Lporan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Lporan Asuhan Keperawatan Pada Klien
Lporan Asuhan Keperawatan Pada Klien
DISUSUN OLEH :
GREGORIUS SUFANI (P71203124076)
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan sendiri
sangat dipengaruhi kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta perkembangan. Praktik hygiene sama dengan peningkatan
kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota
keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam lingkungan rumah sakit, perawat
menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan cara hygiene pada pasien,
pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan partisipan dalam
perawatan diri ketika memungkinkan.Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dalam sejarah Yunani,
Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti
lain dari Hygiene ada beberapa yang intinya sama yaitu:
1. Mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani, rohani dan
sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
3. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat)
dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang
lainnya.
4. Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.
5. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh
factor yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan
maupun melalui masyarakat.
Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu:
Yang menyangkut individu (personal hygiene) dan yang menyangkut lingkungan
(environment).Personal hygiene adalah perawatan kebersihan diri yang dilakukan oleh
individu untuk mempertahankan kesehatannya sehingga individu merasa nyaman dan
aman. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Macam – macam Personal Hygiene:
1. Perawatan kulit kepala & rambut
2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telinga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
6. Perawatan genetalia
7. Perawatan kulit seluruh tubuh
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan
Tujuan perawatan Personal Hygiene:
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4. Mencegahan penyakit
5. Meningkatkan percaya diri seseorang
6. Menciptakan keindahan
7. Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan
bakteri
8. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
9. Memelihara integritas permukaan kulit
10. Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
11. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
12. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
13. Meningkatkan percaya diri seseorang
14. Menciptakan keindahan
15. Meningkatkan derajat kesehatan sesorang
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Citra tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Jika seorang pasien rapi sekali maka perawat
mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada pasien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh pasien dapat berubah akibat
pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha
ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik sosial.
Kelompok-kelompok social wadah seorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-
kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga,
jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya
merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah pasien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi
dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk
ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok
social pasien.
d. Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Pasien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong pasien untuk
meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi
secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . pasien memilih produk
yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan
pribadi.
g. Kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
A. Nilai-Nilai Normal
Tingkat kemampuan klien melakukan self care:
0 = mandiri
1 = membutuhkan bantuan alat
2 = membutuhkan bantuan orang lain
3 = membutuhkan bantuan alat dan orang lain
4 = tergantung total
Tingkat ketergantungan/ kemandirian seseorang dapat dikaji melalui salah satu alat
ukur, yaitu: Pengkajian Fungsional Barthel Index, seperti berikut ini:
No. Fungsi Skor Kondisi
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen/ tidak teratur (perlu pencahar)
defekasi (mengontrol
1. 1 Kadang tak terkendali (1 kali seminggu)
BAB)
2 Mandiri
Mengendalikan rangsang 0 Inkontinen dan menggunakan kateter
berkemih (mengontrol
2. 1 Kadang tak terkendali (maksimal 1 x 24 jam)
BAK)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri (cuci 0 Membutuhkan pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, gosok
1 Mandiri
gigi)
Penggunaan toilet masuk/ 0 Tergantung pertolongan orang lain
keluar (melepas, pakai
Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tapi
4. celana, menyeka, 1
aktivitas lain dapat mengerjakan sendiri
menyiram)
2 Mandiri
Makan 0 Tidak mampu
5. 1 Perlu bantuan memotong makanan
2 Mandiri
Pindah tempat dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk
1 Perlu banyak bantuan untuk duduk (2 orang)
6.
2 Bantuan minimal, 1 orang
3 Mandiri
Mobilisasi/ berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa mobilitas dengan kursi roda
7.
2 Berjalan dnegan bantuan 1 orang/ walker
3 Mandiri
Berpakaian/ memakai 0 Tergantung orang lain
baju
8. 1 Sebagian dibantu, misal mengancing baju
2 Mandiri
No. Fungsi Skor Kondisi
Naik turun tangga 0 Tidak mampu
9. 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Mandi 0 Tergantung orang lain
10.
1 Mandiri
Total Skor
Keterangan:
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = Ketergantungan sebagian
5-8 = Ketergantungan berat
0-4 = Ketrgantungan penuh
Untuk skor ≤ 8 dikonsulkan ke bagian Rehabilitasi Medik. Di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, setiap pasien yang telah dikaji menggunakan Barthel Index, selanjutnya
akan dipantau mulai dari sebelum sakit, saat masuk rumah sakit, minggu I, minggu II,
dan saat pulang. Dengan demikian, petugas medis dapat memonitor dengan mudah
perkembangan ketergantuangan/ kemandirian pasien dilihat dari fungsional aktivitas
sehari-harinya.
B.Hal-Hal yang Perlu Dikaji pada Klien yang Mengalami Gangguan Kebutuhan
Perawatan Kebersihan Diri
1.Riwayat keperawatan
Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku dan
kaki, perawatan rambut, mata, hidung, telinga, dan perineal care)
Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga,
kuku, kaki, rambut dan perineal
Pola kebersihan tubuh
Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
2. Pemeriksaan fisik
Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit,
mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal akibat terapi
Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kodisi lesi
Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung, telinga,
kuku, kaki, rambut dan perineal: warna, tekstur, kekebalan, turgor
dan hidrasi
Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit, mata, mulut, gigi,
hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, rambut dan perineal.
3. Kemampuan melakukan self care
Kaji tingkat kemampuan klien melakukan Pengkajian Fungsional
Barthel Index
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Gambaran diri
Kebiasaan sosial
Status sosial ekonomi
Pengetahuan
Budaya
Kondisi fisik/status kesehatan
Pilihan individu
Tingkat perkembangan
IV.DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta
Bulechek, GM. Butcher, H.K. Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Indonesia: Mocomedia
Herdman, T.H., dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan. Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L., dan Swanson, E. 2016. Nursing Oucome
Classification (NOC) 5th Edition. Indonesia: Mocomedia
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC
Potter, P.A. & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik ( Fundamentals of Nursing: Concept, Process & Practice) Edisi
keempat. Jakarta: EGC
Towarto, Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta