Materi Pembelajaran Pai
Materi Pembelajaran Pai
Materi Pembelajaran Pai
Pendahuluan
Agama adalah risalah yang disampaikan Allah kepada Nabi sebagai petunjuk bagi
manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
penyelenggaraan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung
jawab kepada Allah dan masyarakat sekitarnya.1 Agama memiliki peran yang amat yang
penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari
betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-
nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang
ditempuh melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berkahlak mulia. Akhlak mulia mencakup mencaku etika,
budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pedidikan Agama. Peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan,
serta pengalaman nilia-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemsyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia
yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif, baik personal maupun sosial. Dalam hal ini diterapkan melalui sebuah
pendidikan. Pendidikan adalah suatu pedoman awal dan terpenting dari seorang
muslim.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam
kurikulum pendidikan nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003
pasal 30 Bab IV dirumuskan bahwa “pendidikan keagamaan berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.2
Berdasarkan ketentuan perundang-undangan di atas dapat diketahui bahwa
pendidikan agama Islam di sekolah tidak dimaksudkan untuk sekedar memberikan
wawasan atau pengetahuan keagamaan kepada siswa, tetapi lebih merupakan upaya
untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang beragama. Pribadi yang beragama
artinya pribadi yang mengerti dan memahami ajaran-ajaran agama serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1 Basuki dan Ulum, M. Miftahul. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007).
2 Undang-undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 30 Bab IV Nomor. 02 Tahun 2003.
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
َ ِ ُا ْد ُع ِا ىٰل َس ِب ْي ِل َرب َِك ِِبلْ ِح ْْكَ ِة َوالْ َم ْو ِع َظ ِة الْ َح َس نَ ِة َو َجا ِدلْهُ ْم ِِبل َّ ِ ِْت
ِه َا ْح َس ُ ُۗن ِا َّن َرب َّ َك ه َُو َا ْع َ َُل ِب َم ْن ضَ َّل َع ْن
َس ِب ْي ِ ِٖل َوه َُو َا ْع َ َُل ِِبلْ ُم ْهتَ ِد ْي َن
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Qs. An-Nahl:
125)
3 M. Yusuf Ahmad, Siti Nurjanah, “Hubungan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Kecerdasan Emosional Siswa”, Jurnal Al-Hikmah, Vo. 13, No. 1, (2016).
4 Aziz Hidayatullah, Budianti, Ruswandi, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar”,
Pendidikan agama Islam ada dua kelompok yaitu: pertama, pendidikan Islam
merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan Hasrat
dan niat untuk mengajarkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah
sistem pendidikan yang dikembangkan dari ajaran nilai-nilai Islam.6
Materi PAI adalah materi pelajaran atau materi pokok bidang studi Islam yang
dilakukan secara terencana guna menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani, mengamalkan ajaran Islam dan berakhlak secara
Islam serta diikuti tuntunan untuk menghoormati agama lain dalam hubungan dengan
kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.7
Pembelajaran pendidikan Islam adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri sesorang peserta didik. Inilah yang merupakan sebagai inti
dari proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat:
1. Intensional, yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang
dilakukan, proses pembelajaran dengan sengaja dan disadari, bukan terjadi karena
kebetulan.
2. Positif-aktif, perubahan yang bersifat positif -aktif. Perubahan bersifat positif yaitu
perubahan yang bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping mnghasilkan
sesuatu yang baru dan lebih baik disbanding sebelumnya, sedangkan perubahan
yang bersifat aktif yaitu perubahan yang terjadi karena usaha yang dilakukan
pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya.
3. Efektif fungsional, perubahan yang bersifat efektif yang dimana adanya perubahan
yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun yang bersifat
fungsional yaitu perubahan yang relative tetap serta dapat diproduksi atau
dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.8
6 Muhamimi, Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo, Manajmen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012), 3-4.
7 Erwin, Materi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Nadi Offset, 2009), 7.
8 M. Yusuf Ahmad, siti Nurjanah, Hubungan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
bahwa indikator Mumayyiz (seseorang yang telah Tamyiz) adalah anak mampu
memahami suatu pembicaraan dan mampu menjawab (pertanyaan) dari lawan
bicaranya.
Seorang anak yang Mumayyiz adalah anak yang sudah mencapai usia dimana
seorang anak sudah mulai bisa membedakan mana hal yang bermanfaat baginya dan
mana hal yang membahanyakan dirinya, sebagian ulama menyatakan bahwa pada usia
ini seorang anak memiliki kemampuan dalam otaknya untuk bisa menggali arti dari
suatu hal. Dalam kenyataannya, pada masa ini seorang anak mampu melakukan
beberapa hal secara mandiri, seperti makan dan minum.
Fase Tamyiz merupakan fase dimana seseorang anak dipersiapkan atau harus
mempersiapkan dirinya melakukan peran sebagai Abdullah. Sebagai hamba Allah SWT.
anak perlu memahami siapa Allah SWT. (melalui tauhid) dan bagaimana aturan-aturan
Allah SWT. berlaku di atas bumi demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Fase ini
sesungguhnya dimaksudkan agar manusia siap menjalankan tugas-tugasnya sebagai
manusia tatkala manusia telah menjadi manusia dewasa yang terbebani hukum (taklif).
Anak tidak lagi bersifat egosentris, artinya anak tidak lagi memandang diri
sendiri sebagai pusat perhatian lingkungannya. Anak mulai memerhatikan keadaan
sekelililingya dengan objektif. Karena timbul keinginannya untuk mengetahui
kenyataan, keinginan itu akan mendorongnya untuk menyelidiki segala sesuatu yang
ada di lingkungannya. Anak keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan
sekolah, yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan
rohani. Mereka mengenal lebih banyak teman dalam lingkungan sosial yang lebih luas,
sehingga peranan sosialnya semakin berkembang.
Sesuai dengan kemampuan yang telah dimilikinya, pada fase Tamyiz ini anak
sudah siap untuk mempelajari ilmu-ilmu hukum terkait bagaimana berhubungan
dengan Allah SWT. maupun aturan hukum lain, seperti ibadah, muamalah, jinayat, dan
munakahat. Pendidikan pokok syari’atnya setidaknya diharapkan tuntas pada usia 10
tahun atau 12 tahun sehingga ketika mendapat sudah baligh siap menjadi mukallaf.
Adanya perintah mengajarkan sholat mengisyaratkan bahwa anak telah memiliki
perkembangan perasaan intelek, kedisiplinan, perkembangan religiusitas dan
perkembangan jiwa sosial. Perintah sholat juga mengajarkan kedisiplinan, salah satunya
melalui diperintahkan untuk sholat adalah ajaran didaktis yang erat kaitannya dengan
perkembangan anak. Menanamkan disiplin sholat lima waktu bukanlah hal yang mudah
jika tidak dimulai dari dini, sehingga membutuhkan masa antara untuk sebelum benar-
benar terkena hukum taklif. Pada usia ini anak masih belum dihukum (dipukul) ketika
belum mampu menjalankan perintah sholat dengan semestinya. Hal yang paling penting
ditananamkan adalah memahami makna sholat dan kecintaan melakukannya.
Perkembangan berfikir berkembang secara berangsur-angsur, ingatan anak
menjadi kuat sekali sehingga biasanya mereka senang sekali menghafal banyak-banyak.
Anak mengalami masa kegembiraan dalam belajar sehingga pengetahuannya dan
kemampuannya terus bertambah.
Oleh karena itulah, pada masa ini keterampilan-keterampilan fundamental,
seperti membaca, menulis dan berhitung telah dikuasai dengan sangat baik.
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Kuttab: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
Perkembangan bahasa anak pada fase ini telah sampai pada kemampuan kestabilan
bahasa. Dimulai sejak usia enam tahun, bahasa anak sudah semakin stabil, gaya tuturnya
sudah sistematis dan mampu mengutarakan idenya dengan bahasa yang tepat.
Landasan fase ini adalah adanya fase antara pasca Tamyiz hingga sebelum baligh.
Jika fase Tamyiz berakhir pada usia 10 tahun (dengan dipukul jika tidak mau sholat dan
memisahkan tempat tidurnya), maka fase ini berangkat dari 10 tahun sampai seorang
anak menjadi baligh, baik dengan bermimpi/haid atau sudah menginjak usia 15 tahun.
Amrad sendiri dalam bahasa arab berarti pemuda. Pengertian lebih jelas
mengenai Amrad adalah pemuda yang selumrahnya sudah tumbuh jenggot dan
kumisnya, namun belum tumbuh.
Fase Amrad dipersiapkan seseorang menjadi khalifah (wakil Allah). Oleh karena
itu, hal mendasar yang harus diajarkan adalah kesadaran akan tanggung jawab terhadap
semua makhluk, karena manusialah yang menjadi wakil Allah yang akan mengatur,
menjaga, mengolah semua yang ada di bumi ini. Seperti Nabi Muhammad SAW, sejak
umur 12 tahun beliau terlibat dalam perang Fijar yang dilakukan oleh orang-orang
Quraisy, beliau berperan dalam kelancaran pasokan senjata bagi pasukan yang
berperang.
Tidak hanya itu, pada fase ini tepatnya usia 12 tahun, Nabi Muhammad SAW, juga
telah mulai diajak berdagang oleh pamannya Abu Thalib ke negeri Syam. Dengan
berdagang berarti Nabi telah belajar mengenai pengelolaan keuangan, mengamalkan
kejujuran dan keadilan dalam berdagang, menjalin komunikasi dan interaksi dengan
orang lain dan tentu saja belajar mengenai prinsip-prinsip bisnis lainnya.
Pada fase Amrad ini anak telah berkembang pesat secara fisik, psikologis dan
kemampuannya untuk mengembangkan dirinya sendiri. Secara intelektual, pada usia ini
anak sudah memilki kemandirian berfikir abstrak, sehingga ilmu-ilmu nadzari, yaitu
ilmu-ilmu yang mengandalkan logika yang kuat, sudah tepat diajarkan kepada anak.
Filsafat, matematika fisika, astronomi sudah dapat diajarkan kepada anak-anak tanpa
meninggalkan ilmu-ilmu yang dlaluri (empiris dan rasional) tentu juga harus
dilanjutkan.
Dalam fase ini seorang anak memerlukan pengembangan potensipotensinya
untuk mencapai kedewasaan dan kemampuan bertanggung jawab penuh. Anak
membutuhkan latihan dan kepercayaan untuk menjadi manusia yang bertanggung
jawab sebagai calon manusia dewasa. Ia membutuhkan dorongan, peluang-peluang dan
ketersediaan ruang (terutama ruang psikis) untuk melakukan eksperimentasi yang
memungkinkan anak kelak mencapai taklif dalam makna yang sesungguhnya, tidak
sekedar tuntutan formal fikih semata.
Kemampuan lain yang perlu dilatihkan pada fase ini adalah penguasaan atas
keterampilan hidup (life skill). Karena suatu saat nanti seorang anak harus bekerja. Pada
saat dewasa mereka harus mampu mandiri, menanggung kehidupan sendiri dan
keluarganya. Maka, menjelang dewasa ia harus melakukan proses latihan yang dapat
menjadikannya mandiri secara ekonomi dengan mulai belajar bekerja/ berwirausaha.
Selain hal-hal tersebut di atas, Syeikh Abdullah Nashih Ulwan memberi
peringatan tentang tanggung pendidikan seksual anak. Pendidikan seksual adalah upaya
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
10 Ibid., 102.
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Kuttab: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
3. Fikih
Fikih merupakan sistem atau seperangkat aturan syari'at yang berkaitan
dengan perbuatan manusia (mukallaf). Aturan tersebut terkait hubungan manusia
dengan Allah Swt. (hablum minallah), sesama manusia (hablum minannas) dan
dengan makhluk lainnya (hablum ma `al ghairi) dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Fikih menekankan pada pemahaman yang
benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta implementasinya dalam
ibadah dan muamalah dalam konteks keIndonesiaan, sehingga semua prilaku
sehari-hari sesuai aturan dan bernilai ibadah.
4. Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masake masa.
Pembelajaran SKI menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah
(pelajaran) dari sejarah masa lalu untuk menyikapi dan menyelesaikan
permasalahan masa sekarang dan kecenderungan masa depan. Keteladanan yang
baik dan ibrah masa lalu menjadi inspirasi generasi penerus bangsa untuk
menyikapi dan menyelesaiakan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek,
seni dan lain-lain dalam rangka membangun peradaban di zamannya.11
Tabel 1
Lingkup Materi PAI di Madrasah Ibtidaiyah berdasarkan KMA No.18312
Al-Qur’an Hadits
Lingkup Semester Materi
Memahami Huruf hija’iyah beserta tanda bacanya
(Fathah, Kasrah, dan Dlammah)
Ganjil
Memahami Q.S. alFatihah (1), an-Nas (114), al
Falaq (113), al-Ikhlas (112) dan al-Lahab (111)
Memahami huruf hijs’iysh beserta tanda bacanya
Kelas 1 (Fathatain, Kasratain, Dlammatain, Sukun,
Tasydid)
Genap Memahami Q.S. an-Nashr (110), al-Kafirun (109),
alKautsar (108), al-Ma'un (107) dan al-Quraisy
(106)
Memahami hadits tentang kebersihan
Mengetahui cara menulis huruf hija’iyah secara
terpisah dan bersambung.
Kelas 2 Ganjil Memahami hukum bacaan ghunnah
Memahami Q.S. al-Fiil (105), al- Humazah (104), al
Ashr (103) dan atTakatsur (102)
11 KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah
12 Ibid.
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
13 Abdul Majid dan Dian ANdayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 130.
14 Hisyam Muhammad Fiqyh Aladdin, Alaika M. Bagus Kurnia PS, Peran Materi Pendidikan Agama Islam di
Sekolah dalam Membentuk Karakter Kebangsaan, Jurnal penelitian Agama Vol 10, No. 2, 2019.
15 Eliham, Abdullah Syahid, Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Mmebentuk Karakter
kelas, kegiatan diluar kelas dan kegiatan diluar sekolah. Cara tersebut memberikan
kemudahan dalam pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak dengan
materi-materi yang ada dan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, refleksi,
serta metode-metode yang mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.16
Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam diberikan
dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling
menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Materi PAI adalah materi pelajaran atau materi pokok bidang studi Islam yang
dilakukan secara terencana guna menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani, mengamalkan ajaran Islam dan berakhlak secara
Islam serta diikuti tuntunan untuk menghoormati agama lain dalam hubungan dengan
kerukunan antara umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Adapun lingkup materi pembelajaran PAI dibagi menjadi beberapa mata pelajaran
yakni, seperti: Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, dan juga Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI).
Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Miftakhul falah dilaksanakan dengan tiga acara yaitu kegiatan pembelajaran di dalam
kelas, kegiatan diluar kelas dan kegiatan diluar sekolah. Cara tersebut memberikan
kemudahan dalam pendidikan karakter dalam pembelajaran akidah akhlak dengan
materi-materi yang ada dan menggunakan metode pembiasaan, keteladanan, refleksi,
serta metode-metode yang mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Referensi
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Qur’an, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ahmad, M. Yusuf siti Nurjanah, 2016. Hubungan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan Kecerdasan Emosional Siswa, Jurnal Al-Hikmah, Vo. 13, No. 1.
Ahmadi, Abu. 1986. Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), Bandung: Armico.
Aladdin, Hisyam Muhammad Fiqyh, Alaika M. Bagus Kurnia PS. 2019. Peran Materi
Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Membentuk Karakter Kebangsaan, Jurnal
penelitian Agama Vol 10, No. 2.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Basuki dan Ulum, M. Miftahul. 2007 Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo: STAIN
Po Press.
16Lubna handayani, “Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Falah Kedu”, E-Journal Cakrawala. Vol. 4 No. 1. (2020).
Prodi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan
Kuttab: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Vol. 06, No. 02, September 2022, hlm. 167-184
Eliham, Abdullah Syahid. 2018. Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam
Mmebentuk Karakter Pribadi yang Islami, Jurnla Edumaspul, Vol. 2 No.1 2018.
Erwin. 2009. Materi Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Nadi Offset.
Fauzi, Rahmat. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran Picture And Picture Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi Siswa KelasVIII D SMP NEGERI 14 Surakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 3.
Handayani, Lubna. 2020. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Pembentukan
Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Miftakhul Falah Kedu, EJournal Cakrawala. Vol.
4 No. 1.
Hidayatullah, Aziz. Budianti, Ruswandi, 2020. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 18. No 02.
Khusni, Moh Faishol. 2018. Fase Perkembangan Anak dan Pola Pembinaanya dalam
Presektif Islam, Jurnal erempuan Anak, Vol.02, No.02.
KMA Nomor 183 Tahun 2019 Tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hal.
130
Muhamad, Alim. 2006. Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 6
Muhamimi, Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo. 2012. Manajmen Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Rahman, Nazarudin. 2009. Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik,
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum, Yogyakarta: Pustaka
Felicha.
Ramayulis. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam, cet ketiga, Jakarta, Kalam Mulia.
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta : Quantum
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, jakarta : Quantum
Teaching.
Undang-undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 30 Bab IV Nomor. 02 Tahun 2003.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Yamin, Martinis. 2008. Profesional Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta : Gaung Persada
Press.