Risharyadi Artikel 2 Kiki 212 219

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Vol 3 No 1 Oktober 2020 Ningsih, Annajmi

PENGEMBANGAN SOAL HIGHER ORDER THINKING


SKILLS (HOTS) PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN
LINEAR TIGA VARIABEL (SPLTV) KELAS X SMA

Riski Ningsih1, Annajmi2


1Universitas Pasir Pengaraian
2Universitas Pasir Pengaraian

Kikiningsih37@gmail.com

ABSTRACT This study discusses the development of the Higher Order Thinking Skill (HOTS) test
instrument, the material for the three-variable linear equation system for class X SMA. This study
aims to: 1) determine the steps in developing the HOTS test instrument, 2) Knowing the validity
value of the HOTS test instrument. This study uses a type of research and development
(Research and Development). The development model used is the Formative Research
Tessmer type development model, which consists of 2 main stages: the preliminary stage and
the formative evaluation stage. In stage 1 consists of preliminary and self-evaluation. In stage
2, the formative evaluation includes prototyping. The data collection technique used was a
test. The instruments used in this study were test instruments and validation sheets. Validity is
known from the results of the validator's assessment on the validation sheet, which states that
the test instrument has been well developed based on content (according to curriculum and
material), construct (according to HOTS characteristics/indicators), language (following
applicable language rules), time allocation and instructions question. Based on the prototype
stage results, a predetermined quality criterion test instrument was produced, namely valid
and overall suitable for use as a HOTS question.
Keywords: HOTS, Assessment, three-variable system of linear equations

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang pengembangan instrumen tes Higher Order
Thinking Skill (HOTS) materi sistem persamaan linear tiga variabel kelas X SMA. Penelitian ini
bertujuan untuk: 1) mengetahui langkah-langkah pengembangan instrumen tes HOTS, 2)
Mengetahui nilai validitas dari instrumen tes HOTS. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yang digunakan
adalah model pengembangan tipe Formative Research Tessmer yang terdiri dari 2 tahapan
utama yaitu tahapan preliminary dan tahapan formatif evaluation. Pada tahap I terdiri dari
preliminary dan self-evaluation, pada tahap II formative evaluation meliputi prototyping.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah instrumen tes dan lembar validasi. Kevalidan diketahui dari hasil penilaian
validator pada lembar validasi yang menyatakan instrumen tes dikembangkan telah baik
berdasarkan content (sesuai dengan kurikulum dan materi), construct (sesuai dengan
karakteristik/indikator HOTS), bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku), alokasi
waktu dan petunjuk soal. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap prototype dihasilkan
instrumen tes kriteria kualitas yang telah ditetapkan yaitu valid dan secara keseluruhan sudah
layak digunakan sebagai soal HOTS.

Kata-kata Kunci : HOTS, Penilaian, SPLTV

212 Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Ningsih, Annajmi
Vol 3 No 1 Oktober 2020

PENDAHULUAN
Asesmen merupakan suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan
tujuan pembelajaran. Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi tentang
pencapaian belajar peserta didik, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat
keputusan (Mardapi, 2012). Asesmen juga merupakan proses penyimpulan berbagai
fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil
kebijakan pada sekumpulan informasi, yang berupa informasi tentang peserta didik
(Ilyas, 2012). Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes
adalah bentuk khusus dari asesmen. Tujuan utama dari penilaian adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, karena penilaian dapat mengomunikasikan apa
yang diharapkan dan apa yang telah dicapai dalam kegiatan pembelajaran
(Mardhiyana & Jailani, 2018). Dalam standar penilaian pada kurikulum 2013 dijelaskan
bahwa penilaian siswa dalam proses pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
keterampilan berpikir . HOTS atau Higher Order Thinking Skill merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi sebagai gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif dan berpikir
pengetahuan dasar. Minarni (Annajmi A. , 2016) menjelaskan bahwa untuk
menguasai matematika tingkat lanjut maka diperlukan kemampuan berpikir
matematik tingkat tinggi (high order thinking skills) yang meliputi kemampuan
pemahaman, penalaran, koneksi dan representasi serta kemampuan pemecahan
masalah. Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang
mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu
yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2012). Peningkatan
keterampilan berfikir tingkat tinggi telah menjadi salah satu prioritas dalam
pembelajaran matematika sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22
Tahun 2016 menyatakan mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua
peserta didikuntuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Mendikbud, 2016). Salah
satu tujuan pembelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Atas menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006) ialah siswa memiliki kemampuan
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh. Berdasarkan tujuan tersebut sudah sepantasnya kemampuan-
kemampuan yang telah disebutkan seharusnya dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai
dengan tujuan mata pelajaran matematika yang termuat pada Permendikbud
Nomor 58 Tahun 2014 menyatakan bahwa melalui mata pelajaran matematika agar
peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep
matematika, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Hafisani,
Annajmi, & Arcat., 2020). Selain itu, National Council of Teacher Mathematics (NCTM,
2000) mengemukakan bahwa terdapat lima keterampilan proses yang dimiliki
peserta didik melalui mata pelajaran matematika yang tercakup dalam standar
proses, yaitu pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi,
dan representasi. Keterampilan- keterampilan tersebut termasuk pada berpikir
matematika tingkat tinggi (high order mthematical thinking) (Budiman & Jailani,

Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 213


Vol 3 No 1 Oktober 2020 Ningsih, Annajmi

2014). Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah saat ini masih
belum menunjukkan tercapainya tujuan pembelajaran matematika secara
maksimal. Tujuan pembelajaran akan tercapai, apabila pembelajaran dilaksanakan
dengan efektif. Pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang memfasilitasi
pelajar untuk belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran (Annajmi A. , 2018).
Berdasarkan hasil survei TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa
Indonesia dalam pembelajaran matematika masih sangat jauh dari rata-rata
internasional. Hasil survei TIMSS tahun 2011 dan 2015 menunjukan skor pencapaian
hasil belajar matematika peserta didik berturut-turut 386 dan 397 dengan skor rata-
rata 500. Dengan kriteria TIMSS membagi pencapaian peserta survei ke dalam empat
tingkat: rendah (low 400), sedang (intermediate 475), tinggi (high 550) dan lanjut
(advanced 625) dari data yang diperoleh posisi Indonesia berada pada tingkat
rendah (Novaliyosi dan Hadi, 2019).
Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena peserta didik di Indonesia kurang
terlatih dalam menyelesaikan soal-soal kontekstual, menuntut penalaran,
argumentasi dan kreativitas dalam meyelesaikannya, dimana soal-soal tersebut
merupakan karakteristik soal-soal TIMSS (Budiman & Jailani, 2014). Hal ini sesuai
dengan Kemdikbud yang menyatakan bahwa rendahnya prestasi siswa Indonesia
tersebut disebabkan oleh banyaknya materi uji di TIMSS yang tidak terdapat dalam
kurikulum Indonesia. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir
tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan dan tidak
diarahkan untuk itu (Arifin, 2009). Permasalahan yang terjadi di sekolah dimana guru
matematika pada umumnya hanya menggunakan soal yang diambil dari buku
paket (Nurmadinah, 2017). Soal yang diambil tersebut lebih kebanyakan hanya soal
yang termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah, dan jarang memberikan soal
dengan aspek penalaran, dimana penalaran termasuk dalam kategori kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan kemampuan guru dalam membuat tes HOTS masih kurang
serta belum tersediannya tes yang didesain untuk melatih HOTS. Sementara itu
berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, permasalahan yang sama
juga terjadi di sekolah SMAN 2 Rambah Hilir, bahwa masih kurang tersediannya soal-
soal yang didesain khusus untuk melatih HOTS, guru lebih banyak menggunakan soal-
soal yang ada dibuku paket. Salah satu solusi dari permasalahan ini yaitu perlunya
dikembangkan instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skill).. Adapun materi instrumen soal HOTS yaitu materi sistem
persamaan linear tiga variabel, yang mana materi ini berdasarkan hasil wawancara
materi tersebut merupakan materi matematika yang membutuhkan analisis
kemudian menuntut pemahaman konsep yang tinggi sehingga perlu untuk
dikembangkan menjadi sebuah soal HOTS. Maka dari itu, tes materi sistem
persamaan linear tiga variabel sesuai untuk pengembangan instrumen berbasis HOTS
yang valid sehingga perlu dikembangkan untuk sumber belajar alternatif siswa dan
dapat pula digunakan oleh guru sebagai sumber alternatif dalam membuat
instrumen tes agar lebih bervariasi dan sesuai dengan level HOTS. Karakteristik soal
HOTS tersebut diantaranya adalah non algoritmik, bersifat kompleks, multiple solutions

214 Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Ningsih, Annajmi
Vol 3 No 1 Oktober 2020

(banyak solusi), melibatkan variasi pengambilan keputusan dan interpretasi dan


bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha) (Resnick, 1987)
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengembangkan instrument tes berbasis HOTS yang valid pada materi sistem
persamaan linear tiga variabel untuk siswa SMA.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian penelitian ini adalah penelitian Pengembangan (Research and
Development), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan
atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran (Arikunto, 2015). Adapun produk yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini ialah soal berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada materi sistem
persamaan linear tiga variabel (SPLTV) untuk siswa SMA/MA.
Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan tipe
formative research Tessmer (1993). Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan utama yaitu
tahapan preliminary (tahapan persiapan/ pertama) dan tahapan formative
evaluation (Tahap II). Pada tahap I terdiri dari preliminary dan self evaluation,
kemudian pada tahap II atau formative evalution langkah-langkah yang diambil
mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Tessmer yang meliputi
prototyping (expert review).
Tahap persiapan (Preliminary) atau Tahap I Pada tahap persiapan atau preliminary
dilakukan pengkajian terhadap beberapa sumber referensi yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Tahap Penilaian Sendiri (Self Evaluation) dilakukan penilaian oleh diri sendiri terhadap
desain instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dibuat oleh peneliti.
Tahap ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu analisis dan desain. Tahap analisis ini terdiri
dari analisis kurikulum, analisis peserta didik dan analisis materi.
Tahap Formative Evaluation/ Prototyping (Validasi, Evaluasi, dan Revisi) produk yang
telah dibuat atau didesain, selanjutnya dievaluasi. Hasil desain pada prototype
pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar
(Expert Review) atau validator, dan hasilnya dijadikan bahan revisi. Validator pada
penelitian ini terdiri dari dua orang, yaitu satu dosen pendidikan matematika dan satu
guru bidang studi matematika.
Instrumen pengumpulan data lembar validasi, validasi dilakukan berdasarkan validasi
materi, konstruksi danbahasa, dengan meminta pertimbangan dan penilaian dari
validator. Penilaian tersebut diberikan pada instrumen lembar validasi instrumen tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi berarti sahih, artinya keabsahan instrumen itu
tidak diragukan lagi (Hamzah, 2014). Berdasarkan nilai- nilai tersebut selanjutnya
ditentukan nilai rerata total untuk semua aspek, selanjutnya nilai rerata total untuk
semua soal diberikan kategori berdasarkan Sinaga (Annajmi & Asra, Pengembangan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Metode Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas VII SMP
Islam Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, 2017) untuk menentukan tingkat validasi
instrument tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, disajikan pada Tabel 1.

Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 215


Vol 3 No 1 Oktober 2020 Ningsih, Annajmi

Tabel 1 Kategori Tingkat Kevalidan


Nilai Tingkat Kevalidan
𝑉𝑎 = 5 Sangat Valid
4 ≤ 𝑉𝑎 < 5 Valid
3 ≤ 𝑉𝑎< 4 Cukup Valid
2 ≤ 𝑉𝑎< 3 Kurang Valid
0 ≤ 𝑉𝑎< 1 Tidak Valid

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengembangan instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi pada materi Sistem
Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) dialkukan dengan sesuai dengan langkah-
langkah pengembangan yaitu tahap preliminary, tahap self-evaluation, tahap
prototyping. Adapun data hasil penelitian yang diperoleh setiap tahapan
pengembangan, diuraikan sebagai berikut
Tahap Preliminary,
Tahap ini dimulai dengan pengumpulan beberapa referensi yang berhubungan
dengan penelitian ini, penelitian ini tentang pengembangan instrumen tes untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Beberapa teori dan informasi sudah
terkumpul, akan dilakukan kegiatan penentuan tempat dan subjek uji coba dengan
cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran matematika di sekolah
yang akan dijadikan lokasi penelitian serta mengadakan persiapan-persiapan
lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian dan prosedur kerjasama dengan guru
kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

Tahap Self-evaluation,
Tahap ini adalah merancang instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
berdasarkan pada hasil tahap Preliminary. Instrumen tes ini dirancang terdiri dari kisi-
kisi tes, soal tes, jawaban tes, dan pedoman penskoran. Tahapan ini terdiri dari dua
kegiatan yaitu tahap analisis kurikulum dan tahan desain.
1). Analisis Kurikulum pada langkah ini dilakukan terhadap kurikulum matematika,
literatur, dan tantangan serta tuntutan kurikulum 2013 kemudian akan ditinjau
tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh instrument tes yang dapat mengukur
kemampuan higher order thinking skill. Bagian ini mengidentifikasi, merinci, dan
melakukan analisis pada materi sistem persamaan linear tiga variabel (SPLTV)
untuk siswa SMA/MA. Hasil analisis kebutuhan materi dari KI dan KD yaitu: KD 3.4.
Menyusun sistem persamaan linear tiga variabel dari masalah kontekstual.
Analisis ini merupakan langkah awal untuk perancanagan prototype agar
sesuai dengan KD dan KI materi sistem persamaan linear tiga variabel.
2). Tahap Desain, Kegiatan yang dilakukan pada tahap desain ini, peneliti
mendesain kisi-kisi soal pada instrumen tes, soal-soal instrumen tes kemampuan

216 Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Ningsih, Annajmi
Vol 3 No 1 Oktober 2020

higher order thinking skills dan kunci jawaban instrumen tes. Desain produk ini
sebagai prototype. Prototype fokus pada tiga karakteristik yaitu: pokok
bahasan, konstruksi dan bahasa sesuai dengan lembar validasi.

Tahap Prototyping
Tahap ini adalah validasi perangkat oleh validator yang disertai dengan revisi. Hasil
kegiatan tahap prototype ini adalah hasil validasi, validasi instrument dilakukan
dengan memberikan lembar validasi instrument kisi-kisi tes, soal tes.Kunci jawaban
dan pedoman penskoran soal kepada validator, yang terdiri dari atas satu dosen
matematika (validator 1) dan satu guru matematika SMAN 2 Rambah Hilir (validator
2). Berdasarkan analisis dari 5 aspek penilaian validitas instrument tes di atas maka
diperoleh penialaian hasil validasi keseluruhan adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Validasi Instrumen Tes HOTS Keseluruhan Aspek
Jumlah Skor Dari
No Aspek Yang Dinilai Validator
1 2
1 Isi 4.5 4
2 Kontruksi 4 4
3 Bahasa Soal 4.33 4
4 Alokasi Waktu 4 4
5 Petunjuk Soal 4 4
Rata– rata Keseluruhan Aspek 4.08
Kategori Valid

Berdasarkan Tabel 2, terlihat skor rata- rata hasil validasi Instrumen tes HOTS adalah
4.08, dengan demikian dapat disimpulkan Instrumen tes HOTS valid.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil dan pembahasan setiap tahapan pengembangan yang
telah dilakukan, disimpulkan sebagai berikut. 1. Langkah-langkah pengembangan
instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui tahapan yaitu; (a) tahap
preliminary, (b) tahap self evaluation (analisis kurikulum, materi, siswa), (c) Tahap
prototyping (validasi) yang meliputi expert review. 2. Instrumen tes yang telah
dikembangkan memenuhi kriteria kualitas yang telah ditetapkan yaitu valid dan
instrumen tes secara keseluruhan sudah layak digunakan. Instrumen tes secara
umum dinyatakan valid dengan interpretasi tinggi dengan melihat nilai yang
dihasilkan adalah 4.08.

Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 217


Vol 3 No 1 Oktober 2020 Ningsih, Annajmi

DAFTAR PUSTAKA
Annajmi, A. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa
SMP Melalui Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra.
MES: Journal of Mathematics Education and Science, 1-10.

Annajmi, A. (2018). Aktivitas Kerjasama (Collaboration) Mahasiswa dalam


Pembelajaran Kooperatif Make a Match Melalui Implementasi Lesson Study.
Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 43-54.

Annajmi, A., & Asra, A. (2017). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis
Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kelas VII SMP Islam Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 39-46.

Arifin. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaha Rosdakarya.

Arikunto, S. (2015). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP, B. S. (2006). Standar isi untuk satuan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.

Budiman, A., & Jailani. (2014). Pengembangan Instrumen Assesmen Higher Order
Thinking Skill (HOTS) pada Mata Pelajaran Matematika SMP Kelas VII Semester
1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 139-151.

Gunawan. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Hafisani, L. H., Annajmi, & Arcat. (2020). Pengaruh Strategi Pembelajaran Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, and Transferring (REACT) Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII di MTs Ash-Sohibiyah
Bangun Purba. Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika,
171-179.

Hamzah. (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.

Ilyas, M. (2012). Keefektifan Assesmen Autentik dalam Pembelajaran Matematika.


Jurnal Dinamika, 64-76.

Mardapi, D. (2012). Pengukuran, penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta:


Nuha.

Mardhiyana, D., & Jailani, J. (2018). Pengembangan Model Asesmen Pembelajaran


Matematika SMA Berdasarkan Kurikulum 2013. PYTHAGORAS: Jurnal
Pendidikan Matematika, 135-148.

Mendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor


22 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

218 Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Ningsih, Annajmi
Vol 3 No 1 Oktober 2020

NCTM. (2000). Principles and standards for school mathematics. Reston, VA: The
National Council of Teachers of Mathematics, Inc. .

Nurmadinah. (2017). Pengembangan Instrumen Test Hogh Order Thinking Skill (HOTS)
pokok bahasan Operasi hitung Bentuk Aljabar serta Persamaan dan
Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Kelas VIII MTs Guppi Samata. Makasar:
Skripsi UIN Alaudin Makasar.

Resnick, L. (1987). Education and learning to think. Washington, DC: National


Academy Press.

Copyright ã 2020, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 219

You might also like