendapatkan hasil evaluasi (persentase) tiap = ((EVPpasienK + EVPpasienS) / ∑ PdokterI)
pasien (EVP). / 100
Berdasarkan penjelasan, maka diketahui: = ((93,06 + 100) / 2) / 100
YCPpasienK = 67 = 96,52 %
YCPpasienS = 72
NCPpasienK = 72 Di mana:
NCPpasienS = 72 EVSdokterI : Nilai evaluasi pemeriksaan semua pasien
PdokterI =2 dari dokter I

Di mana: 2. Pengujian Sistem


YCPpasienK : jumlah pemeriksaan yang sesuai dari Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan
pasien K uji usability. Uji usability digunakan untuk mengetahui
YCPpasienS : jumlah pemeriksaan yang sesuai dari suatu ukuran kualitas pengalaman pengguna ketika
pasien S berinteraksi dengan produk atau sistem. Uji usability
NCPpasienK : jumlah seluruh pemeriksaan dari pasien K pada penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil
NCPpasienS : jumlah seluruh pemeriksaan dari pasien S pengisian instrumen oleh responden. Instrumen terbagi
P dokterI : jumlah pasien yang diperiksa dokter I menjadi 21 butir (item), di mana 21 butir item tersebut
dikelompokkan ke dalam lima (5) variabel sesuai
Sesuai dengan Persamaan (1), maka didapat nilai dengan yang diutarakan Nielsen (2012), yang
EVP dari tiap pasien, sebagai berikut: menyebutkan bahwa dalam mengukur usability, perlu
EVPpasienK = YCPpasienK / NCPpasienK * 100% menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memiliki
= 67 / 72 * 100% komponen-komponen tertentu untuk menggali pendapat
= 93,06 % responden, antara lain Learnability, Efficiency,
Memorability, Errors, dan Satisfaction. Tabel 4.
menunjukkan instrumen yang digunakan.

POLITEKNIK KUTOARJO 32
32
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Tabel 4. Instrumen Penelitian


LEARNABILITY
1 Apakah tampilan antarmuka sistem mudah dimengerti ?
2 Apakah tampilan menu pada sistem dapat mempermudah dalam mencari informasi ?
3 Apakah anda dapat memahami alur navigasi dengan mudah ?
4 Apakah form isian berdasarkan menu yang ada pada sistem mudah untuk digunakan ?
5 Apakah icon, tombol, label dan link pada sistem mudah dimengerti ?
EFFICIENCY
Apakah anda dapat mengakses informasi pada setiap halaman berdasarkan menu yang di-klik dengan cepat
6
?
Apakah saat diketikkan keyword pada kota search/pencarian, informasi dapat ditampilkan dengan cepat dan
7
tepat ?
8 Apakah form isian yang ada, dapat membantu anda untuk mengelola data secara cepat dan tepat ?
MEMORABILITY
Apakah anda dapat dengan mudah mengingat cara mengakses sistem setelah beberapa lama tidak
9
menggunakan ?
Apakah anda dapat dengan mudah mengingat kembali menu-menu dan tampilan halaman yang ada di sistem
10
?
11 Apakah anda dapat dengan mudah mengingat setiap alur navigasi yang diinginkan ?
12 Apakah anda dapat dengan mudah mengingat cara menampilkan informasi yang diinginkan dengan cepat ?
13 Apakah anda dapat dengan mudah mengingat cara mengelola informasi tertentu dengan cepat dan tepat ?
ERRORS
14 Apakah pesan kesalahan selalu muncul ketika anda melakukan kesalahan saat mengelola data ?
15 Apakah pesan kesalahan yang muncul ketika ada link/menu/halaman yang error sesuai dengan konten ?
16 Apakah anda dapat memperbaiki kesalahan saat mengelola data dengan cepat dan mudah ?
SATISFACTION
17 Apakah teks informasi dapat anda baca dengan mudah ?
18 Apakah bahasa yang digunakan dalam sistem mudah untuk dipahami ?
19 Apakah desain warna dan tata letak dari sistem nyaman untuk dilihat ?
20 Apakah informasi yang ditampilkan sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi anda ?
Apakah kedepannya anda lebih memilih menggunakan sistem ini untuk mengerjakan tugas anda, daripada
21
mengerjakan secara manual ?

Instrumen yang terdiri dari 21 butir (item) tersebut Anda, yang terdiri dari 1 dokter, 2 staf bagian pendaftaran,
memiliki interval jawaban sebanyak 5, sesuai skala 7 staf/perawat rawat inap, 2 staf unit laboratorium, 3 staf
Likert. Sugiyono (2009) menyebutkan bahwa skala Likert unit radiologi, 2 staf bagian administrasi keuangan, 2 staf
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi bagian kamar operasi (COR), 2 staf fisioterapi, dan 4 staf
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tim teknologi informasi (IT). Hasil dari pengisian
sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan instrumen yang dilakukan 25 responden tersebut tertampil
diukur, dijabarkan menjadi indikator variabel. Jawaban pada Tabel 6.
setiap butir/item instrumen yang menggunakan skala Tabel 6. Hasil Pengisian Instrumen oleh Responden
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai NO PERTANYAAN SKOR MAX
sangat negatif. Menurut Sugiyono, pada penelitian LEARNABILITY
kuantitatif, jawaban item instrumen dapat diberi skor 1 Item/Butir Pertanyaan 1 110 125
seperti Tabel 5. 2 Item/Butir Pertanyaan 2 103 125
Tabel 5. Skala Likert 3 Item/Butir Pertanyaan 3 99 125
(Sumber: Sugiyono, 2009) 4 Item/Butir Pertanyaan 4 104 125
Jawaban Skor 5 Item/Butir Pertanyaan 5 105 125
Sangat Setuju/Selalu/Sangat Positif 5 TOTAL 521 625
Setuju/Sering/Positif 4 EFFICIENCY
Ragu-ragu/Kadang-kadang/Netral 3 6 Item/Butir Pertanyaan 6 101 125
Tidak Setuju/Hampir Tidak Pernah/Negatif 2 7 Item/Butir Pertanyaan 7 106 125
Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat 1 8 Item/Butir Pertanyaan 8 104 125
Negatif TOTAL 311 375

Pada penelitian ini, instrumen yang disusun telah


diujicoba pada 25 responden di RSU Islam Harapan

POLITEKNIK KUTOARJO 33
33
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Tabel 7. Hasil Pengisian Instrumen oleh Responden Tabel 8. Interpretasi Predikat Sistem
(lanjutan) Persentase Hasil Pengujian Predikat
NO PERTANYAAN SKOR MAX 81 % - 100 % Sangat Baik
MEMORABILITY 61 % - 80 % Baik
9 Item/Butir Pertanyaan 9 98 125 41 % - 60 % Cukup Baik
10 Item/Butir Pertanyaan 10 98 125 21 % - 40 % Kurang Baik
11 Item/Butir Pertanyaan 11 98 125 0 % - 20 % Tidak Baik
12 Item/Butir Pertanyaan 12 102 125
13 Item/Butir Pertanyaan 13 107 125 Pada pengujian usability sistem, dengan melihat
TOTAL 503 625 interpretasi predikat sistem pada Tabel 8., maka
ERRORS komponen Learnability yang memiliki nilai uji usability
14 Item/Butir Pertanyaan 14 100 125 sebesar 83,36 %, termasuk kategori predikat “Sangat
15 Item/Butir Pertanyaan 15 100 125 Baik”. Komponen Efficiency memiliki nilai uji usability
16 Item/Butir Pertanyaan 16 99 125 sebesar 82,93 %, termasuk kategori predikat “Sangat
TOTAL 299 375 Baik”. Komponen Memorability memiliki nilai uji
SATISFACTION usability sebesar 80,48 %, termasuk kategori predikat
17 Item/Butir Pertanyaan 17 109 125 “Baik”. Komponen Errors memiliki nilai uji usability
18 Item/Butir Pertanyaan 18 105 125 sebesar 79,73 %, termasuk kategori predikat “Baik”.
19 Item/Butir Pertanyaan 19 105 125 Komponen Satisfaction memiliki nilai uji usability
20 Item/Butir Pertanyaan 20 101 125 sebesar 85,12 %, termasuk kategori predikat “Sangat
21 Item/Butir Pertanyaan 21 112 125 Baik”. Sedangkan secara keseluruhan, nilai uji usability
TOTAL 532 625 sebesar 82,51 %, sehingga termasuk dalam predikat
TOTAL KESELURUHAN 2166 2625 “Sangat Baik”.

Berdasarkan Tabel 6, maka dapat dihitung nilai uji KESIMPULAN


Usability dari tiap komponen. Nilai penerimaan user atas
kemudahan penggunaan sistem dihitung dengan rumus Berdasarkan dari tahap perancangan,
(Latifah, 2018): implementasi dan pengujian sistem, maka dapat diperoleh
ℎ kesimpulan bahwa sistem yang dirancang dan dibangun
= 100
% (3) mampu memberikan hasil evaluasi pemeriksaan kepada
pihak manajemen yang sesuai dengan pemeriksaan pada
tiap unit servis berdasarkan clinical pathway yang ada,
Adapun nilai uji usability dari tiap komponen dan nilai evaluasi yang ditampilkan sesuai dengan yang
sebagai berikut: dihasilkan dari perhitungan evaluasi pemeriksaan. Nilai
Usabilitylearnability = 521 / 625 * 100% uji usability dari tiap komponen memiliki predikat
= 83,36 % minimal “Baik” yaitu pada komponen Memorability dan
Usabilityefficiency = 311 / 375 * 100% Errors, serta predikat maksimal “Sangat Baik” yaitu pada
= 82,93 % komponen Learnability, Efficiency, dan Satisfaction.
Usabilitymemorability = 503 / 625 * 100% Sedangkan pada uji usability seluruh komponen,
= 80,48 % menghasilkan predikat “Sangat Baik”.
Usabilityerrors = 299 / 375 * 100%
= 79,73 % DAFTAR PUSTAKA
Usabilitysatisfaction = 532 / 625 * 100%
= 82,51 % Ansyah, A. R. (2015). Panduan Clinical Pathway.
Jember: Rumah Sakit Tingkat III Baladhika
Sedangkan nilai dari uji usability secara Husada.
keseluruhan sebagai berikut:
Usabilitykeseluruhan = 2166 / 2625 * 100% Handiwidjojo, W., & Ernawati, L. (2016, Februari).
= 85,12 % Pengukuran Tingkat Ketergunaan (Usability)
Sistem Informasi Keuangan. Studi Kasus: Duta
Berdasarkan hasil nilai dari uji usability di atas, Wacana Internal Transaction (DUWIT). JUISI,
dapat dikelompokkan ke dalam interval dan interpretasi 2, 49-55.
persen agar mengetahui penilaian tiap komponen. Guritno
dkk (2011), dalam Latifah (2018), menyebutkan kategori Kemenkes. (2014). Pedoman Penyusunan Standar
yang dipakai dalam mengelompokkan nilai uji usability, Pelayanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
seperti terlampir pada Tabel 8. Republik Indonesia.

POLITEKNIK KUTOARJO 34
34
ISSN : 2338-4697
JURNAL EKONOMI DAN TEKNIK INFORMATIKA VOL. 6 NO. 2 2018 e-ISSN : 2579-3322

Latifah, E. L. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Klinis


Untuk Memprediksi Kejadian Asfiksia Murtiningrum, N. (2016). Gambaran Karakteristik Klien
Neonatorum. Universitas Islam Indonesia, Katarak Di Puskesmas Sumbersari Kabupaten
Fakultas Teknologi Industri. Yogyakarta: Jember Tahun 2015. Jember: Program Studi
Universitas Islam Indonesia. Ilmu Keperawatan.

Lestari, S. (2009). Sistem Informasi Klinik Gigi Untuk Mutiarasari, D., & Handayani, F. (2011). Katarak Juvenil.
Evaluasi Pelayanan Kesehatan Gigi Pada Inspirasi, 46.
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang.
Semarang: Universitas Diponegoro. Nasir, M. (2008). Pengembangan Sistem Informasi
Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi Untuk
Limbong, J. (2010). Pengembangan Sistem Informasi Mendukung Evaluasi Program Kesehatan Ibu
Rawat Inap Pelayanan Penyakit Dalam Guna Dan Anak ( KIA ) Di Puskesmas Kabupaten
Mendukung Keputusan Manajemen Pelayanan Lamongan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Di RSUD Dr H Soemarno Sosroadmojo
Bulungan Kalimantan Timur. Universitas Putri, K. N. (2015). Pengaruh Pemberian Pendidikan
Diponegoro, Program Pascasarjana. Semarang: Kesehatan Tentang Katarak Terhadap Intensi
Universitas Diponegoro. Untuk Melakukan Operasi Katarak Pada Klien
Katarak Di Wilayah Kerja Puskesmas Semboro
Mahwati, Y. (2009). Pengembangan Sistem Informasi Kabupaten Jember. Jember: Program Studi Ilmu
Laboratorium Kesehatan . Semarang: Keperawatan Universitas Jember.
Universitas Diponegoro.
Rahayu, S. (2009). Pengembangan Model Sistem
Meo, M. Y. (2015). Pengembangan Sistem Informasi Informasi Rumah Sakit Pada Instalasi Radiologi
Manajemen Keperawatan Dengan Integrated Rawat Jalan Untuk Mendukung Evaluasi
Clinical Pathway Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario
Pelayanan. Jurnal Manajemen Keperawatan, 3, Wirawan Salatiga. Universitas Diponegoro,
48-55. Program Pascasarjana Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Murdani, E. (2007). Pengembangan Sistem Informasi
Rekam Medis Rawat Jalan Untuk Mendukung Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Evaluasi Pelayanan Di Rsu Bina Kasih Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Ambarawa. Universitas Diponegoro, Program Alfabeta.
Pascasarjana. Semarang: Universitas
Diponegoro.

POLITEKNIK KUTOARJO 35
35

You might also like