116 243 1 SM
116 243 1 SM
116 243 1 SM
ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T
*Corresponding Author
Diarrhea may be fatal in part if it is not treated seriously, it because half of
E-mail:
Alfianurchaniago@gmail.com*
infant body composed mostly of water and is very sensitive to dehydration.
Tonyzayendra@gmail.com The study aimed to determine all factors correlated to diarrhea incidence in
triamonjamandira@wdh.ac.id toddlers. This is quantitative study and used correlation, this crossectional
approach study design. Sample was 72 parents of children under five years.
This study used accidental technique. This research was done in June until
May 2016 in Puskesmas Rejosari Pekanbaru. A measuring instrument that
used questionnaire. The analysis used univariat and bivariate. The data was
analyzed used Chi-Square. The findings revealed a connection between a
Keywords:
mother’s knowledge of diarrhea in toddlers (p=0,001), a mother’s habit of
The incidence of diarrhea
Knowledge
washing her hands with diarrhea in toddlers (p=0,002), and garbage
Hand washing habits disposal with diarrhea in toddlers (p=0,002). This research recommends for
Garbage disposal the next research to develop more the result of the research using different
variable like the role of the health worker to diarrhea incident in toddler.
Kata Kunci: Salah satu penyakit yang berakibat fatal jika tidak diterapi dengan serius
Kejadian diare adalah diare, sesuai keadaaan dimana setengah dari seluruh komponen
Pengetahuan tubuh balita adalah air, menyebabkan balita rentan mengalami penurunan
Kebiasaan mencuci tangan cairan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang
Pembuangan sampah memiliki hubungan terkait diare balita. Penelitian kuantitatif ini memakai
korelasi dan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional sebagai
desainnya. Sampel terdiri dari 72 orang tua anak balita. Penelitian ini
menggunakan teknik aksidental. Waktu penelitian ini Juni - Mei 2016 dan
Puskesmas Rejosari Pekanbaru sebagai tempat penelitian. Instrumen
penelitian yang di gunakan adalah kuesioner. Univariat dan bivariat
digunakan untuk menganalisa data dengan Chi-square sebagai Analisa
statistiknya. Berdasarkan penelitian ini terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan diare pada balita (p value = 0, 001), hubungan
kebiasaan ibu mencuci tangan dengan diare pada balita (p value = 0, 002)
dan hubungan pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita ( p
value = 0, 002). Rekomendasi dari studi ini agar penelitian selanjutnya lebih
mengembangkan hasil penelitian dengan menggunakan variabel yang
berbeda seperti peran petugas kesehatan terhadap kejadian diare pada balita.
54
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
dilakukan faktor kausatif terjadinya diare balita untuk mengetahui distribusi responden
karena pengetahuan ibu yang masih kurang berdasarkan pengetahuan dengan kejadian
dengan 8 dari 10 ibu tidak mengetahui tentang diare, distribusi responden berdasarkan
diare, tidak mengetahui bahaya yang akan kebiasaan cuci tangan dengan diare dan
ditimbulkan dari diare dan tidak mengetahui distribusi responden berdasarkan pembuangan
penanganan pada saat anak diare. sampah dengan kejadian diare pada balita.
Hasil wawancara dengan 6 ibu lainnya
adalah 5 ibu mengatakan kebiasaan mencuci METODE
tangan sebelum memberikan makanan pada Studi ini merupakan studi kuantitatif
balita sering dilakukan tetapi hanya mencuci dengan desain cross sectional yang mana untuk
tangan biasa saja tanpa menggunakan sabun menganalisa hubungan antara faktor resiko dan
dan berdasarkan praktik 6 langkah mencuci efek, cara yang digunakan adalah pendekata,
tangan, dari 5 ibu tidak ada yang dapat pengamatan dan analisa data di waktu yang
mempraktikkan 6 langkah mencuci tangan sama. Teknik yang digunakan adalah non-
secara lengkap. probability menggunakan cara sampel
Hasil observasi dilapangan, penulis masih aksidental.
menjumpai masyarakat yang tidak memiliki
HASIL
tempat sampah dirumah sehingga sampah
Pengumpulan data penelitian di
langsung dibuang dibelakang rumah dan
Puskesmas Rejosari Pekanbaru, dari tangal 27
sampah berpotensi menjadi sarang berbagai
Mei s/d 13 Juni 2016. Subjek penelitian adalah
vektor gangguan-gangguan terhadap saluran
ibu yang memiliki balita berjumlah 72 ibu.
pencernaan seperti penyakit diare yang
Data penelitian ini akan memberikan informasi
mengganggu kesehatan manusia. Alasan inilah
mengenai kan karakteristik subjek penelitian
yang menyebabkan terbentuknya penelitian
yang terdiri dari umur ibu, umur anak,
dengan tema “Faktor-faktor yang berhubungan
pendidikan, pekerjaan dan diare, pengetahuan,
dengan Kejadian Diare pada Balita di
kebiasaan cuci tangan, pembuangan sampah.
Puskesmas Rejosari Pekanbaru”.
Hasil penelitian, yaitu:
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
kejadian diare pada balita di Puskesmas Umur Ibu
Umur (tahun) Frekuensi %
Rejosari Pekanbaru”. Tujuan khusus yaitu
55
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita
Kejadian Diare P
Pengetahuan Terjadi Tidak Terjadi N OR (CI)
Value
Rendah 24 82,8% 5 17,2% 29 100%
Tinggi 17 39,5% 26 60,5% 43 100% 7,341 (2,345 - 22,979) 0,001
Jumlah 41 56,9% 31 43,1% 72 100%
Dari tabel 9 dapat dilihat dari 29 ibu maka Ho di tolak artinya terdapat korelasi
yang memiliki pengetahuan rendah antara pengetahuan dengankejadian diare pada
didapatkanterjadi diare pada balita dalam 3 balita di Puskesmas Rejosari Pekanbaru dengan
bulan terakhir 24 ibu (82,8%), sedangkandari nilai Odds Rasio(OR) 7,3artinya ibu yang
43ibu yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki pengetahuan rendah
didapatkantidak terjadi diare pada balita dalam mempunyairesiko 7,3 kali terjadi diare pada
3 bulan terakhir 26ibu (60,5%). Hasil chi balita dibandingkandengan ibu yang memiliki
square didapatkan nilaiPvalue= 0,001 < 0,05, pengetahuan tinggi.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita
Kebiasaan Cuci Kejadian Diare
Tangan Terjadi Tidak Terjadi N OR P Value
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat dari 0,002 <0,05, dengan demikian Ho di tolak
44ibu yang memiliki kebiasaan cuci tangan yang artinya ada hubungan antara perilaku
buruk didapatkanterjadi diare pada balita handwash dengan kejadian balita diare di
dalam 3 bulan terakhir 32 ibu (72,7%), Puskesmas Rejosari Pekanbaru dengan nilai
sedangkandari 28ibu yang memiliki kebiasaan Odds Rasio(OR) 5,6 artinya ibu yang
cuci tangan baik didapatkantidak terjadi diare memiliki kebiasaan cuci tangan buruk
pada balita dalam 3 bulan terakhir 19 ibu mempunyai resiko 5,6 kali terjadi diare pada
(67,9%). Hasil Chi square diperoleh Pvalue=
57
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
balita dibandingkan dengan ibu yang sering mencuci tangan dengan baik
Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita
Pembuangan sampah Kejadian Diare
Terjadi Tidak Terjadi N OR P Value
Berdasarkan tabel 11 didapatkan bahwa balita yang tejadi diare mayoritas umur ibu 26-60
dari 37 ibu yang memiliki pembuangan sampah tahun (dewasa penuh) sebanyak 35 (85,4%).
yang tidak memenuhi syarat sehingga terjadi Menurut Setyonegoro dalam Makhfudli & Efendi
(2009), umur dari 26-60 tahun dikategorikan
diare pada balita dalam 3 bulan terakhir
sebagai dewasa penuh. Pertambahan usia seseorang
sebanyak 27 ibu (73%), sedangkan dari 35 ibu
dapat meningkatkan proses perkembangan
yang memiliki pembuangan sampah memenuhi
mentalnya menjadi lebih baik, namun pada usia
syarat didapatkan tidak terjadi diare pada balita
tertentu, meningkatnya proses perkembangan tidak
dalam 3 bulan terakhir 21 ibu (60%). Hasil sama cepatnya ketika berumur belasan tahun.
penelitian dengan menggunakan uji statistic chi Sejalan dengan penelitian Cahyaningrum
square di dapatkan nilai Pvalue= 0,01<0,05, (2015) yang berjudul faktor resiko diare yang
dengan demikian Ho di tolak yang artinya ada menyimpulkan frekuensi berdasarkan umur ibu
hubungan antara pembuangan sampah dengan adalah sebanyak 147 (48,9%) ibu berumur ≥ 30
kejadian diare pada balita dengan nilai Odds rentan terkena diare. Penelitian ini menyimpulkan,
Rasio(OR) 4 artinya ibu yang membuang bahwa umur ibu dapat mempengaruhi tindakan
dalam mengatasi diare pada balita dengan alasan
sampah tidak memenuhi syarat beresiko 4 kali
semakin meningkatnya umur ibu maka pengetahuan
terjadi diare pada balita dibandingkan dengan
ibu semakin meningkat.
ibu yang membuang sampah memenuhi syarat.
Kemenkes RI (2015), umur dari 12-36 bulan derajat kesehatan sehingga balita tidak terkena
dikatagorikan sebagai toddler. Usia seseorang anak diare.
juga menjadi penentu terhadap hadirnya penyakit Mangguang (2012) dengan studi mengenai
diare. Prevalensi diare terbesar terjadi pada anak < 2 faktor-faktor berhubungan dengan balita diare
tahun (Mufidah, 2012). dimana yang menyimpulkan frekuensi untuk
Sejalan dengan penelitian Nugroho, et.al kelompok yang memiliki pendidikan rendah terjadi
(2012) tentang korelasi kebersihan rumah dengan diare sebesar 37 responden (88,1%). Peneliti
peristiwa balita diare dengan status gizi yang menyimpulkan, tingkat pendidikan ibu sangat
menyimpulkan prevalensi terbesar balita diare pada mempengaruhi dalam peningkatan pengetahuan
umur 1-3 tahun sebanyak 11 balita (55%). Peneliti Kesehatan termasuk mencegah penyakit menular
menyimpulkan, semakin besar usia seorang anak, diare. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan
maka kemungkinan terjadi diare semakin kecil. Hal menengah tidak berfokus pada tindakan
ini didapat karena daya tahan saluran pencernaan pencegahan, kurang memahami tentang masalah
pada bayi telah meningkat. Sempurnanya kesehatan sehingga ibu sulit untuk diberitahu ketika
pengeluaran asam lambung dengan proses yang diberikan penyuluhan dan tidak mempedulikan
lebih lama untuk mencapai kadar bakteriosidal masalah kesehatan terutama diare pada balita.
dimana pH < 4. Ikatan mikrovilus terhadap bakteri
yang berbeda dan komposisi mukus intestinal pada Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan
bayi dan dewasa. Pekerjaan
Gambaran distribusi frekuensi menurut
Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan pekerjaan pada penelitian ini dari 72 ibu 28 (38,9%)
Pendidikan ibu bekerja sebagai wiraswasta dan 10 (13,9%) ibu
Gambaran distribusi berdasarkan pendidikan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dari 41
pada penelitian ini yaitu dari 72 ibu terdapat 26 balita yang tejadi diare mayoritas ibu bekerja 22
(36,1%) ibu yang SMA (Sekolah Menengah Atas), (53,7%). Seorang ibu berkarir dengan pengasuh
dari 41 balita yang tejadi diare mayoritas anak, dapat meningkatkan resiko diare pada anak
pendidikan ibu SMP (Sekolah Menengah Pertama). (Mufidah, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2011), pendidikan dapat Mangguang (2012) menyimpulkan frekuensi
meningkatkan pengetahuan sehingga terjadi ibu tidak bekerja terjadi diare pada balita yaitu
perubahan perilaku yang meningkat. Semakin tinggi sebanyak 50 (78,1%) responden. Peneliti
Pendidikan individu maka semakin baik juga cara menyimpulkan, sebagian ibu bekerja sebagai
pencegahan terhadap diare. Hal ini sesuai menurut wiraswasta dan pegawai negeri sipil, balitanya
Wijoyo (2013), semakin tingginya Pendidikan ibu mudah terkena diare. Hal ini dapat mengakibatkan
dan ayah mereka, maka semakin meningkatnya ibu yang memiliki balita tidak memiliki cukup
59
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
waktu untuk merawat balitanya, karena waktu yang dengan baik dan benar. Cuci tangan hendaknya
dibutuhkan cukup lama untuk bekerja sehingga menggunakan sabun untuk melemahkan atau
waktu dengan anaknya sangat terbatas dirumah mematikan bakteri di tangan.
yang berdampak pada resiko paparan penyakit diare
lebih besar. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pembuangan Sampah
Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Gambaran distribusi berdasarkan
Pengetahuan Pembuangan Sampah pada penelitian ini yaitu dari
Gambaran distribusi berdasarkan pengetahuan 72 ibu terdapat 37 (51,4%) ibu yang memiliki
pada penelitian ini yaitu dari 72 ibu terdapat 43 pembuangan sampah tidak memenuhi syarat.
(59,7%) ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. Sampah merupakan produk atau benda padatan
Pengetahuan merupakan domain utama untuk yang tidak terpakai lagi kemudian dibuang oleh
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) pemiliknya(Kementrian Kesehatan RI, 2010).
(Fitriani, 2011). Menurut asumsi peneliti, bahwa tempat
Opini peneliti, meningkatnya pengetahuan pembuangan sampah harus memenuhi syarat agar
dapat memperbaiki perilaku seseorang untuk tidak terserang penularan penyakit hendaknya
mencegah diare pada balita. Peningkatan dilakukan pembuangan sampah secara tepat dengan
pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan memenuhi syarat pembuangan sampah.
penyuluhan langsung dari tenaga kesehatan maupun
media lainnya. Sehingga ibu yang memiliki Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan
pengatahuan tinggi dapat mengurangi kejadian Kejadian Diare
diare pada balita. Gambaran distribusi berdasarkan kejadian
diare pada penelitian ini yaitu dari 72 ibu 41 ibu
Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan (56,9%) terjadi diare pada balitanya dalam 3 bulan
kebiasaan cuci tangan terakhir dan terdapat 31 ibu (43,1%) tidak terjadi
Gambaran distribusi berdasarkan kebiasaan diare pada balitanya dalam 3 bulan terakhir. Secara
cuci tangan pada penelitian ini yaitu dari 72 ibu konsep, diare adalah suatu keadaan dengan
terdapat 48 (61,1%) ibu yang memiliki kebiasaan berubahnya tinja ditinjau dari bentuk maupun
cuci tangan buruk. Kebersihan tangan merupakan konsistensinya, meningkatnya buang air besar > 3
suatu cara membersihkan tangan dengan dengan kali dalam satu hari (Mufidah, 2012).
sabun dibawah air yang mengalir atau Peneliti berpendapat bahwa imunitas balita
menggunakan antiseptik (Maryunani, 2011). masih belum terbentuk sempurna. Peneliti
Menurut asumsi peneliti, agar terhindar kuman menemukan bahwa kejadian diare pada balita
seseorang hendaknya melakukan cuci tangan menempati urutan kedua masalah kesehatan balita
60
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
di Indonesia. Proses terjadinya diare diawali oleh penelitian membuktikan sebagian responden yang
saluran pencernaan yang terkontaminasi bakteri balitanya terkena diare berpengetahuan baik, itu
penyebab diare, kemudia sel mukosa intestinal karena mereka membawa balitanya ke Puskesmas.
dirusak oleh bakteri tersebut dan daerah permukaan Mereka yang belum tahu menjadi tahu tentang
intestinal menurun kemudian terjadi pengeluaran diare, apa penyebabnya dan bagaimana cara
air elektrolit (isi rongga) berlebih di usus sehingga mencegahnya.
terjadi diare. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan
Kejadian Diare pada Balita
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare Uji chi square didapatkan nilai p value 0,002
pada Balita < 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha diterima, hasil
Analisa chi Square nilai Pvalue = 0,001 < 0,05 tersebut membuktikan terdapat korelasi antara
maka Ho ditolak, hal ini berarti terdapat korelasi pembuangan sampah dengan kejadian diare pada
antara pengetahuan dengan kejadian diare pada anak. Nilai odds rasio (OR) 5,6 berarti semakin
balita dengan nilai Odds Rasio (OR) 7,3 yang buruk kebiasaan cuci tangan ibu maka terdapat
berarti ibu yang memiliki pengetahuan rendah risiko kejadian diare 5,6 kali.
mempunyai resiko 7,3 kali terjadi diare pada balita Pencegahan penularan diare dapat dilakukan
daripada ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. dengan mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
Menurut Hidayat (2008), kurang pengetahuan sabun menggunakan air mengalir, khususnya
pada balita tentang diare dipengaruhi oleh mencuci tangan sesudah buang air kecil, setelah
kurangnya informasi atau gaya hidup yang kurang buang air besar, setelah membersihkan kotoran
sehat. Untuk meminimalkan kasus kejadian diare anak, sebelum memberi makan anak, memiliki
pada balita adalah meningkatkan kesadaran dan dampak dalam kejadian diare (Kemenkes RI, 2010).
pengetahuan ibu tentang cara pencegahan diare. Dibuktikan dengan penelitian Amaliah (2010)
Penelitian ini sejalan dengan Lamaira (2016), didapatkan adanya korelasi kebiasaan cuci tangan
semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu maka akan dengan sabun sesudah buang air besar dengan
semakin baik pula cara penanganan diare pada timbulnya masalah diare. Penelitian tersebut
balita, semakin baik tingkat pengetahuan ibu, maka menunjukkan semakin baik perilaku cuci tangan
diharapkan ibu bisa memahami dengan baik menggunakan sabun setelah buang air besar maka
bagaimana cara penanganan diare yang tepat dan membantu kita untuk mencegah penyebaran kuman
dapat mengaplikasikannya. yang menempel ditangan.
Peneliti menyimpulkan, sebagian ibu Peneliti menyimpulkan kebanyakan ibu
memiliki pengetahuan yang rendah tentang diare, mencuci tangan tidak menggunakan sabun dan air
sehingga pengetahuan ibu yang rendah dapat mengalir, selain itu ibu tidak mencuci tangan bagian
mengakibatkan balita rentan mengalami diare. Hasil telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan
61
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
kuku. Dihararapkan agar tetap menjaga dan terkumpul sehingga dapat menimbulkan vektor
memelihara kebiasaan cuci tangan dengan sabun seperti serangga yang dapat menyebabkan diare
dan air mengalir, sehingga setiap keluarga yang pada balita.
memiliki balita terhindar dari penyakit diare. Peneliti menyimpulkan sebagian besar ibu
tidak terdapatnya fasilitas pembuangan sampah
Hubungan Pembuangan Sampah dengan yang sesuai standar. Beberapa ibu masih ada yang
Kejadian Diare pada Balita memiliki tempat sampah tidak dalam keadaan
Hasil perhitungan dengan menggunakan uji tertutup dan sampah berceceran meluap
statistic, yaitu uji chi Square didapatkan nilai Pvalue ditempatnya sehingga dapat menimbulkan berbagai
= 0,01 < 0,05, dengan demikian Ho di tolak yang vektor bibit penyakit. Vektor merupakan faktor
artinya ada hubungan antara pembuangan sampah kausatif dari diare. Cara untuk meminimalisir diare
dengan kejadian diare pada balita dengan nilai Odds yaitu dengan membuang sampah dengan baik,
Rasio (OR) 4 artinya ibu yang membuang sampah selama sekali dalam tiga minggu.
tidak memenuhi syarat beresiko 4 kali terjadi diare
pada balita dibandingkan dengan ibu yang KESIMPULAN
membuangan sampah memenuhi syarat Dari hasil penelitian faktor-faktor yang
Sampah yang tidak dikelola dengan baik, atau berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
sampah yang dibuang begitu saja, akan menjadi Puskesmas Rejosari Pekanbaru yang telah dilakukan
masalah bagi kesehatan masyarakat. Hal ini bisa pada 27 Mei-13 Juni 2016 dengan jumlah ibu yang
terjadi karena sampah tersebut akan dapat menjadi memiliki balita 72 orang dapat di simpulkan
sarang vektor-vektor penyakit. Penyebaran penyakit bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian
diare diantaranya dibawa oleh lalat dan bahkan diare pada balita tergolong tinggi 43 ibu (59,7%),
bertelor ditumpukan sampah itu. Bila sampah itu
kebiasaan cuci tangan tentang kejadian diare pada
mengandung kotoran binatang atau manusia yang
balita tergolong buruk 44 ibu (61,1%), pembuangan
telah terinfeksi, maka lalat yang hinggap pada
sampah tentang kejadian diare pada balita tergolong
kotoran itu dapat menularkan penyakit yaitu diare
tidak memenuhi syarat 37 ibu (51,4%) serta terdapat
(Sutomo, Machfoedz & Ratna, 2013).
hubungan pengetahuan (p = 0,001), kebiasaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
mencuci tangan (p = 0,002), pembuangan sampah
yang dilakukan oleh Dini et.al (2013), yang
(p = 0,011) dengan kejadian diare pada balita di
menunjukkan bahwa ada hubungan pengelolaan
Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
sampah dengan kejadian diare pada balita. Hasil
tersebut menunjukkan pengelolaan sampah yang
buruk dipengaruhi kondisi tempat penampungan
sementara dan pengelolaan sampah yang sudah
62
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Depkes RI. (2008). Rumah Tangga Ber- Mufidah, F. (2012). Cermati Penyakit-Peyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yang Rentan Diderita Anak Usia
Jakarta: Bakti Husada. Sekolah. Jogjakarta: Flasbooks.
63
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Riskesdas RI. (2013). Badan Penelitian dan Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Pediatrik Edisi 6 Vol. 1. Jakarta: EGC.
64