LP & Askep Post Partum Normal
LP & Askep Post Partum Normal
LP & Askep Post Partum Normal
TINJAUAN TEORI
c) Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu kelima setelah melahirkan. Anggota keluarga telah
menyesuaikan diri dengan lahirnya bayi (Linda, 2010).
E. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir
berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Hafifah, 2011).
F. Pathway
(Nitasari,
2015)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum meliputi:
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
(Hafifah, 2011).
H. Komplikasi Post Partum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a) Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia uteri,
retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri.
b) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab perdarahan
sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi postpartum.
Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina serviks,
forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak
segera diatasi. Robekan jalan lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris dan uretra dapat
menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki. Episiotomi
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena yang
besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada penundaan
antara persalinan dan perbaikan episitomi.
2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah persalinan,
ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum
mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke
dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan postpartum. Infeksi postpartum dapat
disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, pre-
eklamsia, dan kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum
dapat terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang,
gizi, pendidikan, dan usia.
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman yang didapat dapat berasal dari
pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain.
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu karena ibu
yang mempunyai latar belakangpendidikan lebih rendah akan sulit untuk menerima
masukan dari pihak lain.
c) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada orang tua
sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai darah yang
kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit penyerta seperti diabetes
melitus. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada
usia tua.
d) Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya protein,
vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral renik zink dan tembaga. Kolagen
adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang diperoleh fibroblas dari protein
yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat
mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka (Siska S, 2019).
3. Endometritis
Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli
dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi
dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi
tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding
pembuluh darah) dan trombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi
1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Post partum depresi Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai
beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala, ganguan
makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan semangat
(Novak, 1999).
I. Penatalaksanaan
1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalian. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan tromboembloli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan
dan hari ke 4 sampai sudah diperbolehkan pulang.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing akan dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung kemih panuh
dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan katerisasi. Dengan melakukan mobilisasi
secepatnya tak jarang kesulitan miksi dapat diatasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 sampai 4 hari pasca persalinan. Bila terjadi opstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris.
Lakukan klisma atau berikan laksan per oral atatupun per rektal. Dengan melakukan
mobilisasi sedini mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5. Perawatan Payudara
a) Dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayi.
b) Jika puting rata sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar puting selalu sering tertarik.
6. Puting Lecet
Puting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara tidak benar dan
infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tekhnik menyusui yang benar, puting harus
kering saat menyusui, puting diberi lanolin. Monilia diterapi dengan menyusui pada
payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas menyusuinya ditunda 24 jam sampai 48 jam
air susu ibu dikeluarkan dengan atau pompa.
7. Payudara Bengkak
Payudara bengkak disebabkan pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi tidak
cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan dengan menyusui
lebih sering dan kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan pemberian
analgesic.
8. Mastitis
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa minggu
setelah melahirkan. Penatalaksanaan dengan kompres hangat atau dingin, pemberian
antibiotik dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
9. Abses Payudara
Pada payudara dengan abses air susu ibu dipompa, abses dinsisi, diberikan antibiotik dan
analgesic
10. Laktasi
Umumnya produksi air susu ibu berlansung betul pada hari kedua dan ketiga pasca
persalinan. Pada hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin (Hafifah,
2011).
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas
a) Identitas Pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat,
no. RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
b) Identitas Penanggung Jawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan pasien.
2. Status kesehatan
a) Status kesehatan saat ini
Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien katakan
Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang dimulai dari
pasien masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai saat dilakukan pengkajian.
b) Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c) Riwayat Perkawinan
Kehamilan
d) Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium: USG, darah, urine,
keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan, dan pengobatan yang diperoleh.
Riwayat persalinan
Riwayat persalinan lalu: jumlah gravid, jumlah patal, dan jumlah abortus,
umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi,
kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
Riwayat nifas pada persalinan lalu: pernah mengalami demam, keadaan
lochea, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktivitas setelah melahirkan,
keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon, dan support keluarga.
Riwayat persalinan saat ini: kapan timbul his, pembukaan, bloody show,
kondisi ketuban, lama pesalinan, dengan episiotomy atau tidak, kondisi
perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang
tali pusat, lama pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah
perdarahan.
Riwayat new born: apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan
khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah
membutuhkan resusitasi, nilai APGAR, jenis kelamin bayi, BB, panjang
badan, kelainan konginetal, apakah dilakukan bonding attachment secara dini
dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula.
Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga di masa mendatang.
Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah dirawat di
rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan. Serta
kebiasaan merokok, kopi, alkohol dan lain sebagainya.
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, konginetal, atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a) Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan merawat diri,
dan melakukan eliminasi, serta pola berpakaian.
b) Istirahat dan Tidur
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau tidak.
c) Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi
serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
d) Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine karena takut luka
episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa
takut BAB karena luka perineum.
e) Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genetalia, pola berpakaian.
f) Persepsi-sensori (nyeri atau ketidaknyamanan)
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara, episiotomi, trauma
perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain) kuat dan teratur dalam periode 24 jam
pertama dan akan berkurang setiap hari.
4. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan head to toe.
a) Tanda-Tanda Vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda vital
tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai
stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu
diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah
mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan
darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post partum.
Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38°C. Pada hari ke 4 setelah
persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam
keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi
gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain karena Ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post
partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
b) Kepala Dan Wajah
Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.
Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan
saat persalinan.
Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.
Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis, atau gigi
yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.
Kelenjar limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang
dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan bengkak.
Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
c) Pemeriksaan Thorak
Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu
diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan. Kaji kondisi permukaan,
permukaan yang tidak rata seperti adanya retraksi atau ada luka pada kulit
payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor. Warna kulit, kaji adanya
kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.
Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk,
warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna menentukan
status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat
mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada
tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri
tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman
setelah menyusui.
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya
dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
Palpasi Abdomen
Fundus uteri Tinggi: Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12
jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari.
- Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
- Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
- Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
- Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi
uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya
terdorong oleh bladder yang penuh.
Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup,
yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap
sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi.
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi.
e) Ekstremitas Atas Dan Bawah
Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises
sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk
mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh
perubahan hormonal.
Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat
menghambat sirkulasi ke organ distal.
Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum
menunjang penyembuhan luka.
REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of approximation)
Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum.
Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus
memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna
lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum. Lokhia yang
berbau busuk yang dinamankan Lokhia purulenta menunjukan adanya infeksi
disaluran reproduksi dan harus segera ditangani.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik
2. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan Suplai ASI
3. Resiko Perdarahan b.d Komplikasi Pasca Partum
4. Resiko Infeksi b.d Luka Episiotomy Post Partum
5. Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif b.d Kurang Terpapar Informasi Tentang Proses
Persalinan/Pengasuhan
C. Intervensi Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. E Nama Suami : Tn. F
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Bengkulu Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Menikah Alamat : Bengkulu
Tgl. MRS : 23 November 2023
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama Masuk RS
Pasien mengatakan mengeluh nyeri dibekas luka jahitan pada saat bergerak dengan
skala 4
b. Keluhan Utama Saat Ini
Pasien datang ke RS pada tanggal 22 November 2023 pukul 10.16 WIB dengan
suaminya. Pasien datang dengan keluhan perut terasa kencang-kencang semakin
sering tiap 10 menit 2x15 detik serta air ketuban sudah merembes. Pasien
mendapatkan terapi infus drip piton, kala I didapatkan pembukaan 1-10 selama 28
jam kemudian bayi lahir pada pukul 14.22 WIB. Setelah bayi dilakukan pemeriksaan
kala 3 dengan pemberian terapi infus Ns drip oksitosin lalu didapatkan hasil uterus
teraba keras, plasenta lahir dengan berat 450gram, diameter 20cm dan kotiledon
lengkap serta terdapat perdarahan ±150ml. Pada kala 4 diobservasi Kembali 2 jam
setelah persalinan, didapatkan hasil kontraksi uterus terba keras, TFU 2 jari dibawah
pusat, perdarahan sebanyak ±70ml, TTV 120/90mmHg, pasien sudah mampu BAK
spontan. Pasien dibawa keruang F1 lalu didapatkan hasil pengkajian TTV dengan TD
130/90mmHg, RR 20x/m, Nadi 90x/m, Suhu 36,8°C, serta keadaan umum baik,
kesadaran composmentis dan pasien mendapatkan terapi Pamol 3x250mg, Etabion 1
tablet.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Haid
1) Menarche : 15 tahun
2) Siklus haid : 28 hari
3) Banyak ganti duk : 2x/hari
4) Lamanya haid : 6 hari
5) Keluhan haid : tidak ada
6) HPHT : Pasien mengatakan lupa berdasarkan tanggalnya
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
No Tahu Umur Penyuli Jenis Penolon penyuli Laseras Infeks Perdaraha Jenis BB P
. n Kehamila t g t i i n kelami B
n n
1. 2023 39/40 Tidak Norma Bidan Tidak Ada Tidak Ada Laki- 360 53
minggu ada l ada ada laki 0 c
gra m
m
d. Pola Aktivitas-Latihan
Sebelum melahirhan : pasien mengatakan mengurus rumah
Setelah melahirkan : Pasien mengatakan tidak bisa melakukan gerak dan
aktivitas seperti biasanya karena rasa nyeri dan masih merasa kelelahan.
e. Pola Istirahat & Tidur
Sebelum melahirkan : pasien mengatakan sedikit sulit tidur saat kehamilannya
semakin membesar
Selama melahirkan : pasien mengatakan pola tidurnya berubah
f. Pola Hubungan-Peran
Hubungan suami dan keluarga pasien baik. Keluarga memberikan support
g. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan telah banyak berdoa kepada Tuhan agar diberikan kelancaran
dalam kehamilan dan proses persalinannya serta kesehatan untuk bayinya
h. Kebutuhan Rasa Aman-Nyaman
Pasien mengatakan mengalami nyeri dibagian jahitan perenium dengan skala 4 dari 10 yang
diberikan dan seperti ditusuk-tusuk
i. Kebutuhan Personal Hygiene
Sebelum melahirkan : pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi 2x sehari
dan mengosok gigi 2x sehari dan menganti pakaian 2x sehari
Selama melahirkan : pasien mengatakan baru mandi 1x sehari
j. Kebutuhan Pemenuhan ADL
Pasien mengatakan membutuhkan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitasnya,
pasien terkadang dibantu oleh keluarga
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pengamatan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
1) Suhu : 36,8°C
2) Nadi : 90x/m
3) Respirasi : 20x/m
4) Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Pengukuran Antropometri
1) Berat badan : 60 kg
2) Tinggi badan : 158 cm
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Bentuk simetris, wajah bersih simetris tidak ada lesi, penyebaran
rambut merata, kebersihan cukup
2) Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat, pengelihatan baik, sclera
putih, pupil isokor.
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada secret, kebersihan cukup, tidak ada
nyer tekan
4) Telingga : Bentuk simetris, kebersihan cukup bersih, tidak ada secret,
pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.
5) Mulut : Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis tidak ada,
pembesaran tonsil tidak ada, lidah bersih, kebersihan gigi cukup, caries tidak ada,
dan secara umum kebersihan mulut pasien cukup, keadaan bersih, tidak terdapat
sariawan, lidah bersih, pengecapan baik, tidak ada nyeri tekan
6) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis, dan pergerakan terkoordinasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada,
pembesaran kelenjar limfe.
7) Thorax
Paru-paru : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot dada, tidak ada nyeri
tekan, suara paru sonor, tidak ada wheezing dan ronchi, suara napas vesikuler
reguler.
Jantung : Iktuskordis tidak tampak, ictus cordis teraba di sebelah medial
linea midklavikulais, terdengar pekak, suara jantung S1 S2 tunggal legular.
Payudara : Bentuk simetris, puting menonjol, aerola mamae hiperpigmentasi,
tidak ada varies, Kolostrum belum keluar
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat strae lividia dan linea ligra, tidak ada
bekas luka operasi
Auskultasi : Bising usus 6x/menit.
Palpasi : Ada nyeri tekan dibagian perut bawah, TFU 2 jari dibawah pusat,
ada kontraksi uterus
Perkusi : Suara tympani di sebagian besar perut, dullness di atas hepar.
9) Perineum dan Genetalia : Tidak terpasang kateter, terdapat luka episiotomy
perineum, kebersihan cukup, ada nyeri di bagian jahitan, dan terdapat lochea
(berwarna merah dan berbau anyir)
10) Anus : Kebersihan baik, tidak terdapat hemoroid dan lesi.
11) Ekstremitas
Ekstremitas atas: Tidak ada edema, tidak ada sianosis pada ujung kuku, tidak
ada lesi, pergerakan pada tangan kanan dan kiri terkoordinasi, CRT <2detik,
terpasang infuse di tangan kanan pasien.
Ektremitas bawah: Tidak ada edema, kuku pendek dan bersih, CRT <2detik,
tidak terdapat edema pada kaki.
6. Data Penunjang
a.Obat
23 November 2023
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal 201)
dengan luka jahitan perineum selama 2x6jam, diharapkan tingkat nyeri Observasi:
(SDKI D.0077 menurun (SLKI .08066 Hal 145). 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nonverbal
3. Gelisah menurun Kesulitan tidur 4. Terapeutik:
menurun 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang memeperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
Kolaborasi:
2. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Menyusui (SIKI I.12393 Hal 71)
berhubungan dengan selama 2x6jam, diharapkan status
ketidakadekuatan suplai ASI menyusui membaik (SLKI L.03029 Hal Observasi:
(SDKI D.0029) 118). 1. Identifikasi kesiapan dan kemapuan menerima
Dengan kriteria hasil: informasi
1. Perlekatan bayi pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
membaik 3. Terapeutik:
2. Kemampuan ibu memposisikan bayi 4. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
dengan benar membaik 5. Dukung ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri
3. Tetesan/panacaran ASI membaik dalam menyusui
4. Suplai ASI adekuat 6. Libatkan sistem pendukung
Edukasi:
1. Berikan konseling menyusui
2. Ajarkan empat posisi menyusui dan perlekatan dengan
benar
3. Ajarkan perawatan payudara postpartum
23/11/2023 Diagnosa 1:
1,2,3 07.00 1. Melakukan timbang terima 14.00 S:
1,2,3 08.00 2. Melakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri skala 3 pada
Didapatkan hasil: luka bekas jahitan pada saat bergerak
Pasien Ny.E usia 32 tahun, beragama dan rasanya seperti ditusuk-tusuk
islam, melahirkan anak ke dua Diagnosa 14.00 O:
medik P2012 Spontan B 1. Pasien tampak meringis
1,2 09.45 3. Berikan posisi nyaman pada pasien 2. Pasien tampak gelisah
1,2,3 10.00 4. Melakukan observasi TTV didapatkan 3. Pasien sulit tidur
hasil: TD: 130/85 mmHg 4. Obsevasi keadaan pasien dan
Nadi: 83x/m TTV
Suhu: 36.5°C TD: 130/85 mmHg
SpO2: 99% Nadi: 83x/m
GCS: 456 Suhu: 36.5°C
RR: 18x/m SpO2: 99%
1,2,3 10.25 5. Melakukan observasi GCS: 456
TFU: 2 jari dibawah pusat RR: 18x/m
UC: terba keras TFU: 2 jari dibawah pusat
Perdarahan: ±70ml Perdarahan: ±70ml
1 11.00 6. Memberikan dukungan pada ibu untuk 14.00
semangat menyusui A:
2 11.30 7. Mengidentifikasi lokasi nyeri, skala, Masalah belum teratasi
intensitas Didaparkan hasil: 14.00 P:
Skala nyeri 3, nyeri dibagian luka jahitan Intervensi dilanjutkan, no 1,3,4,5,6,9
pada saat bergerak dan rasannya seperti
ditusuk tusuk Diagnosa 2:
2 11.45 8. Mengajarkan teknik tarik napas dalam S:
untuk mengurangi nyeri 1. Pasien mengatakan colostrum
1 11.55 9. Mengajarkan perawatan payudara belum keluar serta pada saat
postpartum 14.00 pengajian
1,2,3 12.15 10. Memberikan obat oral Pamol 1 x250mg 2. pasien mengatakan pasien cemas
Etabion 2x1 tablet karena ASI hanya keluar sedikit
3 12.40 11. Mengajarkan pada ibu untuk mengetahui
tanda -tanda infeksi O:
1,2,3 14.00 12. Melakukan timbang terima dengan dinas
pagi 1. ASI tidak menetes/memancar
1,2,3 15.00 13. Memberikan posisi nyaman pada pasien 14.00 2. Bayi tidak mampu melekat pada
1,2,3 15.10 14. Melakukan observasi TTV didapatkan ibu
hasil: 3. Bayi tidak mampu menghisap
TD: 130/80 mmHg terus menerus
Nadi: 85x/m
A:
Suhu: 36.8°C
Masalah belum tertasi
SpO2: 99%
P:
GCS: 456
Intervensi dilanjutkan
RR:18x/m 14.00
15. Melakukan observasi keadaan ibu
2,3 15.15 Dengan hasil: Diagnosa 3:
Keadaan umum baik S:
TFU: 2 jari dibawah pusat 14.00 Ibu mengatakan sudah sedikit paham
UC: baik (ter aba keras) tentang apa yang dijelaskan
16. Memberikan dukungan kepada ibu untuk O:
2 16.45 semangat menyusui Pasien mengangguk dan mencoba
17. Memberikan edukasi kepada keluarga memepragakan dengan apa yang
2 18.00 untuk menemani dan memberikan dijelaskan
semangat pada proses menyusui A:
18. Memberikan terapi obat oral Pamol 14.00 Masalah teratasi Sebagian
1,2,3 18.15 1x250mg dan Etabion P:
19. Timbang terima dengan dinas sore Intervensi dihentikan
1,2,3 21.00 Keadaan umum baik
Pasien terpasang infus 14.00
20. Melakukan observasi kondisi pasien
3 21.30 TFU: 2 jari dibawah pusat
UC: teraba keras
Perdarahan: ±50ml
21. Membantu pasien meneteki dengan benar
2 22.00 22. Memberikan terapi obat oral Pamol 14.00
1 24.00 1x250mg
23. Melakukan observasi TTV Didapatkan
1,2,3 06.00 hasil: 14.00
TD: 134/85mmHg
Nadi: 82x/m
Suhu: 35.3°C
SpO2: 96
GCS: 456
RR: 18
24/11/2023 Diagnosa 1:
1,2 07.00 1. Melakukan timbang terima 14.00 S:
Keadaan umum baik Skala nyeri 2, nyeri dibagian luka
TFU: 2 jari dibawah pusat jahitan pada saat bergerak dan
UC: teraba keras rasannya seperti ditusuk tusuk, pasien
Pasien mampu melakukan BAK spontan mengatakan mampu untuk mengatasi
Pasien mampu melakukan mobilisasi dini nyeri dengan tarik nafas dalam jika
1,2,3 07.30 2. Berikan posisi nyaman pada pasien nyerinya kambuh
1,2,3 08.00 3. Melakukan observasi TTV didapatkan 14.00 O:
hasil: 1. gelisah pasien sedikit berkurang
TD: 120/70mmHg 2. kecemasan pasien tampak sedikit
Nadi: 79x/m berkurang
Suhu: 36°C 3. melakukan observasi pada pasien
SpO2: 99% TTV
GCS: 456 TD: 120/70 mmHg
RR: 22x/m Nadi: 79x/m
2 08.49 4. Memberikan dukungan pada ibu untuk Suhu: 36°C
semangat menyusui SpO2: 99%
1 09.05 5. Mengidentifikasi lokasi nyeri, skala, GCS: 456
intensitas Didaparkan hasil: RR: 22x/m
Skala nyeri 2, nyeri dibagian luka jahitan TFU:2 jari dibawah pusat
pada saat bergerak dan rasannya seperti Perdarahan: ±50ml
ditusuk tusuk UC: teraba keras Pasien mampu
1 10.00 6. Mengajarkan teknik tarik napas dalam mobilisasi dini Pasien mampu
untuk mengurangi nyeri BAK spontan
2 11.30 7. Mengajarkan perawatan payudara
postpartum 14.00 A:
1,2 12.00 8. Memberikan obat oral Pamol 1x250mg Masalah teratasi Sebagian
dan Etabion P:
1,2,3 12.30 9. Melepas infus Dikarenakan tangan pasien 14.00 Intervensi dihentikan (pasien KRS)
bengkak dengan acc KRS dari dokter
10. KIE Vulva Hygiene, KIE menyusui
1,2,3 12.45 dengan benar, mencucui tangan, cebok Diagnosa 2:
yang benardan menjelaskan waktu control S:
11. Mengedukasi tentang anjurkan minum
1,2,3 13.00 sesering mungkin, diet tinggi kalori tinggi 1. Pasien mengatakan colostrum
protein, makan sayur dan buah, sesering masih belum keluar serta pada
mungkin mencoba menyusui bayi . 14.00 saat pengajian
2. pasien mengatakan pasien ASI
hanya keluar tetap masih sedikit
yang keluar
O:
A:
Masalah belum tertasi
P:
Intervensi dihentikan (pasien KRS)
14.00
14.00
DAFTAR PUSTAKA
Dina, S. 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum Spontan. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020
pukul 10.10 WIB.
Elly S. & Wita R., 2019. Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin terhadap Intensitas
Nyeri Luka Perineum pada Ibu Post Partum di BPM Siti Julaeha Pekanbaru. Journal Of
Midwifery Science. 3(1):7-14.
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.00 WIB.
Linda, R. 2010. “Asuhan Keperawatan pada Ny. D dengan Post Partum Nomal di Wilayah Kerja
Puskesmas Delanggu Klaten”. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan, Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Nitasari. 2015. Pathway Post Partum. Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 10.10 WIB.
Siska, S. 2019. “Laporan Pendahuluan Post Partum”. Asuhan Keperawatan. Jurusan
Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yolanda B, dkk,. 2015. Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum
pada Ibu Post Partum di RS Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Keperawatan. 3(2).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.