Syahroni Toriqularif Strategi Dan Metode

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Vol. 2 No.

1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 18

STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM

Muhammad Irfan Syahroni1*) dan Muhammad Toriqularif2**)


1
Dosen STIT Al-Aziziyah, Jln. TGH. Umar Abdul Aziz II kapek Gunung Sari Lombok Barat, kode pos
83351.
2
Dosen STAI Al-Falah Banjarbaru, Landasan Ulin Barat, Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan
Selatan, kode pos 70723
*)
email: irfan_syahroni@yahoo.com
**)
email: muhammadtoriqularif828@gmail.com

Abstrak

The task of educator is not only to deliver information to student but also
to encourage them to be actively involved, thereby it can build independence and
creativity in observing, analyzing and solving problems. In learning Islamic
education, educator must strive to create learning environment conditions that
can strengthen student learning. There are four elements in the Islamic
education strategy, namely the formulation of clear goals, the selection of the
right approach in the teaching and learning process, the formulation of learning
steps, and benchmarks for learning success. Islamic education learning method
can be classified into two kinds. Firstly, conventional method is a teaching
method commonly used by educators or often referred to as traditional method.
Secondly, the unconventional method, which is a newly developed teaching
technique, such as the module teaching method, programmatic teaching, unit
teaching, machine program, which was developed and applied in certain schools
that have complete equipment and media as well as qualified educator.
Keywords: Strategy, Method, Learning, Islamic Education

1. Pendahuluan “Maka hadapkanlah wajahmu dengan


Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
Pendidikan merupakan hal yang
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
sangat urgen bagi setiap anak karena dapat manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
membimbing serta mengarahkan aspek
agama yang lurus; tetapi kebanyakan
perkembangan anak yang dilahirkan manusia tidak mengetahui”.1
dengan bekal fitrah ilahiah yang suci.
Melalui kegiatan pendidikan,
Berkenaan dengan fitrah ini Allah swt.
seorang anak mampu mengaktualisasikan
berfirman dalam al-Qur’an:
potensi-potensi yang dimiliki sehingga
tsÜsù ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z ‹ÏΖym ÈÏe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù mampu menemukan aktivitasnya sendiri
serta dapat mengalami perubahan positif
ÚÏe$!$# šÏ9≡sŒ 4 «!$# È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκöŽn=tæ }¨$¨Ζ9$#
dalam aspek kepribadian yang menyang-
∩⊂⊃∪ tβθßϑn=ôètƒ Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# uŽsYò2r&  ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# kut perubahan kognitif, afektif dan

1
Q.S. al-Rûm [30]: 30.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 19

psikomotorik. Setiap anak dilahirkan dipahami sebagai garis-garis besar haluan


dengan membawa potensi yang berbeda- untuk bertindak dalam usaha mencapai
beda. Oleh karena itu, untuk menumbuh- sasaran yang telah ditentukan.3 Sedangkan
kan dan mengembangkan potensi tersebut, metode adalah cara yang dipergunakan
setiap anak memerlukan bimbingan dan pendidik dalam mengadakan hubungan
arahan. Pendidikan merupakan sarana dengan peserta didik pada saat
yang paling tepat untuk menumbuhkem- berlangsungnya pengajaran.4
bangkan potensi anak tersebut. Namun, Di dalam Undang-Undang No. 20
permasalahan yang sering ditemui adalah tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
proses pendidikan itu sendiri belum Nasional dinyatakan bahwa tujuan
berjalan secara efektif dan efisien, pendidikan nasional adalah mengem-
terutama pada pendidikan formal sekolah. bangkan potensi peserta didik agar
Pihak sekolah utamanya pendidik menjadi manusia yang beriman dan
sebagai tenaga pendidik harus memiliki bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
pengetahuan dan pemahaman yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
memadai tentang karakteristik peserta kreatif, mandiri, dan menjadi warga
didiknya. Setiap anak memiliki latar negara yang demokratis serta
belakang, bakat, minat dan potensi yang bertanggungjawab.5
berbeda. Tugas utama pendidik adalah Dengan demikian, pendidikan Islam
mengakomodasi keberagaman tersebut sebagai usaha sadar untuk menyiapkan
2
untuk mencapai tujuan pembelajaran. peserta didik dalam menyakini,
Agar pelayanan pendidikan di memahami, menghayati, dan mengamal-
sekolah dapat mencapai sasaran denggan kan agama Islam mempunyai peranan
optimal, maka kegiatan pembelajaran di yang sangat besar dalam merealisasikan
sekolah harus terlaksana dengan baik pula. tujuan pendidikan nasional tersebut.
Diantara hal penting yang harus Secara umum, pendidikan Islam
diperhatikan pendidik dalam kegiatan bertujuan agar peserta didik memahami,
pembelajaran adalah penggunaan strategi menghayati, meyakini dan mengamalkan
dan metode pembelajaran. Strategi dapat ajaran Islam sehingga menjadi manusia

2 4
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Syaeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
melalui Pendidikan, (Bandung: Remaja Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka,
Rosdakarya, 2005), h. 79. 2002), h. 5.
3 5
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
(Jakarta: Grasindo, 2002), h. VII. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 20

muslim yang beriman, bertaqwa kepada kemandirian untuk mengamati, mencer-


Allah swt. dan berakhlak mulia.6 Rumusan mati, menganalisa, dan memecahkan
tujuan pendidikan Islam ini mengandung permasalahan. Dengan lain kata, ketika
pengertian bahwa proses pendidikan Islam pembelajaran PAI di kelas, pendidik harus
yang dialami dan dilalui peserta didik berupaya menciptakan kondisi lingkungan
dilaksanakan dalam tiga tahapan. belajar yang dapat membelajarkan peserta
Pertama, tahapan kognisi, yakni didik. Berdasarkan latar belakang di atas,
pengetahuan dan pemahaman peserta maka penulis memaparkan lebih lanjut
didik terhadap ajaran Islam. Kedua, tentang strategi dan metode pembelajaran
tahapan afeksi, yakni terjadinya proses pendidikan Islam.
internalisasi ajaran dan nilai agama ke
dalam diri peserta didik. Ketiga, tahapan 2. Strategi dan Metode Pembelajaran
psikomotor, yakni tumbuhnya motivasi Pendidikan Islam
dalam diri peserta didik untuk 1. Pengertian Pembelajaran
mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan Islam
Dalam kegiatan pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar
pendidikan Islam, biasanya pendidik “belajar”.7 Banyak pengertian tentang
menggunakan cara konvensional yang belajar yang dikemukakan oleh para ahli
didominasi metode ceramah. Pendidik pendidikan. Beberapa di antaranya
memulai pelajaran dengan kegiatan mengatakan bahwa “belajar adalah proses
ceramah, tanya jawab, latihan soal, interaksi dengan lingkungan”.8 Darsono
pendidik menyimpulkan, dan kemudian menyatakan bahwa “belajar merupakan
dilanjutkan dengan pemberian tugas. suatu kegiatan yang mengakibatkan
Tugas pendidik tidak hanya terjadinya perubahan tingkah laku”.9
menyampaikan informasi kepada peserta Sedangkan menurut Winkell, belajar
didik, tetapi pendidik harus mendorong adalah suatu aktivitas mental atau psikis
peserta didik agar telibat secara aktif yang berlangsung dalam interaksi aktif
sehingga menimbulkan kreativitas dan dengan lingkungan, yang menghasilkan

6 8
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar
Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, Mengajar”, dalam Ismail (ed), PBM-PAI di
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 78. Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
7
Belajar dapat diartikan sebagai berusaha Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka
mengetahui sesuatu: berusaha memperoleh ilmu Pelajar, 1998), h. 216.
9
pengetahuan (kepandaian, eterampilan). Max Darsono, et.al., Belajar dan
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Pembelajaran, (Semarang: CV. IKIP Semarang
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 23. Press, 2000), h. 24.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 21

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, laku, pemikiran, pemahaman, keterampil-


pemahaman, ketrampilan, dan nilai-nilai an dan nilai sikap yang bersifat sementara.
sikap. Perubahan ini bersifat relatif Sedangkan pembelajaran, menurut
konstan dan berbeda.10 Sudjana, merupakan perubahan dalam diri
Morgan medefinisikan, “learning is seseorang baik perubahan yang ditunjukan
relatively permanent change in behavior dari pengetahuan, pemaham-an, sikap, dan
which occurs as result of experience or tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
practice”.11 Sedang menurut Skinner, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek
“learning is a process of progressive lain yang diakibatkan dari belajar.15
behaviour adaptation”.12 Makna pembelajaran oleh sebagian
Al-Fahmi mengemukakan: orang disamakan dengan pengajaran.
Pemahaman yang keliru antara pengajaran
‫إن اﻟﺘﻌﻠﻢ ﰲ ﻧﻈﺮ ﻣﻦ ﻋﺒﺎرة ﻋﻦ ﻋﻤﻠﻴﺔ ﺗﻌﺪﻳﻞ‬
dan pembelajaran akan mempengaruhi
13
.‫ﰱ اﻟﺴﻠﻮك او اﳋﱪة‬ seorang pendidik dalam proses belajar
“Sesungguhnya belajar adalah proses
mengajar. Pengajaran pada dasarnya
perubahan perilaku atau pengalaman”.
hanya terfokus pada otoritas pendidik
Sedangkan menurut Aziz dan Majid,
dalam proses belajar mengajar di kelas.
‫إن اﻟﺘﻌﻠﻢ ﻫﻮ ﺗﻐﻴﲑ ﰱ ذﻫﻦ اﳌﺘﻌﻠﻢ ﻳﻄﺮأ ﻋﻠﻰ‬ Peserta didik pada pengajaran diposisikan
14.‫ﺧﱪة ﺳﺎﺑﻘﺔ ﻓﻴﺤﺪث ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻐﻴﲑا ﺟﺪﻳﺪا‬ sebagai objek yang bersifa pasif.

“Belajar adalah suatu perubahan dalam Sedangkan pembelajaran justru


pemikiran peserta didik yang dihasilkan memberikan fokus pada peserta didik
atas pengalaman terdahulu kemudian
terjadi perubahan baru”. untuk lebih aktif. Peserta didik bukan
hanya sekedar memahami konsep dan
Dari beberapa definisi belajar
prinsip keilmuan, tapi juga memiliki
tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
terampil sesuai konsep dan prinsip-prinsip
adalah suatu proses interaksi dengan
keilmuan yang telah dikuasainya.
lingkungan yang menyebabkan terjadinya
Adapun pendidikan Islam terdiri
perubahan-perubahan, baik dalam tingkah
dari dua kata, yaitu pendidikan dan Islam.

10 13
W.S. Winkell, Psikologi Pengajaran, Musthafa al-Fahmi, Sikulujiah al-
(Jakarta: Gramedia, 1986), h. 36. Ta’allum, (Mesir: Darul Misri li al-Thaba’ah, t.th),
11
Clifford T. Morgan, Introduction to h. 22.
14
Psychology, (New York: The Ms. Grow Will Book Abdul Aziz dan Abdul Majid, at-
Company, 1961), h. 187. Tarbiyah wa Turuqut Tadris, (Mesir: Darul
12
Charles E. Skinner, Essentials of Ma’arif, t.th.), h. 169.
15
Educational Psychology, (New York: Prentice Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif,
Hall, INC, 1958), h. 199. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), h. 5.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 22

Pendidikan secara bahasa berasal dari kata aslama berasal dari kata salima, yang
“didik” yang diartikan: “memelihara dan berarti “selamat, sentosa dan damai”.19
memberi latihan (ajaran, pimpinan) Adapun pendidikan Islam, menurut
mengenai akhlak dan kecerdasan Daradjat adalah:
pikiran”.16 Sedangkan secara istilah, Suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya
pendidikan didefinisikan sebagai berikut.
setelah selesai dari pendidikan dapat
Menurut Thomson, “by education memahami apa yang terkandung
didalam Islam secara keseluruhan,
means the influence of environment upon
menghayati makna dan maksud serta
the individual to produce a permanent tujuannya dan pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan
change in his habits behavior, thought,
ajaran-ajaran agama Islam yang telah
and attitude”.17 dianutnya sebagai pedoman hidup
sehingga dapat menjadikan
Al-Ghulayain mendefenisikan:
keselamatan di dunia dan di akhirat.20
‫اﻟﱰﺑﻴﺔ ﻫﻲ ﻏﺮس اﻷﺧﻼق اﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﰱ ﻧﻔﻮس‬ Hasan membagi pendidikan Islam
‫اﻟﻨﺎﺷﺌﲔ وﺳﻘﻴﻬﺎ ﲟﺎء اﻹرﺷﺎد واﻟﻨﺼﻴﺤﺔ ﺣﱴ‬ menjadi tiga pengertian. Pertama,

‫ﺎ‬K‫ﺗﺼﺒﺢ ﻣﻠﻜﺔ ﻣﻦ ﻣﻠﻜﺎت اﻟﻨﻔﺲ ﰒ ﺗﻜﻮن ﲦﺮا‬ pendidikan Islam adalah jenis pendidikan
yang pendirian dan penyelenggaraannya
18.‫اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ واﳋﲑ وﺣﺐ اﻟﻌﻤﻞ ﻟﻨﻔﻊ اﻟﻮﻃﻦ‬
didorong oleh hasrat dan semangat cita-
“Pendidikan adalah penanaman akhlak
yang mulia dalam jiwa anak didik serta cita untuk membumikan Islam (nilai-nilai
mengarahkannya dengan petunjuk dan Islam). Kata Islam ditempatkan sebagai
nasehat, sehingga menjadi suatu kecen-
derungan dari beberapa kecenderungan sumber nilai yang akan diwujudkan dalam
jiwa yang akan membutuhkan keutamaan, pendidikan. Kedua, Jenis pendidikan yang
kebaikan, dan cinta beramal agar
berguna bagi tanah air”. memberikan perhatian dan menjadikan
ajaran Islam sebagai pengetahuan untuk
Sedangkan Islam berasal dari bahasa
program studi yang diselenggarakan. Pada
Arab, yaitu dari kata aslama-yuslimu-
pengertian ini Islam ditempatkan sebagai
islâman, yang berarti “berserah diri”. Kata
ilmu, bidang studi. Ketiga, jenis
pendidikan yang mencakup kedua

16 19
Departemen Pendidikan Nasional, Maktabah al-Syarqiyah, Munjid fî al-
Kamus Bahasa..., h. 353. Lughah wa al-Aklâm, (Beirut: Dâr al-Masyriq,
17
Sir God Frey Thomson, A Modern 1986), h. 347.
20
Philosophy of Education, (London: George Allen Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam,
& Unwin, 1957), h.19 (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 88.
18
Mustofa al-Ghulayaini, Idhâh al-Nâsyiîn,
(Beirut: al-Maktabah al-Asriyah li al-Thâba’ah wa
al-Nasyr, 1953), h. 185.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 23

pengertian di atas. Islam ditempatkan rencana yang cermat mengenai kegiatan


sebagai sumber nilai sekaligus sebagai untuk mencapai sasaran khusus”.23
bidang studi yang ditawarkan melalui Dengan demikian dapat
program studi yang diselenggarakan.21 disimpulkan bahwa istilah strategi ini pada
Berdasarkan pengertian tersebut, mulanya ruang lingkupnya hanya
dapat diambil kesimpulan bahwa digunakan dalam bidang kemiliteran,
pendidikan Islam adalah usaha untuk kemudian berkembang dalam berbagai
membantu dan mengembangkan fitrah bidang termasuk dalam dunia pendidikan.
keberagamaan peserta didik agar Berikut ini dikemukakan beberapa definisi
menghargai, menghayati, memahami, strategi pembelajaran yang dikemukakan
meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran para ahli pendidikan.
agama Islam dalam kehidupan supaya Menurut Azhar, strategi pembela-
menjadi manusia yang bertaqwa dan jaran adalah pola umum perbuatan
mempunyai kepribadian yang utama serta pendidik peserta didik di dalam perwu-
berguna bagi umat manusia. judan belajar mengajar.24 Pendapat yang
sama dikemukakan Gulo bahwa strategi
2. Strategi Pembelajaran Pendidikan
pembelajaran merupakan rancangan dasar
Islam
bagi seorang pendidik tentang cara ia
Istilah strategi pada mulanya
membawakan pengajarannya di kelas
digunakan dalam dunia kemiliteran.
secara bertanggung jawab.25
Strategi berasal dari bahasa Yunani
Sudjana menambahkan strategi
“strategos”, yang berarti jenderal/ pangli-
pembelajaran sebagai tindakan nyata dari
ma. Sehingga strategi diartikan sebagai
pendidik atau praktik pendidik
ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglima-
melaksanakan pengajaran melalui cara
an.22 Sedangkan strategi dalam Kamus
tertentu yang dinilai efektif dan lebih
Bahasa Indonesia diartikan sebagai
efisien.26 Pendapat yang lebih luas
“siasat perang atau ilmu siasat perang;
dikemukakan Darwis bahwa secara makro
strategi merupakan kebijakan-kebijakan

21 24
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar
Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Mengajar Pola CBSA, (Surabaya: Usaha Nasional,
Pedoman Ilmu Jaya, 2003), h. 45. 1993), h. 95.
22 25
W. Gulo, Strategi Belajar..., h. 1. W. Gulo, Strategi Belajar..., h. 3.
23 26
Departemen Pendidikan Nasional, Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses
Kamus Bahasa..., h. 1112. Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Sinar Baru,
2000), h. 147.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 24

yang mendasar dalam pengembangan d. Pertimbangan dan penetapan tolok


ukur untuk mengukur taraf
pendidikan sehingga tercapai tujuan
keberhasilan sesuai dengan tujuan
pendidikan secara lebih terarah, lebih yang dijadikan sasaran.28
efektif dan efisien. Sedangkan secara
Jadi, ada empat unsur dalam strategi
mikro khususnya dalam proses belajar
pembelajaran pendidikan Islam, yaitu
mengajar, strategi adalah langkah-langkah
perumusan tujuan, pemilihan pendekatan
tindakan yang mendasar dan berperan
yang tepat dalam proses belajar mengajar,
besar dalam proses belajar mengajar untuk
perumusan langkah-langkah, dan tolok
mencapai sasaran pendidikan.27
ukur keberhasilan pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, maka
a. Pendekatan29 Pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa strategi belajar
Dalam strategi pembelajaran
mengajar adalah rancangan dasar bagi
pendidikan Islam, ada beberapa
seorang pendidik dalam kegiatan belajar
pendekatan yang diterapkan pendidik,
mengajar melalui cara tertentu yang
yaitu:
dinilai lebih efektif dan efisien untuk
1) Pendekatan Ekspositori atau Model
mencapai sasaran pendidikan.
Informasi
Menurut Sudjana, strategi
Pendekatan ini bertolak dari
pembelajaran sebagai dasar kegiatan
pandangan bahwa tingkah laku kelas
belajar mengajar meliputi empat hal,
dan penyebaran pengetahuan dikontrol
yaitu:
dan ditentukan oleh pendidik.30
a. Pengidentifikasian dan penetapan
Menurut pandangan ini, hakikat
spesifikasi dari kualifikasi tujuan
yang akan dicapai dengan memper- mengajar adalah menyampaikan ilmu
hatikan dan mempertimbangkan
pengetahuan kepada peserta didik.
aspirasi masyarakat yang
memerlukannya; Peserta didik hanya sebagai objek yang
b. Pertimbangan dan pemilihan cara
menerima materi dari seorang pendidik
pendekatan utama yang dianggap
ampuh untuk mencapai sasaran; dan pendidik adalah subjek dalam
c. Pertimbangan dan penetapan
proses belajar mengajar. Dalam
langkah-langkah yang ditempuh
sejak titik awal pelaksanaan sampai pendekatan ini, seorang pendidik
titik akhir pencapaian sasaran;
mengolah secara tuntas pesan/materi

27 29
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar..., Pendekatan diartikan sebagai orientasi
h. 196. atau cara memandang terhadap sesuatu.
28
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h. Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar..., h. 208.
30
153. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h.
153.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 25

sebelum disampaikan di kelas sehingga bingan pendidik. Peserta didik harus


peserta didik tinggal menerima saja.31 ditempatkan sebagai subjek bukan
Kegiatan belajar mengajar dalam objek yang hanya menerima apa yang
pendekatan ini kurang optimal karena diberikan oleh pendidik, tapi peserta
pembelajaran berorientasi pada didik dituntut untuk bisa lebih aktif dan
pendidik (teacher centered), sehingga kreatif dalam pemecahan masalah.
peserta didik bersifat pasif karena Metode yang digunakan oleh
kegiatan peserta didik terbatas hanya pendidik dalam pendekatan ini adalah
kepada mendengarkan uraian pendidik, diskusi dan pemberian tugas. Diskusi
mencatat, dan sekali-kali bertanya dilakukan untuk pemecahan masalah
kepada pendidik. dengan cara berkelompok dengan bim-
2) Pendekatan Inquiri/Discovery bingan pendidik. Dengan demikian
Menurut Gulo, inkuiri berarti metode komunikasi yang digunakan
suatu rangkaian kegiatan belajar yang dalam berinteraksi dengan peserta
melibatkan secara maksimal seluruh didik bukan komunikasi satu arah, tapi
kemampuan peserta didik untuk komunikasi banyak arah.
mencari dan meyelidiki secara 3) Pendekatan Interaksi sosial
sistematis, kritis, logis, analitis, Pendekatan interaksi sosial
sehingga mereka dapat merumuskan bermula dari kenyataan bahwa manusia
sendiri penemuannya dengan penuh adalah makhluk sosial. Model ini
32
percaya diri. Sedangkan menurut menekankan pada pembentukan dan
Sudjana, inkuiri merupakan pendekat- pengembangan kemampuan peserta
an mengajar yang berusaha meletakkan didik untuk berinteraksi sosial,
dasar dan mengembangkan cara mengembangkan sikap dan perilaku
berpikir ilmiah.33 demokratis dengan musyawarah,
Peran pendidik lebih banyak gotong royong dan saling memberi
menempatkan diri sebagai pembimbing manfaat. Metode yang digunakan
dan fasilitator belajar, sehingga peserta dalam pendekatan ini antara lain,
didik lebih banyak melakukan kegiatan metode diskusi, kerja kelompok,
sendiri atau dalam bentuk kelompok pemberian tugas, problem solving, role
memecahkan masalah dengan bim- playing, sosio drama dan metode lain

31 33
W. Gulo, Strategi Belajar..., h. 11. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h.
32
W. Gulo, Strategi Belajar..., h. 84. 154.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 26

yang menunjang berkembangnya sebagai berikut: (1) memberi kebebasan


hubungan peserta didik.34 intelektual dan fisik dalam karakter yang
4) Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral ditentukan; (2) memungkinkan pencapai-
Models) an tujuan instruksional; (3) merangsang
Pendekatan ini menekankan pada peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (4)
teori tingkah laku, sebagai aplikasi dari merangsang peserta didik untuk
teori belajar behavioralisme, yang mengembangkan kecakapan sendiri dan
menyatakan bahwa perilaku manusia tidak tergantung kepada orang lain; (5)
itu dikendalikan oleh stimulus dan membuat suasana yang hangat antara
respon yang diterimanya.35 Pendidik peserta didik dengan pendidik; (6)
memberikan stimulus dengan menghasilkan sikap peserta didik yang
pengajarannya, dan peserta didik positif terhadap kelasnya.37
memberikan respon dengan perilaku Kondisi kelas yang baik tidak dapat
belajar dan ini dilakukan secara tercipta secara langsung dalam kegiatan
berulang-ulang dengan reinforcement rutinitas pembelajaran, tapi harus diupaya-
(penguatan) sehingga terbentuknya kan oleh pendidik dengan perencanaan
perubahan perilaku.36 yang sungguh-sungguh dan tepat.
b. Pengelolaan Kelas Langkah priroritas pendidik dalam
Dalam strategi pembelajaran menentukan strategi pengelolaan kelas
pendidikan Islam, hal penting yang harus adalah pengaturan sarana belajar yang
diperhatikan pendidik adalah pengelolaan mendukung proses pembelajaran dengan
kelas. Mengondisikan kelas yang mendesain sesdemikian rupa, sehingga
menguntungkan bagi peserta didik dalam dapat menunjang kegiatan pembelajaran
proses belajar mengajar merupakan yang dapat mengaktifkan peserta didik.
indikator utama untuk meraih Pendidik harus mampu mengatur kondisi
keberhasilan dalam mencapai tujuan antara dirinya dengan peserta didik,
pembelajaran. sehingga tercipta hal-hal sebagai berikut:
Jarolimek dan Foster mengemuka- 1) Aksesibilitas, peserta didik mudah
menjangkau alat atau sumber belajar
kan pentingnya pengelolaan kelas ini
yang tersedia;

34 36
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar..., Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses ..., h.
h. 227. 157.
35 37
Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar..., John Jarolimek & Clifford D. Foster,
h. 228. Model of Teaching, (New Jeresy: Englewood Cliff
Prenticehall Inc., 1975), h. 59-62.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 27

2) Mobilitas, peserta didik dan Pendidik dalam melakukan desain


pendidik mudah bergerak dari satu
kelas, perlu memperhatikan tingkat
bagian ke bagian yang lain dalam
kelas; keragaman peserta didik, baik keragaman
3) Interaksi, memudahkan terjadinya
tingkat kemampuan intelegensia dan
interaksi antara pendidik dan peserta
didik maupun antar siwa; dan kreativitas maupun perilaku peserta didik
4) Variasi kerja peserta didik,
di kelas, sehingga suasana pembelajaran
memungkinkan peserta didik
bekerja secara perorangan, betul-betul terkondisikan sebagai sebuah
berpasangan, atau kelompok.38
proses pendidikan yang tidak menciptakan
Pendidik harus mendesain kelas diskriminasi antara sesama peserta didik.
sehingga dapat merangsang peserta didik c. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
untuk dapat melakukan proses Agar peserta didik dapat berperan
pembelajaran secara maksimal. Menurut secara aktif dalam proses belajar
Silberman, ”the physical environment in a mengajar, maka pendidik harus dapat
classroom can make or break active menyediakan atau menciptakan suatu
learning”.39 Penjelasan ini menunjukan kondisi pembelajaran secara terencana
bahwa lingkungan fisik dalam suatu kelas dan baik. Dalam hal ini, seorang pendidik
dapat membuat atau menciptakan belajar harus memperhatikan klasifikasi strategi
yang aktif. belajar mengajar berikut.
Dalam pengaturan ruang belajar, 1) Pengaturan Pendidik dan Peserta Didik
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) Pembelajaran dapat dilakukan
bentuk serta ukuran bangku dan meja anak oleh pendidik secara perorangan dan
didik; (2) jumlah anak didik dalam setiap dapat pula dilakukan oleh tim (team
kelompok; (3) jumlah kelompok dalam teaching). Pembelajaran juga dapat
kelas; dan (4) komposisi anak didik dalam dilakukan secara tatap muka atau
kelompok (seperti anak didik pandai dengan menggunakan perantaraan
dengan yang kurang pandai, pria dengan media. Sedangkan pengaturan peserta
40
wanita). didik dapat dilakukan pembelajaran
secara klasikal (kelompok besar),

38 39
Mansur Muslich, Seri Setandar Nasional Mel Silberman, Acttive Learning 101
Pendidikan KTSP Pembelajaran Berbasis Strategies to Teach Any Subject, (Boston: Allyn
Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi and Bacon, 1996), h. 9.
40
pendidik, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah, Syaiful Bahri Djamarah, Pendidik Dan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 73. Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2005), h. 174.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 28

kelompok kecil atau pembelajaran pembelajaran yang bertolak dari yang


individual.41 umum untuk dilihat keberlakuannya
2) Struktur Peristiwa Belajar Mengajar atau akibatnya pada yang khusus.
Struktur peristiwa belajar Kedua, strategi induktif yaitu proses
mengajar dapat dibedakan menjadi: berpikir yang bergerak dari yang
a) Bersifat tertutup, yaitu segala khusus ke umum.44
sesuatu yang berkenaan dengan
5) Tujuan Belajar
perencanaan maupun kegiatan
pembelajaran ditentukan secara Sistem lingkungan belajar
relatif ketat;
dikelompokkan sesuai dengan tujuan
b) Bersifat terbuka, yaitu tujuan,
materi dan prosedur yang akan yang ingin dicapai dalam belajar. Ada
ditempuh ditentukan pada saat
lima macam tujuan yang membutuhkan
kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung.42 sistem lingkungan belajar, yaitu:
a) Kemampuan intelektual, hasil
3) Peranan Pendidik dan Peserta Didik
belajar terpenting dari sistem
dalam Pengolahan Pesan persekolahan;
b) Strategi kognitif, mengatur cara
Ada dua jenis peranan pendidik
belajar dan berpikir peserta didik
dan peserta didik dalam pengolahan dalam arti yang seluas-luasnya,
termasuk kemampuan
pesan. Pertama, pembelajaran ekspo-
memecahkan masalah;
sitorik yaitu pembelajaran yang c) Informasi verbal-pengetahuan,
yaitu dalam arti informasi dan
mengharuskan pesan dalam keadaan
fakta;
siap, dimana pesan diolah pendidik d) Ketrampilan motorik yang
diperoleh di sekolah, yaitu
secara tuntas sebelum disampaikan
ketrampilan menulis, membaca,
kepada peserta didik. Kedua, pembe- mengetik, dan lain sebagainya;
e) Sikap dan nilai yang
lajaran heuristik atau hipotetik, yaitu
berhubungan dengan arah serta
pembelajaran yang mengharuskan intensitas emosional yang
dimiliki oleh seseorang
pengolahan pesan oleh peserta didik.43
sebagaimana dapat disimpulkan
4) Proses Pengolahan Pesan dari kecenderungannya
bertingkah laku terhadap orang
Proses pengolahan pesan ini
lain, barang atau kejadian.45
dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama,
strategi deduktif yaitu peristiwa

41 43
Lalu Muhammad Azhar, Proses Lalu Muhammad Azhar, Proses
Belajar..., h. 13. Belajar..., h. 13.
42 44
Basyiruddin Usman, Metodologi Ibid., h. 14.
45
Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Basyiruddin Usman, Metodologi
Pers, 2002), h. 24. Pembelajaran..., h. 25.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 29

Kelima macam kemampuan didik dan menilai berapa jauh perubahan


dalam mencapai hasil belajar tersebut prilaku itu terjadi.47
mensyaratkan kondisi belajar tertentu Penilaian terhadap proses dan hasil
sehingga dapat dijabarkan strategi belajar dapat dilakukan dengan dua cara
pembelajaran yang lebih sesuai. yaitu cara internal dan eksternal. Penilaian
d. Penilaian/Evaluasi internal merupakan penilaian yang
Tahap terakhir dalam kegiatan dilakukan dan direncanakan oleh pendidik
pembelajaran adalah melakukan evaluasi. pada saat pembelajaran berlangsung.
Tanpa adanya evaluasi, maka semua Sedangkan penilaian eksternal merupakan
kegiatan pembelajaran hanya sia-sia penilaian yang dilakukan oleh pihak luar
belaka, karena kita tidak akan pernah yang tidak melaksanakan proses
mengetahui apakah pembelajaran yang pembelajaran, biasanya dilakukan oleh
dilaksanakan berhasil atau gagal, baik atau suatu institusi/lembaga baik di dalam
buruk. Evaluasi merupakan kegiatan akhir maupun di luar negeri.48
yang dilakukan oleh pendidik untuk Dengan demikian, tehnik penilaian
mengetahui seberapa jauh penguasaan yang dilakukan di kelas merupakan bagian
peserta didiknya terhadap materi yang dari penilaian internal (internal
telah diberikan atau bisa juga evaluasi itu assessment), yaitu untuk mengetahui
diartikan sebagai sebuah proses untuk proses dan hasil belejar peserta didik
menentukan nilai segala sesuatu yang ada terhadap penguasaan kompetensi yang
46
hubungannya dengan dunia pendidikan. diajarkan oleh pendidik. Menurut
Menurut Tyler, evaluasi merupakan Muslich, guna mendukung upaya
suatu proses untuk menemukan atau memandirikan peserta didik untuk belajar,
mengetahui berapa jauh pengalaman bekerja sama dan menilai diri sendiri,
belajar yang dikembangkan dan disusun maka penilaian yang digunakan adalah
sedemikian rupa itu betul-betul mampu Penilaian Berbasis Kelas (PBK).49
mencapai hasil yang diharapkan. Hasil Tyler menjelaskan bahwa penilaian
yang dimaksud adalah perubahan- kelas dapat dilaksanakan dengan berbagai
perubahan tertentu pada prilaku peserta cara, diantaranya melalui tes tertulis,

46 48
Khairon Rosyadi, Pendidikan Profetik, Mimin Haryati, Model dan Teknik
(Jakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), h. 283-284. Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
47
Ralph W. Tyler, Basic Principles of (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 13.
49
Curriculum and Instruction, (London: The Mansur Muslich, Seri Setandar..., h. 91.
University of Chicago Press, 1973), h. 105-106.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 30

penilaian unjuk kerja peserta didik kualitas hasil belajar, jika nilai rata-rata
(performance), penilaian tugas (resitasi) kelompok atau kelasnya rendah serta
baik tugas individu maupun tugas kurang praktis sebab harus menghitung
kelompok, penilaian hasil kerja (project), dahulu rata-rata, apalagi jika jumlah
penilaian peserta didik melalui peserta didik cukup banyak.53
pengumpulan hasil kerja (portofolio). Hal Sementara interprestasi tes yang
ini didasarkan atas asumsi bahwa menilai digunakan untuk mengetahui tingkat
proses pembelajaran harus lebih dari satu penguasaan bahan pengajaran dapat
tahapan penilaian.50 dilakukan dengan menggunakan penilaian
Oleh karena itu, pendidik acuan patokan (PAP) atau kriteria
diharapkan melaksanakan penilaian mutlak.54 PAP lebih ditunjukan pada
secara berkesinambungan, karena program (penguasaan materi pelajaran),
penilaian bertujuan untuk mengetahui bukan pada kedudukan peserta didik di
sejauhmana peserta didik telah mencapai dalam kelas. PAP berusaha mengukur
hasil yang direncanakan sebelumnya.51 tingkat pencapaian tujuan oleh para
Dalam teknik penilaian seperti ini, peserta didik. Peserta didik yang tidak
Gronlund menawarkan dua jenis acuan, mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yaitu penilaian acuan norma (norm berarti gagal, atau pengajaran yang
referenced tests) dan penilaian acuan diberikan belum berhasil. PAP diukur dari
52
patokan (criterion referenced tests). derajat belajar tuntas (mastery learning)
Tehnik penilaian dengan acuan masing-masing peserta didik berdasarkan
PAN dapat dipahami, bahwa prestasi yang tujuan yang telah ditetapkan. PAP lebih
dicapai seseorang posisinya sangat mengutamakan yang dapat dikuasai
tergantung pada prestasi kelompok atau peserta didik, kemampuan apa yang sudah
kelas sehingga sekaligus dapat diketahui dan belum dicapai, setelah mereka
keberhasilan pengajaran bagi semua
peserta didik. Kelemahannya, menurut
Sudjana, adalah kurang meningkatkan

50
Ralph W. Tyler, Basic Principles..., h. Instruction, (New York: The Macmillan
106. Campany), 1973, h. 1-6.
51 53
Abdul Majid, Perencanaan Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses..., h.
Pembelajaran: Mengembangkan Standar 8.
54
Kompetensi Pendidik, (Bandung: Remaja Nana Sudjana dan Ahmad Rifai`,
Rosdakarya, 2006), h. 227. Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
52
Norman E. Gronlund, Preparing Algesindo, 2001), h. 149.
Criterion-Referenced Tests for Classroom

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 31

menyelesaikan satu kegiatan kecil dari untuk mencapai tujuan.59 Suprayekti


keseluruhan program (bahan pelajaran).55 secara khusus menyatakan bahwa metode
adalah cara pendidik menyampaikan
3. Metode Pembelajaran Pendidikan materi pelajaran kepada peserta didik
Islam untuk mencapai tujuan tertentu.60
Secara etimologi, istilah metode Dari beberapa pengertian di atas,
berasal dari bahasa Yunani, “metodos”. dapat disimpulkan bahwa metode adalah
Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu suatu cara yang ditempuh oleh pendidik
“metha” yang artinya melalui dan “hodos” dalam menyampaikan materi pelajaran
yang berarti jalan atau cara.56 Sedangkan kepada peserta didik, baik di dalam kelas
secara terminologi metode menurut maupun di luar kelas agar tujuan pelajaran
beberapa ahli didefinisikan sebagai dapat tercapai.
berikut; Menurut Zuhairini metode adalah Adapun metode pembelajaran
segala usaha yang sistematis dan pendidikan Islam, menurut Muhaimin,
pragmatis untuk mencapai tujuan dengan didefinisikan sebagai cara-cara tertentu
melalui berbagai aktivitas, baik di dalam yang paling cocok untuk dapat digunakan
kelas maupun di luar kelas dalam dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran
lingkungan sekolah57. pendidikan Islam yang berada dalam
Pendapat yang sama dikemukakan kondisi pembelajaran tertentu.61
Sudjana, bahwa metode adalah cara yang Secara garis besar, metode
dipergunakan pendidik dalam pembelajaran pendidikan Islam dapat
mengadakan hubungan dengan peserta diklasifikasikan menjadi dua macam.
didik pada saat berlangsungnya Pertama, metode konvensional, yaitu
pengajaran.58 Surakhmad juga metode mengajar yang lazim dipakai oleh
menambahkan bahwa metode adalah cara pendidik atau sering disebut dengan
yang di dalam fungsinya merupakan alat metode tradisional; dan Kedua, metode

55 59
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses..., h. Winarno Surachmad, Metodologi
8. Pengajaran Nasional, (Bandung: CV. Jemmars,
56
Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi t.th.), h. 74.
60
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar,
40. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
57
Zuharini, et.al., Metodik Khusus Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Islam, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Menengah, 2003), h. 13.
61
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983), h. 80 Muhaimin, et.al., Paradigma
58
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses..., h. Pendidikan..., h. 147.
132-133.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 32

inkonvensional, yaitu suatu teknik didik secara langsung berdialog


dengan pendidik tentang suatu
mengajar yang baru berkembang dan
permasalahan yang sedang
belum lazim digunakan secara umum, dihadapi;
c. Metode studi kasus, yaitu
seperti metode mengajar dengan modul,
mengangkat suatu contoh
pengajaran berprogram, pengajaran unit, permasalahan untuk dijadikan
rujukan atau teladan sebagai solusi
machine program, yang dikembangkan
alternatif yang bisa diambil;
dan diterapkan di beberapa sekolah d. Metode pelatihan, yaitu pelibatan
fisik dan mental untuk melakukan
tertentu yang mempunyai peralatan dan
serangkaian latihan beribadah;
media yang lengkap serta pendidik- e. Metode merenung, yaitu melatih
anak didik untuk memikirkan
pendidik yang ahli menanganinya.62
permasalahan yang mereka miliki;
Metode mengajar konvensional f. Metode lawatan, yaitu mengunjungi
tempat-tempat tertentu dalam
yang dapat digunakan dalam pembelajar-
rangka meningkatkan rasa ukhuwah
an pendidikan Islam, antara lain: sesama muslim;
g. Metode kontemplasi, yaitu
a. Metode ceramah
merenungkan kembali peristiwa-
b. Metode diskusi
peristiwa yang terjadi untuk diambil
c. Metode tanya jawab
ibrah-nya;
d. Metode demontrasi dan eksperimen
h. Metode taubat, menyesali diri atas
e. Metode resitasi
perbuatan-perbuatan negatif yang
f. Metode kerja kelompok
telah dilakukan dan memohon
g. Metode sosio-drama dan bermain
ampunan kepada Allah swt serta
peran
berjanji untuk tidak
h. Metode karya wisata
melakukannya.64
i. Metode drill
j. Metode sistem regu.63
Perlu dipahami pula bahwa
Sedangkan metode inkonvensional pendidikan agama Islam adalah
yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan yang tidak terpisahkan dengan
Pendidikan Islam, menurut Majid dan pendidikan akhlak atau karakter. Dalam
Andayani, antara lain: penggunaan metode pembelajarannya pun
a. Metode antisipatif, yaitu sebuah pendidikan Islam dan pendidikan kararter
cara mengantisipasi permasalahan
juga tidak akan jauh berbeda, sehingga
anak didik yang langsung muncul di
kalangan mereka; dalam rangka menambah pengetahuan
b. Metode dialog kreatif, yaitu salah
pendidikan Islam terutama dalam hal
satu cara untuk melibatkan peserta

62
Basyiruddin Usman, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Rineka
Pembelajaran..., h. 33. Cipta, 1995), h. 289-312.
63 64
Ibid., h. 33-34, Hadari Nawawi, Abdul Majid dan Dian Andayani,
Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
1993), h.247-295, dan Zakiyah Darajat, Metodik Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 101.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 33

metode pembelajaran maka, dalam hal ini dalam pembelajaran. Diantara metode
penulis akan memaparkan metode pendidikan akhlak yang dapat
pembelajaran yang berhubungan dengan dipergunakan sebagai berikut.
metode pendidikan akhlak atau karakter. a. Bercerita
Sebelum membicarakan tentang Salah satu metode yang dapat
metode pendidikan akhlak atau karakter, digunakan dalam pendidikan akhlak atau
terlebih dahulu perlu diketahui bahwa karakter adalah metode bercerita
dalam pelaksanaan pendidikan akhlak sebagaimana yang digambarkan dalam al-
atau karakter harus diupaya memasukkan Qur’an:
pengetahaun, pemahaman dan 65
‫ﻷوﱄ اﻷﻟْ َﺒ ِﺎب‬
ِ ‫ﻟَﻘَﺪْ َﰷ َن ِﰲ ﻗَ َﺼ ِﺼ ِﻬ ْﻢ ِ ْ َﱪ ٌة‬
keterampilan tentang konsep-konsep nilai
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka
kepada peserta didik yang kemudian orang
itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
menyebutnya sebagai internalisasi.
yang mempunyai akal”.
Pendidikan akhlak atau karakter 66
‫ﻓَﺎ ْﻋﺘَ ِﱪُوا َ ُأ ِوﱄ اﻷﺑْ َﺼﺎ ِر‬
mengandalkan pengetahuan teoritis
tentang konsep-konsep nilai tertentu. “Maka ambillah (Kejadian itu) untuk

Tanpa adanya pemahaman dan pengertian menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang

tidak mungkin ada sebuah tindakan mempunyai wawasan”.

berkahklak baik. Pada dasarnya perilaku b. Pembiasaan

manusia dituntun oleh pengertian dan Metode pembiasaan adalah sebuah

pemahaman yang dimilikinya. Untuk cara yang dapat dilakukan untuk

itulah salah satu unsur penting dalam membiasakan anak didik berfikir, bersikap

pendidikan akhlak adalah mengajarkan dan bertindak sesuai dengan tuntunan

nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa ajaran agama Islam.67 Pembiasaan yang

dikembangkan dalam kepribadiannya. sebaiknya dilakukan di sekolah adalah

Upaya memberikan pengetahuan dengan selalu menghayati kemuliaan

pemahaman dan keterampilan tentang Allah Swt. yang bersifat kasih sayang,

konsep-konsep nilai ini dilakukan dalam pemaaf, adil, pemurah yang dilimpahkan

bentuk teori pembelajaran dan kepada umat-Nya. Kedekatan juga harus

menggunakan metode-metode yang sesuai dijalin dengan baik sesama warga sekolah.

dengan materi, tujuan yang ingin dicapai Saling melindungi dan menjaga dengan

65 67
Al-Quran, 12:111. Binti Maunah, Metode Pengajaran
66
Al-Qur’an, 59: 2. Agama Islam (Yogyakarta: Teras, 2009), 93.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 34

saling menghargai sopan santun, tata berumur sepuluh tahun serta pisahkanlah
krama, kebiasaan baik dan hal-hal terpuji mereka dalam tempat tidur”.
lainnya.68 Maunah menambahkan 3) Pembiasaan hendaknya dilakukan
pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan secara terus-menerus
jika tidak diiringi dengan contoh tauladan Rasulullah berwasiat kepada para
dari si pendidik. penghafal al-Qur’an agar selalu
Adapun syarat-syarat pendekatan mengawasi dan terus mengulangi
pembiasaan dalam pencapaian tujuan hafalannya. Sebagaimana sabda beliau:
pendidikan akhlak:69 ‫ي ﻧﻔﺲ ﶊﺪ ﺑﻴﺪﻩ ﻟﻬﻮ أﺷﺪ ﺗﻔﻠﺘﺎ‬I‫ﺗﻌﺎﻫﺪوا اﻟﻘﺮآن ﻓﻮا‬
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum
terlambat, semakin dini usia anak akan
71 (‫ﻣﻦ اﻹﺑﻞ ﰲ ﻋﻘﻠﻬﺎ )رواﻩ اﳌﺴﲅ‬
semakin baik pendekatan ini “Ulangi dan awasi terus al-Qur’an ini.
digunakan. Sesungguhnya demi Rabb yang jiwa
2) Pembiasaan hendaknya diawasi secara Muhammad berada dalam genggaman-
ketat, konsisten dan tegas. Nya, al-Qur’an lebih mudah terlepas
Kedua syarat di atas sejalan dengan dibandingkan unta yang terikat pada tali
sabda Rasulullah saw. tentang bagaiman igalnya”.
dan kapan orang tua memerintahkan 4) Pembiasaan pada mulanya hanya
anaknya untuk mengerjakan salat, bersifat mekanistis, hendaknya secara
ِ ْ ‫ﻟﺼ َﻼ ِة َو ُ ْﱒ أَﺑْﻨَﺎ ُء َﺳ ْﺒﻊ ِ ِﺳﻨِ َﲔ َو‬0 1ِ ‫ﻣ ُُﺮوا أَ ْو َﻻد ُ َْﰼ‬
ْ ُ ُ‫اﴐﺑ‬
‫ﻮﱒ‬ berangsur-angsur diubah menjadi
kebiasaan yang tidak verbalistik dan
ٍ ْ ‫َﻠَﳱْ َﺎ َو ُ ْﱒ أَﺑْﻨَﺎ ُء ﻋ‬
‫ َ ُْﳯ ْﻢ ِﰲ اﻟْ َﻤﻀَ ﺎﺟِ ﻊ ِ )رواﻩ اﰊ‬8َ‫ﺮ ُﻗﻮا ﺑ‬9 َ‫َﴩ َوﻓ‬ menjadi kebiasaan yang disertai
70 (‫داود‬ dengan kata hati anak didik itu sendiri.
c. Keteladanan
“Suruhlah anak-anakmu yang telah
Keteladanan sebagai suatu metode
berumur tujuh tahun melakukan shalat,
digunakan untuk merealisasikan tujuan
dan pukullah mereka karena
pendidikan dengan memberi contoh
meninggalkan sholat bila mereka sudah
keteladanan yang baik kepada siswa agar
mereka dapat berkembang baik fisik

68
Nursisto, Membumikan Pembelajaran Salat Juz II (Riyad: Maktabah al-Ma’arif linashir
Agama Islam (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, wa al-Turi’, t.th), 88.
71
2008), 152-153. Imam Muslim, Shahih Muslim, bab al-
69
Binti Maunah, Metode Pengajaran, 96. amr bi ta’hid al-Qur’an wa karahah, juz IV,
70
Aby Dawud dalam Sunan Aby Dawud, (Beirut: Dar al-kutub, 1996), 202.
Nomor 418. bab. Mata ya’mur al-Gulam bi al-

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 35

maupun mental dan memiliki akhlaq yang dalam diri para guru, karyawan, kepala
baik dan benar. Keteladanan memberi sekolah, pengurus perpustakaan dalam
kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan nyata di luar kelas.74
pendidikan ibadah, akhlaq kesenian dan Pada tahap aplikasi metode
lain-lain.72 Keteladanan adalah keteladanan lebih banyak mengarah pada
keberimbangan antara nilai-nilai teoritis fungsi dan peran guru sebagai pendidik.
yang diajarkan guru dengan nilai-nilai Dalam hal ini, peran guru tidak hanya
praktis yang semestinya dilakukan oleh memberikan kerangka teori dari nilai-nilai
guru sebagai contoh kepada siswanya. akhlaq tetapi lebih jauh lagi menuntut
Islam sangat menganjurkan keseimbangan kepada guru untuk menjadikan dirinya
antara nilai teoritis dan praktis, bahkan al- sebagai model moral atau contoh utama
Qur’an mengecam orang yang hanya bisa dalam pengamalan nilai-nilai akhlaq.
mengatakan tetapi tidak mau berbuat. Seperti halnya Rasulullah dalam
Sebagai mana dalam surah as-shaf ayat 3: mengajarkan salat, beliau adalah orang
yang pertama mengerjakan salat dan salat
∩⊂∪ šχθè=yèø s? Ÿω $tΒ (#θä9θà)s? βr& «!$# y‰ΨÏã $ºFø)tΒ uŽã9Ÿ2
beliau menjadi model atau tauladan bagi
“Amat besar kebencian di sisi Allah
para sahabat. Sepeti yang terdapat dalam
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
sabda berikut:
tidak kamu kerjakan”.73
Anak-anak akan lebih banyak
75
(‫ﺎري‬R‫ﳣﻮﱐ أﺻﲇ )رواﻩ اﻟﺒ‬W‫ﺻﻠﻮا ﻛﲈ رأ‬
belajar dari apa yang mereka lihat. Verba “Kerjakanlah solat sebagaimana kalian
movent exempla trahunt (kata-kata itu melihat aku mengerjakannya”.
memang dapat menggerakkan orang, Jika Nabi Muhammad dikatakan
namun keteladanan itulah yang lebih sebagi seorang guru, maka beliau guru
menarik hati). Doni Koesoma yang selalu mengutamakan ketauladanan
memaparkan bahwa tumpuan pendidikan dengan menunjukkan budi pekerti yang
karakter ada di pundak guru. Konsistensi baik. Sebagai mana pujian yang
mengajar pendidikan karakter (akhlak) diungkapkan dalam QS. al-Qolam ayat 4:
tidak sekedar melalui apa yang dikatakan
∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7¯ΡÎ)uρ
di kelas, melainkan nilai juga tampil

72
Binti Maunah, Metode Pengajaran, 102. Koesoema dan Ibnu Miskawaih” (Tesis-- IAIN
73
Al-Qur’an, 61: 3 Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 51-56.
74 75
Heni Zuhriyah, “Pendidikan Karakter; H.R Bukhari, Bab Rahmat al-Naas wa al-
Studi Perbandingan Antara Konsep Doni Bahaaim, juz 18, 423.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 36

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar 1. Strategi pembelajaran pendidikan


berbudi pekerti yang agung”.76 Islam meliputi empat hal, yaitu:
Keberhasilan dalam pelaksanaan Pertama, pengidentifikasian dan
metode-metode pembelajaran tersebut penetapan spesifikasi dari kualifikasi
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tujuan yang akan dicapai; Kedua,
antara lain: pertimbangan dan pemilihan cara
a. Faktor tujuan Pembelajaran yang pendekatan utama yang dianggap
akan dicapai
ampuh untuk mencapai sasaran;
b. Faktor anak didik yang perlu
mendapat perhatian adalah pada Ketiga, pertimbangan dan penetapan
bakat, minat, intelegensi, tingkat
langkah-langkah yang ditempuh sejak
kematangan, usia dan jumlah
murid per kelas. titik awal pelaksanaan sampai titik
c. Faktor situasi yang mencakup
akhir pencapaian sasaran; dan
tempat belajar dan waktu
belajar/lama belajar Keempat, pertimbangan dan penetapan
d. Faktor materi dan fasilitas belajar
tolok ukur untuk mengukur taraf
mengajar
e. Faktor pribadi guru berkaitan keberhasilan sesuai dengan tujuan yang
dengan kemampuan professional
dijadikan sasaran.
guru, kemampuan personal,
senioritas dan pengalaman.77 2. Secara garis besar, metode
pembelajaran pendidikan Islam dapat
Masing-masing metode tersebut
diklasifikasikan menjadi dua macam:
memiliki keunggulan dan kelemahan,
Pertama, metode konvensional
maka sebaiknya dalam kegiatan belajar
(metode tradisional) seperti: ceramah,
mengajar digunakan lebih dari satu
diskusi, tanya jawab, demontrasi,
metode. Metode pembelajaran bersifat
eksperimen, resitasi, kerja kelompok,
fleksibel dan sangat tergantung dengan
sosio-drama dan bermain peran, karya
berbagai faktor yang telah disebutkan di
wisata, drill, sistem regu, dan lain-lain.
atas.
Kedua, metode inkonvensional seperti:
antisipatif, dialog kreatif, studi kasus,
3. Kesimpulan
pelatihan, merenung, lawatan,
Berdasarkan pemaparan tentang
kontemplasi, taubat. Sementara itu
strategi dan metode pembelajaran
dalam dalam proses pendidikan akhlak
pendidikan Islam di atas, maka dapat
atau karakter juga terdapat banyak
ditarik kesimpulan sebagai berikut:

76 77
al-Qur’an, 68: 4 Lalu Muhammad Azhar, Proses
Belajar..., h. 95.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 37

metode yang bisa digunakan, Clifford T. Morgan, Introduction to


Psychology, New York: The Ms.
diantaranya ialah; bercerita,
Grow Will Book Company, 1961.
pembiasaan dan keteladanan. Masing- Dedi Supriadi, Membangun Bangsa
masing metode tersebut memiliki melalui Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005.
keunggulan dan kelemahan, maka
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
sebaiknya dalam proses kegiatan Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
belajar mengajar tidak hanya Bahasa, 2008.
menggunakan satu metode saja tetapi Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar
Mengajar”, dalam Ismail (ed),
diperlukan menggunakan lebih dari PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi
satu metode dalam proses pendidikan. dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Daftar Pustaka 1998.
Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam,
Abdul Aziz dan Abdul Majid, at-Tarbiyah Surabaya: Al Ikhlas, 1993
wa Turuqut Tadris, Mesir: Darul
Ma’arif, t.th. Heni Zuhriyah, Pendidikan Karakter;
Studi Perbandingan Antara
Abdul Majid dan Dian Andayani, Konsep Doni Koesoema dan Ibnu
Pendidikan Agama Islam Berbasis Miskawaih, Tesis, IAIN Sunan
Kompetensi, Konsep dan Ampel, Surabaya, 2010.
Implementasi Kurikulum 2004,
Bandung: PT. Remaja Imam Muslim, Shahih Muslim, bab al-
Rosdakarya, 2004. amr bi ta’hid al-Qur’an wa
karahah, juz IV, Beirut: Dar al-
Abdul Majid, Perencanaan kutub, 1996.
Pembelajaran: Mengembangkan
Standar Kompetensi Pendidik, John Jarolimek & Clifford D. Foster,
Bandung: Remaja Rosdakarya, Model of Teaching, New Jeresy:
2006. Englewood Cliff Prenticehall Inc.,
1975.
Aby Dawud, Sunan Aby Dawud, Nomor
418. bab. Mata ya’mur al-Gulam Khairon Rosyadi, Pendidikan Profetik,
bi al-Salat Juz II, Riyad: Maktabah Jakarta: Pustaka Pelajar Offset,
al-Ma’arif linashir wa al-Turi’, 2004.
t.th. Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar
Armai Arif, Pengantar Ilmu Metodologi Mengajar Pola CBSA, Surabaya:
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Usaha Nasional, 1993.
Pers, 2002. M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita
Basyiruddin Usman, Metodologi Selekta Pendidikan Agama Islam,
Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003.
Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Maktabah al-Syarqiyah, Munjid fî al-
Binti Maunah, Metode Pengajaran Lughah wa al-Aklâm, Beirut: Dâr
Agama Islam, Yogyakarta: Teras, al-Masyriq, 1986.
2009.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat


Vol. 2 No. 1 Bulan September (2021) ISSN: 2798-1800 38

Mansur Muslich, Seri Setandar Nasional Sir God Frey Thomson, A Modern
Pendidikan KTSP Pembelajaran Philosophy of Education, London:
Berbasis Kompetensi dan George Allen & Unwin, 1975.
Kontekstual Panduan bagi
Skinner, Charles E., Essentials of
pendidik, Kepala Sekolah, dan
Educational Psychology, New
Pengawas Sekolah, Jakarta: Bumi
York: Prentice Hall, Inc, 1958.
Aksara, 2007.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rifai`,
Max Darsono, et.al., Belajar dan
Teknologi Pengajaran, Bandung:
Pembelajaran, Semarang: CV.
Sinar Baru Algesindo, 2001
IKIP Semarang Press, 2000.
Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar,
Mimin Haryati, Model dan Teknik Jakarta: Departemen Pendidikan
Penilaian Pada Tingkat Satuan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan, Jakarta: Gaung
Pendidikan Dasar dan Menengah,
Persada Press, 2007. 2003.
Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
Islam, Upaya Mengefektifkan PAI Strategi Belajar Mengajar,
di Sekolah, Bandung: PT Remaja
Jakarta: Rineka, 2002.
Rosdakarya, 2001.
Syaiful Bahri Djamarah, Pendidik dan
Musthafa al-Fahmi, Sikulujiah al- Anak Didik dalam Intraksi
Ta’allum, Mesir: Darul Misri li al-
Edukatif: Suatu Pendekatan
Thaba’ah, t.th.
Teoritis Psikologis, Jakarta: PT.
Mustofa al-Ghulayaini, Idhâh al-Nâsyiîn, Rineka Cipta, 2005.
Beirut: al-Maktabah al-Asriyah li
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
al-Thâba’ah wa al-Nasyr, 1953.
Tentang Sisitem Pendidikan
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif, Nasional.
Bandung: Sinar Baru Algensindo,
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar,
1996.
Jakarta: Grasindo, 2002.
______, Dasar-Dasar Proses Belajar
W.S. Winkell, Psikologi Pengajaran,
Mengajar, Bandung: CV. Sinar
Jakarta: Gramedia, 1986.
Baru, 2000.
Winarno Surachmad, Metodologi
Norman E. Gronlund, Preparing
Pengajaran Nasional, Bandung:
Criterion-Referenced Tests for
CV. Jemmars, t.th.
Classroom Instruction, New York:
The Macmillan Campany, 1973. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
Nursisto, Membumikan Pembelajaran
Rineka Cipta, 1995.
Agama Islam, Yogyakarta: Mitra
Gama Widya, 2008 ______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Bumi Aksara, 1996.
Ralph W. Tyler, Basic Principles of
Curriculum and Instruction, Zuharini, et.al., Metodik Khusus
London: The University of Pendidikan Islam, Malang: Biro
Chicago Press, 1973. Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel Malang, 1983
Silberman, Mel, Acttive Learning 101
Strategies to Teach Any Subject,
Boston: Allyn and Bacon, 1996.

Jurnal Al-Musthafa STIT Al-Aziziyah Lombok Barat

You might also like