Cerita Wandui-Ndiu..
Cerita Wandui-Ndiu..
Cerita Wandui-Ndiu..
KELAS : VI A
Pada kesempatan kali ini, saya akan menulis tentang cerita rakyat daerah saya
sendiri, yaitu tentang wandiu-ndiu, Cerita singkatnya, wandiu-ndiu ini adalah seorang
ibu yang menjadi putri duyung karena terlalu lama mancari ikan dilaut untuk
anaknya. Berikut ceritanya :
WANDIU-NDIU
Sakawana yi bhiwina tawo oinana lausaka apongano itawo, bhea ose oikane
modhangiana yi pasi, sampe apoolia. Sapokawakana piamba ikane, oinana
ambulimo ibhanua pekangkilomea ikanena kahimpo anasu, samasasana akandemo
po bhawa-bhawa. Karajana apelo ikane samia-miana, amembalimo karajaana
oinana saeo-saeo to anana imasiakana.
Wa inaa Wandiyu-ndiyu
Mayi paasusu andiku
Andiku Lambatambata
Akaku Laturungkoleo
Dahulu kala, di suatu kamping dekat pantai buton, tinggalah seorang janda
miskin bersama tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil. Untuk mencari nafkah
sehari-hari, dengan terpaksa si ibu harus bekerja seorang diri. Pekerjaan yang
dilakukan yakni mengumpulkan kayu bakar, kemudian dijual atau ditukar dengan
benda-benda lain untuk keperluan hidup sehari-hari. namun demikian, setiap kali
kebutuhan pokok untuk makan sehari-hari amat sulit terpenuhi termasuk
menyediakan ikan untuk laut. Keadaan yang demikian menyebabkan si bungsu
sehari-hari menangis tatkala anak makam karena tanpa ikan.
Suatu hari, si bungsu yang amat dikasihi oleh ibu dan kakaknya ini menangis
tanpa henti dan merengek minta dihidangkan ikan. Berkali-kali kedua kakaknya,
terlebih si ibu, membujuknya dengan berbagai cara. Upaya yang ditempuh tidak
mampu meredakan tangisnya , bahkan justru sebaliknya, karena si bungsu tetap
menangis dan si Ibu tak tega untuk membiarkan anaknya menangis, lalu si ibu
berupaya mewujudkan permintaan anaknya dengan jalan mencari sendiri ikan dilaut.
Saat tiba di tepi pantai, si ibu lalu menceburkan diri ke laut, berenang,
menyelam dan menyelam lagi untuk mengejar ikan – ikan di dasar laut hingga
berhasil ditangkap. Setelah mendapatkan beberapa ekor ikan, si ibu kembali ke
rumah untuk menemui anak-anaknya yang telah menunggunya. Setibanya di rumah
ikan tangkapan dibersihkan lalu dimasak untuk selanjutnya disantap bersama.
Kegiatan mencari ikan di laut seorang diri telah merupakan tugas sehari-hari si ibu
demi si bungsu yang amat dikasihinya.
Perubahan itu tampak mulai dari kaki hingga lutut, yang telah bersisik dan
telah membentuk ekor ikan. Melihat ibu mereka demikian, si ibu tetap menghibur
ketiga anaknya dan menyusui si bungsu sambil menjanjikan akan kembali lagi
membawakan ikan pada anak-anaknya. Usai menyusui si bungsu, lalu pamit pada
anak-anaknya untuk kembali ke laut.hari – hari berikutnya, si ibu mulai jarang datang
menghampiri anak-anaknya ditepi pantai. Karena si ibu tak muncul-muncul juga,
sementara si bungsu tetap menanyakan ibu mereka, juga minta disusui, maka si
anak tengah berusaha menghibur si bungsu dan si sulung sambil berdendang
syahdu di tepi pantai :
Wahai ibu wahai si duyung-duyung
Kemarilah susui adikku
Adikku Lambatatambata
Kakakku Waturungkoleo
Beberapa saat usai mendendangkan syair lagu dengan penuh perasaan dan
harapan, lalu dengan penuh perasaan dan harapan, lalu muncullah si ibu dari dalam
laut dengan wujud separuh manusia dan separuh ikan. Ketika muncul ke permukaan
air, si ibu tidak lupa memberikan beberapa ekor ikan kepada anak-anaknya yang
telah lama merindukannya.
Hari demi hari, bila ingin bertemu ibu mereka, dendangkan lagu Wandiyu-diyu
lalu dilagukan. Akan tetapi bersamaan dengan perjalanan waktu, kian hari di setiap
kemunculannya menemui anak-anaknya di tepi pantai, sisik-sisik yang menutupi
tubuhnya semakin meluas hingga menutupi telinganya. Akibatnya sejak itu si ibu tak
dapat mendengarkan dendang syahdu suara anak-anaknya dan tak mampu lagi
menginjakkan kakinya ke darat kembali. Karena telah berubah menjadi seekor ikan
duyung.