Full Teks Skripsi - Shollana Makhmud

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 134

NILAI SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA DHEMIT KARYA HERU

KESAWA MURTI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA


RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
MADRASAH ALIAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Bahasa


untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
SHOLLANA MAKHMUD
NIM 183151042

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2022
NOTA PEMBIMBING

Hal : Skripsi Sdr. Shollana Makhmud


NIM : 183151042

Kepada
Dekan Fakultas Adab dan Bahasa
di Surakarta

Setelah membaca dan memberikan arahan perbaikan seperlunya, maka


saya selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi dari saudara:
Nama: Shollana Makhmud
NIM : 183151042
Judul : Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa
Murti: Kajian Sosiologi Sastra serta Relevansinya dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang Munaqosyah skripsi


guna memeroleh gelar sarjana dalam bidang pendidikan. Demikian, atas perhatian
Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Surakarta, 23 November 2022


Pembimbing,

Ferdi Arifin, M.A.


NIP 13600483

ii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


1. Kedua orang tua, Bapak As’ari Muslim dan Ibu Siti Syamsiyah, yang senantiasa
memberikan belas kasih dan sayang serta dukungan moril. Terima kasih atas
segala doa yang dipanjatkan dan senantiasa mengalir sehingga saya dapat
menyelesaikan studi. Terutama kakak saya, Sdr. Zainuri Akhmad.
2. Keluarga Darmono Hadi, M.Si. dan Keluarga Diana Roossa, S.Sos. beserta
segenap keluarga besar yang senantiasa memberi motivasi dan dukungan dalam
bentuk apapun kepada saya.
3. Ferdi Arifin, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing
Skripsi yang senantiasa ikhlas dalam memberikan bimbingan, arahan dan
masukan kepada saya.
4. Drs. Wihadi Admojo, M. Hum. dan Sri Lestari, M.Pd. selaku dewan penguji
dalam sidang skripsi yang telah memberikan masukan serta saran untuk
menyempurnakan penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen Tadris Bahasa Indonesia yang telah ikhlas dalam memberikan ilmu
dan pengalamannya semasa saya kuliah.
6. Teman-teman seperjuangan Tadris Bahasa Indonesia yang telah menemani belajar
dan berjuang dalam menghadapi permasalahan yang ada di kehidupan
perkuliahan.
7. Rekan-rekan diskusi yang telah berkenan membantu dan menemani proses
penyusunan skripsi saya.
8. Eiichiro Oda yang senantiasa menghasilkan karya-karya terbaik sekaligus menjadi
obat patah hati bagi saya.
9. Diri saya sendiri yang senantiasa survive dan mau bangkit agar dapat
menyelesaikan studi.
10. Almamater Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.

iv
MOTO

“Cinta adalah seni untuk menyakiti diri sendiri.” Rizky Firdaus Wijaksana

“Yang dicari hilang, yang dikejar lari. Yang ditunggu, yang diharap. Biarkanlah
semesta bekerja, untukmu.” Kunto Aji Wibisono

v
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah Swt. karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit
karya Heru Kesawa Murti: Kajian Sosiologi Sastra serta Relevansinya dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah. Selawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari adanya arahan,
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Raden Mas Said Surakarta.
2. Prof. Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Bahasa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
3. Dian Uswatun Hasanah, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris Bahasa
Indonesia Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta.
4. Ferdi Arifin, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak ilmu, motivasi, saran, masukan serta kritik yang
membangun sehingga penyusunan skripsi dapat selesai tepat waktu.
5. Drs. Wihadi Admojo, M. Hum. dan Sri Lestari, M.Pd. selaku dewan
penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan masukan serta saran
untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.
6. Seluruh dosen Tadris Bahasa Indonesia yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan motivasi yang terus mengalir kepada peneliti selama
mengemban ilmu di bangku perkuliahan.
7. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
ikhlas memberikan doa, dukungan juga semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi.

vii
ix
ABSTRAK

Makhmud, Shollana. 2022. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru
Kesawa Murti: Kajian Sosiologi Sastra serta Relevansinya dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah. Skripsi. Program Studi Tadris Bahasa
Indonesia, Fakultas Adab dan Bahasa, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said
Surakarta.

Pembimbing : Ferdi Arifin, M.A.


Kata Kunci : nilai sosial, naskah drama, pembelajaran bahasa Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai sosial yang terdapat


dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dan relevansinya dengan
pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Aliah. Penelitian ini termasuk dalam
jenis penelitian studi kepustakaan, sedangkan metode penelitian yang digunakan
adalah analisis deskriptif kualitatif. Sumber data primer yang digunakan berupa
dokumen yaitu naskah drama karya Heru Kesawa Murti yang berjudul Dhemit,
sedangkan jurnal, buku, skripsi, tesis, dan disertasi sebagai sumber data sekunder.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik baca dan catat
dan purposive sampling sebagai teknik cuplikan. Teknik analisis dilakukan
dengan menggunakan teknik sosiologi sastra dengan mengungkapkan sastra
sebagai refleksi sosial. Kemudian keabsahan data yang digunakan ialah triangulasi
teori. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan model
interaktif dari Miles dan Hubberman.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 28 data. Terdiri dari 8


data mengenai bentuk kepedulian, 5 data mengenai bentuk kesopanan, 4 data
mengenai bentuk tolong-menolong, 6 data mengenai bentuk kerja sama, 3 data
mengenai bentuk kekeluargaan, dan 2 data mengenai bentuk toleransi yang
terdapat dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa
Murti cukup relevan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Aliah
sesuai dengan kurikulum 2013 kelas XI, tepatnya pada KD 3.19 dan 4.19
mengenai apresiasi drama.

ix
ABSTRACT

Makhmud, Shollana. 2022. Social Values in Heru Kesawa Murti’s Drama Dhemit:
A Study of Literary Sociology and Its Relevance to Indonesian Language
Learning at Madrasah Aliah. Thesis. Indonesian Language Education Study
Program, Faculty of Language and Culture. Raden Mas Said State Islamic
University Surakarta.

Supervisor : Ferdi Arifin, M.A.


Keyword : social values, drama script, learning Indonesian

This study aims to analyze the social values ​contained in the drama script
Dhemit by Heru Kesawa Murti and their relevance to learning Indonesian at
Madrasah Aliah. This research is included in the type of literature study research,
while the research method used is descriptive qualitative analysis. The primary
data source used is a document, namely a drama script by Heru Kesawa Murti
entitled Dhemit, while journals, books, theses, and dissertations are secondary
data sources. Data collection techniques in this study used reading and
note-taking techniques and purposive sampling as a sampling technique. The
analysis technique is carried out using the sociology of literature technique by
expressing literature as a social reflection. Then the validity of the data used is
triangulation theory. While the data analysis technique in this study uses an
interactive model from Miles and Hubberman.

The results of this study indicate that there are 28 data. Which consists of
8 data regarding the form of concern, 5 data regarding the form of politeness, 4
data regarding the form of mutual assistance, 6 data regarding the form of
cooperation, 3 data regarding the form of kinship, and 2 data regarding the form
of tolerance contained in the drama script Dhemit by Heru Kesawa. Murti. The
results of this study indicate that the drama script Dhemit by Heru Kesawa Murti
is very relevant to learning Indonesian at Madrasah Aliah according to the 2013
curriculum for class XI, specifically at KD 3.19 and 4.19 regarding drama
appreciation.

x
DAFTAR ISI

NOTA PEMBIMBING…………………………………………………………..ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………..………………………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………………iv

MOTO…………………………………………………………………………………….v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………….vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...vii

ABSTRAK………………………………………………………….……………..……..ix

ABSTRACT……………………………………………………………………………….x

DAFTAR ISI………………………………………………………………….….xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….………..xiii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………xiv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xv

DAFTAR SINGKATAN……………………...….…………………….……….xvi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………..….……………………………..…..…………..6

C. Tujuan Masalah…………………………………………………………….7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………….………7

BAB II LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR..…10

A. Landasan Teori…………………………………………………..………..10
1. Naskah Drama…………………………………………………….…………..10
2. Sosiologi Sastra……………………………………………………………….13

xi
3. Konsep Nilai Sosial……………………………………………………22

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia………….…………………………....26


B. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………..28
C. Kerangka Berpikir………………………………………………………...33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..……..……….…….……..………..35


A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………..35
B. Metode Penelitian………….……………………………………………...36
C. Sumber Data………………………………………………………………36
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………..37
E. Teknik Cuplikan…………………………………………………………...38
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……………………………………..39
G. Teknik Analisis Data……………………………………………………...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..45


A. Deskripsi Data……………………………………………………………...……45
1. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti……..46
2. Relevansi Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah………………………………………47
B. Analisis Data…………………………………………………………………….49
1. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti…….49
2. Relevansi Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah………………………………………63
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………………………………70
A. Simpulan…………………….………………,.….……………………………...70
B. Implikasi…………………………………………………………………………71
C. Saran……………………………………………………………………………..72
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………73

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………..………….…..……………..…76

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir…………………………………………………..34


Gambar 3.2 Bagan Analisis Data model Miles dan Hubberman……………...…44

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian……………………………………………………….35


Tabel 4.1 Bentuk Nilai Sosial…………………………………………………….46

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)........................................76


Lampiran 2 Temuan Data Nilai Sosial…………………………………………...78
Lampiran 3 Sinopsis Naskah Drama Dhemit…………………………………………84
Lampiran 4 Naskah Drama Dhemit……………………………………………………85
Lampiran 5 Turnitin…………………………………………………………….118

xv
DAFTAR SINGKATAN

NDD : Naskah Drama Dhemit


NS : Nilai Sosial
KEP : Kepedulian
KES : Kesopanan
TM : Tolong-menolong
KS : Kerja Sama
KK : Kekeluargaan
TL : Toleransi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra sebagai karya artistik memiliki nilai-nilai keindahan.

Keelokan bahasanya mampu mengungkapkan berbagai kisah hidup

manusia tanpa harus dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Nilai-nilai

yang termuat dalam suatu karya sastra tidak semata mempunyai nilai

estetika saja, terdapat pula nilai-nilai seperti nilai pendidikan, nilai moral,

nilai hukum, nilai budaya, nilai agama, dan nilai sosial (Ridho, 2018: 6).

Sastra dapat dikatakan sebagai abstraksi yang dikarang oleh seorang

sastrawan dengan unsur subjektivitasnya (Sutejo dan Kasnadi, 2016: 54).

Karya sastra pada dasarnya dapat dipahami karena karya sastra berangkat

dari kacamata sosial.

Elemen-elemen dalam kehidupan akan sangat memukau pada saat

dipadupadankan dengan sastra, selama karya sastra tersebut masih berada

dalam kerangka aspek imitasi atau mimetik. Astuti (2016: 2) berpendapat

bahwa dalam suatu kehidupan di ranah sosial dapat membangun

perkumpulan yang disebut komunitas atau masyarakat dan dapat dikatakan

bahwasanya masyarakat yang baik adalah masyarakat dengan nilai sosial

yang positif begitu pun sebaliknya.

1
Berdasarkan penjelasan diatas, karya sastra memuat pernyataan

yang mana belum tentu dapat tersampaikan. Penyair memanifestasikan

kata-kata untuk menggambarkan suatu fakta yang faktual agar tidak dapat

dilihat oleh orang lain, dan jika dijelaskan oleh penyair, faktanya dapat

terlihat jelas oleh publik (Anwar dan Syam, 2018: 1).

Salah satu hasil karya sastra, selain novel, cerpen dan puisi adalah

naskah drama. Kendatipun naskah drama tidak sepopuler dengan karya

sastra lainnya, naskah drama mempunyai kualitas dan daya tarik yang

perlu diteliti dan dipelajari. Hal ini dapat terjadi karena naskah drama

dapat menghasilkan dua kajian yang berbeda, yakni seni pertunjukan

ketika lakon dipentaskan dan kajian sastra ketika dianalisis melalui

pendekatan teoretis.

Melati (2021: 11) mengatakan bahwa pembaca naskah secara

langsung menyaksikan dan mengindahkan kata-kata para tokoh, dialog

antartokoh, kesan dan pesan yang terkandung di dalamnya, serta mampu

merasakan penderitaan para tokoh. Dengan memahami unsur-unsur sosial

dalam naskah drama akan memberi suatu gambaran tentang nilai-nilai

sosial. Nilai sosial tersebut meliputi hubungan antara pengarang dengan

masyarakat. Nilai sosial juga bisa dimaknai sebagai nilai kemasyarakatan,

perihal yang masyarakat anggap baik maupun buruk (Risdi, 2019: 58).

Maka dari itu, peneliti menggunakan naskah drama sebagai objek

penelitian dalam kajian sosiologi sastra karena konteks dari suatu naskah

drama seolah menjadi cerminan bagi kehidupan di masyarakat.

2
Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti adalah salah satu

bentuk naskah drama yang mengandung banyak nilai sosial. Penciptaan

naskah drama Dhemit tidak terlepas dari imajinasi liar seorang Heru

Kesawa Murti. Tidak hanya menulis naskah drama, Heru Kesawa Murti

yang merupakan salah satu pendiri kelompok seni teater legendaris asal

Yogyakarta, Teater Gandrik, juga rutin menulis cerpen dan esai budaya

yang bernuansa ironi. Dalam Naskah Dhemit, Heru Kesawa Murti

menceritakan tentang proyek pengembangan wilayah untuk pembangunan

kompleks perumahan modern pada sebuah desa yang menyakralkan suatu

pohon nan sulit ditebang. Naskah Dhemit karya Heru Kesawa Murti

dikemas dalam balutan komedi satire sebagai bentuk sindiran terhadap

kasus-kasus pembalakan liar yang kerap terjadi di Nusantara.

Tidak sedikit fenomena sosial serupa yang pernah terjadi di

Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir oleh Sistem Informasi Spasial

dan Dokumentasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Plus (Sinpasdok KPH+),

kasus pembalakan liar atau illegal logging pertama kali terjadi di

Indonesia pada era penjajahan Verenigde Oost Indische Compagnie

(VOC) (1602-1799) dan Penjajahan Hindia Belanda (1850-1942) serta

Masa Penjajahan Jepang (1942-1945), hingga terakhir kasus pembalakan

liar atau illegal logging terjadi pada hari Senin, (13/06/2022), di kawasan

Jompang Balat, Desa Batudulang, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten

Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya di kawasan hutan

lindung RTK 61 Batulanteh (Gustiana, 2022). Sedang setahun sebelumnya

3
pada Kamis, (05/08/2021), juga terjadi kasus serupa yang

meluluhlantakkan bumi Sabuai, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram

Timur, Maluku. Hujan deras berhasil merendam sejumlah fasilitas publik

seperti sekolah, masjid dan rumah warga setempat (Belseran, 2021). Tidak

sedikit kasus kerusakan hutan yang terjadi di pelosok nusantara, yang

konon terindikasi kuat akibat ulah para penguasa yang tidak bertanggung

jawab. Lantaran hutan yang semestinya menjadi tempat resapan air justru

ditebangi oleh kalangan nonpribumi. Oleh karena itu, pribumi, masyarakat

adat dan kelompok urban marginal sering menderita banjir.

Beberapa contoh fenomena sosial di atas dianggap relevan dengan

konteks yang termuat dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti. Pada hakikatnya, sebuah karya sastra diakui sebagai ekspresi

kehidupan yang sebenarnya serta terstruktur dan menarik dalam konteks

penyajiannya, dengan menggunakan media linguistik berupa teks yang

dibentuk berdasarkan kemahiran, wawasan, dan secara potensial memiliki

beragam wujud cerminan kehidupan. Oleh karena itu, peneliti menerapkan

teori Sosiologi Sastra. Melalui kajian sosiologi sastra, interpretasi

pengarang terkait isu sosial yang dialami masyarakat dapat dikemas

dengan sentuhan fiksi (Endraswara, 2013: 17).

Dalam kajian nilai sosial pada naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti, penelitian ini relevan apabila dikaji menggunakan

klasifikasi Sosiologi Sastra menurut Rene Wellek dan Austin Warren

dengan perspektif yang di antaranya (a) sosiologi pengarang; (b) sosiologi

4
karya sastra; (c) sosiologi pembaca. Peneliti mengaplikasikan salah satu

dari ketiga matriks paradigma yang diklasifikasikan oleh Rene Wellek dan

Austin Warren, yaitu sosiologi karya sastra. Di dalamnya, peneliti

menemukan bentuk nilai sosial yang sesuai dengan kajian nilai sosial

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti, di antaranya

kepedulian, kesopanan, tolong-menolong, kerja sama, kekeluargaan, dan

toleransi. Konsep sosiologi sastra ini dapat membantu peneliti dalam

menentukan, mengeksplorasi, dan menemukan nilai sosial.

Selain menggunakan teori Rene Wellek dan Austin Warren,

peneliti juga mengaplikasikan teori sosiokultural Lev Vygotsky mengenai

akseptasi intelektual individu yang dapat terjadi melalui interpersonal

(hubungan dengan lingkup sosial) dan intrapersonal (interaksi yang terjadi

dengan diri sendiri).

Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian

sebelumnya yaitu, peneliti terdahulu cenderung memfokuskan penelitian

pada konflik-konflik sosial, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti lebih

menitikberatkan pada nilai sosial yang terdapat dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti sangat menarik

dijadikan sebagai sarana pendukung untuk memperkaya referensi pendidik

serta bahan ajar sastra untuk peserta didik kelas XI dengan materi apresiasi

drama dalam KD 3.19 yang berbunyi “menganalisis isi dan kebahasaan

drama yang dibaca atau ditonton” serta 4.19 yang berbunyi

5
“mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan

kebahasaan”. Naskah drama ini memiliki sisi positif yang dapat dijadikan

sebagai wawasan pengetahuan. Kandungan yang termuat dalam naskah

drama tersebut berupa nilai-nilai yang berhubungan dengan moral, etika

sosial, perangai dan kemanusiaan yang dapat menjadi pembelajaran bagi

siswa. Siswa membutuhkan bahan bacaan yang berbeda dari biasanya dan

juga mengandung nilai-nilai sehingga dapat menjadi gambaran serta

pembelajaran agar siswa mampu berpikir secara kritis dan dapat

memberikan sebuah pemahaman terhadap suatu karya sastra.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1. Bagaimana nilai sosial yang terkandung dalam naskah drama

Dhemit?

2. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai sosial dalam naskah drama

Dhemit dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah

Aliah?

6
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai sosial yang terdapat

dalam naskah drama Dhemit.

2. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai sosial yang terdapat dalam

naskah drama Dhemit dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di

Madrasah Aliah.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang hendak dicapai adalah sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu

menambah wawasan dan informasi baru serta memperkaya ilmu

kesusastraan, khususnya berfokus pada kajian sosiokultural. Selain

itu, manfaat bagi peneliti yaitu sebagai sarana kajian penelitian

dalam menerapkan salah satu pendekatan terhadap karya sastra

yakni sosiologi sastra.

7
2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif

pembelajaran bahasa Indonesia serta mampu menambah

bahan bacaan sekaligus bahan ajar khususnya pada bidang

literasi kesusastraan. Selain itu, diharapkan dapat menambah

kepedulian pendidik terhadap peserta didik dalam memaknai

suatu karya sastra khususnya naskah drama dengan

menggunakan kajian sosiologi sastra.

b. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat membangun motivasi

peserta didik dalam membaca karya sastra khususnya naskah

drama. Selain itu, peserta didik juga diharapkan mampu

menambah wawasan terhadap nilai-nilai sosial apa saja yang

tersirat dalam suatu karya sastra, khususnya naskah drama.

Selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu mendorong

peserta didik dalam memahami betapa pentingnya apresiasi

terhadap suatu karya sastra, khususnya naskah drama dengan

menggunakan kajian sosiologi sastra.

8
c. Bagi pembaca

Pada penelitian ini diharapkan mampu menambah

wawasan pembaca mengenai karya sastra, khususnya naskah

drama dan memperluas jangkauan pengetahuan terkait

sosiologi sastra serta diharapkan menjadi rujukan terkait nilai

sosial yang terdapat dalam suatu karya sastra.

9
BAB II

LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan untuk menjawab permasalahan

terkait nilai sosial yang termaktub dalam naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti adalah teori sosiologi sastra. Peneliti menggunakan teori

sosiologi sastra Wellek & Warren dengan mengaplikasikan salah satu dari

tiga matriks paradigma sosiologi sastra, yaitu sosiologi karya sastra yang di

dalamnya mencakup kajian mengenai nilai-nilai sosial. Selain itu, peneliti

menambahkan subteori sosiokultural Lev Vygotsky yang bermanfaat untuk

mengungkapkan nilai-nilai sosial yang termaktub dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

1. Naskah Drama

a. Pengertian Naskah Drama

Sebagai salah satu genre sastra, naskah drama adalah karya

sastra yang memiliki komposisi dimensi, perilaku dan ungkapan.

Menurut Iswantara (2016: 9) naskah drama sebagai suatu karya sastra

merupakan karya seni yang mediumnya adalah bahasa. Naskah drama

dapat disebut sebagai sastra lakon. Karena pada dasarnya, segala

produksi mengenai drama merujuk pada naskah drama sebagai

“pralakon”. Dengan kata lain, seni drama merupakan kegiatan

memproduksi naskah drama. Naskah drama merupakan sumber cerita

10
yang harus ditafsirkan terlebih dahulu oleh seluruh pemeran drama

sebelum dipentaskan (Satoto, 2012: 7). Sebagai karya sastra, naskah

drama barulah sempurna apabila sudah dipertunjukkan (Oemarjati,

1971: 12).

Naskah drama didasari oleh konflik antartokoh yang dikutip

dari cerminan realita. Gambaran kehidupan tersebut diwarnai oleh

sang penulis. Sejatinya, bentuk fisik dari sebuah naskah atau teks

adalah ragam tutur. Ragam tutur yang dimaksud adalah ragam sastra.

Maka dari itu, lingual dan maksudnya mengikuti kaidah sastra

(Waluyo, 2007: 7).

Bagian utama dalam naskah drama adalah dialog antara

karakter yang membawakan sebuah cerita. Sementara dalam sudut

pandang lain, dialog atau naskah merupakan komunikasi langsung

antara karya sastra dengan pembacanya. Nurgiyantoro (2013)

menyatakan bahwa pembaca dapat merasakan penderitaan karakter

dengan melihat dan mendengar secara langsung dialog antartokoh satu

sama lain, dan amanat yang terkandung di dalamnya. Komunikasi

langsung menambah nuansa dan kesan yang baru pada naskah drama.

Selain untuk menghibur dan menyiratkan amanat, naskah drama

dimaksudkan untuk memberikan medium sosialisasi, edukasi, dan

mengkritisi isu-isu yang muncul di masyarakat.

11
Jadi dapat disimpulkan, bahwasanya naskah drama merupakan

karya sastra yang disampaikan melalui media bahasa kata sebelum

dipentaskan menjadi karya sastra lain yaitu drama.

b. Fungsi Naskah Drama

Naskah yang baik adalah naskah yang berkedudukan sebagai

“sel telur”. Sedangkan pementasan drama merupakan proses dan

peristiwa “pembuahan” terhadap sel telur tersebut. Buah yang

dihasilkan bergantung pada beberapa faktor di samping kerja sama

antara penulisan naskah drama dan proses pementasan drama tersebut

(Satoto, 2012: 7).

Uraian di atas dapat diartikan bahwasanya fungsi dari naskah

drama ialah memberikan inspirasi kepada para penafsirnya. Atau

dalam kata lain, naskah drama berfungsi sebagai sarana pertama dan

utama untuk membuka kemungkinan proses pementasan.

c. Sifat Naskah Drama

Naskah drama akan dikatakan baik ketika ia kaya akan

gagasan-gagasan baru, yang menampilkan segala aspek seperti

filsafat, psikologi, pendidikan, sosial, budaya, politik, ekonomi,

pertahanan dan keamanan, serta orisinalitas dan non imitasi. Berikut

ciri-ciri naskah yang termasuk dalam kategori baik:

1) Dapat dipentaskan sesuai dengan situasi dan kondisi;

2) Memberi kekayaan batin, memberikan gairah dalam hidup,

membebaskan individu dari segala prasangka yang tidak rasional;

12
3) Menciptakan situasi yang membutuhkan jawaban, menyerap

berbagai pengalaman dan memberi kesempatan untuk

meningkatkan imajinasi;

4) Adanya konflik yang membutuhkan penyelesaian yang tepat.

Resolusi drama tidak semulus seperti yang diharapkan;

5) Tidak sekadar memuat pernyataan, melainkan memberikan

problematika yang harus dijawab oleh para penonton;

6) Dialog percakapannya tidak terlalu panjang. Bahasanya enak

didengar, lancar, terampil serta tepat;

7) Topik dapat berasal dari realita kehidupan, maupun imaji penulis;

8) Memenuhi kebutuhan teateral. (Satoto, 2012: 8).

2. Sosiologi Sastra

Penelitian ini menggunakan pisau analisis sosiologi sastra

karena di dalamnya berfokus pada nilai-nilai sosial. Segala bentuk nilai

sosial yang termuat dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti ini merupakan objek yang akan digali dan dikaji dalam penelitian

ini.

a. Pengertian Sosiologi

Sosiologi bersumber dari bahasa latin, sosio (Yunani) yang

berarti serempak, simultan, handai, tolan. Adapun kata logi atau logos

(Yunani) yang bermakna ujaran, kalam, peribahasa (Ratna, 2011: 1).

Kata sosio selanjutnya berubah menjadi soio/socius, yang berarti

masyarakat. Sedangkan Logi atau logos sendiri berarti ilmu. Sosiologi

13
kemudian dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari silsilah dan

perkembangan masyarakat serta menelaah seluruh jaringan kontak

antarmanusia dalam masyarakat yang bersifat konvensional, logis dan

heuristis. Schaefer (2012: 5) menyederhanakan makna dari sosiologi

(sociology), menurutnya sosiologi (sociology) merupakan kajian

mengenai perangai sosial dan populasi manusia.

Sosiologi berfokus pada kontak sosial; yang mana hubungan

tersebut memengaruhi perilaku sekitar; dan bagaimana masyarakat

(populasi dari keutuhan suatu hubungan) dapat berubah dan

berkembang (Radhika, 2018: 55). Sementara itu, Damono dalam

Wiyatmi (2013: 6) berpendapat bahwasanya sosiologi adalah kajian

ilmiah objektif yang berkaitan dengan manusia yang berada di lingkup

masyarakat, juga dapat diartikan sebagai kajian yang mengkaji tentang

norma-norma dan proses sosial. Sosiologi pada hakikatnya berupaya

menanggapi pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana masyarakat

dimungkinkan, bagaimana mekanismenya, dan mengapa masyarakat

mampu mempertahankan keberadaannya.

Syani dalam Ummah (2021: 14) menganggap sosiologi

sebagai bagian dari ilmu-ilmu (social science) yang mempunyai objek

serupa, yaitu masyarakat. Ia berpandangan bahwasanya sosiologi

adalah ilmu pengetahuan yang merujuk pada kontak antarmanusia,

golongan, asal, ras dan perkembangannya, juga wujud dan

14
kewajibannya. Selanjutnya, Swingewood dalam Mardiko (2018:

14-15) turut menyampaikan pandangannya mengenai sosiologi:

“These objections should not deter the prospective literary

sociologist. At the most basic level, the content, sociology and

literary levels share a similar framework. Sociology is

essentially the scientific and objective study of humans in

society, the study of social institutions and of social processes; it

seeks to answer questions about how society became possible,

how it works, and why it persists. Through a rigorous study of

the social conditions, religion, economy, politics and familial,

which together constitute what is called social structure, a clear

picture does not always emerge as to how humans adapt to any

particular society. Mechanism of ‘socialisation’, the process of

cultural learning in which individuals are assigned and

accepted their role within the social structure.”

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa sosiologi merupakan

sebuah kajian yang membahas mengenai suatu fenomena dan

peristiwa yang terdapat di lingkungan sosial seperti hubungan

antarmanusia atau manusia dengan lingkungan sekitar. Hubungan

yang sudah terjalin kemudian menjadi struktur sosial. Pada struktur

sosial tersebut, terjadi banyak perubahan yang mengharuskan setiap

manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

15
Selanjutnya, mengenai segala peristiwa yang terjadi di lingkup

masyarakat erat kaitannya dengan sosiologi, seperti lembaga-lembaga

sosial, agama, politik, ekonomi, keluarga beserta hal lainnya, melalui

suatu penelitian bertemakan masyarakat mencakup aspek-aspek sosial

yang kemudian melahirkan struktur sosial.

Dapat dikatakan bahwa perubahan tersebut mengakibatkan

perubahan dalam susunan kategori ekonomi, yang mana dalam kurun

waktu tertentu senantiasa ada unsur kompetitif demi status sosial,

ekonomi dan status politik. Kehidupan dogma, integritas, politik, dan

peradaban yang ada (termasuk keterampilan dan literatur) adalah

teori-teori dan suprastruktur-suprastruktur yang bersangkutan dengan

dialektika. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwasanya sosiologi merupakan studi yang mengkaji mengenai

hubungan timbal balik antarmanusia dengan manusia lain dalam

masyarakat yang terdapat dalam lingkup sosial.

b. Pengertian Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari dua kata, yakni sosiologi dan

sastra. Mengenai pengertian sosiologi sudah dijelaskan pada subbab

sebelumnya. Adapun kata sastra yang diambil dari kata sas dan tra

bermula dari bahasa kesusastraan Hindu Kuno yang mana kata sas

mengandung arti mendidik, memandu, memberi petunjuk atau

instruksi. Sedangkan sufiks -tra memiliki arti media, medium (Hawa,

2019: 17). Sastra sebagai cerminan dari masyarakat. Pada konteks ini,

16
istilah “cerminan” masih rancu, maka dari itu, kerap disalahartikan

serta diselewengkan. Semi (2013: 52) menerangkan kesalahpahaman

tersebut bahwasanya sastra selalu menyampaikan nilai dan makna

kepada pembaca, dengan maksud untuk memahami eksistensinya dan

membuka jalan menuju kebenaran. Mengacu pada interpretasi di atas,

keduanya mempunyai haluan serupa yakni manusia (individu) serta

masyarakat (sosial). Kendatipun seperti itu, landasan dasar antara

sosiologi dan sastra sangatlah bertentangan, bahkan berseberangan

secara diametral.

Selanjutnya, menurut Ratna (2011: 2) sosiologi sastra

merupakan hubungan dua arah (dialektis) antara sastra dan

masyarakat. Sedangkan, menurut Endraswara (2013: 77) sosiologi

sastra merupakan cabang dari kajian sastra yang bersifat teoretis.

Sementara itu, Wellek dan Warren (2014: 98) berpendapat bahwa

sosiologi sastra yakni suatu pendekatan terhadap karya sastra yang

tetap mempertimbangkan karya sastra dari segala aspek sosialnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasanya sosiologi sastra

merupakan studi yang mengkaji serta menghubungkan antara karya

sastra dengan masyarakat sebagai refleksi kehidupan bermasyarakat.

c. Sosiologi dan Sastra

Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat berangkat dari

frasa De Bonald yang mengatakan bahwasanya “literature is an

expression of society” yang maknanya “sastra merupakan ujaran

17
ekspresi masyarakat”. Aksioma tersebut tidak hanya memaparkan

bahwa sastra merupakan catatan sejarah yang merupakan cerminan

dari situasi sosial pada kurun waktu tertentu, namun bermakna bahwa

sastra mencerminkan dan mengekspresikan kehidupan. Maksudnya,

sastra merupakan produk yang lahir dari kehidupan dan

mengungkapkan apa yang menjadi peristiwa dalam kehidupan

(Wellek dan Warren, 2014: 99).

Teori sosiologi sastra dalam bentuk pendekatan karya sastra

mempunyai perspektif dengan hipotesis beserta sugesti epistemologi

yang berlainan dengan yang diisbatkan oleh teori-teori sastra menurut

pilar-pilar dasar otonomi sastra. Kajian sosiologi sastra berpandangan

bahwasanya karya sastra adalah manifestasi dan irisan dari

masyarakat, serta mempunyai keterlibatan timbal balik dengan

jaringan sistem dan nilai yang ada pada masyarakat (Yulianeta, 2016:

41).

Teori-teori yang terdapat dalam sosiologi sastra berkaitan

dengan fakta yang terjadi di kehidupan bermasyarakat; layaknya karya

sebagai suatu sistem komunikasi sosial seperti kelompok sosial, kelas

sosial, struktur sosial, pranata sosial, metode sosial, korelasi sosial,

friksi sosial, pemahaman sosial, pergerakan sosial dan perkembangan

sosial pengarang (Ratna, 2011).

Oleh sebab itu, beberapa tokoh penemu teori sosiologi sastra

seperti Georg Simmel dan Ralf Dahrendorf, mengatakan bahwasanya

18
sosiologi sastra adalah suatu teori yang melibatkan interaksi sosial dan

konflik sosial, yaitu analisis karakter dan konflik kelas.

Sementara itu, pendapat yang sedikit berbeda disampaikan

Laurenson dan Swingewood dalam Endraswara (2013: 79) yang

mengatakan bahwasanya sosiologi sastra dapat dipandang dari tiga

perspektif, yaitu; (1) penelitian sosiologi sastra menganggap suatu

karya sastra sebagai arsip sosial yang di dalamnya berisi gambaran

ketika karya sastra digubah; (2) penelitian sosiologi sastra

menyingkap suatu karya sastra sebagai refleksi dari kondisi sosial

seorang penulis; (3) penelitian sosiologi sastra yang menyingkap suatu

karya sastra sebagai manifestasi sejarah dan sosiokultural.

Pendekatan sosiologi terhadap suatu karya sastra terdapat pada

kesimpulan Grebstein (2008: 161-169) yang menegaskan bahwasanya

setiap karya sastra merupakan pengaruh resiprokal yang pelik dari

faktor sosial, budaya, serta karya sastra tersebut adalah objek kultural

yang pelik serta wujud dan konteks dari karya sastra itu sendiri harus

mampu memperlihatkan perkembangan sosiologis dan

perubahan-perubahan kecil dalam watak kultural.

Hal tersebut yang mendasari pernyataan Grabstein yang

mengatakan bahwa masyarakat, tidak terkecuali peneliti, dapat

mencermati karya sastra melalui dua arah; (1) melalui suatu kekuatan

atau faktor material yang memiliki ciri khas; (2) melalui suatu adat

19
istiadat, yakni tendensi intelektual maupun kultural yang bersifat

kolektif.

Selanjutnya, dalam analisis ini, peneliti mengaplikasikan teori

utama yang dipresentasikan oleh Wellek dan Warren dengan

mengedepankan tiga matriks pendekatan sosiologi sastra. Pertama,

sosiologi pengarang; landasan dari kajian sosiologi pengarang adalah

interpretasi pengarang sebagai elemen dari masyarakat yang

menggubah karya sastra tersebut. Maka dari itu, apresiasi seorang

pengarang merupakan modal primer dalam memafhumi hubungan

sosial antara karya sastra dengan masyarakat, lokasi pengarang

bermasyarakat. Kedua, sosiologi karya sastra; kajian mengenai

sosiologi sastra yang kedua ini bertolak dari karya sastra tersebut.

Maksudnya, analisis perspektif sosial dalam karya sastra dilakukan

untuk memaknai dan menakwilkan asosiasi antara karya sastra dengan

keadaan sosial masyarakat. Wellek dan Warren berpandangan dengan

menggunakan referensi kajian Thomas Warton (penyair puisi sejarah

Inggris yang pertama) sebagai dasar bahwasanya sastra memiliki daya

rekam ciri-ciri zamannya. Bagi Warton, sastra merupakan rumah

tradisi dan lektur atau sumber sejarah peradaban. Ketiga, sosiologi

pembaca; kajian pada sosiologi pembaca berarti menganalisis sudut

pandang nilai sosial yang melandasi pembaca dalam menjelaskan

suatu karya sastra (Wellek dan Warren, 2014: 112).

20
Bertolak dari perspektif yang dikemukakan Rene Wellek dan

Austin Warren, yang mana peneliti lebih memusatkan perhatian dan

telaah sosiologis atas wacana sastra Indonesia sebagai cerminan

masyarakat Indonesia. Peneliti juga menggunakan teori sosiokultural

Lev Vygotsky sebagai sarana penghubung antara sosiologi sastra

dengan pendidikan, sesuai dengan konteks penelitian dari peneliti

untuk mengungkapkan nilai-nilai sosial yang termuat dalam naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Dalam teori sosiokultural

yang dipelopori oleh Lev Vygotsky, teori ini menerangkan

bahwasanya akseptasi intelektual individu hanya terjadi melalui

korelasi antara lingkungan sosial dengan diri sendiri (Nisak, 2017: 6).

Teori sosiokultural Lev Vygotsky berangkat dari kesadaran

mengenai alangkah pentingnya pendidikan dan membuktikan proses

yang tidak terpisahkan antara kebudayaan (karya sastra) dan

pendidikan. Vygotsky sangat meyakini bahwa manusia berbeda

dengan hewan yang hanya bereaksi terhadap lingkungan (pasif).

Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah segala yang ada di

sekitarnya sesuai dengan keperluan dan kemauannya. Vygotsky

memiliki minat dalam pengungkapan esensi dari berbagai kegiatan

yang bermakna dalam konteks sosial dan budaya. Karenanya, segala

unsur perspektif Vygotsky tentang manusia dan lingkungan disebut

sebagai sosiokultural (“Teori Kultur”, n.d.: 2).

21
Dalam mengaplikasikan beberapa pendekatan pada teori

sosiologi sastra, karya sastra tidak dipaparkan secara keseluruhan,

melainkan hanya terfokus pada unsur sosio-budaya yang dinilai

sebagai unsur-unsur yang terlepas dari kesatuan karya. Sejalan dengan

analisis peneliti mengenai naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti, peneliti berusaha menemukan nilai sosial yang termuat dalam

naskah drama. Dalam menganalisis nilai sosial dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti, dibutuhkan sebuah teori yang

relevan dengan permasalahan yang akan dianalisis, yakni teori

sosiologi sastra. Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas

mengenai sosiologi sastra, dapat disimpulkan bahwasanya sosiologi

sastra merupakan suatu pendekatan terhadap karya sastra dengan

mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan melalui analisis teks

untuk mengetahui strukturnya, yang kemudian dipergunakan dalam

memahami lebih dalam mengenai fenomena sosial yang ada di luar

sastra.

3. Konsep Nilai Sosial

Di atas telah dijelaskan bahwasanya sosiologi sastra

merupakan sebuah pondasi dalam bersosialisasi dengan diiringi

nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat pada suatu masa. Menurut

Russel dalam Indarwaty (2013: 24-25) yang merupakan seorang filsuf

asal Inggris memaparkan bahwa suatu nilai berkaitan dengan tujuan

untuk memutuskan entitas tersebut baik atau buruk, benar atau salah,

22
indah atau tidak indah, maka dari itu nilai dapat bersifat subjektif.

Subjektivitas nilai ini diperjelas kembali oleh ahli aksiologi asal

Amerika, R.B. Perry, menurutnya nilai dilandasi oleh suatu

kepentingan tertentu. Hal serupa disampaikan oleh Schwartz, seorang

ahli yang menempuh disiplin ilmu psikologi sosial, yang menegaskan

bahwasanya nilai merupakan objek kepentingan tertentu atau dapat

dikatakan bahwa nilai bersumber atas ultimatum manusia sebagai

konsep sosial dan tuntutan lembaga sosial. Nilai diposisikan ulang

sebagai objek yang diinginkan. Hasil yang diinginkan tumbuh dari

kepentingan kolektif (amal, tradisi, konformitas) atau berdasarkan

prioritas pribadi (prestasi, hedonisme, kekuasaan, penentuan nasib

sendiri). Nilai pribadi ini yang biasanya diasosiasikan dengan

kelompok sosial tertentu yang disosialisasikan dengan seperangkat

nilai tertentu oleh kelompok dominan, nilai yang sudah mengakar

menjadi keyakinan (belief).

Nilai sosial adalah perangai dan emosi yang diserap secara

matang dalam komunitas masyarakat juga menjadi dasar dalam

menafsirkan antara benar atau salah. Nilai sosial pun dapat dimaknai

sebagai penghayatan komunal terhadap segala sesuatu yang dianggap

elok, esensial, mulia, patut dan berfungsi akan pertumbuhan dan

penghidupan komunal. Norma sosial diperlukan supaya nilai-nilai

sosial bisa terbentuk dalam masyarakat (Alfan, 2013: 242).

23
Nilai sosial dapat memengaruhi pola pikir seseorang dalam

menilai sesuatu. Nilai sosial berkedudukan sebagai landasan manusia

dalam berkehidupan di masyarakat. Namun, sebagai suatu konsep,

nilai tersebut bersifat umum dan memiliki jangkauan yang luas. Alfan

(2013: 243-244) membagikan nilai sosial ke dalam tiga jenis bagian,

yaitu; (1) nilai sosial berdasarkan fitrahnya, mulai dari nilai karakter,

nilai materi, nilai hayati, nilai ketaatan hukum, nilai ajaran, nilai

kepercayaan, dan nilai estetika; (2) nilai sosial berdasarkan sifatnya,

nilai yang berasimilasi atau mengakar atau nilai dominan; (3) nilai

sosial berdasarkan tingkat keberadaannya, nilai mandiri dan nilai tidak

mandiri.

Selanjutnya, Notonegoro dalam Kusuma (2021: 11)

mengategorikan nilai sosial ke dalam tiga bagian, yaitu; (1) nilai

material, yakni sesuatu yang memiliki dampak bagi tubuh manusia;

(2) nilai vital, yakni segala sesuatu yang membantu seseorang untuk

melakukan berbagai kegiatan; (3) nilai kerohanian, yakni segala

sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan manusia.

Hermanto dan Winarno dalam Kusuma (2021: 12) membagi

rincian nilai menjadi beberapa macam, antara lain; (1) nilai aktualitas

bersumber pada rasionalitas; (2) nilai estetika berasal dari intuisi

manusia; (3) nilai moral yang berasal dari kehendak (karsa); (4) nilai

agama atau sakral yang bersifat mutlak dan bermula dari kepercayaan

manusia.

24
Sedangkan, jenis nilai sosial yang peneliti aplikasikan dalam

penelitian ini merupakan salah satu dari matriks paradigma sosiologi

sastra yang diklasifikasikan oleh Rene Wellek dan Austin Warren,

yaitu sosiologi karya sastra. Di dalamnya terdapat aspek-aspek nilai,

meliputi; (1) nilai kepahlawanan; (2) nilai religi; (3) nilai

persahabatan; (4) nilai moral; (5) nilai sosial; (6) nilai perjuangan; (7)

nilai didaktik.

Fokus peneliti dalam penelitian ini menggunakan nilai sosial

yang di dalamnya terdapat beberapa bentuk nilai sosial, yakni bentuk

kepedulian, kesopanan, tolong-menolong, kerja sama, kekeluargaan,

dan toleransi. Poin-poin tersebut yang berhasil peneliti dapatkan

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Nilai sosial

tersebut memiliki nilai positif yang mana pantas dirawat dan layak

dilindungi.

Nilai sosial yang belum terkuak dalam suatu karya sastra

sangat menarik untuk dikaji guna melestarikan kesusastraan serta

merawat nilai-nilai sosial yang termuat di dalamnya. Dalam

perkembangan kesenian dan kesusastraan di Indonesia, tepatnya di

Daerah Istimewa Yogyakarta, sangat pesat perkembangannya,

dikarenakan Yogyakarta banyak melahirkan talenta-talenta seniman

tanah air. Para seniman dituntut untuk lebih kreatif serta mencari

inovasi-inovasi baru agar penikmat seni dapat tertarik dengan karya

yang dipentaskan. Salah satunya adalah Teater Gandrik yang sudah

25
mewadahi dan melahirkan banyak seniman terkenal tanah air. Teater

Gandrik cenderung lebih berfokus mengangkat tema-tema sosial,

mengkritik penguasa dan status kaum terpinggirkan, tetapi

disampaikan dengan balutan komedi yang khas. Salah satu karya dari

Teater Gandrik yaitu Dhemit yang naskahnya ditulis oleh salah satu

pendiri dari Teater Gandrik, Heru Kesawa Murti. Dalam hal ini,

peneliti berusaha meneliti nilai sosial yang termuat dalam naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pengajaran sastra adalah irisan dari pembelajaran bahasa

Indonesia yang disampaikan di sekolah formal. Pembelajaran sastra di

sekolah sangat penting karena dengan sastra memungkinkan pendidik

untuk mengembangkan kemampuan bahasa peserta didik.

Keterampilan yang dimaksud adalah menulis, membaca, berbicara dan

menyimak. Selain itu, pembelajaran sastra pun diharapkan bisa

menjaga keragaman karya sastra.

Belajar sastra pada dasarnya merupakan belajar bahasa melalui

praktik. Kajian terhadap sastra dilandasi pada pengakuan bahwa setiap

karya pada dasarnya merupakan kumpulan kata untuk dipelajari,

ditelusuri, dianalisis dan disintesis oleh peserta didik (Rahmanto,

1993). Studi literatur atau kajian terhadap sastra memberikan landasan

atau kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman penilaian.

26
Pendekatan pembelajaran adalah metode yang digunakan pendidik

untuk kegiatan belajar mengajar (Musfiqon dan Nurdyansyah, 2015).

Selain memahami akan pentingnya pendekatan pembelajaran,

bahan ajar amat berguna dalam kegiatan belajar mengajar guna

tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran bahasa Indonesia

melalui sastra diharapkan dapat memberikan alternatif jalan untuk

mengarahkan pada kegiatan yang belum pernah dilakukan dan

berpotensi memberikan perubahan ke arah yang lebih baik apabila

digunakan sesuai kurikulum yang ada.

Pada proses pembelajaran sastra, sebaiknya tidak hanya

menggunakan metode ceramah (arahan), tetapi alangkah lebih baik

menggunakan metode media sebagai substitusi bahan ajar.

Penggunaan media pada pengajaran sastra di Madrasah Aliah sangat

penting sebagai penunjang kreativitas dalam belajar dan pembentukan

karakter peserta didik. Bahan ajar Bahasa Indonesia melalui naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dapat dimanfaatkan sebagai

sarana alternatif dalam memperkaya bacaan bagi pendidik juga dapat

digunakan sebagai sarana pembelajaran sastra bagi peserta didik.

Pembahasan mengenai naskah drama atau drama dapat

diajarkan pada peserta didik yang duduk di kelas XI. Materi mengenai

naskah drama ini terdapat pada KD 3.19 yang berbunyi “menganalisis

isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton” serta KD 4.19

27
yang berbunyi “mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan

memerhatikan isi dan kebahasaan”.

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian pustaka yang berhubungan dengan

kajian terdahulu dan bersifat relevan sesuai dengan substansi yang diteliti.

Dalam menganalisis hasil penelitian terdahulu, peneliti hanya akan membahas

beberapa penelitian serupa yang terkait dengan masalah nilai sosial.

Pertama, penelitian relevan selanjutnya berbentuk artikel oleh

Muhammad Ridho (2018) mahasiswa Universitas Jambi, dengan judul

Nilai-nilai Sosial dalam Naskah Drama “Balada Sumarah” karya Tentrem

Lestari, hasil penelitiannya berupa nilai sosial dalam suatu naskah drama.

Persamaan penelitiannya terdapat pada subjek penelitian yang sama, keduanya

serupa menggali nilai sosial yang terdapat pada naskah drama. Adapun

perbandingannya yaitu kajian relevan tersebut menggunakan objek penelitian

naskah drama Balada Sumarah karya Tentrem Lestari. Berbeda dengan kajian

peneliti yang menggunakan naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti

sebagai objek kajian yang diteliti.

Kedua, penelitian relevan selanjutnya berbentuk prosiding seminar oleh

Adinda Fajar Melati (2021) mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang,

dengan judul Makna Simbol dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti: Tinjauan Semiotika, hasil penelitiannya berupa kajian terhadap suatu

naskah drama. Persamaan penelitiannya terdapat pada objek penelitian yang

sama, yaitu sama-sama mengkaji naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

28
Murti. Sedangkan perbedaannya adalah subjek analisis yang digunakan,

penelitian relevan tersebut mengkaji makna simbol menggunakan kajian

semiotika pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Berbeda

dengan kajian peneliti yang mengkaji nilai sosial dalam kajian sosiologi sastra

dengan menggunakan pendekatan sosiokultural melalui teori Lev Vygotsky

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Ketiga, analisis kajian dalam bentuk skripsi oleh Natanael Feby Raenaldi

(2021) mahasiswa Universitas Sebelas Maret, dengan judul Konflik Sosial dan

Nilai Pendidikan Karakter dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Bagi Siswa

SMA, hasil penelitiannya berupa konflik sosial pada naskah drama Dhemit

Heru Kesawa Murti dan kaitannya pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Persamaan penelitiannya adalah sama-sama mengkaji objek penelitian yang

sama yaitu naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Sedangkan

perbedaannya adalah subjek kajian yang digunakan, penelitian relevan tersebut

mengkaji konflik sosial dan nilai pendidikan karakter dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Berbeda dengan penelitian ini yang

mengkaji nilai sosial dalam kajian sosiologi sastra menggunakan pendekatan

sosiokultural melalui teori Lev Vygotsky pada naskah drama Dhemit karya

Heru Kesawa Murti.

Keempat, analisis kajian dalam bentuk skripsi oleh Ika Dhesy Aryanti

(2012) mahasiswa Universitas Sebelas Maret, dengan judul Tinjauan Sosiologi

Sastra Terhadap Konflik Sosial dan Politik Novel Saman dan Larung Karya

29
Ayu Utami, hasil penelitiannya berupa konflik sosial pada novel Saman dan

Larung karya Ayu Utami. Persamaan penelitiannya yaitu sama-sama mengkaji

teori sosiologi sastra. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian relevan

tersebut menggunakan subjek berupa konflik sosial dan politik dan objek

penelitiannya berupa novel. Berbeda dengan penelitian ini yang menjadikan

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Kelima, analisis kajian relevan selanjutnya berbentuk skripsi oleh

Muhammad Abrari Indra Kusuma (2021) mahasiswa Universitas Negeri

Yogyakarta, dengan judul Nilai-nilai Sosial pada Tari Budhe-budhe Centil di

Industri Hiburan Hori Art & Entertainment, hasil penelitiannya berupa kajian

terhadap nilai sosial pada seni tari. Persamaan terdapat pada subjek

penelitiannya, yaitu sama-sama mengkaji nilai sosial. Sedangkan perbedaannya

yaitu penelitian relevan tersebut menggunakan tari Budhe-budhe Centil di

Industri Hiburan Hori Art & Entertainment sebagai objek kajian. Berbeda

dengan penelitian ini yang menjadikan naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti.

Keenam, analisis kajian relevan selanjutnya berbentuk tesis oleh Henny

Indarwaty (2013) mahasiswa Universitas Gadjah Mada, dengan judul Nilai

Sosial dalam Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto dan Little House

karya Laura Ingalls Wilder: Kajian Perbandingan Sastra Anak, hasil

penelitiannya berupa kajian terhadap nilai sosial pada novel Keluarga Cemara

karya Arswendo Atmowiloto dan Little House karya Laura Ingalls. Persamaan

terdapat pada subjek penelitiannya, yaitu sama-sama mengkaji nilai sosial.

30
Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian relevan tersebut menggunakan novel

Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto dan Little House karya Laura

Ingalls sebagai objek analisis. Berbeda dengan penelitian ini yang menjadikan

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Ketujuh, penelitian dalam bentuk tesis oleh Lulu Farhatul Ummah (2021)

mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, yang berjudul Konflik Sosial dalam

Novel Lampuki karya Arafat Nur dan Tanah Tabu karya Anindita Siswanto

Thayf: Tinjauan Sosiologi Sastra, hasil penelitiannya berupa konflik sosial

dalam novel Lampuki karya Arafat Nur dan Tanah Tabu karya Anindita

Siswanto Thayf. Persamaan penelitiannya adalah sama-sama mengkaji teori

sosiologi sastra. Adapun perbandingannya yaitu pada subjek dan objek

kajiannya, analisis kajian relevan tersebut mengkaji konflik sosial dalam novel.

Berbeda dengan penelitian ini yang mengkaji nilai sosial pada naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Kedelapan, analisis kajian dalam bentuk tesis oleh Joko Mardiko (2018)

mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul Konsep Pendidikan

dalam Karya-Karya Andrea Hirata: Kajian Sosiologi Sastra, hasil

penelitiannya berupa konsep pendidikan dalam karya-karya Andrea Hirata.

Persamaan penelitiannya adalah sama-sama mengkaji teori sosiologi sastra.

Adapun perbandingannya yaitu pada subjek dan objek kajiannya, analisis

kajian relevan tersebut mengkaji konsep pendidikan dalam karya-karya Andrea

Hirata. Berbeda dengan penelitian ini yang mengkaji nilai sosial pada naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

31
Kesembilan, analisis kajian relevan dalam bentuk disertasi oleh Yulianeta

(2016) mahasiswa Universitas Gadjah Mada, dengan judul Ideologi Gender

dalam Novel Indonesia: Tinjauan Sosiologi Sastra dengan Perspektif Gender

terhadap Novel-Novel Era Reformasi, hasil penelitiannya berupa ideologi

gender dalam novel-novel era reformasi. Persamaan penelitiannya adalah

sama-sama mengkaji teori sosiologi sastra. Adapun perbedaannya yaitu pada

subjek dan objek penelitian yang digunakan, kajian relevan tersebut mengkaji

kajian gender dalam novel. Berbeda dengan penelitian ini yang mengkaji nilai

sosial pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Kesepuluh, kajian berbentuk disertasi oleh Masnuatul Hawa (2021)

mahasiswa Universitas Sebelas Maret, yang berjudul Pengembangan Model

Pembelajaran Sosiologi Sastra dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis

Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

di Perguruan Tinggi Swasta Jawa Timur, hasil penelitiannya berupa

pengembangan model pembelajaran sosiologi sastra dengan pendekatan

berbasis kecerdasan spiritual. Keduanya serupa menggali kajian teori sosiologi

sastra. Sedangkan perbandingannya terletak pada subjek, objek dan metode

penelitian yang digunakan. Berbeda dengan penelitian ini yang mengkaji nilai

sosial dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian

ini terdapat beberapa persamaan dan juga perbedaan di dalamnya. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada kajian yang

32
digunakan, sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitian. Penelitian

ini menggunakan naskah drama berjudul Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

C. Kerangka Berpikir

Objek kajian dalam penelitian ini yaitu naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti berupa kalimat serta dialog antartokoh. Naskah drama ini berisi

tentang proyek pengembangan suatu wilayah untuk pembangunan kompleks

perumahan modern pada sebuah desa yang menyakralkan suatu pohon nan sulit

ditebang. Naskah Dhemit karya Heru Kesawa Murti dikemas dalam balutan

komedi satire sebagai bentuk sindiran terhadap kasus-kasus pembalakan liar

yang kerap terjadi di Nusantara.

Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji nilai sosial dalam naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dengan menggunakan teori sosiologi

sastra sebagai teori utama ditambah dengan teori sosiokultural sebagai teori

penunjang yang mana bermanfaat untuk mengungkapkan nilai-nilai sosial yang

terkandung dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Melalui analisis teori sosiologi sastra, selanjutnya akan ditemukan

nilai-nilai sosial dari naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Setelah

itu, naskah tersebut direlevansikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di

Madrasah Aliah sesuai dengan materi sastra pada KD 3.19 yang berbunyi

“menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton” serta KD

4.19 yang berbunyi “mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan

memerhatikan isi dan kebahasaan”.

33
Berdasarkan tinjauan pustaka pada subbab sebelumnya, maka pada

bagian ini penulis akan menggambarkan kerangka teori. Kerangka berpikir

pada penelitian ini digambarkan pada bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah kajian yang menganalisis nilai

sosial yang terkandung pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti serta merelevansikannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia di

Madrasah Aliah. Penelitian ini dapat dilaksanakan di mana pun dan kapan

pun. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2022 sampai Desember

2022. Lebih jelasnya digambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian

No Keterangan Juli Agustus September Oktober November Desember


2022 2022 2022 2022 2022 2022

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan
Judul

2 Penyusunan
Proposal

3 Seminar
Proposal

4 Revisi
Proposal

5 Analisis Data

6 Munaqosah

7 Revisi Hasil
Penelitian

35
B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diaplikasikan peneliti dalam menganalisis

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti yaitu metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang lebih

menitikberatkan pada aspek pemahaman yang lebih mendalam terhadap

suatu masalah daripada melihat masalah tersebut sebagai literatur umum

(Siyoto dan Sodik, 2015: 28). Menurut Creswell dalam Nugrahani (2014:

25) penelitian kualitatif menggunakan pandangan induktif yang berfokus

pada makna individual dan bergeser pada kompleksitas masalah.

Penelitian kualitatif bersumber dari upaya membangun pandangan

objek terperinci dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit

selain itu metode ini juga berusaha mendalami isu-isu yang rinci terkait

situasi dan realita yang dihadapi. Metode yang diaplikasikan dalam

penelitian ini menyajikan data secara deskriptif, yaitu dengan memaparkan

seluruh gejala atau keadaan yang ada dan didasari oleh kenyataan secara

objektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai

teori utama, serta menggunakan teori penunjang, yaitu teori sosiokultural.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti memakai data kepustakaan sebagai

sumber data yakni dalam bentuk naskah drama. Data yang diambil dari

naskah drama Dhemit berupa kalimat dan dialog antartokoh yang

berkaitan dengan nilai sosial. Menurut Sugiyono (2020) sumber data

memiliki dua kategori yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber

36
primer yaitu sumber data yang menyajikan data secara langsung kepada

peneliti, dan data sekunder merupakan kebalikan dari data primer yaitu

menyajikan data secara tidak langsung kepada peneliti.

Sumber data primer dalam analisis penelitian ini berupa kalimat

dan dialog yang terdapat pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti. Naskah drama tersebut dipentaskan pertama kali pada tahun 1986

oleh Teater Gandrik. Sedangkan data sekunder yang terdapat pada kajian

penelitian ini yaitu jurnal, skripsi, artikel, prosiding, buku serta referensi

lain yang mendukung data dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah dimana

peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengumpulkan data

dan memperoleh data untuk menindaklanjuti sebuah penelitian. Peneliti

akan kesulitan dalam mendapatkan data dengan standar yang berlaku jika

tidak sepenuhnya memahami teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2020:

104). Pengumpulan data adalah komponen utama dalam sebuah kajian

karena data yang telah terkumpul dapat menentukan kualitas data dan

kualitas metode penelitian.

Pada kajian ini, peneliti menggunakan teknik baca dan catat.

Berikut langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini.

37
1) Membaca berulang-ulang secara keseluruhan agar dapat mengerti

dan memahami isi dari naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti.

2) Mencatat hasil temuan berbagai nilai sosial yang terdapat dalam

kalimat dan dialog percakapan antartokoh dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

3) Mengumpulkan data yang sudah dicatat ke dalam masalah yang

akan diteliti dan dianalisis dengan menggunakan kajian sosiologi

sastra berupa nilai-nilai sosial.

E. Teknik Cuplikan

Teknik cuplikan senantiasa disebut sebagai sampling. Pada

penelitian ini, peneliti memakai teknik purposive sampling yang berarti

teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan sumber data

tertentu (Sugiyono, 2020: 95). Melalui teknik purposive sampling, peneliti

melakukan pertimbangan dalam mengambil sampel. Pertimbangan tertentu

dalam hal ini berarti cara memilih informasi yang sesuai dengan kategori

penelitian.

Teknik cuplikan dalam kajian ini memakai kajian sosiologi sastra

yang bersumber pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti

dengan memperhatikan kalimat dan dialog antartokoh serta penjelasan

cerita yang kemudian dianalisis menggunakan metode sosiologi sastra

yang kemudian dideskripsikan sebagai pemaparan dan penarikan

kesimpulan.

38
Cuplikan yang dapat digunakan sebagai sampel atau cuplikan

penelitian ini yaitu:

“...Kita harus penuh toleransi terhadap manusia-manusia itu...”

(Murti, 1986: 18).

Melalui cuplikan di atas, peneliti sudah dapat menemukan nilai

sosial berupa sikap toleransi yang selanjutnya akan dilakukan analisis.

Penelitian ini sedikit banyak akan membahas mengenai nilai sosial yang

terdapat pada kalimat dan dialog antartokoh. Hal lain yang menjadi

bahasan pada analisis kajian ini yaitu merelevansikan nilai sosial yang

terdapat naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dengan

pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Aliah.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik validitas data perlu dimutakhirkan yang disesuaikan dengan

kebutuhan pengetahuan, standar, dan paradigma (Nugrahani, 2014: 114).

Validasi data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, validitas internal,

validitas eksternal, reliabilitas dan objektivitas (Sugiyono, 2020: 270).

Sedangkan dalam Nugrahani (2014: 114-118) menjelaskan bahwa dalam

paradigma kualitatif membutuhkan teknik pemeriksaan untuk menjaga

validitas data, meliputi; perluasan partisipasi, ketekunan pengamat,

triangulasi, review informan, kecukupan referensi, pemeriksaan sejawat

melalui diskusi.

39
Keabsahan data pada penelitian kualitatif memakai teknik

triangulasi. Menurut Sugiyono (2020) memaparkan pengertian dari

triangulasi yaitu suatu proses penyelidikan keabsahan data dengan

menggunakan data lain untuk dibandingkan dengan data yang akan diteliti.

Konsep triangulasi dibagi menjadi empat kategori, yaitu triangulasi

metode, triangulasi antar-peneliti, triangulasi sumber data dan triangulasi

teori (Rahardjo, 2010). Pada hal ini, peneliti memakai triangulasi teori.

Triangulasi teori pada penelitian ini menggunakan teori sosiologi

sastra dari teori Rene Wellek dan Austin Warren serta ditunjang dengan

teori sosiokultural Lev Vygotsky. Triangulasi macam ini dilakukan dengan

memakai beberapa perspektif teoretis dalam membahas masalah yang

dirumuskan. Perspektif ini digunakan secara tidak langsung untuk

mendapatkan pandangan yang komprehensif daripada pandangan sepihak

sehingga dapat bermanfaat untuk dianalisa dan ditarik kesimpulan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah metode pengumpulan data secara runtut

untuk memudahkan penarikan kesimpulan. Analisis data adalah suatu

bentuk penelitian yang sistematis dan sintesis data dari wawancara, catatan

lapangan dan sejenisnya untuk memudahkan pembaca dalam memahami

suatu penelitian (Sugiyono, 2020: 130).

40
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

sosiologi sastra yang mengungkapkan sastra sebagai refleksi masyarakat

yang secara esensial sosiologi sastra mengkaji; (a) studi ilmiah manusia

dengan masyarakat secara objektif; (b) studi lembaga-lembaga sosial

melalui sastra dan sebaliknya; (c) studi proses sosial, seperti apa

masyarakat bekerja dan melangsungkan hidupnya.

Teknik analisis data pada penelitian ini meliputi penyajian data

serta pembahasan dilakukan secara kualitatif konseptual. Teknik analisis

data bersifat induktif yang artinya memiliki pengertian bahwa dalam

menganalisis suatu penelitian harus berdasarkan pada data yang didapat

lalu dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2020). Pada penelitian

ini, peneliti memakai teknik analisis data Miles dan Huberman (2009),

berikut langkah-langkah pada analisis data diantaranya pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1) Pengumpulan Data

Pada analisis penelitian ini, pengumpulan data dilakukan

dengan cara membaca naskah drama yang kemudian mengambil

bagian-bagian yang akan dianalisa seperti kalimat dan dialog

antartokoh. Pengumpulan data dilakukan dengan jangka waktu

yang lama agar memperoleh banyak data. Pengumpulan data

dilakukan dengan waktu yang lama agar memperoleh banyak data.

41
Peneliti mengumpulkan data dengan menganalisis dokumen

berupa naskah drama yang berkaitan dengan nilai sosial dalam

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dan relevansinya

dengan pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Aliah agar

memperoleh data yang sesuai dengan pembahasan yang diangkat.

Peneliti mengumpulkan data dengan membaca keseluruhan isi

cerita dalam naskah drama Dhemit. Selanjutnya, peneliti mencatat

kalimat dan dialog antartokoh yang berkaitan dengan nilai sosial

berdasarkan deskripsi dalam naskah drama.

2) Reduksi Data

Data yang didapat dari menganalisis kemudian dicatat

secara rinci dan detail. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2020)

bahwa semakin lama survei di lapangan, maka semakin banyak

data yang dikumpulkan. Oleh karena itu, reduksi data dilakukan

dengan memberikan tanda pada objek yang akan diteliti.

Pada tahap ini, peneliti mengambil data dalam bentuk

kalimat dan dialog antartokoh yang ditulis dalam bentuk tabel dan

diberi kode berdasarkan bentuk nilai sosial. Dalam mengkaji nilai

sosial, peneliti menggunakan pendekatan teori sosiologi sastra

Wellek dan Warren sebagai teori utama serta teori penunjang

sosiokultural Lev Vygotsky yang kemudian dijadikan sebagai

bahan ajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Madrasah

Aliah.

42
3) Penyajian Data

Setelah melalui proses reduksi data, data dikelompokkan

sesuai dengan fokus pembahasan. Pada penelitian kualitatif ini,

memungkinkan pengungkapan data melalui deskripsi singkat,

hubungan antar kategori, dan lainnya. Representasi data yang

paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks

deskripsi sebuah cerita. Pada tahap ini, peneliti akan menguraikan

nilai sosial dalam naskah drama Dhemit dengan menggunakan

pendekatan teori sosiologi sastra Wellek Warren dan teori

penunjang sosiokultural Lev Vygotsky. Selanjutnya naskah drama

tersebut dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai

bahan ajar.

4) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari komposisi

kegiatan yang lengkap. Pada langkah ini, peneliti menjabarkan

hasil dari penelitian yang dilakukan dengan naskah drama Dhemit

karya Heru Kesawa Murti. Kesimpulan yang ditulis bertujuan

untuk menjawab semua permasalahan yang dikemukakan oleh

peneliti.

43
Adapun bagan alur teknik analisis interaktif model Miles dan Hubberman

adalah sebagai berikut.

Gambar 3.2 Bagan Analisis Data model Miles dan Hubberman

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan pada

bab pertama, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

nilai-nilai sosial dengan menganalisis dokumen dari naskah drama Dhemit karya

Heru kesawa Murti dan merelevansikannya dengan pembelajaran Bahasa

Indonesia di Madrasah Aliah kelas XI. Data dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan menggunakan teknik membaca dan mencatat. Data yang dianalisis dalam

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti berupa kalimat dan dialog

antartokoh yang mengandung nilai sosial.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori sosiologi sastra Rene

Wellek dan Austin Warren dengan mengaplikasikan salah satu dari tiga matriks

paradigma sosiologi sastra, yaitu sosiologi karya sastra untuk memaparkan nilai

sosial. Selain itu, peneliti juga mengaplikasikan teori sosiokultural Lev Vygotsky

mengenai akseptasi intelektual individu yang terjadi melalui interpersonal

(hubungan dengan lingkup sosial) dan intrapersonal (hubungan dengan diri

sendiri) serta merelevansikan nilai sosial tersebut sebagai bahan ajar Bahasa

Indonesia di Madrasah Aliah menggunakan metode deskriptif.

Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti pertama kali dipentaskan

pada tahun 1986 oleh Teater Gandrik. Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti menceritakan tentang proyek pengembangan wilayah untuk pembangunan

kompleks perumahan modern pada sebuah desa yang menyakralkan suatu pohon

45
nan sulit ditebang. Cerita ini bermula dari perdebatan antara kontraktor dan

seorang konsultan untuk pembukaan lahan pepohonan yang disakralkan oleh

masyarakat setempat. Kemudian terjadi pertentangan di kalangan demit yang

merasa tempat tinggalnya diganggu oleh bangsa manusia. Melalui sesepuh desa

dan pembantu sesepuh desa, maka dilakukan musyawarah antara demit dengan

kontraktor untuk mencapai mufakat agar dapat saling menghargai dan

menghormati satu sama lain.

1. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti

Peneliti menemukan data yang sesuai dengan rumusan masalah yang

termuat dalam penelitian ini, yaitu data terkait nilai sosial yang terkandung

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Peneliti menganalisis

nilai sosial yang terdiri atas bentuk kepedulian, kesopanan, tolong-menolong,

kerja sama, kekeluargaan, dan toleransi. Data-data tersebut diperoleh melalui

teknik analisis baca dan catat data yang ditemukan dalam naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Berikut ini merupakan penjabaran data nilai

sosial dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti.

Tabel 4.1 Bentuk Nilai Sosial

No Bentuk Nilai Sosial Jumlah Data

1 Kepedulian 8 Data

2 Kesopanan 5 Data

3 Tolong-menolong 4 Data

4 Kerja Sama 6 Data

5 Kekeluargaan 3 Data

6 Toleransi 2 Data

46
Dalam menganalisis data, peneliti memakai teori sosiologi sastra Rene

Wellek dan Austin Warren untuk memaparkan bentuk nilai sosial. Peneliti

menemukan sejumlah 28 data mengenai nilai sosial dalam naskah drama

Dhemit, data-data tersebut terdiri dari 8 data mengenai bentuk kepedulian, 5

data mengenai bentuk kesopanan, 4 data mengenai bentuk tolong-menolong, 6

data mengenai bentuk kerja sama, 3 data mengenai bentuk kekeluargaan, 2 data

mengenai bentuk toleransi.

4. Relevansi Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit dengan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah

Pembelajaran apresiasi drama di Madrasah Aliah kelas XI disesuaikan

dengan pengembangan silabus kurikulum 2013. Pembelajaran apresiasi drama

tercantum pada kompetensi dasar (KD) 3.19 yang bertujuan menganalisis isi dan

kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton serta 4.19 yang bertujuan

mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan

kebahasaan.

Unsur sosiologi sastra yang terkandung dalam karya sastra dapat

memberikan gambaran yang lebih utuh kaitan antara karya sastra sebagai teks

dengan dunia nyata. Sebab, sebuah karya sastra tidak dapat berdiri sendiri. Karya

sastra selalu bersinggungan erat dengan realitas sosial di dunia nyata.

47
Aspek sosiologi ini dapat membantu para siswa dalam membaca dan

memahami sebuah karya sastra. Siswa dapat mencoba menafsir pandangan

pengarang terkait unsur sosiologi meliputi kelompok sosial, kelas sosial, struktur

sosial, pranata sosial, metode sosial, korelasi sosial, friksi sosial, pemahaman

sosial, pergerakan sosial dan perkembangan sosial. Semua klasifikasi ini terdapat

dalam naskah drama sebagai pembangun dan penguat jalannya cerita.

Naskah drama yang mengusung cerita mengenai fenomena sosial

dikemas dalam balutan komedi satire atau sindiran terhadap kasus-kasus

pembalakan liar yang kerap terjadi di Nusantara. Penggunaan naskah drama

sebagai bahan ajar ini dapat menjadi sarana untuk mengenalkan betapa

pentingnya peduli sosial.

Penelitian ini menggunakan pisau analisis sosiologi sastra Rene Wellek

dan Austin Warren yang ditunjang dengan teori sosiokultural Lev Vygotsky,

sehingga dapat membantu guru memberikan contoh dalam menafsirkan

nilai-nilai sosial yang terkandung dalam suatu karya sastra serta menelaah

representasi sosial yang termaktub dalam karya sastra. Selain itu, siswa juga

dapat diajak untuk melakukan refleksi maupun mencermati unsur sosial. Karya

sastra yang digunakan dalam pembelajaran niscaya jadi stimulus yang

memancing siswa untuk memperluas cakrawala pengetahuan melalui teks

bacaan dan praktik. Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti ini bisa

menjadi bahan ajar dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya

materi mengenai apresiasi drama.

48
B. Analisis Data

1. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti

Pada karya sastra fiksi, nilai sosial diambil dari beberapa kutipan

dialog dan kalimat yang terkandung di dalamnya. Dalam analisis nilai

sosial, ditemukan enam bentuk nilai sosial yang terdapat dalam naskah

drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti. Nilai sosial yang diangkat dalam

naskah drama Dhemit erat kaitannya dengan gambaran kehidupan

sehari-hari. Adapun hasil penelitian secara detail akan dipaparkan sebagai

berikut.

a. Kepedulian

Heru Kesawa Murti dalam naskah drama yang ditulisnya banyak

memuat nilai-nilai sosial di antaranya kepedulian. Kepedulian

merupakan afinitas atau ketertarikan untuk membantu orang lain

(Soenarko dan Mujiwati, 2015: 35). Dari definisi tersebut, maka

kepedulian dapat diartikan sebagai sikap memperhatikan sesuatu

dalam kehidupan bermasyarakat.

Data 1
(Sambil menyerahkan berkas rencana kerja) “To the point.
Sebaiknya pohon Preh itu tidak usah ditebang. Dan sebagai
gantinya, kita bikin jembatan masuk ke komplek ini…”
(NDD/NS/KEP/1/03).

“Saya tidak setuju! Itu pembunuhan!” (NDD/NS/KEP/1/04).

49
Data di atas merupakan dialog antara Suli (konsultan) kepada

Rajegwesi (kontraktor) saat berada di daerah lereng bukit yang akan

dibangun kompleks perumahan modern. Pada kutipan dengan kode

data (NDD/NS/KEP/1/03), Suli menjelaskan bentuk kepeduliannya

terhadap kepercayaan masyarakat pada roh yang mendiami pohon

Preh.

Selanjutnya, pada kutipan dengan kode data (NDD/NS/KEP/1/04),

Suli menunjukkan bentuk kepeduliannya terhadap pekerja setempat

yang sakit mendadak namun tetap dipaksa untuk bekerja keras oleh

Rajegwesi.

Pada kedua dialog tersebut, terdapat nilai sosial yang terkandung di

dalamnya yaitu bentuk kepedulian antara manusia dengan manusia.

Nilai sosial tersebut digambarkan dari keserakahan sang kontraktor

yang bersifat kapitalis, Rajegwesi, dalam menangani proyek

pembangunan kompleks perumahan modern di daerah lereng bukit

yang menjadi kontradiktif dengan pemikiran konsultannya, Suli. Hal

tersebut sejalan dengan konsep pendidikan Vygotsky yang

menerapkan teori dialektis yaitu hidup memang penuh dengan

kontradiksi dan manusia harus belajar mengenai apa yang terjadi

ketika kekuatan yang berlawanan saling bertabrakan (Hariana, 2021:

57).

Data 2
“...Jika kita cuma pasif, lalu generasi muda dhemit mau ditaruh di
mana, Lurahe?” (NDD/NS/KEP/2/06).

50
“...Kita harus melihat kenyataan bahwa dhemit sekarang sedang
mengalami distorsi sosial yang gawat sehingga kita harus
menyikapi realitas ini dengan analisa yang jitu...”
(NDD/NS/KEP/2/07).

“...Ini, lihatlah, bagaimana sesungguhnya kerabat kita berjuang


habis-habisan membentengi kita, melawan manusia, membuat
mereka berkelojotan kesakitan.” (NDD/NS/KEP/2/08).

“Gendruwo, jangan cemas. Kita mesti membangun kehidupan yang


rapuh ini. Apa pun dan bagaimanapun adanya. Yang pasti aku
sangat bersyukur, kalian memberikan keikhlasan menjaga Jin
Pohon Preh. Saya tersentuh oleh pengabdian itu…”
(NDD/NS/KEP/2/11).

Data di atas merupakan bentuk kepedulian antara demit dengan

demit. Bentuk kepedulian tersebut diwujudkan oleh pimpinan dan staf

demit. Pada kutipan dengan kode data (NDD/NS/KEP/2/06),

(NDD/NS/KEP/2/07), (NDD/NS/KEP/2/08) dan (NDD/NS/KEP/2/11)

terdapat wujud bentuk kepedulian berupa dialog yang dituturkan oleh

tokoh Wilwo, Genderuwo dan Jin Pohon Preh. Dalam kutipan

tersebut, Wilwo mengimbau para demit bahwa kehidupan para demit

sedang diusik oleh Rajegwesi dan ia menyuarakan bentuk perlawanan

kepada Rajegwesi dan komplotannya. Selanjutnya, tokoh Genderuwo

selaku komandan demit yang menunjukkan sikap prihatinnya

menyikapi kondisi sulit yang dialami para demit. Selanjutnya, tokoh

Jin Pohon Preh selaku pimpinan para demit yang menunjukkan sikap

iba karena keikhlasan akan pengabdian para demit dalam menjaganya.

Data 3

“...Lihatlah, Lurahe, mereka memakan apa saja, gunung, hutan,


pulau, sungai, tanah, telaga dan juga memakan hati nurani mereka
sendiri.” (NDD/NS/KEP/3/11).

51
“Justru karena itu urusan manusia, saya jadi khawatir. Jika alam
mereka kuasai lalu mereka rusak, sehingga karena itu terjadi
bencana, pasti kita lagi yang disalahkan..” (NDD/NS/KEP/3/11).

Data di atas merupakan bentuk kepedulian yang dicerminkan oleh

kaum demit. Bentuk kepedulian tersebut diwujudkan oleh komandan

dan pimpinan demit. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KEP/3/11), terdapat wujud bentuk kepedulian berupa

dialog yang dituturkan oleh tokoh Genderuwo selaku komandan demit

kepada Jin Pohon Preh selaku pimpinan para demit saat berada di

daerah lereng bukit kawasan tempat tinggal Jin Pohon Preh setelah

para demit tercerai berai, terkapar tak berdaya setelah melawan

keberingasan pihak kontraktor.

Pada dialog tersebut terdapat nilai sosial dalam bentuk kepedulian

demit terhadap manusia yang ditunjukkan oleh tokoh Genderuwo

yang menyesalkan tingkah laku kontraktor yang semena-mena dalam

membangun kompleks perumahan modern di daerah lereng bukit

dengan cara menebang pepohonan yang juga merupakan tempat

tinggal para demit.

Tidak hanya menunjukkan sikap kepedulian terhadap manusia,

Genderuwo pun setidaknya berani menyuarakan kepeduliannya

terhadap lingkungan terkait kerakusan Rajegwesi yang telah melalap

gunung, hutan, pulau, sungai, tanah dan telaga yang seharusnya dijaga

kelestariannya (2020).

52
b. Kesopanan

Heru Kesawa Murti dalam naskah drama yang ditulisnya banyak

memuat nilai-nilai sosial di antaranya kesopanan. Kesopanan dapat

diartikan sebagai salah satu faktor penting dalam berbahasa dan

berkomunikasi. Sejalan dengan Kusno (2015: 89) yang

mengemukakan bahwa kesopanan merupakan bentuk adat sopan

santun dalam bertingkah laku maupun dalam bertutur kata yang baik.

Dari definisi tersebut, maka kesopanan dapat didefinisikan sebagai

sikap sopan santun melalui tutur kata baik yang mengaitkan antara

daya dan makna.

Data 1
“...Kita sebagai orang baru di sini, sebaiknya menghargai pemikiran
penduduk di tempat ini.” (NDD/NS/KES/1/03).

Data di atas merupakan bentuk kesopanan yang dicerminkan oleh

seorang konsultan, Suli. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KES/1/03), terdapat wujud bentuk kesopanan antar sesama

manusia berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Suli selaku

konsultan kepada Rajegwesi selaku kontraktor sesaat ketika sedang

berdiskusi terkait pembangunan kompleks perumahan modern di

daerah lereng bukit pedesaan. Pada dialog tersebut terdapat nilai sosial

dalam bentuk kesopanan antara manusia dengan manusia yang

ditunjukkan oleh tokoh Suli yang bersikap humanis dengan

menghargai kepercayaan atau keyakinan penduduk setempat.

53
Data 2
“...Saya kan sudah memperingatkan. Mbok ya diselamati dulu
sebelum nebang…” (NDD/NS/KES/2/14).

“Jin… Pohon…. Preh…. Kini kami…. Datang…. Membawa sesaji


secukupnyaaaaaa……..” (NDD/NS/KES/2/18).

Data di atas merupakan bentuk kesopanan yang dicerminkan oleh

sesepuh desa. Pada kutipan dengan kode data (NDD/NS/KES/2/14)

dan (NDD/NS/KES/2/18) terdapat wujud bentuk kesopanan antara

manusia dengan demit berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh

Sesepuh desa.

Dalam kutipan tersebut, Sesepuh desa kecewa kepada Rajegwesi

yang tidak menghiraukan peringatannya untuk bersikap sopan dan

santun dalam bertindak, termasuk ketika menebang pohon-pohon

yang akan ditebang. Rajegwesi dan kaki tangannya bertindak secara

sesuka hati dan tidak memedulikan saran sesepuh desa. Selanjutnya,

dialog antara Sesepuh Desa kepada pimpinan para demit, Jin Pohon

Preh yang datang menunjukkan sikap unggah-ungguh dengan

membawa sajen sebagai bentuk kesopanan manusia kepada demit.

Data 3
“...Mau ketemu pimpinan para demit itu mesti sopan...”
(NDD/NS/KES/3/04).

54
Data di atas merupakan bentuk kesopanan yang dicerminkan oleh

staf demit, Wilwo. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KES/3/04), terdapat wujud bentuk kesopanan antara demit

dengan demit berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Wilwo kepada

para demit lain yang bermaksud menyambangi tempat tinggal

pimpinan para demit, Jin Pohon Preh, untuk menumpang karena

tempat tinggal para demit telah terlebih dahulu dioyak Rajegwesi dan

kaki tangannya.

Pada dialog tersebut terdapat nilai sosial dalam bentuk kesopanan

antara demit dengan demit yang ditunjukkan oleh tokoh Wilwo

dengan mengingatkan rekan-rekannya untuk bersikap sopan ketika

hendak menemui pimpinan para demit, Jin Pohon Preh.

Data 4
“Bapak Sesepuh Desa yang saya hormati…hasil diskusi kami tadi
menyarankan supaya kita harus saling menghormati kedaulatan dan
kehidupan masing-masing. Jangan saling memangsa, jangan saling
mengganggu ketentraman. Kita harus menghormati. Demikian
hasil keputusan itu. Terima kasih.” (NDD/NS/KES/4/20).

Data di atas merupakan bentuk kesopanan yang dicerminkan oleh

pimpinan para demit, Jin Pohon Preh. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KES/4/20), terdapat wujud bentuk kesopanan antara demit

dengan manusia berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Jin Pohon

Preh kepada Sesepuh Desa melalui raga Pembantu Sesepuh Desa yang

ia rasuki ketika proses diskusi berlangsung mengenai perjanjian yang

harus disepakati oleh kedua belah pihak agar dapat saling

menghormati dan menjaga ketenteraman.

55
c. Tolong-menolong

Pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti setidaknya

banyak memuat nilai-nilai sosial di antaranya tolong-menolong.

Tolong-menolong merupakan salah satu bentuk timbal balik yang

didasarkan adanya rasa peduli terhadap lingkup sosial.

Data 1

“Saya bisa membuktikan kalau Suli digondol demit, pak Rajeg. Dan
saya bisa mengembalikannya hari ini juga….” (NDD/NS/TM/1/14).

Data di atas merupakan bentuk tolong menolong yang dicerminkan

oleh Sesepuh Desa. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/TM/1/14), terdapat wujud bentuk tolong-menolong antar

sesama manusia berupa dialog yang dituturkan oleh Sesepuh Desa

kepada sang kontraktor, Rajegwesi, untuk menyanggah

tuduhan-tuduhan yang terus-menerus dilontarkan Rajegwesi padanya

serta berupaya membuktikan tuturannya bahwa konsultannya, Suli,

hilang diculik demit.

Pada dialog tersebut terdapat nilai sosial dalam bentuk

tolong-menolong antar sesama manusia yang ditunjukkan oleh tokoh

Sesepuh Desa dengan memberikan penawaran bantuan kepada

Rajegwesi agar konsultannya, Suli, dapat ditemukan kembali setelah

sebelumnya hilang secara tiba-tiba ketika sedang bersitegang

dengannya mengenai proyek pembangunan kompleks perumahan

modern.

56
Data 2

“..Beri kami jalan keluar, beri kami petuah, berilah kami petunjuk,
Lurahe.” (NDD/NS/TM/2/07).

“...Baiklah, karena saya ini memang dhemit generasi tua yang baik,
maka, sini saya beri petunjuk…” (NDD/NS/TM/2/07).

“....Gendruwo, tolong, tolong, mereka betul-betul datang. Tolong


Gendruwo, tolong.” (NDD/NS/TM/2/13).

Data di atas merupakan bentuk tolong-menolong yang diwujudkan

oleh kaum demit. Bentuk tolong-menolong tersebut diwujudkan oleh

pimpinan dan staf demit. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/TM/2/07) dan (NDD/NS/TM/2/13) terdapat bentuk

tolong-menolong antara demit dengan demit.

Dalam kutipan tersebut, Egrang memelas memohon pertolongan

pada pimpinannya, Jin Pohon Preh, agar mendapatkan jalan keluar

untuk menyikapi kondisi getir yang menimpa jagat demit karena ulah

manusia. Selanjutnya, tokoh Jin Pohon Preh menunjukkan sikap

kepemimpinannya selaku pimpinan para demit dengan memberi saran

para demit untuk bangkit melawan para manusia yang telah merusak

ekosistem demit dengan menakut-nakuti mereka. Selanjutnya, tokoh

Jin Pohon Preh selaku pimpinan para demit yang sebelumnya bersikap

jemawa dengan berkoar dapat melawan ancaman dan gempuran

kontraktor seorang diri, justru ia kewalahan hingga berteriak meminta

bala bantuan dari bawahannya, Genderuwo.

57
d. Kerja Sama

Pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti setidaknya

banyak memuat nilai-nilai sosial di antaranya kerja sama. Kerja sama

dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah.

Data 1

“...Kamu mesti menelorkan otakmu yang cemerlang. Sebab, selama


ini tidak pernah memuaskan saya.” (NDD/NS/KS/1/02).

“(Setelah membaca surat itu) Pak Rajeg, inilah kesempatan yang


saya tunggu-tunggu. Kalau pak Bupati datang, kita beberkan saja
kesulitan-kesulitan yang kita hadapi ini.” (NDD/NS/KS/1/03).

Data di atas merupakan bentuk kerja sama yang dicerminkan oleh

bangsa manusia. Bentuk kerja sama tersebut diwujudkan oleh sang

kontraktor, Rajegwesi dan konsultannya, Suli. Pada kutipan dengan

kode data (NDD/NS/KS/1/02) dan (NDD/NS/KS/1/03) terdapat wujud

bentuk kerja sama antara manusia dengan manusia berupa dialog yang

dituturkan oleh tokoh Rajegwesi dan Suli.

Dalam kutipan tersebut, Rajegwesi menuntut kerja sama yang

efektif kepada konsultannya, Suli, karena ia (Rajegwesi) tidak

merasakan kepuasan yang utuh dari kinerja konsultannya itu.

Selanjutnya, tokoh Suli yang menunjukkan sikap kooperatif dengan

mengusulkan Rajegwesi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi

kepada Bupati yang akan berkunjung ke proyek pembangunan.

58
Data 2

“...Kita tidak boleh hanya berdiam diri saja melihat kenyataan ini.
Kita mesti mengadakan perlawanan kepada mereka. Harus!”
(NDD/NS/KS/2/06).

“...Kita harus bangkit membuat perhitungan dengan para


manusia...” (NDD/NS/KS/2/11).

“...Para dhemit langsung bersiap mempertahankan diri kembali.”


(NDD/NS/KS/2/12).

“...Kita kokohkan lagi semangat kita dan kita usir jika musuh
datang. Kita singkirkan rasa saling curiga. Kita pertahankan
kekuatan kita ini.” (NDD/NS/KS/2/17).

Data di atas merupakan bentuk kerja sama yang dicerminkan oleh

kaum demit. Pada kutipan dengan kode data (NDD/NS/KS/2/06),

(NDD/NS/KS/2/11), (NDD/NS/KS/2/12) dan (NDD/NS/KS/2/17)

terdapat wujud bentuk kerja sama antara demit dengan demit berupa

kalimat dan dialog yang dituturkan oleh tokoh Genderuwo, Egrang

dan Jin Pohon Preh.

Dalam kutipan tersebut, Gendruwo memotivasi para demit agar

lekas bangkit melawan serta tidak putus asa ketika berada di titik

nadir. Selanjutnya, tidak jauh berbeda dengan sikap yang ditunjukkan

Genderuwo, Egrang pun memotivasi para demit lainnya agar tetap

tegar dan bersiap untuk segera membalas perlakuan keji Rajegwesi

yang telah memorak-porandakan ekosistem demit. Selanjutnya

merupakan sebuah kalimat yang menunjukkan kekompakkan para

demit untuk mempertahankan wilayahnya. Selanjutnya, tokoh Jin

Pohon Preh selaku pimpinan para demit menunjukkan sikap

59
kepemimpinannya dengan tegas untuk memperkuat benteng akhir

pertahanan demit agar kembali kokoh.

e. Kekeluargaan

Pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti setidaknya

banyak memuat nilai-nilai sosial di antaranya kekeluargaan.

Kekeluargaan merupakan suatu bentuk kepedulian yang diciptakan

oleh seseorang atau sekelompok orang agar tercipta hubungan yang

harmoni.

Data 1

“...Sudahlah, terima kodrat itu dengan tulus ikhlas sehingga kelak


kalian bisa dikatakan ‘dhemit yang berbudi luhur’.”
(NDD/NS/KK/1/06).

“...Sebaiknya persoalan yang tampaknya gawat ini kita bicarakan


saja dengan hati yang lapang. Kita bicarakan dengan face to face,
heart to heart. Oke?” (NDD/NS/KK/1/06).

Data di atas merupakan bentuk kekeluargaan yang dicerminkan

oleh kaum demit. Bentuk kerja sama tersebut diwujudkan oleh

pimpinan para demit. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KK/1/06) terdapat wujud bentuk kekeluargaan antar sesama

demit berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Jin Pohon Preh dan

para demit lainnya.

Dalam kutipan tersebut, Jin Pohon Preh selaku pimpinan para

demit berusaha menguatkan para demit dengan cara menerima realita

penggusuran tersebut dengan tulus dan ikhlas demi sebuah gelar

kehormatan “Dhemit yang berbudi luhur”. Selanjutnya, ia selaku

60
pimpinan para demit berupaya menenangkan dan berhasil menemukan

solusi yang tepat agar para demit lebih berkompromi dalam

mengambil suatu keputusan.

Data 2

“...Ketahuilah Sesepuh Desa, meskipun kami ini cuma dhemit,


kami juga menganut azas musyawarah dan mufakat. Artinya segala
keputusan tidak bisa tiba-tiba dilahirkan. Harus dirembuk dengan
staf lainnya. Bersediakah sampeyan menunggu?”
(NDD/NS/KK/2/19).

Data di atas merupakan bentuk kekeluargaan yang dicerminkan

oleh kaum demit. Bentuk kekeluargaan tersebut diwujudkan oleh

pimpinan para demit. Pada kutipan dengan kode data

(NDD/NS/KK/2/19) terdapat wujud bentuk kekeluargaan antara demit

kepada manusia berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Jin Pohon

Preh dan Sesepuh Desa.

Dalam kutipan tersebut, Jin Pohon Preh selaku pimpinan para

demit berdialog dengan Sesepuh Desa melalui medium Pembantu

Sesepuh Desa yang ia rasuki. Jin Pohon Preh mencoba untuk

berkompromi dengan Sesepuh Desa dalam pengambilan suatu

keputusan.

f. Toleransi

Pada naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti setidaknya

banyak memuat nilai-nilai sosial di antaranya toleransi. Menurut Huda

(2015), toleransi merupakan suatu sikap rela menerima orang yang

berseberangan. Dari pengertian tersebut, toleransi dapat dikatakan

61
sebagai bentuk kerukunan antara kelompok masyarakat dalam

memaknai suatu perbedaan.

Data 1

“..Kepada manusia itu, kita harus penuh toleransi..”


(NDD/NS/TL/1/18).

“Baiklah, kalau memang begitu. Tapi kalian sendiri yang membikin


janji lho. Kita memang harus saling menghormati.”
(NDD/NS/TL/1/21)

Data di atas merupakan bentuk toleransi yang dicerminkan oleh

kaum demit. Bentuk toleransi tersebut diwujudkan oleh pimpinan para

demit. Pada kutipan dengan kode data (NDD/NS/TL/1/18) dan

(NDD/NS/TL/1/21) terdapat wujud bentuk toleransi antara demit

dengan manusia berupa dialog yang dituturkan oleh tokoh Jin Pohon

Preh.

Dalam kutipan tersebut, sang pimpinan para demit, Jin Pohon Preh,

menahan Genderuwo seraya menasihati agar dirinya dapat mengontrol

amarahnya ketika menjumpai bangsa manusia, karena tidak semua

manusia memiliki tipikal layaknya Rajegwesi. Pada kutipan

selanjutnya, sang pimpinan para demit, Jin Pohon Preh, mengakhiri

sesi dialog bersama Sesepuh Desa dengan sebuah janji agar saling

menghormati antara demit dengan manusia yang sudah disepakati.

62
2. Relevansi Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit dengan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah

Penelitian ini menggunakan pisau analisis sosiologi sastra yang

ditunjang dengan teori sosiokultural, sehingga dapat membantu guru sebagai

contoh dalam menafsir suatu karya sastra serta menelaah representasi sosial

yang termaktub dalam karya sastra. Selain itu, siswa juga dapat diajak untuk

melakukan refleksi maupun mencermati unsur sosial. Karya sastra yang

digunakan dalam pembelajaran niscaya jadi stimulus yang memancing siswa

untuk memperluas cakrawala pengetahuan melalui teks bacaan dan praktik.

Bahan ajar harus dapat menunjang ketercapaian yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran dan dapat berdampak positif bagi siswa. Maka dari itu,

pembelajaran apresiasi drama di Madrasah Aliah kelas XI disesuaikan dengan

pengembangan silabus kurikulum 2013. Pada pembelajaran apresiasi drama

tercantum pada kompetensi dasar (KD) 3.19 dan 4.19, peserta didik diharapkan

mampu menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton serta

mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan

kebahasaan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori sosiologi sastra Rene

Wellek dan Austin Warren dengan menerapkan salah satu dari ketiga matriks

paradigma yang diklasifikasikan oleh Rene Wellek dan Austin Warren, yaitu

sosiologi karya sastra. Selain itu, dalam penerapan relevansi antara nilai sosial

dengan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI, peneliti mengaplikasikan

teori sosiokultural Lev Vygotsky mengenai akseptasi intelektual individu yang

63
terjadi melalui interpersonal (hubungan dengan lingkup sosial) dan

intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri).

Naskah drama yang digunakan sebagai bahan ajar bagi peserta didik

harus memiliki isi yang baik dan tidak mengandung nilai-nilai negatif dan

menyimpang. Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti merupakan

salah satu tulisan yang berpengaruh positif terhadap pola pikir peserta didik

karena mengandung nilai-nilai sosial. Maka dari itu, naskah drama ini dapat

dianjurkan untuk digunakan sebagai sarana bahan pembelajaran bahasa

Indonesia di Madrasah Aliah.

Tujuan adanya pembelajaran sastra dengan tema sosiologi yaitu agar

peserta didik semakin peka terhadap karya sastra dan peduli akan fenomena

sosial yang dikemas dalam balutan komedi satire atau sindiran terhadap

kasus-kasus pembalakan liar yang kerap terjadi di Nusantara sehingga peserta

didik lebih termotivasi untuk membaca dan mempelajari lebih dalam mengenai

karya sastra dan memetik amanat yang disampaikan penulis mengenai

nilai-nilai sosial.

Pembahasan mengenai naskah drama ini dapat diajarkan pada peserta

didik kelas XI. Materi naskah drama ini terdapat dalam KD 3.19 dan 4.19

dengan materi yang akan dibahas dalam KD tersebut adalah 3.19 Menganalisis

isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton dengan indikator (a)

Menjelaskan isi drama yang dibaca atau ditonton; (b) Mengidentifikasi

kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton; (c) Mendeskripsikan persiapan

64
mementaskan drama. KD 4.19 dengan indikator Mempresentasikan sebuah

naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.

Dari kegiatan KD 3.19 dan 4.19 pendidik dapat menggunakan naskah

drama yang berkaitan dengan lingkungan, salah satunya adalah naskah drama

Dhemit karya Heru Kesawa Murti yang cocok digunakan sebagai sarana bahan

ajar Madrasah Aliah kelas XI karena mengandung banyak nilai-nilai sosial.

Menurut Vygotsky dalam Hariana (2021: 49), pembelajaran memiliki

dasar dalam berinteraksi dengan orang lain. Nilai-nilai sosial yang terdapat

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti, seperti kepedulian,

kesopanan, tolong-menolong, toleransi, kekeluargaan, dan kerja sama sejalan

dengan analogi yang dituturkan Vygotsky.

Bentuk nilai sosial dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti dapat dijadikan sebagai refleksi sosial peserta didik akan peduli terhadap

lingkup sosial. Dari nilai sosial tersebut, peserta didik dapat lebih peka

terhadap fenomena sosial yang terjadi dan mengambil kesimpulan dari kondisi

tersebut. Adapun kutipan terhadap nilai sosial yang dapat dipetik dalam naskah

drama Dhemit dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa Indonesia

Madrasah Aliah sebagai berikut.

65
1. Bentuk Kepedulian

Pada naskah drama Dhemit, Heru Kesawa Murti setidaknya banyak

memuat nilai-nilai sosial di antaranya kepedulian. Bentuk kepedulian dapat

dimaknai sebagai suatu sikap memerhatikan sesuatu di kehidupan

bermasyarakat. Hal tersebut dapat senantiasa menggugah dan menanamkan

rasa peduli peserta didik.

“Oh, hijaunya dedaunan dan hangatnya sinar bulan purnama malam


Jum’at kliwon, telah mereka ganti dengan deru buldozer dan
mesin-mesin. Lihatlah, Lurahe, mereka memakan apa saja, gunung,
hutan, pulau, sungai, tanah, telaga, dan juga memakan hati nurani
mereka sendiri.” (Murti, 1986: 11).

Berdasarkan kutipan di atas, guru dapat mengajarkan kepada peserta

didik mengenai sebuah konteks dan bentuk penyampaian atau gaya bahasa

satire bahwa makhluk halus lebih memiliki rasa empati dan kepedulian

terhadap lingkungan dibandingkan manusia yang seharusnya dapat menjaga

ekologinya, namun justru merusaknya.

2. Bentuk Kesopanan

Heru Kesawa Murti dalam naskah drama Dhemit banyak memuat

nilai-nilai sosial, di antaranya kesopanan. Bentuk kesopanan sendiri dapat

dimaknai sebagai sikap sopan santun melalui tutur kata dan tingkah laku

yang baik. Hal tersebut dapat senantiasa menggugah dan menanamkan sikap

sopan santun peserta didik.

“Bukan begitu, pak Rajeg. Kita sebagai orang baru disini, sebaiknya
menghargai pemikiran penduduk di tempat ini.” (Murti, 1986: 3).

66
Melalui kutipan di atas, digambarkan sikap santun dari tokoh Suli

yang menghargai pemikiran warga setempat terkait penebangan pohon Preh

yang diyakini warga setempat bahwa terdapat sosok yang mendiami pohon

tersebut. Melalui kutipan di atas, peserta didik dapat memelajari indahnya

keberagaman dan saling menghargai satu sama lain.

3. Bentuk Tolong-menolong

Pada naskah drama Dhemit, Heru Kesawa Murti setidaknya banyak

memuat nilai-nilai sosial di antaranya sikap tolong-menolong. Sikap

tolong-menolong dapat dimaknai sebagai bentuk timbal balik yang

didasarkan adanya rasa peduli terhadap lingkup sosial. Hal tersebut dapat

senantiasa menggugah dan menanamkan rasa peduli peserta didik.

“....Gendruwo, tolong, tolong, mereka betul-betul datang.


Tolong Gendruwo, tolong.” (Murti, 1986: 13).

Kutipan di atas menggambarkan sikap tolong-menolong dari tokoh Jin

Pohon Preh. Digambarkan, Jin Pohon Preh yang sedang kewalahan

melawan gempuran manusia hingga berteriak memohon pertolongan pada

bawahannya, Gendruwo. Melalui kutipan tersebut, peserta didik dapat

mempelajari bahwa tidak perlu malu untuk mengucap kata “tolong” kepada

siapapun apabila berada di situasi sulit dan merangsang kepekaan peserta

didik agar ringan tangan atau suka menolong ketika menjumpai orang di

sekitar mengalami kesulitan.

67
4. Bentuk Kerja Sama

Heru Kesawa Murti dalam naskah drama Dhemit banyak memuat

nilai-nilai sosial, di antaranya kerja sama. Bentuk kerja sama sendiri dapat

dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama

dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal tersebut dapat senantiasa

menggugah dan menanamkan sikap sosial peserta didik.

“Pak Rajeg, inilah kesempatan yang saya tunggu-tunggu. Kalau pak


Bupati datang, kita beberkan saja kesulitan-kesulitan yang kita hadapi
ini.” (Murti, 1986: 3).

Kutipan di atas menggambarkan bentuk kerja sama yang dicerminkan

oleh tokoh Suli. Suli menunjukkan sikap kooperatif dengan mengusulkan

Rajegwesi mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi mereka kepada

Bupati yang akan berkunjung ke proyeknya. Melalui kutipan di atas, peserta

didik dapat memetik pembelajaran agar berani untuk mengutarakan

pendapat.

5. Bentuk Kekeluargaan

Pada naskah drama Dhemit, Heru Kesawa Murti setidaknya banyak

memuat nilai-nilai sosial di antaranya sikap kekeluargaan. Sikap

kekeluargaan dapat dimaknai sebagai bentuk kepedulian yang diciptakan

oleh seseorang atau sekelompok orang agar tercipta hubungan yang

harmoni. Hal tersebut dapat senantiasa menggugah dan menanamkan rasa

kasih peserta didik.

“...Sebaiknya persoalan yang tampaknya gawat ini kita bicarakan saja


dengan hati yang lapang. Kita bicarakan dengan face to face, heart to
heart. Oke?” (Murti, 1986: 6).

68
Berdasarkan kutipan di atas, guru dapat mengajarkan kepada peserta

didik mengenai sebuah konteks dan bentuk penyampaian atau gaya bahasa

satire bahwa makhluk halus memiliki rasa kekeluargaan dalam menyikapi

sebuah persoalan yang seharusnya dimiliki oleh tiap manusia ketika

menjumpai suatu permasalahan.

6. Bentuk Toleransi

Heru Kesawa Murti dalam naskah drama Dhemit banyak memuat

nilai-nilai sosial, di antaranya toleransi. Bentuk toleransi sendiri dapat

dimaknai sebagai sikap rela menerima orang yang berseberangan. Hal

tersebut dapat senantiasa menggugah dan menanamkan sikap toleransi

peserta didik.

“..Kepada manusia itu, kita harus penuh toleransi..” (Murti, 1986: 13).

Berdasarkan kutipan di atas, guru dapat mengajarkan kepada peserta

didik mengenai sebuah konteks dan bentuk penyampaian atau gaya bahasa

satire bahwa makhluk halus pun memiliki rasa toleransi, hal tersebut pula

yang harus dimiliki peserta didik ketika menjumpai sebuah perbedaan dan

keberagaman.

69
BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan temuan hasil analisis mengenai nilai sosial yang ada

dalam naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti dan relevansinya

terhadap pembelajaran di Madrasah Aliah, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit karya Heru Kesawa

Murti

Berdasarkan hasil analisis nilai sosial yang terkandung dalam

naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti, dapat disimpulkan

bahwasanya terdapat sejumlah 28 data yang kemudian diklasifikasikan

menjadi 6 bentuk nilai sosial di antara lain, yaitu bentuk kepedulian,

bentuk kesopanan, bentuk tolong-menolong, bentuk kerja sama, bentuk

kekeluargaan, dan bentuk toleransi. Dalam bentuk kepedulian terdapat 8

temuan data. Dalam bentuk kesopanan terdapat 5 temuan data. Dalam

bentuk tolong-menolong terdapat 4 temuan data. Dalam bentuk kerja

sama terdapat 6 temuan data. Dalam bentuk kekeluargaan terdapat 3

temuan data. Dalam bentuk toleransi terdapat 2 temuan data.

70
2. Relevansi Nilai Sosial dalam Naskah Drama Dhemit dengan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Aliah

Penelitian yang melibatkan suatu naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti ini dapat direlevansikan dalam pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di Madrasah Aliah kelas XI sesuai dengan KD 3.19

dan 4.19 dalam menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca

atau ditonton serta mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan

memerhatikan isi dan kebahasaan. Naskah drama Dhemit karya Heru

Kesawa Murti ini dapat menjadi bahan ajar dalam menafsirkan karya

sastra dan menelaah representasi sosial yang termaktub dalam karya

sastra sebagai pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya materi

mengenai apresiasi drama.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini mengungkapkan adanya nilai sosial dalam

naskah drama sebagai bahan ajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Naskah

drama Dhemit dapat digunakan sebagai pembelajaran bahasa Indonesia

materi apresiasi drama di Madrasah Aliah kelas XI berdasarkan silabus

kurikulum 2013 pada kompetensi dasar 3.19 dan 4.19 yaitu menganalisis

isi dan kebahasaan drama serta mendemonstrasikan sebuah naskah drama.

Melalui KD tersebut, peserta didik dapat menangkap nilai-nilai sosial yang

diselipkan pengarang dalam naskah drama serta mengaitkannya dengan

keadaan yang ada.

71
Nilai sosial yang terkandung dalam naskah drama Dhemit karya

Heru Kesawa Murti dapat menjadi bahan ajar materi apresiasi drama di

Madrasah Aliah. Sebab dalam naskah drama ini setidaknya banyak

mengandung nilai sosial. Nilai sosial tersebut merupakan representasi

sosial dan dapat memancing siswa untuk menelaah dan mencermati

apresiasi drama. Harapannya, pembelajaran apresiasi drama dapat menjadi

sarana pembelajaran yang mengasyikkan, selain itu sebagai sarana untuk

mengenalkan betapa pentingnya peduli sosial.

C. Saran

Berdasarkan uraian simpulan di atas dapat menambah referensi

sebagai bahan pembelajaran apresiasi drama di Madrasah Aliah.

Harapannya, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan maupun

bandingan dalam penelitian serupa, utamanya dalam penelitian yang

menggunakan naskah drama sebagai objek penelitian.

72
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. 2013. Pengantar Filsafat Nilai. 1st ed. Bandung, Jawa Barat:
Pustaka Setia.
Anwar, Febrina, dan Akhmad Syam. 2018. “Kritik Sosial dalam Naskah Drama
Alangkah Lucunya Negeri Ini karya Deddy Mizwar.” Jurnal Bahasa dan
Sastra 3 (6): 1.
Astuti, Rr D. 2016. “Nilai Sosial dalam Novel Gadis Pantai karya Pramoedya
Ananta Toer.” Jurnal Pesona 2 (Januari): 2.
Belseran, Christ. 2021. “Sabuai Banjir Kala Hutan Hancur, Pengusaha Pembalak
Liar Kena Vonis Ringan.” Mongabay.
Endraswara, Suwardi. 2013. Sosiologi Sastra Studi, Teori dan Interpretasi.
Yogyakarta, D.I.Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Grebstein, Sheldon N. 2008. Perspectives in Contemporary Criticism: A
Collection of Recent Essays. Digital ed. New York, New York: Harper &
Row.
Hawa, Masnuatul. 2019. “Pengembangan Model Pembelajaran Sosiologi Sastra
Dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kecerdasan Spiritual
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi Swasta Jawa Timur.” Disertasi, 17.
Indarwaty, Henny. 2013. “Nilai Sosial dalam Keluarga Cemara karya Arswendo
Atmowiloto dan Little House karya Laura Ingalls Wilder: Kajian
Perbandingan Sastra Anak.” Tesis, 25.
Iswantara, Nur. 2016. Drama: Teori dan Praktik Seni Peran. 1st ed. Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta: Media Kreatifa.
Kusuma, Muhammad A. 2021. “Nilai-Nilai Sosial pada Tari Budhe-Budhe Centil
di Industri Hiburan Hori Art & Entertainment.” Skripsi, 11.
Mardiko, Joko. 2018. “Konsep Pendidikan dalam Karya-Karya Andrea Hirata:
Kajian Sosiologi Sastra.” Tesis, 14-15.
Melati, Adinda F. 2021. “Makna Simbol dalam Naskah Drama Dhemit Karya
Heru Kesawa Murti: Tinjauan Semiotika.” Prosiding Seminar,
(December), 11-12.
Miles, Matthew B., dan A. M. Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif : Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta, DKI Jakarta: UI Press.
Murti, Heru K. 1986. Dhemit. Yogyakarta, DI Yogyakarta: Teater Gandrik.
Naskah Drama.
Musfiqon, and Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. 1st ed.
Yogyakarta, DI Yogyakarta: Nizamia Learning Center.
Nisak, Choirun. 2017. “Sosiokultural dalam Implementasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar.” Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, (October), 6.

73
Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian
Pendidikan Bahasa. Surakarta, Jawa Tengah: Cakra Books.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta: UGM Press.
Oemarjati, Boen S. 1971. Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia. Jakarta, DKI
Jakarta: Gunung Agung.
PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). 2022.
“Kompas.com.” Patroli Gabungan Temukan Aktivitas Pembalakan Liar di
Hutan Lindung Sumbawa (Sumbawa), June Tuesday, 2022.
Radhika, Fikar. 2018. “Nilai Sosial Budaya Jawa dalam Novel Ahmad Tohari
(Kajian Sosiologi Sastra)).” Tesis, 55.
Rahardjo, Mudjia. 2010. “Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif.” GEMA Media
Informasi dan Kebijakan Kampus, (October).
Rahmanto, Bernardus. 1993. Metode pengajaran sastra: pegangan guru pengajar
sastra. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Ratna, Nyoman K. 2011. Teori, metode & teknik penelitian sastra: dari
strukturalisme hingga postrukturalisme : perspektif wacana naratif.
Yogyakarta, DI Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridho, Muhammad. 2018. “Nilai-nilai Sosial dalam Naskah Drama "Balada
Sumarah" Karya Tentrem Lestari.” Skripsi, 2.
Risdi, Ahmad. 2019. Nilai-Nilai Sosial: Tinjauan dari Sebuah Novel. Pertama ed.
Metro, Lampung: CV. IQRO.
Satoto, Soediro. 2012. Analisis drama & teater. 1st ed. Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Schaefer, Richard T. 2012. Sosiologi: Sociology. Translated by Anton Novenanto
dan Diah T. Dwiandani. 12th ed. Jakarta, DKI Jakarta: Salemba
Humanika.
Semi, M. A. 2013. Kritik Sastra. Bandung, Jawa Barat: Angkasa.
Siyoto, Sandu, dan Ali Sodik. 2015. DASAR METODOLOGI PENELITIAN.
Edited by Ayup. 1st ed. Yogyakarta, DI Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Sugiyono. 2020. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, West Java: Alfabeta.
Sutejo, dan Kasnadi. 2016. Sosiologi Sastra Menguak Dimensionalitas Sosial
dalam Sastra. 1st ed. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta:
TERAKATA.
“Teori Kultur.” n.d. In Teori Kultural (Sosiokultural, Lev Vygotsky), 2.
Yogyakarta, DI Yogyakarta: UNY Press.
Ummah, Lulu F. 2021. “Konflik Sosial dalam Novel Lampuki karya Arafat Nur
dan Tanah Tabu karya Anindita Siswanto. Thayf: Tinjauan Sosiologi
Sastra.” Tesis, 14.

74
Waluyo, Herman J. 2007. Drama naskah, pementasan, dan pengajarannya.
Cetakan 1 ed. Surakarta, Jawa Tengah: Lembaga Pengembangan
Pendidikan Pendidikan (LPP).
Wellek, Rene, dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh
Melani Budianta. Jakarta, DKI Jakarta: Pustaka Utama.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia.
Yogyakarta, DI Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Yulianeta. 2016. “IDEOLOGI GENDER DALAM NOVEL INDONESIA:
Tinjauan Sosiologi Sastra dengan Perspektif Gender terhadap Novel-Novel
Era Reformasi.” Disertasi, 41.

75
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


MAS SYAMSUL QOHHAR
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Semester : Ganjil
Kelas : XI Alokasi Waktu : 4 JP
Materi Pokok : Apresiasi dan Pementasan Drama
A. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator

3.19 Menganalisis isi dan - Menjelaskan isi drama yang dibaca atau
kebahasaan drama yang dibaca ditonton.
atau ditonton.
- Mengidentifikasi kebahasaan drama yang
dibaca atau ditonton.
- Mendeskripsikan persiapan mementaskan
drama.

4.19 Mendemonstrasikan sebuah - Mempresentasikan sebuah naskah drama


naskah drama dengan dengan memerhatikan isi dan kebahasaan.
memerhatikan isi dan kebahasaan.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
● Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, berdasarkan rasa ingin tahu peserta didik tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusia, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada
bidang kajian materi drama yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
● Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari materi drama yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.
C. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR
- Media : Lembar Penilaian, YouTube, Naskah Drama, LKS, PowerPoint.
- Alat : Proyektor dan Laptop.
- Internet : https://youtu.be/ytplwOlvHFQ

76
D. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan - Peserta didik memberi salam dan berdoa.


- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi motivasi
(yel-yel).
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik
yang akan diajarkan.
- Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah
pembelajaran.

Kegiatan Inti Pertemuan 1


- Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat,
mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi
tayangan dan bahan bacaan terkait materi Apresiasi dan Pementasan
Drama.
- Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus
tetap berkaitan dengan materi Apresiasi dan Pementasan Drama.
Pertemuan 2
- Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang,
dan saling bertukar informasi mengenai Apresiasi dan Pementasan
Drama.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu
secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu
yang mempresentasikan.
- Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang
telah dipelajari terkait Apresiasi dan Pementasan Drama Peserta didik
kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang
belum dipahami.

Penutup - Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar.


- Guru memberikan penilaian lisan secara acak dan singkat.
- Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya dan berdoa
E. PENILAIAN
- Penilaian Sikap : Lembar Pengamatan;
- Penilaian Pengetahuan : Lembar Kerja Peserta Didik
- Penilaian Keterampilan : Kinerja & Observasi Diskusi

Bogor, Juli 2022

Mengetahui,
Kepala Madrasah Guru Pengampu

77
Lampiran 2 Temuan Data

No Bentuk Nilai Kutipan Kode Data Jumlah


Sosial Data

1 Kepedulian “To the point. Sebaiknya 8 Data


pohon Preh itu tidak
usah ditebang. Dan
sebagai gantinya, kita NDD/NS/KEP/1/03
bikin jembatan masuk ke
komplek ini…”
(NDD/NS/KEP/1/03).

“Saya tidak setuju! Itu


pembunuhan!” NDD/NS/KEP/1/04
(NDD/NS/KEP/1/04).

“...Jika kita cuma pasif,


lalu generasi muda
dhemit mau ditaruh di NDD/NS/KEP/2/06
mana, Lurahe?”
(NDD/NS/KEP/2/06).

“...Kita harus melihat


kenyataan bahwa dhemit
sekarang sedang
mengalami distorsi
sosial yang gawat NDD/NS/KEP/2/07
sehingga kita harus
menyikapi realitas ini
dengan analisa yang
jitu...”
(NDD/NS/KEP/2/07).

“...Ini, lihatlah,
bagaimana
sesungguhnya kerabat
kita berjuang
habis-habisan NDD/NS/KEP/2/08
membentengi kita,
melawan manusia,
membuat mereka
berkelojotan kesakitan.”
(NDD/NS/KEP/2/08).

78
“Gendruwo, jangan
cemas. Kita mesti
membangun kehidupan
yang rapuh ini. Apa pun
dan bagaimanapun NDD/NS/KEP/2/11
adanya. Yang pasti aku
sangat bersyukur, kalian
memberikan keikhlasan
menjaga Jin Pohon Preh.
Saya tersentuh oleh
pengabdian itu…”
(NDD/NS/KEP/2/11).

“...Lihatlah, Lurahe,
mereka memakan apa
saja, gunung, hutan,
pulau, sungai, tanah,
telaga dan juga
memakan hati nurani
mereka sendiri.”
(NDD/NS/KEP/3/11).
NDD/NS/KEP/3/11
“Justru karena itu urusan
manusia, saya jadi
khawatir. Jika alam
mereka kuasai lalu
mereka rusak, sehingga
karena itu terjadi
bencana, pasti kita lagi
yang disalahkan..”
(NDD/NS/KEP/3/11).

2 Kesopanan “...Kita sebagai orang 5 Data


baru di sini, sebaiknya
menghargai pemikiran NDD/NS/KES/1/03
penduduk di tempat ini.”
(NDD/NS/KES/1/03).

“...Saya kan sudah


memperingatkan. Mbok
ya diselamati dulu NDD/NS/KES/2/14
sebelum nebang…”
(NDD/NS/KES/2/14).

79
“Jin… Pohon…. Preh….
Kini kami…. Datang….
Membawa sesaji NDD/NS/KES/2/18
secukupnyaaaaaa….”
(NDD/NS/KES/2/18).

“...Mau ketemu
pimpinan para demit itu NDD/NS/KES/3/04
mesti sopan...”
(NDD/NS/KES/3/04).

“Bapak Sesepuh Desa


yang saya
hormati…hasil diskusi
kami tadi menyarankan
supaya kita harus saling
menghormati kedaulatan
dan kehidupan NDD/NS/KES/4/20
masing-masing. Jangan
saling memangsa,
jangan saling
mengganggu
ketentraman. Kita harus
menghormati. Demikian
hasil keputusan itu.
Terima kasih.”
(NDD/NS/KES/4/20).

3 Tolong- “Saya bisa membuktikan 4 Data


menolong kalau Suli digondol
demit, pak Rajeg. Dan
saya bisa NDD/NS/TM/1/14
mengembalikannya hari
ini juga….”
(NDD/NS/TM/1/14).

“..Beri kami jalan


keluar, beri kami petuah,
berilah kami petunjuk,
Lurahe.”
(NDD/NS/TM/2/07).
NDD/NS/TM/2/07
“...Baiklah, karena saya
ini memang dhemit
generasi tua yang baik,

80
maka, sini saya beri
petunjuk…”
(NDD/NS/TM/2/07).

“....Gendruwo, tolong,
tolong, mereka
betul-betul datang. NDD/NS/TM/2/13
Tolong Gendruwo,
tolong.”
(NDD/NS/TM/2/13).

4 Kerja Sama “...Kamu mesti 6 Data


menelorkan otakmu
yang cemerlang. Sebab,
selama ini tidak pernah NDD/NS/KS/1/02
memuaskan saya.”
(NDD/NS/KS/1/02).

“(Setelah membaca surat


itu) Pak Rajeg, inilah
kesempatan yang saya
tunggu-tunggu. Kalau
pak Bupati datang, kita NDD/NS/KS/1/03
beberkan saja
kesulitan-kesulitan yang
kita hadapi ini.”
(NDD/NS/KS/1/03).

“...Kita tidak boleh


hanya berdiam diri saja
melihat kenyataan ini.
Kita mesti mengadakan NDD/NS/KS/2/06
perlawanan kepada
mereka. Harus!”
(NDD/NS/KS/2/06).

“...Kita harus bangkit


membuat perhitungan
dengan para manusia...” NDD/NS/KS/2/11
(NDD/NS/KS/2/11).

“...Para dhemit langsung


bersiap mempertahankan
diri kembali.” NDD/NS/KS/2/12
(NDD/NS/KS/2/12).

81
“...Kita kokohkan lagi
semangat kita dan kita
usir jika musuh datang.
Kita singkirkan rasa NDD/NS/KS/2/17
saling curiga. Kita
pertahankan kekuatan
kita ini.”
(NDD/NS/KS/2/17).

5 Kekeluargaan “...Sudahlah, terima 3 Data


kodrat itu dengan tulus
ikhlas sehingga kelak
kalian bisa dikatakan
‘dhemit yang berbudi
luhur’.”
(NDD/NS/KK/1/06).
NDD/NS/KK/1/06
“...Sebaiknya persoalan
yang tampaknya gawat
ini kita bicarakan saja
dengan hati yang lapang.
Kita bicarakan dengan
face to face, heart to
heart. Oke?”
(NDD/NS/KK/1/06).

“...Ketahuilah Sesepuh
Desa, meskipun kami ini
cuma dhemit, kami juga
menganut azas
musyawarah dan
mufakat. Artinya segala NDD/NS/KS/2/19
keputusan tidak bisa
tiba-tiba dilahirkan.
Harus dirembuk dengan
staf lainnya.
Bersediakah sampeyan
menunggu?”
(NDD/NS/KK/2/19).

6 Toleransi “..Kepada manusia itu, 2 Data


kita harus penuh
toleransi..” NDD/NS/TL/1/18
(NDD/NS/TL/1/18).

82
“Baiklah, kalau
memang begitu. Tapi
kalian sendiri yang
membikin janji lho. Kita NDD/NS/TL/1/21
memang harus saling
menghormati.”
(NDD/NS/TL/1/21)

83
Lampiran 3 Sinopsis Naskah Drama Dhemit

Naskah drama Dhemit karya Heru Kesawa Murti menceritakan tentang

sekelompok demit yang tempat tinggalnya mulai terusik oleh kehadiran manusia.

Para demit bergerak tergesa menghadap Jin Pohon Preh selaku pimpinan para

demit. Mereka membicarakan rencana manusia yang bermaksud menebang pohon

Preh, takhta pimpinan kelompok demit tempat pengungsian para makhluk halus

yang kena gusur. Celakanya, beberapa pohon besar lainnya yang juga menjadi

tempat tinggal kaum demit telah digusur oleh Rajegwesi, selaku kontraktor

pimpinan proyek. Karena merasa terancam, demit lalu beraksi dan berusaha

melawan. Mereka mencoba menggagalkan proyek pembangunan yang bakal

melenyapkan tempat tinggal mereka dengan mengganggu para pekerja. Beberapa

pekerja tiba-tiba sakit, sementara Suli, selaku konsultan Rajegwesi telah diculik

oleh Sawan, demit yang bertugas menyebarkan penyakit. Demit-demit bersikukuh

mempertahankan pohon Preh yaitu satu-satunya menjadi istana bagi mereka. Tak

heran bila buldoser bahkan tak sanggup menumbangkannya. Namun, Rajegwesi

tetap enggan memercayai eksistensi demit. Ia pun lalu menuduh bahwa Sesepuh

Desa sebagai dalang dari hilangnya Suli. Dengan culasnya, Rajegwesi

meruntuhkan semua tempat, termasuk pohon Preh yang sulit ditumbangkan,

menggunakan sebuah dinamit. Manusia akhirnya menuai keserakahan. Sang

kontraktor pun mati tertimpa pohon Preh yang ia ledakkan menggunakan dinamit.

84
Lampiran 4 Naskah Drama Dhemit

DHEMIT

Karya : Heru Kesawa Murti

Tokoh

Rajegwesi Kontraktor yang rasional tapi angkuh.

Suli Konsultan yang tertekan.

Sesepuh Desa Warga desa yang berusaha jujur.

Pembantu Sesepuh Desa Pembantu yang polos.

Jin Pohon Preh Pimpinan para dhemit yang konsisten.

Gendruwo Komandan dhemit yang terbuka tapi temperamental.

Wilwo Dhemit yang berlagak cerdas

Egrang Dhemit yang suka mengeluh

Kuntilanak Dhemit penggoda

Sawan Dhemit penyebar penyakit

85
Bagian Satu

Pohon yang tersebar di lereng bukit itu ditebangi, membuat para dhemit penghuni
pohon itu tercerai berai, jacau tidak keruan. Tempat tinggal mereka telah digusur.

Di daerah lereng bukit itu memang segera akan dibangun kompleks perumahan
modern. Oleh karenanya kawasan yang bagus itu mesti bersih. Dibersihkan. Para
dhemit akhirnya lari tunggang langgang, sementara traktor dan gergaji mesin tak
henti-hentinya menderu, meraung-raung merobohkan pepohonan tanpa peduli
sama sekali.

Para dhemit mengerang, kecewa, marah dan terancam.

PARA DHEMIT
(Dengan koor)
Araketa Malaekat kalayan nambang,
Sedaya rupa peksi nucuki lara utawa impen ala
Upamane sedaya yekti cinucuk sirna
Rampas, papas, wus titi...........

Erangan dalam irama itu berlanjut kacau balau. Kali ini diikuti oleh karyawan
proyek pembukaan kawasan itu. Suara-suara yang menyayat hati. Para karyawan
itu tiba-tiba terserang musibah penyakit dengan mendadak.

Rajegwesi, kontraktor yang memimpin pembukaan kawasan itu sedang


menghadapi Suli, staf ahli yang dikontrak dan dipercayainya. Agaknya Rajegwesi
tengah kacau benaknya.

RAJEGWESI
Suli ! Edan. Edan kamu. Kamu ini bukan juru tulis, tapi konsultan saya. Jadi tidak
hanya bermodal rajin saja. Kamu mesti menelorkan otakmu yang cemerlang.
Sebab selama ini tidak pernah memuaskan saya.
SULI
O, jadi selama ini pak Rajeg belum pernah merasa puas ya? Ngomong, pak Rajeg.

86
RAJEGWESI
Ya, kadang-kadang puas, ya kadang-kadang tidak. Sering tidaknya. Suli, kamu
selama ini belum pernah ikut memecahkan masalah mendesak proyek kita ini.
Yang kamu pecahkan hanya masalah teknis melulu. Tapi bagaimana dengan
penduduk desa yang berbondong-bondong ke sini minta pekerjaan, kamu ikut
memecahkan apa ? Tidak ! Terus soal pekerja-pekerja yang mendadak sakit, soal
pohon Preh 2 yang sulit ditebang, kamu ikut menyelesaikan apa ? Juga tidak !
SULI
Pak Rajeg, jangan hanya menyalahkan saya. Pak Rajeg tahu, tanah di kawasan ini
labil. Gampang longsor. Saya sudah mengusulkan agar dibuat sistem terasering.
Dan soal pohon Preh itu memang sulit ditebang, meskipun sudah menggunakan
traktor.
RAJEGWESI
Itu artinya kamu percaya dengan pemikiran penduduk desa.
SULI
Bukan begitu, pak Rajeg. Kita sebagai orang baru di sini, sebaiknya menghargai
pemikiran penduduk di tempat ini.
RAJEGWESI
Sama saja ! Artinya kamu sama dengan mereka, percaya bahwa pohon Preh itu
ada penunggunya. Ada dhemitnya. Katanya insinyur, lha kok percaya dhemit.
Katanya jujur, lha kok nggapit?
SULI
Baiklah, pak Rajeg. Bapak boleh tidak percaya kepada saya. Saya tidak akan sakit
hati. Tapi saya masih punya cara lain yang bisa digunakan untuk proyek kita ini.
RAJEGWESI
Soal teori, saya percaya kamu bisa canggih menggunakannya. Tapi yang penting
prakteknya. Buktikan cocok tidak dengan proyek kita ini.

87
SULI
(Sambil menyerahkan berkas rencana kerja) To the point. Sebaiknya pohon Preh
itu tidak usah ditebang. Dan sebagai gantinya, kita bikin jembatan masuk ke
kompleks ini. Toh membuat jembatan itu sudah ada dalam DIP, Daftar Isian
Proyek. Dan sudah dianggarkan.
RAJEGWESI
Kalau cuma usulan seperti itu saja, saya bisa. Lha saya ini pemborongnya. Saya
ini ikut mempengaruhi pembuatan DIP itu kok.
SULI
Kalau begitu tidak ada masalah kan ?
RAJEGWESI
Lha kok tidak ada masalah bagaimana ? Kalau jembatan itu jadi dibuat, saya tidak
bisa ngunthet. Lumayan lho ngunthet jembatan itu.
SULI
Tapi ingat pak Rajeg, proyek ini proyek besar. Perintis untuk yang lain. Dan pak
Rajeg kontraktor dikenal sebagai kontraktor bonafid. Saya sendiri sebagai
konsultan berharap dan ingin proyek ini betul-betul bisa berhasil baik.
RAJEGWESI
Tapi ingat, kamu ini konsultan saya. Artinya manut6 saya. Kontraktor untung,
konsultan bikin yang untung.
SULI
Tapi pak Rajeg harus ingat akibatnya nanti.
RAJEGWESI
Akibatnya, nanti. Yang penting untung, sekarang. Tidak usah banyak omong, yang
penting ini ! Surat dari Kabupaten. (Menyerahkan surat itu)
SULI
(Setelah membaca surat itu) Pak Rajeg, inilah kesempatan yang saya
tunggu-tunggu. Kalau pak Bupati datang kita beberkan saja kesulitan-kesulitan
yang kita hadapi ini.

88
RAJEGWESI
(Langsung gusar, marah) Goblog ! Itu namanya cari penyakit. Sama pak Bupati
dan kanca- kancanya itu, ngomong saja yang baik-baik. Kejelekan itu perkara
intern. Dan masalah ini sebenarnya bukan tugasmu. Tugasmu memecahkan semua
persoalan yang kita hadapi yang non-Bupati. Termasuk para pekerja yang sakit
mendadak itu. Selesaikan dengan cata yang tepat dan murah. Aku punya usul,
bagaimana kalau para pekerja yang sakit mendadk itu kita make up saja
wajahnya? Biar kelihatan waras. Sehat. Lantas mereka kita suruh mereka kerja
keras saat kunjungan Bupati itu. Habis itu mati nggak apa-apa.
SULI
Saya tidak setuju ! Itu pembunuhan !
RAJEGWESI
Tapi untung, Suli. Sudah ! Sejak tadi kamu Cuma ngomong terus. Padahal
persiapan kunjungan itu sama sekali belum ada, belum disiapkan. Sekarang
tugasmu, bikinkan aku teks pidato penyambutan.
SULI
Tidak bisa, pak Rajeg. Itu bukan wewenang saya, bukan bidang saya. Sebaiknya
pak Rajeg mencari tenaga khusus untuk membuat teks pidato. Bukan terus saya,
pak Rajeg.

Tiba-tiba Suli lenyap. Dhemit Sawan yang menculik perempuan itu, segera lalu
cepat-cepat menghilang. Rajegwesi kebingungan kehilangan konsultannya itu.

RAJEGWESI
Sepertinya kamu ini tidak tahu saja. Ini namanya poembatasan tenaga kerja. Jadi
kamu.....kamu..... ka. mu. Lho Suli. Suli. Suli. Ini, ini pasti sulapan.

Rajegwesi langsung pergi mencari Suli dengan kebingungan dan ketakutan yang
ditahan.

89
Bagian Dua

Pohon Preh menjulang ke angkasa. Suatu ketika, di alam lain, di alam para
dhemit, datang berbondong-bondong para dhemit, Wilwo, Egrang, Gendruwo
dan Kuntilanak, ke tempat tinggal Jin Pohon Preh. Mereka berniat melapor
tentang digusurnya para dhemit dan jagat dhemit yang tengah dirusak
manusia.

Sampai di tempat tinggal Jin Pohon Preh, mereka langsung mengungkapkan


kegelisahan, kemarahan dan kecemasan mereka.

WILWO
(Kepada para dhemit) Katanya kalian ini dhemit priyayi, lha kok urakan? Mau
ketemu pimpinan para dhemit itu mesti sopan. Ada buku tamu ya diisi. Ada
Satpam ya lapor dulu.
GENDRUWO
Apa kamu bilang ? He, kenapa omonganmu sekarang jadi seperti itu ? Kita ini
baru kena musibah. Teman-teman kita banyak yang menderita. Ini keadaan
darurat, kok masih sempat- sempatnya kamu bicara birokratis seperti itu.
Memangnya kamu ini sudah kangslupan manusia ?
WILWO
Wo, edan ki ! Bicaramu tiba-tiba kok kekiri-kirian?
GENDRUWO
Apa ? Kekiri-kirian ? Ketahuilah, kekiri-kirikan, kekanan-kananan itu istilah
buatan manusia dari dunia kasar. Kita, kaum dhemit, tidak mengenal istilah
semcam itu. Sebab dhemit adalah universal!
EGRANG
Kita ini baru terdesak. Elu tahu ? Elu nggak usah banyak bacot14 ! Ayo, langsung
saja kita dobrak rumah Jin Pohon Preh !

90
GENDRUWO, EGRANG, WILSO, KUNTILANAK
(Serentak bersama-sama) Aaaaaa.............. Auuuuuuuuu......
Aaauuuuhhhhh...................

Mereka mendobrak tempat tinggal Jin Pohon Preh. Jin Pohon Preh lalu
muncul, menghadapi mereka.

JIN POHON PREH


Siapa yang mengganggu kenyamanan istirahat saya ? Siapa yang mengusik
ketentraman saya?
GENDRUWO
(Dengan penuh hormat) Saya Lurahe. Saya Gendruwo.
WILWO
Saya Wilwo.
EGRANG
Saya Egrang.
KUNTILANAK
Kuntilanak saya.
JIN POHON PREH
Wo walaaahhhh........ Ternyata kanca sendiri, tiwas diangker-angkerke. Ada
persoalan apa, lha kok berteriak-teriak ?
GENDRUWO
Aduh katiwasan, Lurahe. Para manusia telah memporak porandakan tempat tinggal kami,
para dhemit.
WILWO
Benar, Lurahe. Ekologi para dhemit telah dinyanyah-nyunyah oleh bangsa
manusia.
EGRANG
Tempat tinggal para dhemit sudah ludes semuanya.
GENDRUWO
Kita digusur, Lurahe.

91
WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
Betul, Lurahe. Kita digusur. Kita sudah digusur. Digusur. Digusur. Digusur.
JIN POHON PREH
Digusur ? Digusur ? Lha ya pindah ta. Bukankah jagad kita ini luasnya bukan kepalang.
Apalagi kalian ini Cuma dhemit. Tugas kalian ini memang harus senantiasa menyediakan
diri untuk digusur-gusur melulu. Lha wong manusia saja bisa dengan gampang
dibegitukan kok. Sudahlah, terima kodrat itu dengan tulus ikhlas sehingga kelak kalian
bisa dikatakan “Dhemit yang berbudi luhur”.
GENDRUWO
Tapi harga diri kita, Lurahe. Kita tidak boleh hanya berdiam diri saja melihat kenyataan
ini. kita mesti mengadakan perlawanan kepada mereka. Harus !
WILWO
Benar, Lurahe. Jika kita Cuma pasif, lalu generasi muda dhemit mau ditaruh di mana.
Lurahe?
EGRANG
Lantas kita ini mau tinggal di mana dong?
JIN POHON PREH
(Sambil ketawa geli) Kalian ini lho, dhemit kok heroik banget. Sebaiknya
persoalan yang tampaknya gawat ini kita bnicarakan saja dengan hati yang lapang.
Kita bicarakan dengan face to face, heart to heart. Oke ?
GENDRUWO, EGRANG, WILWO, KUNTILANAK
(Serentak) Okeeeee............
JIN POHON PREH
Nah, mestinya begitu. Kompal. Persis penataran. Sekarang bicaralah yang gamblang. Apa
mau kalian ?
WILWO
(Mantap dan yakin) Jadi begini, Lurahe. Berdasarkan yang kami lihat sendiri dengan
mata telanjang, bahwa dengan berbagai sudut pandang dan segala cara pendekatan beserta
pisau analisis kami.......
KUNTILANAK
(Langsung menyambung dengan mantap) Tindakan manusia dari dunia kasar itu sudah
tidak lagi mengindahkan pertimbangan-pertimbangan etis dalam kerangka pemikiran dan
pranata sosial para dhemit, menurut.......

92
EGRANG
(Langsung menyambung dengan gayanya sendiri) Saya mencoba mempertajam
benang merah saudara Wilwo ini, bahwasanya status quo tatanan para dhemit
punya aspek kultural historis, secara eksplisit, persuasif, koheren,.......
JIN POHON PREH
(Langsung menghentikan) Stooooop!!! Kamu ini ngomong apa ? Omongan kalian
kokmalah berbusa-busa tidak karuan. Ingat, kalian ini cuma dhemit staf lho.
Kodrat kalian itu bicaranya yang sederhana, syukur bisa mencerminkan ketololan
kalian. Ayo, sekarang ngomong yang simpel.
WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
Begini, Lurahe, kami mau numpang.
JIN POHON PREH
Nah, begitu saja kan bisa.
GENDRUWO
He.... he.... he, tidak sesederhana itu, Lurahe. Kita harus melihat kenyataan bahwa
dhemit sekarang sedang mengalami distorsi sosial yang gawat sehingga kita harus
menyikapi realitas ini dengan analisa yang jitu. Lurahe jangan simplikatif dong.....
JIN POHON PREH
e-E, Gendruwo. Lha kok kamu malah ikut-ikutan bicara berbusa-busa. Kamu ini
bagaimana ta ? Apa kamu sudah ketularan manusia dari jagad kasar ?
GENDRUWO
Lurahe jangan ambivalen dong.
JIN POHON PREH
Edan ! Sekarang para dhemit sudah tidak dhemitis lagi. Awas. Kalau kalian masih
bicara dengan juntrungannya yang kacau, nanti saya kirim ke
kelompok-kelompok diskusi mahasiswa, biar mampus kalian.
WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
Jangan, Lurahe. Jangan. Jelasnya itu bagaimana ta ?

93
JIN POHON PREH
Jelasnya kalian ini generasi muda dhemit yang melempem. Bisanya Cuma
ngomong saja, tapi cuit nyalinya menghadapi kenyataan. Minger otak kalian.
(sambil memutar kepala Wilwo, Egrang dan Kuntilanak) Apa itu ! Baru
menghadapi persoalan seperti itu saja sudah mengeluh, sambat, sentimentil. Apa
itu ! Dhemit kok tidak revolusioner.
WILWO
Tapi kami butuh jalan keluar, bukan untuk diejek.
EGRANG
Iya, Lurahe. Jangan Cuma diejek. Beri kami jalan keluar, beri kami petuah,
berilah kami petunjuk, Lurahe.
JIN POHON PREH
Apa ? Kalian minta petuah ? Minta petunjuk ? Kok seperti yang sering muncul di
televisi itu lho. Tapi, baiklah, karena saya ini memang dhemit generasi tua yang
baik, maka, sini saya beri petunjuk. Pakai resep yang sudah klise. Wedeni manusia
dari jagad kasar itu.
GENDRUWO
Tapi manusia-manusia itu sekarang sudah tidak mempan lagi.alah sekarang ini,
manusia sudah mampu membuat dhemit-dhemit imitasi untuk dijadikan obyek
komoditi mereka.
JIN POHON PREH
Gendruwo ! Kita harus mempercayai bahwa kanca-kanca kita di jagad halus ini
tetap patuh. Tetap menunjukkan kesetiaannya untuk selalu membentengi
kehidupan kita.
GENDRUWO
Tapi berkali-kali saya turun langsung ke jagad manusia, nyatanya mereka tidak
takut lagi menghadapi perwujudan kita.

94
JIN POHON PREH
Pesmistis seperti kamu ini asrtinya meremehkan bakti yang diberikan
sahabat-sahabat kita. Bukankah mereka dengan tulus ikhlas, meneteskan keringat
untuk menjaga kelestarian kita. Berjuang habis-habisan tanpa pamrih. Kamu tahu
bagaimana Nyi Blorong masih mampu membikin manusia kalang kabut
ketakutan?
GENDRUWO
Lurahe jangan keliru pandang dalam persoalan ini. Nyi Blorong itu sekarang tidak
lagi membuat takut manusia tapi justru menjadikan manusia malah kepincut.
JIN POHON PREH
Tapi kemarin sore saya baru saja menerima laporan bahwa Thuyul masih tetap
menunjukkan kualitas ke-clemeran-nya dengan baik.
GENDRUWO
(Tertawa terbahak-bahak) Thuyul? Kenapa Lurahe justru simpati sama dia?
Bukankah Thuyul itu telah mencemarkan jagad kita yang sakral karena sifatnya
yang suka mencuri dan clemer itu.
JIN POHON PREH
Tapi Banaspati masih juga membakari hotel-hotel dan pusat-pusat pertokoan.
Kuntilanak dan kanca-kancanya semakin menguasai panti-panti pijat tradisional.
GENDRUWO
Lurahe tertipu. Semua itu sebetulnya bukan rekayasa kita, tapi hasil perbuatan
manusia yang menyalah gunakan eksistensi kita.
JIN POHON PREH
E-e, masih juga maido kamu ? (Mengambil kaca ajaib dan memperlihatkannya
kepada para dhemit) Ini, lihatlah, bagaimana sesungguhnya kerabat kita berjuang
habis-habisan membentengi kita, melawan manusia, membikin mereka
berkelejotan kesakitan.
GENDRUWO, EGRANG, WILSO, KUNTILANAK
(Sambil melihat dalam kaca ajaib itu dan berkomentar bersamaan) Tubuh-tubuh
manusia tak berkutik, sakit mendadak. Ha ha ha ha......
(Menyerahkan kembali kaca ajaib itu pada Jin Pohon Preh)

95
JIN POHON PREH
Nah, bagaimana? Pakah kalian masih ragu-ragu pada pancaran dedikasi mereka
itu? Bukankah dengan demikian sesungguhnya tidak ada lagi yang perlu
dirisaukan?
GENDRUWO, WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
(Serentak bersama-sama) Nggih.
JIN POHON PREH
Stabilitas keamanannya terkendali.
GENDRUWO, WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
(Serentak bersama-sama) Nggih.......
JIN POHON PREH
Tenteram. Tidak ada gangguan yang berarti. Makanya kalau kalian cuma kepingin
numpang, cari gratisan, mangga33 saja. Dengan senang hati kalian saya ijinkan
tinggal di tempat Jin Pohon Preh ini.
GENDRUWO, WILWO, EGRANG, KUNTILANAK
(Serentak bersama-sama) Terima kasih.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh buldozer, meraung-raung gaduh, menakutkan.


Semakin lama semakin mendekat. Para dhemit kalang kabut. Kuntilanak langsung
masuk ke tempat tinggal Jin Pohon Preh, menyelamatkan diri.

GENDRUWO, EGRANG, WILWO


(Bersahut-sahutan, riuh) Mereka datang..... mereka datang..... Manusia-manusia
itu datang lagi, mau menghancurkan tempat ini. Mau melumatkan tempat ini.

Para dhemit lalu bergerombol, mencermati tingkah laku manusia yang tengah
mengamuk di kejauhan.

JIN POHON PREH


Adhuh, mengerikan. Mengerikan sekali. Lho, binatang apa itu
merangkak-merangkak seperti mau memakan kita ?
EGRANG
Itu namanya buldozer, Lurahe.

96
JIN POHON PREH
Lho siapa orang itu ? Siapa yang bertopi kuning dan mengacung-acungkan
tinjunya ?
WILWO
Pitu pimpinan proyeknya, Lurahe.
JIN POHON PREH
Gendruwo ! Ada seorang lari terbirit-birit, ketakutan, menyelinap ke dalam hutan.
Siapa dia itu ?
GENDRUWO
O. Itu kawula cilik yang sedang dikejar-kejar wong gedhe35 untuk dimintai cap
jempol.

Gemuruh suara buldozer makin riuh menjadi-jadi. Para dhemit makin kalang
kabut. Tapi mereka berusaha melawan para manusia.

JIN POHON PREH


Ambil senjata ! Ambil senjata ! Kita harus tetap bertahan. Kita mesti tetap
melawan. Jangan mundur ! Kita halau manusia-manusia itu.

Para dhemit mengambil senjata seadanya, langsung bergerak serentak


mempertahankan hidupnya. Mereka melawan.

GENDRUWO, WILWO, EGRANG


Ini sudah kebangeten. Mereka melanggar tempat hidup. Melanggar perjanjian.
Tidak urus !

Para dhemit bersemangat melawan keberingasan manusia. Berlompatan,


menghalau, menggebrak, bertahan. Tapi akhirnya kalah juuga. Para dhemit
tercerai berai, bergelimpangan, terkapar tidak berdaya.

JIN POHON PREH


Uaduh........ sakiiiitttt....... Sakiiiitttt.......

97
GENDRUWO
Uaduhhh...... kakiku kaku kaku.........
WILWO, EGRANG
Sakittt...... sakiiiiit mual, mual.
GENDRUWO
Lurahe...... di mana kamu, Lurahe.......
JIN POHON PREH
Di sini......
GENDRUWO
Di mana ?
JIN POHON PREH
Di depan......

Gendruwo mendekati Jin Pohon Preh dengan merangkak-rangka.

JIN POHON PREH


Gendruwo, saya tidak bisa membayangkan apa jadinya, seumpama kamu, Egrang,
Wilwo tidak dengan segera memberi isyarat kewaspadaan. Ternyata
manusia-manusia itu memang rakus, mau memangsa kita.
GENDRUWO
Sungguh kejam betul manusia-manusia itu, Lurahe.
JIN POHON PREH
Betul. Rupanya kita memang kalah kuat.
GENDRUWO
Mereka rakus memakan apa saja.
JIN POHON PREH
Itu memang ciri mereka, Gendruwo.
GENDRUWO
Oh, hijaunya dedaunan dan hangatnya sinar bulan purnama malam Jum’at kliwon,
telah mereka ganti dengan deru buldozer dan mesin-mesin. Lihatlah, Lurahe,
mereka memakan apa saja, gunung, hutan, pulau, sungai, tanah, telaga, dan juga
memakan hati nurani mereka sendiri.

98
JIN POHON PREH
Sudahlah Gendruwo, jangan bicara soal hati nurani. Itu bukan perkara kita. Kita
para lelembut ini dikodratkan tidak mengenal hati nurani. Hati nurani itu
urusannya manusia.
GENDRUWO
Justru karena itu urusan manusia, saya jadi khawatir. Jika alam mereka kuasai lalu
mereka rusak, sehingga karena itu terjadi bencana, pasti kita lagi yang disalahkan.
Kita semua terpojok, dinyanyah oleh manusia.
JIN POHON PREH
Gendruwo, jangan cemas. Kita mesti membangun kehidupan yang rapuh ini.
Apapun dan bagaimanapun adanya. Yang pasti aku sangat bersyukur, kalian
memberikan keikhlasan menjaga Jin Pohon Preh. Saya tersentuh oleh pengabdian
itu. Sepantasnya aku menjadi pimpinan di sini memberikan penghargaan
kepadamu. Besok pagi, saat kita menggelar upacara, ingin sekali aku sematkan di
dadamu bintang penghargaan, Bintang Jasa Maha Dhemit.
GENDRUWO
Jangan terlalu berlebihan, Lurahe. Saya tidak mau berstatus sebagai pahlawan.
JIN POHON PREH
Lho kenapa ?
GENDRUWO
Sebab bisa jadi sekarang saya menjadi pahlawan, tapi beberapa abad kemudian
ternyata bukan.
JIN POHON PREH
Tidak, Gendruwo. Sejauh kepahlawanan itu disematkan oleh Jin Pohon Preh,
kamu tetap akan menjadi pahlawan sepanjang jaman.
GENDRUWO
(Meledak gembira) O. dewata!
JIN POHON PREH
Hush ! Dhemit itu tidak punya dewata !

99
EGRANG
Lurahe, kita jangan sampai terlena. Kita harus bangkit membuat perhitungan
dengan para manusia. Waktu kita sangat mepet, Lurahe.
JIN POHON PREH
Ya, ya. Sebaiknya kita memang mesti tetap hati-hati. Jangan sampai terkecoh lagi
oleh muslihat manusia. Harus kita temukan strategi baru supaya eksistensi para
dhemit tetap terjaga. Manusia mesti dibikin kapok. Saya punya gagasan. Coba
dengarkan ; kita culik wanita dari jagad kasar itu, bagaimana ? Setuju ? Staf yang
baik dan benar mesti bilang setuju. Ketimbang nanti dimutasi. Wilwo, Egrang,
bagaimana pendapatmu ? Ini prioritas proyek lho.
WILWO
(Kepada Egrang: Bagaimana Grang ? Ini kesempatan baik lho. Siapa tahu kita
juga bisa mendapat tanda jasa seperti Gendruwo.
EGRANG
Enggak ah. Saya lagi repot kok.
JIN POHON PREH
Apa kamu bilang ?
EGRANG
O, enggak kok, enggak kok, enggak kok. Saya sanggup kok. Saya tidak repot kok.
Tidak repot kok.
JIN POHON PREH
Repot ah !

Tiba-tiba terdengar kembali suara gemuruh buldozer, seperti hendak memangsa


para dhemit. Para dhemit langsung bersiap mempertahankan diri kembali.

GENDRUWO
(Dengan ketakutan) Mereka datang lagi, Lurahe.
JIN POHON PREH
Ya kita bertahan. Ayo kita bertahan ! Bertahan !

100
Para dhemit langsung berjaga-jaga siap melawan. Tapi yang muncul justru
Sawan, sesama dhemit, kawan mereka sendiri. Ia datang dengan menggendong
sesuatu di punggungnya.

JIN POHON PREH


Lho ini kan si Sawan ta ? Lho, lha ini kamu kok sudah menggondol wanita dari
jagad kasar ? Bajigur ki ! Gue baru ngomong, elu udah nyolong ! Siapa yang
memerintahkanmu, Sawan? Siapa ?

Sawan, dengan menggunakan bahasa isyarat karena takut, menunjuk Gendruwo.

JIN POHON PREH


(Marah kepada Gendruwo) Edan, kamu Gendruwo ! Jadi kamu yang memberikan
perintah itu ? Lancang ! Itu artinya kamu meremehkankwibawaan Jin Pohon Preh,
pimpinan para dhemit. Tidak sopan. Tidak punya tata krama40 ! Saraf !

Gendruwo melotot kepada Sawan menahan marah, seperti hendak menerkamnya.

JIN POHON PREH


Gendruwo ! Bergerak di luar koordinasi seperti itu bisa mencerminkan kesatuan
kita ini rapuh. Atau barangkali kamu menyimpan maksud tersembunyi untuk
menjegal kewibawaanku ? Mau mencemarkan kehormatan pimpinan ?
Mempermalukan atasanmu ? Oleh karena itu Gendruwo, atas segenap
kelancanganmu itu, rencana menganugerahkan Bintang Jasa Maha Dhemit dengan
ini saya cabut.

Gendruwo langsung menjatuhkan senjatanya, diikuti Egrang dan Wilwo.


Gendruwo kecewa.

101
JIN POHON PREH
Para dhemit, kebijaksanaan-kebijaksanaan lancang seperti yang dilakukan
Gendruwo merupakan usaha penjegalan. Menohok teman seiring, musuh dalam
selimut. Laporan isyarat kewaspadaan tadi, dengan begitu bisa diartikan sebagai
muslihat. Sejarang saya paham dengan trik-trik kalian. Tabiat inilah yang akhirnya
memunculkan krisis kepercayaan. Saya tidak lagi dengan gampang mempercayai
laporan kalian. Harus ada perhitungan.

Tiba-tiba terdengar lagi suara gemuruh meraung-raung. Para dhemit kembali


kalang kabut.

WILWO, SAWAN, EGRANG


Lurahe, mereka datang lagi....... Manusia-manusia itu menyerbu kita kembali
Hati-hati !Mereka akan memangsa kita lagi !
JIN POHON PREH
Sekarang kalian bilang ada ancaman lagi ? Omong kosong ! Pasti ini muslihat
lagi! Akal- akalan ! Kita ini sebenarnya tidak punya musuh. Musuh-musuh itu
hanya ada di dalam pikiran kalian sendiri. Sana, kalau kalian mau terbirit-birit
pergi ketakutan. Sana, pergi ! Akan saya hadapi sendiri kalau memang itu
ancaman.

Jin pohon Preh memberanikan diri menghadapi sendiri ancaman itu, tapi
akhirnya keder juga, karena gemuruh itu benar-benar mengancamnya. Gendruwo
melangkah pergi, Jin Pohon Preh akhirnya menguntit di belakangnya dan
merengek minta perlindungan.

JIN POHON PREH


Wo..... ternyata sungguhan. Aduh, manusia itu benar-benar datang bergerombol
hendak memangsa kita. Aduh, banyak sekali. Gendruwo, tolong, tolong, mereka
betul-betul datang. Tolong Gendruwo, tolong.

102
Bagian Tiga

Di tempat tinggal Sesepuh desa di desa di hutan yang sedang dibuka untuk
proyek pembangunan perumahan itu. Di hadapannya tampak Pembantu Sesepuh
Desa, mereka tengah membicarakan proyek itu.

SESEPUH DESA
Juragannya proyek itu memang sudah kebangeten. Edan betul. Sudah saya
peringatkan, mbok kalau nebang pohon di hutan itu jangan seenaknya, lha kok
sekarang malah nekad. Nebang seenaknya sendiri. Akibatnya bagaimana?
Tukang-tukangnya ngglethak semua. Sakit mendadak.
PEMBANTU SESEPUH DESA
Tapi itu bukan kesalahan kita.
SESEPUH DESA
Betul. Memang bukan kesalahan kita. Tapi saya kan sudah memperingatkan.
mBok ya diselamati dulu sebelum nebang. E lha kok sekarang malah menuduh
saya bikin kerusuhan, bikin gara-gara. Apa tidak edan itu namanya ?

Rajegwesi tiba-tiba datang, langsung mendatangi mereka berdua dengan sok


berwibawa.

RAJEGWESI
Maaf, saya terpaksa masuk ke sarang teroris !
PEMBANTU SESEPUH DESA
Kamu salah yang ke 169 kalinya !
SESEPUH DESA
Sejak sampeyan datang ke mari.
RAJEGWESI
Terus terang saja, proyek kami baru saja kena angi ribut. Termasuk daerah ini.
Kesempatan ini kalian gunakan untuk menculik Suli, konsultan saya.

103
PEMBANTU SESEPUH DESA
Kamu salah yang ke 170 kalinya !
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, sejelek-jeleknya warga desa kami ini, sejelek-jeleknya saya ini, kami
masih punya martabat untuk tidak main culik-culikan. Ketahuilah, Suli, konsultan
sampayen itu hilang digondol dhemit.
RAJEGWESI
Digondol dhemit ? Sekarang ini apa-apa kok mesti dhemit. Dhemitnya ya kalian
berdua itu.
PEMBANTU SESEPUH DESA
Kamu salah yang ke 171 kalinya !
SESEPUH DESA
Saya bisa membuktikan kalau Suli digondol dhemit, pak Rajeg. Dan saya bisa
mengembalikannya hari ini juga. Tapi saya punya satu syarat !
RAJEGWESI
Apa ?
SESEPUH DESA
Mulut sampeyan !
RAJEGWESI
Minta dibayar berapa ?
SESEPUH DESA
Jangan bayar saya.
RAJEGWESI
Lantas sama siapa ?
SESEPUH DESA
Warga desa.
RAJEGWESI
Nah ini motivasinya ! Kamu culik suli supaya aku membutuhkan kamu. Lantas
kamu saya pekerjakan di proyek saya. Benar apa benar ?
PEMBANTU SESEPUH DESA
Kamu salah yang ke 172 kalinya !

104
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, sekarang yang butuh siapa ? Sampeyan, saya atau sebaiknya sampeyan
minggat saja dari sini.
RAJEGWESI
Tidak. Ini tadi hanya bentakan formalitas. Jadi tidak ada maksud apa-apa. Yang
jelas, semua syarat sampeyan saya penuhi, asal Suli dikembalikan kepada kami
pada hari ini.
PEMBANTU SESEPUH DESA
Kalau begitu, mari ikut saya !

105
Bagian Empat

Di tempat tinggal Jin Pohon Preh. Gendruwo masuk ke tempat itu, diikuti
Egrang, wilwo dan Sawan. Gendruwo sedang gusar dan tegang.
Diungkapkannya kemarahan itu dengan tembang. Wilwo, Egrang dan Sawan
mencermati kemarahannya.

GENDRUWO
Kecengklok rasaning ati
Si Gendruwo dituduh mendahului pimpinane
Perih rasaning ati, perih rasaning ati
Apa tumon, apa tumon

(Bicara kesal) Kebangeten !

EGRANG, WILWO, SAWAN


(Bersama-sama) Apanya yang kebangaten ?
GENDRUWO
Kalian duduk dan dengarkan. Kemarin aku membaca kitab “Cahawo”, Cahawo
itu adalah Catatan Harian Gendruwo. Buku harian pribadiku sendiri. Di dalam
catatan itu disebutkan sebuah negeri yang bernama Utaranusia. Utara artinya lor43.
Nusia artinya manusia. Dus.. Tidak salah lagi, itu adalah negeri kita yang terletak
di sebelah utara kediaman manusia. Disebutkan bahwa di negeri Utaranusia itu,
tak ada panas yang terlalu, tak ada dingin yang terlalu, tidak ada pahit tyang
terlalu, semua tenang..... tenang.... tenang..... tenang. Ora ana panas, ora adhem44.
Tidak ada gelap tidak ada terang. Adhem ayem kadyo siniram banyu wayu
sewindu lawase45. Negeri kita dulu aman tenteram. Tak ada perampokan, tak ada
kekerasan, apalagi penggusuran. Alkisah tiba-tiba datanglah bala tentara manusia
dengan membawa peralatan yang meraung-raung bagai serigala,

106
memporak-porandakan tempat tinggal para dhemit. Kerajaan kita dirusak, harkat
kedhemitan kita diinjak-injak. Waktu itu kebetulan aku menjabat sebagai PPD.
Apa itu ? PPD adalah Panglima Pasukan Dhemit. Hiwaku menjadi terpanggil
untuk berjuang menghadapi agresor yang rakus itu. Aku bangkitkan semangat
para dhemit yang lesu, yang pasrah karena patah semangat. Sehingga sedikit demi
sedikit semangat para dhemit bangkit. Dan dengan lantang aku berani berkata
kepada para manusia : Iya, sakarepmu, kekejera kaya manuk branjangan, kopat
kapita kaya ula tapak angin, kena nenggalane Gendruwo, ajur dadi
sewalamg-walang6, saudara- saudara sekalian.

Egrang, Wilwo dan Sawan bertepuk tangan riuh.

GENDRUWO
Tapi itu dulu. Sekarang semuanya sudah terbalik. Perjuangan dan pengorbanan
yang saya lakukan waktu itu kini telah dilupakan oleh Jin Pohon Preh. Aku
sebagai pemilik ide tidak lagi direken oleh Jin Pohon Preh. Bahkan sekarang
dengan gampang ia mencampakkan diri saya semena-mena. Pimpinan macam apa
itu! Ahistoris dia! Karena itu saudara-saudara, selagi kalian belum dicampakkan,
saya sarankan agar kalian jangan mau digunakan sebagai begundalnya oleh. Jin
Pohon Preh. Setujukah kalian?
EGRANG, WILWO, SAWAN
(Serempak) Setujuuuuu!.........
GENDRUWO
Kalian juga jangan mau dijadikan kambing hitam atau korban kesalahan oleh Jin
pohon Preh. Setujukah kalian ?
EGRANG, WILWO, SAWAN
(Serempak) Setujuuuuu!..........
GENDRUWO
Bagus ! kalian harus berani menunjukkan persatuan dan kesatuan para dhemit.
Siapa berani berkata bahwa kita telah kehilangan tenaga ? Siapa berani berkata
bahwa kita minder dan takut menghadapi manusia ? Tidak ! Aku berani berkata
kita masih mampu berbuat. Kita tidak pernah merasa minder dan takut. Kita tidak

107
pernah menggantungklan nasib kepada siapapun. Karena dhemit itu universal.
Oleh karena itu, sekarang aku ingin mengemukakan suatu gagasan, yaitu kita
dongkel kedudukan Jin Pohon Preh. Setujukah kalian ?!

Saat itu juga Jin Pohon Preh muncul.

EGRANG, WILWO, SAWAN


(Serempak) Setu.............(Melihat kedatangan Jin Pohon Preh dan takut)
Nggak..... nggak.... Nggak.....
GENDRUWO
(Melihat kedatangan Jin Pohon Preh) Nggak-ok..... nggak-ok..... Nggak-ok......
JIN POHON PREH
Setuju ! Jin pohon Preh itu memang layak digusur. Dia sudah uzur. Sudah saatnya
turun ya Gendruwo ya ? Gagasan cemerlang lho itu. Saya dukung lho. Malah
kalau perlu saya carikan investornya suoaya usahamu yang luhur itu sukses selalu.
Bukankah begitu, Gendruwo ?
GENDRUWO
Nggak-ok..... nggak-ok..... Nggak-ok......
JIN POHON PREH
Lho sekarang kok cuma klecam-klecem. Padahal tadi tampak serem. Jangan
seperti banci, Gendruwo. Kamu ini panglima dhemit lho. Bukankah begitu, para
dhemit ?

Egrang, Wilwo dan Sawan serempak menggeleng.

JIN POHON PREH


Waduh, sekarang kalian ikut-ikutan bego. Padahal tadi kalian juga bersemangat.
EGRANG. WILWO, SAWAN
(Menggeleng) Tidak !
JIN POHON PREH
Begitulah jawab yang munafik, selalu kompak seperti paduan suara. Para dhemit,
sekarang kapok tidak bahwa rencana sinting seperti berarti menurunkan
kewibawaan Jin Pohon Preh?

108
GENDRUWO, EGRANG, WILWO, SAWAN
Kapok.... kapok.... kapok.... kapok.....

Tiba-tiba terdengar kembali suara gemuruh, meraung-raung mengancam. Para


dhemit kembali kalang kabut, bersiap mempertautkan diri untuk
memnpertahankan diri lagi.

JIN POHON PREH


Bagus itu ! Artinya kita harus kembali dalam ikatan peresatuan. Kita kokohkan
lagi semangat kita, dan kita usir jika musuh datang. Kita singkirkan rasa saling
curiga. Kita pertahankan kekuatan kita ini.

Jin Pohon Preh memimpin para dhemit mengkonsentrasikan diri mereka tembang.

JIN POHON PREH DAN PARA DHEMIT


Apuranen sun angetang
Lelembut ing nusa Jawi
Kang rumeksa ing nagara
Pra ratune dhedhemit
Agung sawabe ugi
Yen eling sadayanipun
Kedah kinarya tulak ginawe
Tunggu wong sakit.
Lemah aeng, lemah sangat dadi tuwaaaaa.................

Para dhemit menggebrak mengerahkan seluruh kemampuannya untuk


mengkonsentrasikan diri, mempertahankan diri dari ancaman itu. Tapi yang
datang ke tempat itu terntata Sesepuh Desa, Pembantu Sesepuh Desa dan
Rajegwesi. Mereka mendekati pohon Preh. Para dhemit langsung mencermati
mereka.

GENDRUWO
Sesepuh Desa, Lurahe.

109
JIN POHON PREH
Sesepuh Desa ? Nah itu artinya kita bakal makan.
SESEPUH DESA
Jin..... Pohon Preeeeeeehhh....... Kini kami........ datang...... membawa sesaji
secukupnyaaaaaaaaaahhh...............(Menyodorkan sesajinya)

JIN POHON PREH


Egrang, tolong dicek.
EGRANG
(Setelah mencek sesaji) Aduh, kita dihina, Lurahe. Masak kita Cuma dikasih
endhas kutuk!
GENDRUWO
(Marah, mendekati sesepuh desa hendak memukulnya) O, edan. Kurang ajar !
JIN POHON PREH
(Menahan Gendruwo) Jangan nekad kamu mesti sabar. Kepada manusia it, kita
harus penuh toleransi. Tidak perlu harus dimaki, dipukul. Sebab manusia datang
kemari selalu akan membawa upeti. Dan yang namanya upeti akan bertambah
dengan sendirinya. Sabar ya.
SESEPUH DESA
(Menambah sesajinya) Jika memang dirasa kurang, Jin Pohon Preh, maka dengan
ini saya tambah kembang borehnya.
JIN POHON PREH
Nah ya kan ? Tambah dengan sendirinya kan. Karena memang begitulah sifat
upeti itu. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi. rumah spanyolan.
SESEPUH DESA
Saya tambah lagi dengan kemenyan.
JIN POHON PREH
Menyan ? Wah lumayan, bisa untuk mut-mutan.
SESEPUH DESA
Jin pohon Preh, kedatangan kami ke sini sebetulnya ingin menanyakan, apakah di
sini terselip seorang wanita dari dunia kasar?

110
JIN POHON PREH
Terselip? Aneh lho. Wanita kok terselip. Biasanya wanita itu kan di, akhirannya
“I” kan?
SESEPUH DESA
Adapun nama wanita itu adalah,.....aduh,.....siapa ya ? Siapa namanya pak Rajeg?
RAJEGWESI
Suli.
SESEPUH DESA
Ya. Namanya Suli, Jin Pohon Preh.
GENDRUWO
Suli ? Aduh, jangan-jangan wanita yang dimaksud Sesepuh Desa ini, wanita yang
kemarin diculik Sawan itu, Lurahe.
EGRANG
Eh, aneh ya. Kok mereka, manusia-manusia itu bisa mengerti bahasa kita ya ?
GENDRUWO
Itu karena mereka sering menseminarkan kaum dhemit.
SAWAN
Ya tidak ta. Mereka itu kan sering baca koran mingguan yang isinya dhemit
semua.....
WILWO
Ya tidak ta. Ini akibat dari komputerisasi di segala bidang.
GENDRUWO
Soal wanita, saya usul, Lurahe. Tanyakan kepada dia, apakah wanita yang dibawa
Sawan kemarin itu tergolong manusia seutuhnya atau tidak. Ini penting untuk
menjaga agar jagad ini tetap setril, Lurahe.
JIN POHON PREH
Jika demikian aspirasi para bawahan, saya sebagai pimpinan yang baik, patuh
melaksanakannya. Selamat tinggal.
GENDRUWO, EGRANG, WILSO, SAWAN
Selamat jalan, bapak.

111
JIN POHON PREH
(Mendekati Sesepuh Desa) Saudara Sesepuh Desa, sebelum akhirnya memberikan
keputusan penting, saya perlu mengecek wanita itu. Apakah wanita yang kamu
maksudkan itu, tergolong manusia seutuhnya atau tidak, atau manusia yang sudah
utuh atau utuhnya sudah hilang.
SESEPUH DESA
Ya kadang-kadang utuh, kadang-kadang tidak.
JIN POHON PREH
Ini sangat perlu sekali saya ketahui secara persis. Supaya jagad kami tetap steril,
tidak tercemar.
SESEPUH DESA
Jika memang ada, perkenankan saya untuk meminta kembali wanita itu.
JIN POHON PREH
Apa ? Dikembalikan ? Enak saja. Ketahuilah Sesepuh Desa, meskipun kami ini
Cuma dhemit, kami juga menganut azas musyawarah dan mufakat. Artinya segala
keputusan tidak bisa tiba-tiba dilahirkan. Harus dirembug dengan staf lainnya.
Bersediakah sampeyan menunggu ?
SESEPUH DESA
Silahkan.

Jin Pohon Preh kembali menuju ke tempat para dhemit.

GENDRUWO, WILWO, SAWAN


Selamat datang bapak….. selamat datang…… selama dfatang kembali bapak.
JIN POHON PREH
Nah, begini para dhemit, dalam pembicaraan taditersebersit keinginan manusia
untuk kembali wanita yang ternyata diculik Sawan. Sekarang saya meminta
pertimbangan kalian.
GENDRUWO
Saya punya pendapat, agar segera kita membuat perjanjian baru lagi dan harus
ditaati oleh kedua belah pihak.

112
JIN POHON PREH
Baiklah, jika memang begitu. Sekarang saya akan ke sana lagi. Selamat tinggal
adik-adik, bapak akan berjuang.

Jin Pohon Preh kembali menemui Sesepuh Desa dan rombongannya.

JIN POHON PREH


Se-se-puh de-sa……
EGRANG
Lurahe, kurang meyakinkan. Bikin serem, dibikin angker biar menakutkan.
JIN POHON PREH
Seeeee – seeeeee – puuuuh deeeee – saaaaa……

Sesepuh desa yang sedang bicara kepada Rajegwesi dan Pembantunya langsung
kembali mendekati Jin Pohon Preh.

JIN POHON PREH


Bapak Sesepuh Desa yang saya hormati, setelah kami melangsungkan diskusi
singkat dengan para staf, akhir diperoleh intisari daripada keputusannya yaitu
bahwa kami pada dasarnya tidak keberatan seumpama wanita sandera itu
dipulangkan ke jagad kasar. Namun begitu, hasil diskusi kami tadi menyarankan
supaya kitra harus saling menghormati kedaulatan dan kehidupan masing-masing.
Jangan saling memangsa, jangan saling mengganggu kententraman. Kita harus
mengfhormati. Demikian hasil keputusan itu. Terima kasih.
SESEPUH DESA
Hasil dari diskusi singkat kami, maka kamipun telah mendapatkan suara bulat,
bahwa kami akan memugar tempat ini sesuai dengan citra perdhemitan.
JIN POHON PREH
Kalian agar memugar tempat ini ? Jangan ! Itu artinya Cuma akan mengkultuskan
dhemit. Itu tidak baik. Kultus mengkultuskan itu biarkan menjadi bagian manusia.
Dhemit tidak megenal kultus. (Kepada para dhemit) Ya, ya, ya, ya ?
GENDRUWO, EGRANG, WILWO, SAWAN
Ya ya ya ya….. Haiyaa……

113
SESEPUH DESA
Tapi saya mengenalnya kok, ya mbah ya ?
PEMBANTU SESEPUH DESA
Ha-iya.
SESEPUH DESA
Jika usul saya tadi tidak berkenan, maka saya akan memperbaharui janji, yaitu
kami tidak akan lagi mengganggu kehidupan para dhemit. Kami betul-betul
berjanji.
JIN POHON PREH
Baiklah kalau memang begitu. Tapi kalian sendiri yang memnbikin janji lho. Kita
memang harus saling menghormati. Sawan ! Segera kembalikan wanita dari jagad
kasar itu.

Sawan segera menjemput Suli, sesaat kemudian muncul kembali sambil


membawa suli yang belum sadar sepenuhnya. Rajegwesi juga belum bisa
melihat kehadiran Suli. Tapi Sesepuh Desa melihat kehadiran Suli.

SESEPUH DESA
Pak Rajeg, apakah sampeyan merasa ada sesuatu yang lain ?
RAJEGWESI
(Celingukan melihat sekitarnya) Tidak ada itu.
SESEPUH DESA
O ya, goblog. Lha wanita ini siapa? (Menunjuk kepada suli di dekatnya)

Rajegwesi mendekati Suli, menariknya setelah wanita itu sadar kembali.

SULI
Lho kok saya ada di sini ?
RAJEGWESI
Iya. Tadi kamu di sana, saya tarik ke sini.
SULI
Saya takut, pak Rajeg

114
RAJEGWESI
Sekarang tidak perlu takut, semuanya sudah saya beresi.
SESEPUH DESA
Pak Rajeg, saya sudah memenuhi permintaan sampeyan.
RAJEGWESI
Terus mau apa ?
SESEPUH DESA
Penuhi permintaan saya.
RAJEGWESI
Untuk apa ?
SESEPUH DESA
Untuk warga desa
RAJEGWESI
Tidak bisa !
SESEPUH DESA
(Menahan marah luar biasa. Pembantu Sesepuh desa menahannya) Baik. Kalau
sampeyan ada apa-apa, tanggung sendiri ! (Pergi dari tempat itu diikuti Pembantu
Sesepuh Desa)
SULI
Pak Rajeg, ada urusan apa dengan Sesepuh desa ?
RAJEGWESI
Kamu tidak perlu ikut campur. Dia tadi mengajak saya di bawah pohon Preh itu,
lantas komat-kamit biar kelihatan angker, biar saya takut. Pinter kok sekarang ini
orang cari kerjaan semacam itu.
JIN POHON PREH
(Kepada Gendruwo) Masak kita dibilang pinter, aneh kan ? Kita ini dikodratkan
hidup sebagai sosok yang bodoh. Saya semakin tidak bisa memahami manusia.
Suatu saat saya menseminarkan manusia. Tapi Gendruwo, saya takut, manusia itu
tidak bisa menepati janjinya.

115
SULI
Dhemit atau bukan itu tidak penting. Sekarang masalahnya bagaimana kita bisa
menyelesaikan masalah itu.
GENDRUWO
Lurahe, tempat tinggal kita ini hanya tersisa sepotong-sepotong. Kita selalu
didesak-desak. Jadi mana mungkin kita punya waktu mensemibnarkan manusia ?
RAJEGWESI
Suli, aku lebih baik percaya pada otak dan tanganku. Dengan tangan dan otakku
ini alam bisa saya kembangkan.
JIN POHON PREH
Tidak Gendruwo, kita masih bisa menaruh harapan kepada Sesepuh desa. Dialah
salah seorang manusia di jagad kasar yang tidak bertangan dan berotak gombal.
RAJEGWESI
Yang jelas saya tidak ingin proyek saya ini menjadi gombal hanya lantaran pohon
Preh itu.
GENDRUWO
Tapi Lurahe, tidak semua manusia itu bisa diajak kerjasama seperti Sesepuh desa
itu. Apalagi, (Menunjuk Rajegwesi) Lihat itu, Lurahe. Manusia yang memakai
topi kuning itu. Dia sangat berbahaya.

Para dhemit cemas dan takut melihat Rajegwesi

SULI
Pak Rajeg, sekarang tidak usah berbelit-belit. Jelaskan apa maunya pak Rajeg
yang sebenarnya.
RAJEGWESI
Sudah jelas. Robohkan pohon Preh itu.
SULI
Pak Rajeg, kita sudah tidak mampu merobohkan pohon Preh itu dengan cara
apapun.
RAJEGWESI
Kamu ketinggalan jaman. Pakai dinamit !

116
Para dhemit langsung bereaksi, gusar, takut dan waspada. Bahkan kalang kabut.
Rajegwesi sibuk mengatur dinamitnya untuk dipasang di sekitar pohon Preh, siap
diledakkan.

SULI
Ingat pak Rajeg, akibatnya bisa gawat sekali. Tanah bisa longhsor semuanya.
RAJEGWESI
(Sambil membenahi dinamitnya) Hentikan konsultasimu, Suli ! Minggir sana !
SULI
Baik kalau begitu, akan saya panggil seluruh penduduk desa, akan saya panggil
Sesepuh desa.
RAJEGWESI
Panggil sana ! Panggil semua penduduk desa !

Para dhemit makin cemas melihat rakitan dinamit di mana-mana, di


sekelilingnya. Mereka tegang, kacau. Rajegwesi sudah memberesi semua
dinamtinya dan kini bersiap-siap meledakannya.

RAJEGWESI
Suliiiiiii…………. Lihat ini ! Suliiiiiii !.................

Rajegwesi menekan tombol meledakkan dinamit itu. Donamit meledak


menghancirkan pohon Preh dan kawasan itu. Pohon Preh tumbang, hancur, para
dhemit lenyap. Tanah di kawasan langsung longsor. Rajegwesi juga roboh
tersengkur, dihamntam tanah longsor.
Terdengar suara meraung-raung, merintih, menyanyat hari, mengerang kesakitan.
Saat semua reda, sepi, muncul Sesepuh desa dan Pembantu Sesepuh desa,
memandang tanah longsor dan pepohonan yang tumbang ludes. Rajegwesi
terkapar tak berdaya. Pembentu Sesepuh desa mendekatinya dan berkata,

PEMBANTU SESEPUH DESA


Kamu salah yang ke 180 kalinya……..

117
Lampiran 5 Turnitin

118

You might also like