1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Vegetalika Vol. 13 No.

1, Februari 2024 : 74-89


Available online at https://jurnal.ugm.ac.id/jbp
DOI: https://doi.org/10.22146/veg.84921
p-ISSN: 2302-4054 | e-ISSN: 2622-7452

Pengaruh Pemberian Abu Sekam Padi dan POC Urine Kelinci terhadap pH tanah dan
Pertumbuhan Tanaman Sawi di Tanah Gambut

The Effect of Giving Rice Husk Ash and Rabbit Urine LOF on Soil pH and
Mustard Plant Growth in Peat Soil
Rabiatul Wahdah*), Akhmad Rizali, Jumiati

Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat


Jl. Jend. A. Yani km. 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia
*)
Penulis untuk korespondensi E-mail: rabiatul.wahdah@ulm.ac.id
Diajukan: 29 Mei 2023 /Diterima: 12 Januari 2024 /Dipublikasi: 27 Februari 2024

ABSTRACT
Peat land is marginal land for agriculture because of its low fertility, high acidity level, high
cation exchange capacity (CEC), low base saturation, low macro nutrient content (K, Ca,
Mg, P), and micro (such as Cu, Zn, Mn, B) is low. Ameliorant can change the chemical
elements of peat soil, including reducing cation exchange capacity (CEC), increasing base
saturation (KB), increasing pH, suppressing toxic compounds, increasing nutrient
content. Meanwhile, physical elements can be improved in terms of structure. The
Ameliorant components used in this research were rice husk ash and rabbit urine liquid
organic fertilizer. Rice husk ash is ash produced from burning rice husks which can be
used as a peat soil improvement material. adding rice husk ash would be better if balanced
with the provision of organic materials such as Liquid Organic Fertilizer (LOF). Rabbit
urine LOF contains the nutrients N, P and K that plants need. This research aims to
determine the effect of giving rice husk ash and rabbit urine LOF on the growth and yield
of mustard greens. The results of this study indicate that there is an interaction between
rice husk ash and rabbit urine LOF on the growth and yield of mustard greens, except for
the number of leaves. The best treatment is a dose of rice husk ash of 15 t.ha-1 and rabbit
urine LOF of 30 ml/L. Meanwhile, rice husk ash does not affect soil pH in peat soil.
Keywords: Mustard plant; peatland; rabbit urine liquid organic fertilizer; rice husk ash.

INTISARI
Lahan gambut merupakan lahan marginal untuk pertanian karena kesuburannya yang
rendah, tingkat keasaman yang tinggi, kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi, kejenuhan
basa yang rendah, kandungan unsur hara makro (K, Ca, Mg, P) yang rendah, dan unsur
hara mikro (seperti Cu , Zn, Mn, B) juga rendah. Amelioran dapat mengubah sifat kimia
tanah gambut antara lain menurunkan kapasitas tukar kation (KTK), meningkatkan
kejenuhan basa (KB), menaikkan pH, menekan senyawa beracun, meningkatkan
kandungan unsur hara. Sedangkan sifat fisik dapat ditingkatkan dari segi struktur. Bahan
Amelioran yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu sekam padi dan pupuk organik
cair urine kelinci. Abu sekam padi adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran sekam
padi yang dapat digunakan sebagai bahan perbaikan tanah gambut. Pemberian abu sekam
padi akan lebih baik jika diimbangi dengan pemberian bahan organik seperti pupuk

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
75

organik cair (POC). POC urine kelinci mengandung unsur hara N, P, dan K yang dibutuhkan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian abu sekam padi
dan POC urine kelinci terhadap pertumbuhan dan hasil sawi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara abu sekam padi dan POC urine kelinci
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi, terkecuali pada jumlah daun. Perlakuan
terbaik adalah dosis abu sekam padi 15 ton.ha -1 dan POC urine kelinci 30 ml/L. Sementara
untuk abu sekam padi tidak mempengaruhi pH tanah pada tanah gambut.
Kata Kunci: abu sekam padi; lahan gambut; pupuk organik cair urine kelinci; tanaman
sawi.

PENDAHULUAN
Kesuburan dan kualitas tanah bisa Lahan gambut merupakan lahan dengan
ditingkatkan dengan penambahan amelioran potensi dan produktivitasnya yang rendah, hal
(bahan pembenah tanah), baik dari bahan ini karena tingginya kapasitas tukar kation
organik maupun anorganik. Bahan yang (KTK) akan tetapi kontribusinya lebih banyak
tersedia di alam seperti kapur, pupuk kandang pada KTK kation organik sehingga pada tanah
dan lumpur, maupun bahan yang melewati gambut produktivitasnya rendah dan
proses pengolahan seperti kompos, bokashi rendahnya sifat kimia lain seperti kesuburan
dan abu sekam sering digunakan sebagai tanah, pH, kejenuhan basa (KB), serta unsur
bahan pembenah tanah. Karakteristik tanah hara (K, Ca, Mg, P, Cu, Zn, Mn, B). Akan tetapi,
gambut bisa diperbaiki dengan pemberian ketersediaan tanah mineral masih luas akan
bahan mineral agar bisa dimanfaatkan untuk tetapi memiliki kualitas tanah yang rendah
lahan pertanian. Penambahan bahan mineral menyebabkan perluasan areal pertanian ke
mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut lahan gambut tidak dapat dihindari (Salsi,
dengan perubahan kapasitas tukar kation 2011). Penanganan lahan gambut tidaklah
(KTK) yang semakin menurun, kejenuhan basa mudah seperti yang dibayangkan. Perlu
(KB) meningkat, pH meningkat, menekan penanganan yang sesuai agar tidak merusak
senyawa beracun, meningkatkan kandungan karakteristik khusus yang ada pada lahan
unsur hara. Sedangkan sifat fisik yang dapat gambut yaitu berfungsi sebagai penyangga
diperbaiki dari segi strukturnya (Suratman dkk, lingkungan. Penambahan amelioran abu
2013). Bahan mineral yang dapat digunakan sekam padi dan POC urine kelinci mampu
diantaranya ada abu vulkanik dan semen menangani permasalahan pada tanah gambut.
portland. Abu vulkanik merupakan bahan yang Abu sekam padi adalah abu yang
kaya akan unsur hara (P, K, Ca dan Mg) begitu dihasilkan dari sekam padi yang telah dibakar.
juga dengan semen portland yang Abu sekam padi memiliki peran penting dalam
mengandung kapur dan dapat meningkatkan meningkatkan pH tanah dan ketersediaan
kekuatan tanah. unsur hara berupa N, P, K, Si dan C dalam

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
76

tanah. Abu sekam padi adalah pupuk mineral sebagai areal pertanaman juga tidak
yang mengandung pH basa serta beberapa mengalami kerusakan. Maka dari itu penting
hara esensial seperti Nitrogen (1,0%), Fosfor dilakukan penelitian pemanfaatan urin kelinci
(0,2%), Kalium (0,58%) dan Silikat (87-97%) dan abu sekam untuk megurangi penggunaan
(Yulfianti, 2011). Pemberian abu sekam padi pupuk sintesis.
akan lebih bagus apabila diimbangi dengan
pemberian bahan organik lainnya (Normaida et BAHAN DAN METODE
al., 2015) seperti pupuk organik cair (POC). Penelitian dilaksanakan di lahan
Pupuk organik cair merupakan larutan yang percobaan skala polibag jurusan
berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan agroekoteknologi, Faperta ULM, dan
yang berbentuk cair serta mudah larut, baik dilaksanakan selama dua bulan dimulai dari
sebagian atau seluruhnya terdiri atas bahan persiapan bahan dan alat penelitian hingga
organik. Pupuk organik cair memiliki satu atau panen. Percobaan penelitian ini menggunakan
lebih kandungan unsur hara yang diperlukan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor
oleh tanaman (Gustia, 2016). Pupuk organik yaitu abu sekam padi (p) dan POC urine kelinci
cair dari urine ternak bermacam-macam, salah (k). Faktor pertama adalah dosis abu sekam
satunya adalah urine kelinci. Menurut Priyatna padi dengan taraf: p0: 0 ton/ha, p1: 15 ton/ha,
(2011), unsur hara yang terdapat dalam urine p2: 20 ton/ha, p3: 25 ton/ha. Faktor kedua
kelinci yang sudah difermentasi cukup tinggi adalah dosis POC urine kelinci dengan taraf:
yaitu sebesar N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%. k0: 0 ml.tan-1, k1: 15 ml/L, k2: 30 ml/L, k3: 45
Manfaat dari pupuk organik cair diantaranya ml/L. Bahan yang digunakan dalam penelitian
dapat meningkatkan dan mendorong ini yaitu benih sawi hijau varietas shinta, tanah
terbentuknya klorofil daun, serta mampu gambut, abu sekam padi, POC urine kelinci,
menangkap Nitrogen di udara (Rizqiyani dkk, kapur pertanian, pupuk anorganik NPK,
2007). insektisida biologi Turex WP. Adapun alat yang
Budidaya tanaman sawi banyak digunakan yaitu polybag, cangkul, ember,
dilakukan secara anorganik. Hal tersebut gembor, plang perlakuan, meteran, timbangan,
berdampak bagi kesehatan manusia. Disisi kamera, dan alat tulis.
lain, lahan yang digunakan juga mengalami Tahapan pelaksanaan penelitian yaitu
kerusakan akibat pemberian bahan kimia pertama pembuatan naungan untuk penelitian
secara terus-menerus. Solusi terbaik adalah menggunakan paranet menghindari patahnya
dengan melakukan budidaya tanaman sawi tanaman pada saat pindah tanam serta
dengan cara organik. Sawi yang dihasilkan tumbukan hujan pada tanaman yang masih
bisa menyehatkan dan lahan yang dijadikan muda. Media tanam menggunakan tanah

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
77

gambut yang sudah matang matang dan Selama budidaya, dilakukan pemeliharaan
pernah dimanfaatkan untuk budidaya, dengan pembersihan gulma dan penyiraman
selanjutnya persiapan benih dengan pada pagi atau sore hari.Jika terdapat
melakukan perendaman terlebih dahulu untuk serangan hama maka akan dilakukan secara
memisahkan benih yang bernas. Setelah benih mekanik dengan mengambil hama yang
yang bernas didapatkan persemaian benih menyerang tanaman. Panen dilakukan pada
dilakukan selama 14 hari sebelum dipindahkan umur 28 HST dengan mencabut tanaman dan
kemedia tanam. Aplikasi perlakuan pada membersihkan akar kemudian ditimbang untuk
media tanam terutama abu sekam dilakukan mengetahui berat basah tanaman.
sebelum tanam dan diinkubasi selama satu
HASIL DAN PEMBAHASAN
minggu untuk meningkatkan pH tanah.
Sebelum melakukan budidaya sawi,
Selanjutnya pengambilan sampel tanah
sampel tanah yang digunakan terlebih dahulu
setelah inkubasi bertujuan mengetahui
dianalisa di Laboratorium untuk memastikan
perubahan pH pada tanah yang digunakan
kandungan kimia yang terdapat pada tanah
untuk budidaya. Penanaman dilakukan dengan
yang digunakan. Tanah yang digunakan
memasukkan bibit sawi kedalam polibag
merupakan tanah gambut dengan tipe
sebanyak 2 bibit dilakukan pada pagi hari jam
kematangan sedang atau hemik, karena masih
7 sampai dengan jam 9 pagi agar tanaman
ada sebagian tanah yang berupa serat, ringan
tidak kepanasan pada saat pemindahan, dan
dan warna kecoklatan, hal ini dibuktikan
pertumbuhan diukur setiap minggunya baik
dengan kandungan BD tanah gambut sebesar
tinggi tanaman (cm), lebar daun (cm), jumlah
0,28 g cm3 (Saputra & Sari, 2021). Sedangkan
daun (helai), serta berat basah tanaman sawi
tipe tanah gambut merupakan gambut topogen
(g). Perlakuan POC urin kelinci diberikan setiap
yang dipengaruhi pasang surut air laut
minggu setelah tanam selama 3 kali
menurut riwayat pembentukan lahan.
pemngaplikasian sesuai dosis masing-masing

Tabel 1. Analisis pendahuluan sampel tanah gambut


Parameter Kriteria
pH H2O 6,63T
N% 2,02ST
P tersedia (ppm P) 27,84T
P2O5 Potensial (mg/100g) 76,11ST
K-dd cmol+/kg 0,10R
Ca-dd cmol+/kg 2,27R
Mg-dd cmol+/kg 3,95T
Keterangan : SM : Sangat Masam, ST : Sangat Tinggi, SM : Sangat Masam, R : Rendah
Sumber : Data Primer, 2021

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
78

Berdasarkan hasil analisa sampel tanah tanah menjadi sangat basah dan disertai
awal yang digunakan untuk penelitian proses dekomposisi akibat pemberian abu
menunjukkan nilai pH tanah tergolong tinggi sekam sehingga mengakibatkan tanah menjadi
yaitu 6,63. Berdasarkan hasil penelitian bahwa masam. Selain itu sekam berfungsi untuk
kandungan N total tanah gambut yang diambil menggemburkan tanah sehingga bisa
untuk budidaya tanaman sawi sebesar 2,02 %. mempermudah akar tanaman menyerap unsur
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil analisis N- hara, abu sekam dianggap memiliki daya serap
total (%) tanah termasuk kriteria sangat tinggi terhadap air sedikit, tetapi aerasi udaranya
(Balittanah 2009). Hasil penelitian ini sangat baik. Tanah gambut tergolong berpori,
menunjukkan bahwa fosfor tergolong sangat karena itu mengalami pencucian yang tinggi
tinggi yaitu 27,84 ppm. Sedangkan untuk K- sehingga hara-hara yang ada di dalam tanah
tersedia tergolong rendah yaitu sebesar 0,10 tercuci saat penyiraman pada masa inkubasi
cmol/kg, Ca-tersedia rendah 2,27 cmol/kg dan yang menyebabkan tanah menjadi masam.
Mg-dd tergolong tinggi 3,95 cmol/kg.
Tinggi Tanaman
Tanah yang diambil sebagai analisa awal
adalah tanah dengan riwayat sudah pernah Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada
hortikultura sehingga masukan pupuk kimia parameter tinggi tanaman umur 7, 14, 21 dan
maupun organik sudah didapat, hal tersebut 28 hst. Perlakuan yang berpengaruh pada
didukung dengan hasil analisa tanah yang umur tanaman 7 dan 21 hst adalah faktor
menunjukkan nilai kandungan kimia tanah tunggal abu sekam padi (p). Sedangkan
tergolong tinggi (Tabel 1). Gambar 1 perlakuan yang berpengaruh pada umur
menunjukkan pH tanah setelah diinkubasi tanaman 14 dan 28 hst adalah interaksi abu
selama satu minggu. Berdasarkan hasil sekam padi dan POC urine kelinci.
analisis menunjukkan nilai derajat keasaman Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf 5%
tanah setelah diberi abu sekam menunjukkan pada umur 7 hst menunjukkan bahwa
bahwa pH tanah tergolong masam, dan perlakuan dosis abu sekam p0 =kontrol sama
berdasarkan analisis ragam menunjukkan dengan p1, dan p2 sama dengan p3. Gambar
bahwa abu sekam tidak berpengaruh nyata 2 menunjukkan p3=25 t.ha -1 abu sekam
terhadap pH tanah. Hasil analisa tanah setelah memiliki rata-rata tinggi tanaman 8,73 cm lebih
diberi abu sekam menunjukkan penurunan nilai tinggi dibandingkan dengan perlakuan p1=15
pH tanah dibandingkan dengan analisa awal, t.ha-1 6,93 cm maupun p2=20 t.ha -1 7,97 cm.
hal ini diduga karena adanya penyiraman yang Menurut penelitian Martanto (2001) pemberian
berlebihan pada tanah yang menyebabkan abu sekam berpengaruh nyata terhadap laju

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
79

pertumbuhan tinggi serta menekan serangan kandungan unsur hara yang cukup tinggi
hama penyakit pada tanaman cabai. Dalam hal yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%
ini baik perlakuan p2 maupun p3 memiliki (Balittanah, 2006). Pupuk kelinci memiliki
pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman kandungan bahan organik C/N: (10±12%) dan
pada umur 7 hst. pH 6,47±7,52 (Sajimin, 2003). Manfaat pupuk
Berdasarkan data pengamatan tinggi organik dari urine kelinci yaitu membantu
tanaman 14 hst yang telah diuji ANOVA pada meningkatkan kesuburan tanah serta
taraf 5% menunjukkan adanya pengaruh meningkatkan produktivitas tanaman
sangat nyata interaksi perlakuan abu sekam (Priyatna, 2011). Mappanganro et al. (2011),
padi dan POC urine kelinci. Dilihat dari hasil uji yang menunjukkan bahwa pupuk organik cair
DMRT pada Gambar 3 menyatakan bahwa kelinci mampu menghasilkan rata-rata jumlah
perlakuan berbeda nyata, dan menunjukkan buah terbanyak pada tanaman tomat. Hal ini
interaksi pemberian abu sekam 20 t.ha -1 dan membuktikan bahwa urine kelinci mampu
15 ml/L POC urine kelinci (p2k1) memiliki tinggi meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi
tanaman 13,54 cm. Pupuk organik cair yang pada tanah gambut.
berasal dari urine kelinci mempunyai

5.20
5.09
5.10 5.03
5.00 4.96

4.90 4.86
pH tanah

4.80

4.70

4.60

4.50
P0 p1 p2 p3
Perlakuan Abu Sekam

Gambar 1. pH tanah setelah diberi abu sekam

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
80

10.0
b
9.0
b
8.0

Tinggi Tanaman (cm)


a
7.0 a
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
p0 p1 p2 p3
Perlakuan Abu Sekam Padi

Gambar 2. Grafik tinggi tanaman 7 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berbeda nyata.

18.00

16.00
ghi gi
fghi
14.00 bcde
efghi efghi efghi
Tinggi Tanaman (cm)

def efg efgh


12.00 cde
fghi
abcd
10.00 abc ab
a
8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlakuan Abu Sekam dan POC Urin Kelinci

Gambar 3. Grafik tinggi tanaman 14 hst


Keterangan Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berbeda nyata.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
81

Berdasarkan analisis data uji ANOVA sebagai bahan organik, mampu memperbaiki
menunjukkan pengaruh nyata perlakuan abu daya serap air akibat aktivitas mikroorganisme
sekam padi terhadap tinggi tanaman umur 21 meningkat yang mampu menjadikan butir
hst. Berdasarkan uji DMRT menunjukkan tanah lepas bisa bergabung karena proses
bahwa kontrol tidak berbeda nyata dengan dekomposisi. Pertumbuhan dan
perlakuan p1= 15 t.h-1. Akan tetapi kontrol perkembangan tanaman akan optimal jika
berbeda nyata dengan p2=20 t.h -1 dan p3=25 media tumbuh sesuai dengan kebutuhan
-1 -1
t.h . Gambar 4 menunjukkan p2=20 t.h dan tanaman. Berdasarkan uji lanjut DMRT bahwa
p3=25 t.h-1 memiliki rata-rata tinggi tanaman ada beberapa perbedaan antar perlakuan.
19,6 cm dan 19,8 cm yang menunjukkan lebih Gambar 5 menunjukkan bahwa kombinasi
tinggi dibandingkan dengan perlakuan p0=15,9 perlakuan abu sekam dan POC urine kelinci
cm, dan p1 16,3 cm. Parameter tinggi tanaman yang menunjukkan performa terbaik adalah
pada dosis terbanyak yaitu 20 t.h -1 dan 25 t.h-1 p1k2 dengan dosis p1=15 t.ha-1 dan k2 =
memberikan hasil tertinggi dibandingkan dosis 30ml/L terhadap tinggi tanamsan sawi pada
lainnya. Peningkatan tinggi tanaman diduga umur 28 hst.
karena pengaruh pemberian abu sekam padi
Lebar Daun
yang menjadikan pH tanah dan unsur hara
Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan
meningkat. Menurut Agus dan Subiksa (2008)
perlakuan berpengaruh nyata pada parameter
pH dan basa tanah bisa ditingkatkan dengan
lebar daun umur 7, 14, 21, dan 28 hst. Pada
pemberian amelioran. Menurut Soepardi
umur 7 hst perlakuan tunggal abu sekam yang
(1983), lajunya pertumbuhan tanaman karena
memberikan pengaruh, sedangkan pada umur
adanya kandungan Ca dan Mg serta unsur
14, 21, dan 28 hst terjadi pengaruh interaksi
hara lain pada abu sekam padi, mampu
antara abu sekam padi dan POC urine kelinci.
menurunkan keasaman dan meningkatkan
Menurut Agus dan Subiksa (2008) pemberian
ketersediaan unsur hara dalam tanah.
bahan amelioran dapat meningkatkan pH dan
Tinggi tanaman sawi umur 28 hst juga
basa tanah. Meningkatnya pH tanah diikuti
menunjukkan pengaruh yang nyata dengan
dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara
pemberian perlakuan abu sekam padi dan
tanaman sehingga kondisi lingkungan
POC urine kelinci. Hal ini menunjukan bahwa
perakaran menjadi lebih baik.
pemberian perlakuan mampu meningkatkan
Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf
laju pertumbuhan secara nyata karena bahan
5% menunjukkan bahwa perlakuan kontrol dan
amelioran pada abu sekam padi mampu
p1=15 t.ha-1 tidak berbeda nyata, akan tetapi
memberikan unsur hara bagi tanaman.
berbeda nyata dengan perlakuan p2=20 t.ha -1
Ditambah pemberian POC urine kelinci

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
82

dan p3=25 t.ha-1. Gambar 6 dibawah Berdasarkan analisis data uji ANOVA
menunjukkan perlakuan abu sekam p3=25 menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata
t.ha-1 memiliki lebar daun 2,61 cm yang perlakuan abu sekam padi dan POC urine
menunjukkan lebih besar dibandingkan kelinci terhadap lebar daun umur 14 hst.
dengan perlakuan p1= 15 t.ha -1 2 cm dan p2= Berdasarkan uji DMRT menunjukkan bahwa
20 t.ha-1 9,44 cm. Lakitan (2000) menyatakan beberapa perlakuan tidak berbeda nyata
unsur hara yang paling berpengaruh terhadap dengan kontrol seperti perlakuan p0k1, p1k0,
pertumbuhan dan perkembangan daun adalah dan p1k3. Kombinasi terbaik untuk lebar daun
nitrogen. Kemudian menurut Kardin (2013) pada umur 14 hst adalah p2k1 dengan dosis
unsur nitrogen berperan penting dalam p2=20 t.ha-1 dan k1=15 ml/L dengan rata-rata
pertumbuhan vegetatif tanaman, selain itu lebar daun tanaman 5,2 cm. Meskipun
nitrogen dibutuhkan pada setiap pembentukan perlakuan p2k1 memiliki pengaruh yang sama
tunas atau perkembangan batang dan daun dengan beberapa perlakuan lainnya namun
pada tanaman. Bila pasokan N cukup, daun jika dilihat dari segi ekonomisnya abu sekam
tanaman akan tumbuh besar dan memperluas mudah didapatkan dan tergolong murah,
permukaan yang tersedia untuk proses sedangkan urine kelinci sedikit terbatas karena
fotosintesis. Pasokan nitrogen yang tinggi akan hanya ditemukan pada peternakan kelinci yang
mempercepat pengubahan karbohidrat jarak sekali kita temui di lapangan, sehingga
menjadi protein dan dipergunakan menyusun pemanfaatannya harus sehemat mungkin
dinding sel. tetapi memiliki dampak yang bagus terhadap
tanaman.

25.0
19.6b 19.8b
Tinggi Tanaman (cm)

20.0
15.9a 16.3a
15.0

10.0

5.0

0.0
P0 P2 P3 P4
Perlakuan Abu Sekam

Gambar 4. Grafik tinggi tanaman 21 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama setelah angka
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
83

35.00

30.00 f ef ef ef ef f
27.07 def cdef def
bcde bcdef
Tinggi Tanaman (cm)

25.00 bcd ab
b
20.00
a

15.00

10.00

5.00

0.00
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlakuan Abu Sekam dan POC Urin Kelinci

Gambar 5. Grafik tinggi tanaman 28 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama setelah angka
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata.

3.00
b
2.50 b
a
Lebar Daun (cm)

2.00
a
1.50

1.00

0.50

0.00
P0 P1 P2 P3
Perlakuan Abu Sekam

Gambar 6. Grafik lebar daun 7 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berbeda nyata.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
84

6 e
de
cde cde cde cde cde cde
5 cde
bc bc
Lebar Daun (cm)

4
cd ab
ab ab
3 a

0
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlakuan Abu Sekam dan POC Urin Kelinci

Gambar 7. Grafik lebar daun 14 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama menunjukkan bahwa
perlakuan tidak berbeda nyata.

12

10
ef f
def def ef def
8 def def
cdef
Lebar Daun

cd cdef
cde
6 bc
ab a ab

0
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlakuan Abu Sekam dan POC Urin Kelinci

Gambar 8. Grafik lebar daun 21 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama setelah angka
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
85

16

14
d d d d
12 cd d cd
bcd bcd d
bcd
Lebar Daun (cm)

10
ab d bcd
a
8 abc

0
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlkuan Abu Sekam dan POC Urin Kelinci

Gambar 9. Grafik lebar daun 28 hst


Keterangan : Berdasarkan uji DMRT taraf 5%, huruf yang sama setelah angka
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berbeda nyata.

Berdasarkan analisis data uji ANOVA dosis 15 t.ha-1 abu sekam dengan 30 ml/L POC
pada taraf 5% menunjukkan adanya pengaruh urine kelinci.
sangat nyata perlakuan abu sekam padi dan Lebar daun tanaman sawi dengan
POC urine kelinci terhadap lebar daun umur 21 pemberian perlakuan abu sekam padi
hst. Berdasarkan uji DMRT menunjukkan menunjukan adanya pengaruh nyata umur 7,
bahwa ada perlakuan yang tidak berbeda 14, 21, dan 28 hst. Menurut Agus dan Subiksa
dengan kontrol seperti p0k1, p1k0, dan p1k3. (2008) pH dan basa tanah bisa ditingkatkan
Kombinasi perlakuan terbaik dapat dengan penambahan amelioran. Perbaikan
direkomendasikan adalah p2k1 dengan dosis kondisi sekitar perakan bisa dilakukan dengan
-1
p2=20 t.ha dan k1=14 ml/L. Berdasarkan meningkatkan pH sehingga unsur hara yang
analisis data uji ANOVA menunjukkan adanya tersedia bagi tanaman juga meningkat.
pengaruh sangat nyata perlakuan abu sekam Menurut Lakitan (2000), pertumbuhan dan
padi terhadap lebar daun umur 28 hst. perkembangan daun sangat dipengaruhi oleh
Berdasarkan uji DMRT menunjukkan bahwa tersedianya unsur hara nitrogen. Menurut
kontrol tidak berbeda nyata dengan beberapa Kardin (2013), pembentukan tunas dan daun
perlakuan, namun dapat direkomendasikan sangat dipengaruhi oleh unsur nitrogen.
kombinasi perlakuan adalah p1k2 dengan Permukaan daun akan tumbuh besar dan luas
jika pasokan nitrogen tercukupi, karena hal

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
86

tersebut berguna untuk proses fotosintesis. harinya sangat kecil. Hal tersebut berakibat
Pasokan nitrogen yang tinggi mampu pada terhambatnya proses fotosintesis.
mempercepat perubahan karbohidrat menjadi Sebagian besar klorofil berada pada daun.
protein yang digunakan untuk menyusun Bertambahnya jumlah dan luas daun
dinding sel. dipengaruhi oleh klorofil yang terbentuk
semakin banyak. Disisi lain, pemberian
Jumlah Daun
perlakuan tidak berpengaruh nyata juga
Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan
disebabkan karena adanya serangan hama
bahwa perlakuan abu sekam padi dan POC
ulat yang mampu menggugurkan daun dari
urine kelinci tidak berpengaruh nyata pada
batang pokok tanaman.
parameter jumlah daun umur 7, 14, 21 dan 28
hst. Proses fotosintesis untuk mengolah Berat Basah
makanan berlangsung di daun. Hasil dari Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan
proses fotosintesis berguna memenuhi bahwa perlakuan abu sekam padi dan POC
kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan urine kelinci berpengaruh sangat nyata pada
berkembang. Aktivitas fotosintesis sangat parameter berat basah umur 28 hst.
dipengaruhi oleh keberadaan daun. Proses Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf 5%
fotosintesis terjadi karena adanya zat hijau menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata.
daun pada tanaman. Tanaman tumbuh dengan Meskipun ada beberapa perlakuan yang tidak
baik jika semakin tinggi hasil fotosintesis akibat berbeda nyata dengan kontrol seperti
jumlah daun yang semakin banyak (Ekawati, perlakuan p1k0, p1k3, dan p2k0. Adapun
dkk.,2006). Daun yang dihitung adalah daun kombinasi terbaik untuk berat basah tanaman
yang berukuran besar maupun kecil dengan sawi adalah p1k2 dengan 15 t.ha-1.
syarat sudah berkembang sempurna. Pengukuran biomassa tanaman
Pengamatan dilakukan setiap minggunya yaitu menentukan total berat basah tanaman.
umur 7, 14, 21, dan 28 hst menunjukan tidak Perhitungan berat basah tanaman dilakukan
berpengaruh nyata dengan pemberian dengan menimbang tanaman yang baru saja
perlakuan abu sekam padi dan POC urine dipanen. Harus dipastikan bahwa
kelinci. Rerata jumlah daun pada tanaman sawi penimbangan dilakukan sebelum berkurang
relatif sama, hal ini diduga karena unsur hara kadar air dalam tanaman. Berat basah akan
yang tersedia relatif sama. Jumlah daun meningkat jika tinggi tanaman, lebar daun dan
tanaman dipengaruhi oleh laju fotosintesis dan jumlah daun semakin besar. Berat basah
penyerapan unsur hara oleh tanaman. Namun, dipengaruhi oleh keberadaan jumlah daun.
pada saat penelitian intensitas cahaya setiap Sebagaimana hasil penelitian Polii (2009)

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
87

dalam La Sadiro (2017), menyatakan jumlah mengandung banyak air. Sehingga, secara
daun adalah sink bagi tanaman yang akan otomatis semakin banyak kandungan air pada
meningkatkan berat seiring dengan tanaman maka berat basah tanaman juga
meningkatnya jumlah daun. Selain itu, daun semakin meningkat.

12

9.7
10 9.3
8.7 8.7 8.7
9
8.3 8.3 8 8.3 8
7.7
8 7.3
7 7
Jumlah Daun

6.7

0
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlakuan Abu Sekam dan Urin Kelinci

Gambar 9. Grafik jumlah daun

50
45 gh
40 i
def g
35 def g hi b
ef f
Berat Basah (gr)

30
de
25 cd
20 b bc
a
15 b

10
5
0
p0k0 p0k1 p0k2 p0k3 p1k0 p1k1 p1k2 p1k3 p2k0 p2k1 p2k2 p2k3 p3k0 p3k1 p3k2 p3k3
Perlkuan Abu Sekam dan Urin Kelinci

Gambar 10. Grafik berat basah

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
88

Rerata berat basah tertinggi yaitu Derajat keasaman tanah setelah


dengan rerata 33,3 g.tan -1 yaitu dengan inkubasi termasuk kriteria masam (Distan
pemberian. Namun hasil dari rerata berat 2017). Penurunan pH tanah terjadi sangat
basah tanaman sawi pada penelitian ini masih signifikan setelah pemberian abu sekam padi
sangat rendah. Tanaman sawi varietas shinta yaitu dari 6,63 menjadi 4.86 (p0=tanpa abu
memiliki standar potensi hasil sebesar 500 sekam), 5,03 (p1=15 t.ha-1), 5,09 (p2=20 t.ha-
g.tan-1. Tidak optimalnya proses fotosintesis 1
), dan 4.96 (p3=25 t.ha -1) tidak mencapai
menjadi salah satu penyebab tidak standar optimum yang diinginkan oleh
maksimalnya pertumbuhan vegetatif tanaman. tanaman sawi yaitu 6-7. Unsur hara yang
Intensitas curah hujan yang tinggi tersedia bagi tanaman pada pH tanah 4.5-5.0
mengakibatkan areal pertanaman tidak berupa N, P K, Ca, Mg, dan S rendah berakibat
maksimal mendapatkan cahaya matahari. pada tidak optimalnya pertumbuhan tanaman
Sedangkan maksimalnya proses fotosintesis sawi. Sedangkan ketersediaan unsur hara Fe,
akan mempengaruhi hasil pertumbuhan Mn, B, Cu, dan Zn yang tinggi bisa berdampak
vegetatif tanaman, yang berdampak pada buruk karena bisa menjadi racun bagi
tingginya berat basah tanaman yang diperoleh. tanaman.
Namun, pada saat penelitian intensitas cahaya
KESIMPULAN
setiap harinya sangat kecil. Sehingga berakibat
pada tidak optimalnya proses pertumbuhan Kesimpulan yang dapat diambil dari
vegetatif tanaman berupa tinggi tanaman, lebar penelitian ini yaitu adanya interaksi antara abu
daun dan jumlah daun. Hal tersebut berkorelasi sekam padi dan POC urine kelinci terhadap
tidak optimalnya berat basah yang dihasilkan. pertumbuhan dan hasil tanaman sawi kecuali
Disisi lain, adanya serangan hama ulat daun pada jumlah daun dengan perlakuan terbaik
tanah juga menjadi salah satu faktor tidak adalah abu sekam padi dosis 15 t.ha -1 dan
berpengaruhnya perlakuan yang diberikan. POC urine kelinci dosis 30 ml/L. Sementara
untuk abu sekam padi tidak mempengaruhi pH
tanah setelah inkubasi.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921
89

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F & I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Nugraheni, E.D. dan Paiman. 2010.
Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Pengaruh konsentrasi dan frekuensi
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian pemberian pupuk urine kelinci terhadap
Tanah dan World Agroforestry Centre pertumbuhan dan hasil tomat
(ICRAF), Bogor. (Lycopersicum esculentum Mill.). J.
Agroscience. 4(2):109-114.
Gustia, H. 2016. Respon Tanaman Wortel
Terhadap Pemberian Urine Kelinci. Polii, G.M.M. 2009. Respon Pertumbuhan
Jurnal Agrosains dan Teknologi. Tanaman Kangkung Darat (Ipomea
Universitas Muhammadiyah. Jakarta. reptans Poir.) terhadap Variasi Waktu
Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Journal
Lakitan, B. 2000. Fisiologi Tumbuhan dan
Soil Environment.1(7). 18-22.
Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo
Persada. Jakarta. Priyatna, N. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci
Pedaging. PT. Agromedia Pustaka.
La Sarido & Junia. 2017. Uji Pertumbuhan dan
Jakarta.
Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Rizqiani, N., F. A. Erlina, W. Y. Nafsih. 2007.
pada Sistem Hidroponik. Jurnal Pengaruh Dosis dan Frekuensi
AGRIFOR. 16(1) : 65-74 Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Buncis. Jurnal
Mappanganro, N, Enny L.S, Baharuddin.
Ilmu Tanah dan Lingkungan. VII: 43-45.
2011. Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Stroberi Pada Berbagai Salsi, I. 2011. Karakterisasi Gambut dengan
Jenis dan Konsentrasi Pupuk Organik Berbagai Bahan Amelioran dan
Cair dan Urine Sapi dengan Sistem Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik dan
Hidroponik Irigasi Tetes. Biogenesis. Kimia Guna Mendukung Produktivitas
1(2):123-132. Lahan Gambut. Jurnal Agrovigor. 4(1) :
42-50.
Martanto. 2001. Pengaruh Abu Sekam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Simamora, A.L.B., Toga Simanungkalit, Jonis
Intensitas Penyakit Layu Fusarium Pada Ginting. 2014. Respons Pertumbuhan
Tomat. Irian Jaya. Jurnal Agro. Vol.8 No.1 dan Produksi Bawang Merah (Allium
. Hal. 7- 40 ascalonicum L.) Terhadap Pemberian
Vermikompos dan Urinee Kelinci. J
Normaida, N, Jurnawati, S, Edison,A. 2016.
Agroekoteknologi 2(2):533-546.
Pengaruh Abu Sekam Padi dan
Beberapa Jenis Pupuk Kandang Suratman. 2013. Optimalisasi Pengelolaan
terhadap Pertumbuban dan Peoduksi Lahan Gambut Menggunakan Amelioran
Tanaman Jagung (Zea mays saccharata Tanah Mineral dan Tanaman Penutup
Sturt.) di Lahan Gambut. Jurnal Online Lahan pada Perkebunan Kelapa Sawit di
Penelitian 3(1): 1 - 12 Kalimantan Tengah. Tesis Mahasiswa.
IPB.

Vegetalika | https://doi.org/10.22146/veg.84921

You might also like