Jurnal Dedy
Jurnal Dedy
Jurnal Dedy
Keywords Abstract
33
34
ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL RESEARCH
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) 2014 lansia adalah seseorang yang
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya. Batasan umur lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) antara 60
sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
usia >90 tahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 2011 pra lanjut usia
35
kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia antara 60-69 tahun, lanjut usia beresiko kelompok
usia > 70 tahun (Aspiani, 2014).
Kepulauan Riau terdiri dari 5 kabupaten dan 2 kota dengan jumlah penduduk
1.988.792 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 51,41%, perempuan 48,59%, dari jumlah
penduduk Kepualuan Riau tersebut didapatkan 3,9% lansia yaitu 77.563 jiwa terdiri dari
laki-laki 41.576 jiwa dan perempuan 35.987 jiwa ( Profil Dinas Kesehatan Kepulauan Riau,
2017).
Kota Batam merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Riau, dan
merupakan kota dengan jumlah penduduk lebih banyak dari kabupaten kota lain di
Kepulauan Riau, begitu pula untuk jumlah penduduk lansia (usia > 60 tahun). Jumlah
penduduk lansia di Kota Batam adalah sebanyak 216.140 jiwa yang terdiri dari Laki-laki
108.022 jiwa dan Perempuan 108.117 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Kota Batam, 2019).
Terjadinya perubahan biologis dan psikologis pada lansia akibat proses penuaan
menyebabkan lansia rentan terkena penyakit salah satunya Hipertensi. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 1 di dunia dan Hipertensi merupakan penyebab
kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan presentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan
penyakit jantung (Kemenkes RI, 2019). Hipertensi juga merupakan penyakit nomor 1 yang
sering terjadi pada lansia di Indonesia disusul dengan penyakit Artritis, Stroke, Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Diabetes Melitus (DM), Kanker, Penyakit Jantung Coroner,
Batu Ginjal, Gagal Jantung, dan Gagal ginjal (Infodatin, 2016). Hipertensi pada kelompok
usia lanjut disebabkan karena adanya perubahan konsistensi pembuluh darah arteri
sehingga elastisitas dinding pembuluh darah menurun dan menjadi kaku (Lionakis, 2012).
Hal ini juga dipaparkan oleh studi lain bahwa penyebab hipertensi pada lanjut usia
yaitu katup jantung yang menebal dan kaku, elastisitas dinding aorta yang menurun, curah
jantung menurun, kinerja jantung lebih rentan terhadap pendarahan sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah (Kenia, 2013). Ciri khas hipertensi pada lanjut usia yaitu
tekanan darah sistolik yang mengalami peningkatan hingga diatas 140 mmHg sedangkan
tekanan darah diastolik tetap normal yaitu dibawah 90 mmHg. Jenis hipertensi seperti ini
disebut Isolated Systolic Hypertension (ISH) atau hipertensi sistolik terisolasi (Seke, 2016).
Hipertensi jika di biarkan dalam jangka waktu panjang akan menimbulkan beberapa
penyakit degeneratif seperti stroke, aterosklerosis, hingga kematian (Fathimah, 2019).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun
2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Fitri, 2020). Menurut WHO
tahun 2013, 45% kematian karena penyakit jantung disebabkan oleh hipertensi, begitu pula
dengan kematian karena stroke mencapai 51% ( Fathimah, 2019).
36
ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL RESEARCH
Tindakan non farmakologi yang dapat dilakukan yakni terapi komplementer dalam lingkup
pelayanan kesehatan seperti, terapi herbal, hypnoterapi, aroma terapi dan pemberian
massage (Rakhmawati R., dkk, 2014).
Penanganan hipertensi dibagi dua bagian yakni secara farmakologis dan non
farmakologis. Penanganan secara farmakologis dengan mengunakan obat-obat seperti
diuritik, simpatik, betablocker, dan vasodilator yang dapat membantu menurunkan dan
menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat
hipertensi (Davey, 2005).
Penanganan secara non farmakologis yaitu mengurangi berat badan untuk individu
yang obesitas atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, aktifitas fisik, dan terapi komplementer
(Klodas, 2012).
Pengobatan alternatif menjadi pilihan untuk mengatasi hipetensi, salah satunya
dengan terapi herbal dan manfaat yang tidak kalah dengan obat kimia bahkan dengan
keuntungannya yang tidak memiliki efek samping bagi penderita (Nurrahmani, 2012).
Salah satu terapi herbal untuk mengobati penyakit hipertensi adalah dengan
mengkonsumsi perasan air daun cincau hijau karena tanaman daun cincau hijau kaya akan
zat aktif flavonoid dan alkaloid (Katrin et al, 2012).
Tanaman cincau termasuk tanaman asli Indonesia. Ada empat jenis cincau yang
dikenal oleh masyarakat yaitu cincau hijau, cincau hitam, cincau minyak dan cincau
perdu.Umumnya dari dari keempat jenis tanaman cincau tersebut yang paling digemari
oleh masyarakat adalah cincau hijau. Olahan daun cincau hijau biasanya dihidangkan
bersama minuman segar atau bisa juga diolah menjadi pudding dan agar-agar (Afifah,
2015).
Menurut Sabilla (2016), cincau sudah dikenal oleh masyarakat sebagai pangan
penurunan panas (demam), mual, obat radang lambung,batuk dan penurunan tekanan
darah tinggi. Daun Cyclea barbata Miers diketahui mengandung klorofil, serta senyawa
bioaktif flavonoiddapat memberikan efek vasodilatasi terhadap pembuluh darah yang
membantu melindungi fungsi jantung dan flavonoid juga dapat menurunkan kekuatan
arteri.
Menurut Djam’an (2008), daun cincau hijau mengandung karbohidrat, lemak
protein, klorofil dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid, serta mineral
dan vitamin diantaranya kalsium, fosfor, Vitamin A, dan vitamin B. Kandungan polifenol dan
flavonoid yang terkandung dari daun cincau hijau dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Senyawa bioaktif tersebut memiliki peran penting dalam mekanisme antihipertensi.Cara
kerja senyawa tersebut langsung menuju kepusat jaringan, seperti jantung, vascular, dan
system syaraf . Kenaikan tekanan darah akan menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh
darah. Senyawa flavonoid dan alkaloid langsung bekerja pada system syaraf melalui
mekanisme simpatolitik dan atau parasimpatomimetik, yaitu relaksasi otot atau melalui
38
ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL RESEARCH
syaraf pusat. Kerja simpatolitik yaitu dengan cara menurunkan tekanan darah melalui
penurunan curah jantung melalui hambatan reseptor β1, mendilatasi pembuluh darah
melalui hambatah reseptor α1 atau β2. Bisa juga dengan cara menghambat pelepasan
neurotransmitter andregenik.
Menurut Iswan (2014), air perasan daun cincau hijau mengandung flavonoid dan
alkaloid yang tinggi, kandungan zat aktif flavonoid dapat memberikan efek
vasodilatasiterhadap pembuluh darah yang membantu melindungi fungsi jantung. Menurut
Guyton (2008), flavonoid dapat mengurangi sekresi rennin yang menyebabkan penurunan
angiotensin II sehingga vasokontriksi pembuluh darah berkurang dan menurunnya
aldosentron sehingga reabsobsi natrium dan air berkurang.
Rebusan daun cincau hijau dibuat dengan cara 20 helai daun cincau hijau
dimasukan ke dalam air 200 ml dan rebus sampai air mendidih. Setelah selesai perebusan,
kemudian air rebusan daun cincau hijau didinginkan dan di saring. Air rebusan diminum
dengan dosis 200 ml/hari diberikan pada siang hari. Terapi tersebut jika tidak sesuai
dengan dosis yang tepat kemungkinan besar efektifitasnya juga tidak akan terbukti, oleh
karena itu konsumsi perasan air daun cincau hijau sesuai dosis 200 ml 1 kali sehari
diminum pada siang hari selama 7 hari dapat menstabilkan tekanan darah (Ibrahim, Eliza
dan Widia, 2018).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W Dengan Pemberian rebusan Daun Cincau Hijau
Untuk Penurunan Tekanan Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei.Pancur Kota Batam
Tahun 2021.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah profesi ini
adalah studi kasus yang dilakukan berdasarkan tahap-tahap asuhan keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 21 juli 2021 – 30 juli 2021 di wilayah kerja Puskesmas
Sei.Pancur.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.W tanggal 21 Juli – 30 Juli 2021,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengkajian Ny.W mengalami hipertensi karena ditemukan data yang
menunjukan gejala terjadinya hipertensi seperti menderita nyeri pada kepala hingga
ketengkuk, nyeri di rasakan saat beraktivitas , klien sulit tidur pada malam hari akibat
nyeri pada kepala, di dapatkan tekanan darah 170/100mmHg.
40
ZAHRA: JOURNAL OF HEALTH AND MEDICAL RESEARCH
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nablory. 2011. Cara Mencegah dan Mengobati Hipertensi. Jakarta: Rineka Cipta
Aspiani, R. Y, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC
Atmawati dkk, 2014. Keragaman Daun Cincau Hijau Rambat (Cyclea Barbata Miers)
Berdasarkan Karakter Marfologi Di Kabupaten Purworejo. Mahasiswa Prodi
Bobby A. S. dan Widyaningsih T. D. 2014. Peranan Senyawa Bioaktif Cincau Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2 (3). 198-202.
Cicih & Lilis, 2019. Info Demografi. Jakarta : BkkbN
Darmojo R, dkk. 2011. Geriatro ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK-U
Hidayat, A.A. 2015. Buku Saku Praktekum Kebutuhan Dasar Manusia. EGC : Jakarta
Istiroha, Suwanto dan Riana Dhanayati. (2016). Efektifitas Air Perasan Daun Cincau Hijau
dan Obat Hipertensi Terhadap Tingkat Hipertensi. Journals of Ners Community. 7(1).
61-70.
Katrin. (2012). Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Daun Cincau Hijau (Cyclea Barbata
Miers). Jurnal Bahan Alam Indonesia.
Kholifah, 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan : Kemenkes RI
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Lionakis, N., et al. (2012). Hypertension in the elderly. World Journal of Cardiology, 4, 135-
147. Diakses pada tanggal 1 Mei 2016 dari: http://www.wjgnet.com/1949-
8462/full/v4/i5/135.htm
L. Tao dan K. Kendal. 2013 Sinopsis Organ System Pulmonologi. Tangerang : Karisma
Publishing Group hal 96-104.
41
Mubarak & Chayatin. 2011. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktek. Jakarta : Penerbit Buku Keperawatan EGC Potter & Perry. 2009.
Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Nasrullah, Dede, 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Jilid 1 Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan NANDA, NIC-NOC. Jakarta Timur : TIM
Nugroho, W. 2016. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC
Nurarif A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Sabilla & Soleha. 2016. Manfaat Ekstrak Daun Cincau Hijau( Cyclea Barbata Miers.) Sebagai
Alternatif Terapi Hipertensi. Mahasiswa, fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
Santosa, R. 2014. Sembuh Total Hipertensi dengan ramuan herbal Ajaib. Yogyakarta : Pinang
Merah
Setiadi. 2018. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). (2017). Jakarta : BKKBN, BPS, Kementerian
Kesehatan, dan ICF International.