Laporan Kasus Diare Akut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. AM
No. Register RS : 340824
Tanggal lahir : 01 Mei 2013
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sokkolia
Tanggal MRS : 09 05 2014
Ruangan : Perawatan II kelas III C
B. Anamnesis
Tipe Anamnesis : alloanamnesis
Keluhan utama : berak encer
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun MRS dengan keluhan berak encer
dengan frekuensi 10x. Disertai. Demam (+) sudah 3 hari, menggigil (-),
batuk(-), lendir (-), pilek(-), mual(-), muntah(+) sudah 2 hari dengan frekuensi
4x, nyeri perut (+). BAK lancar. Nafsu makan: anak malas makan. Anemis (-
), ikterus (-), BP : vesikuler, BT : Rh-/-, Wh-/-, BJ I/II murni reguler, bising (-
), peristaltik (+) kesan meningkat, hepar dan lien tidak teraba.
Riwayat Imunisasi : Lengkap 0 9 bulan
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang/ Composmentis/ Gizi Kurang
Status Gizi : Gizi kurang, berdasarkan Z Score
Berat Badan : 8 kg , Umur : 1 tahun.
Tinggi Badan : 76 cm
BB/TB : terletak diantara -3 SD dan -2 SD (gizi kurang)
BB/U : terletak diantara -2 SD dan -1 SD (gizi baik)
TB/U : terletak diantara Median dan 1 SD (normal)
Tanda Vital
Nadi : 120 x/mnt
Pernafasan : 30 x/mnt
Suhu : 37,2 C
Skor Dehidrasi: 8 (dehidrasi ringan-sedang)
Keadaan umum: lemas (2)
Mata: cekung (2)
Mulut: biasa (1)
Pernapasan: < 30x/menit (1)
Turgor: baik (1)
Nadi: < 120x/menit (1)
Kepala Leher
Kesan Normosephal
Deformitas (-)
Rambut : hitam.
Sklera ikterus (-)
Deviasi trachea : (-)
Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar thyroid
(-)
Sianosis (-)
Lidah kotor (-)


Thorax Jantung
Inspeksi :
Simetris kiri kanan
Deformitas thoraks (-)
Palpasi :
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Perkusi :
Sonor kiri kanan
Batas paru hepar kanan
setinggi sela iga VI
Batas paru belakang kanan
paru setinggi vertebra thorakal
XI
Auskultasi :
Bunyi pernapasan vesikuler
Bunyi tambahan : rh -/-, wh -/-
Inspeksi :
Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :
Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas jantung kiri, line
midclavicularis kiri
Batas jantung kanan, linea
parasternalis kanan
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II murni
reguler
Bising (-)
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi :
Perut datar, mengikuti gerakan
napas
Acites (-)
Massa tumor (-)
Palpasi :
Hepar dan lien tidak teraba
Nyeri tekan (-)
Perkusi :
Timpani
Auskultasi :
Peristaltik (+), kesan
meningkat
Edema : Tungkai kanan (-)
dan kiri (-),
Sianosis (-)

Diagnosis sementara
Diare Akut
Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang
IVFD Asering
Zink 1x20mg
L.Bio 1x1
Paracetamol syr 3x1(bila
perlu)

Pemeriksaan lab :
Feces rutin
Kultur Feses

D. Hasil Follow Up :
Tanggal /
jam
Perjalanan penyakit Instruksi Dokter
09/5/2014
Ku : sakit
sedang
N :
120x/mnt
P :
30x/mnt
S : 37,6 C
Berak encer 10 x
Muntah .
Nafsu makan:
kurang

IVFD Asering
Zink 1x10mg
L.Bio 1x1
Paracetamol syr
3x1(bila perlu).

10/5/2014
Ku : sakit
sedang
N :
84x/mnt
P :
44x/mnt
S : 37,1 C
Muntah(-)
Anak mau makan
dan minum
BAB encer 2 x
BAK biasa
IVFD Asering
Zink 1x10mg
L.Bio 1x1
Paracetamol syr
3x1(bila perlu).


E. Diskusi
Seorang anak laki-laki umur 1 tahun MRS dengan keluhan berak encer
dengan frekuensi 10x. Disertai. Demam (+), menggigil (-), batuk(-), lendir (-),
pilek(-), mual(-), muntah(+) sudah 2 hari dengan frekuensi 4x, nyeri perut (+).
BAK lancar. Nafsu makan: anak malas makan. Anemis (-), ikterus (-), BP :
vesikuler, BT : Rh-/-, Wh-/-, BJ I/II murni reguler, bising (-), peristaltik (+)
kesan meningkat, hepar dan lien tidak teraba.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas ditemukan
gejala gejala yang menunjang diagnostik ke arah diare akut, dimana definisi
dari Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Dari hasil
skor dehidrasi pasien menunjukkan derajat dehidrasi sedang-ringan, dimana
skornya adalah 8.
Penatalaksanaan diare dengan dehidrasi sedang-ringan oralit yang
diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi yaitu:
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret,
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret,
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret.
F. Pembahasan
DIARE
Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

Jenis diare ada dua
macam, yaitu Diare akut dan Diare persisten atau Diare kronik. Diare akut
adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sementara Diare persisten
atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

Pada diare
terdapat tiga penilaian derajat dehidrasi yaitu diare tanpa dehidrasi, diare
dehidrasi ringan sedang dan diare dehidrasi berat.
1
Epidemiologi
Berdasarkan kelompok umur, prevalensi tertinggi diare terjadi pada
anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7% dengan prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada
perempuan. Prevalensi diare lebih banyak di pedesaan dibandingkan
perkotaan, yaitu sebesar 10% di perdesaan dan 7,4 % di perkotaan. Diare
cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan bekerja sebagai
petani/nelayan dan buruh. Penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan)
yang terbanyak adalah diare (31,4%) dan penyebab kematian anak balita (usia
12-59 bulan), terbanyak adalah diare (25,2%).
2
Etiologi dan Patofisiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.
Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah
diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
1
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI BAKTERI
1. E.coli
Semua bentuk dapat menyebabkan penyakit pada anak-anak di negara
berkembang, tapi enterohemorrhagic E. coli (EHEC, termasuk E. coli O157:
H7) menyebabkan penyakit yang lebih umum di negara-negara maju.
enterotoksigenik E. coli (ETEC) - diare, diare pada bayi dan anak-anak di
negara berkembang.
enteropathogenic E. coli (EPEC) - anak-anak <2 tahun; diare kronis pada
anak-anak; jarang menyebabkan penyakit pada orang dewasa.
enteroinvasif E. coli (EIEC) - diare berlendir berdarah; biasanya demam.
enterohemorrhagi E. coli (EHEC) - diare berdarah; kolitis hemoragik yang
parah dan sindrom uremik hemolitik dalam 6-8%; ternak merupakan reservoir
dominan.
Enteroaggregative E. coli (EAggEC) - diare pada anak-anak; diare persisten
pada anak-anak dan orang dewasa dengan human immunodeficiency virus
(HIV).
3


2. Camphylobacter Jejuni

Gambar 2 : Camphylobacter Jejuni.
5

Bakteri ini merupakan penyebab diare yang disertai lendir dan darah
(disebut juga Bloody diarrhea) yang sama seringnya seperti Salmonella dan
Shigella. Infeksi pada Campylobacter jejuni melalui mulut dari makanan
(misalnya susu yang tidak dipasteurisasi), minuman (air terkontaminasi),
kontak dengan hewan yang terinfeksi (unggas, anjing, kucing, domba dan
babi), atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti
daging ayam yang belum dimasak dengan baik. Kadang-kadang infeksi dapat
menyebar melalui kontak langsung person to person atau hewan yang
terinfeksi atau ekskretanya serta aktivitas seksual anal-genital-oral sebagai
transmisi.
4
Campylobacter jejuni peka terhadap asam lambung; perlu memakan
10
4
organisme untuk dapat menyebabkan infeksi. Jumlah ini sesuai dengan
jumlah yang diperlukan pada infeksi Salmonella dan Shigella, tetapi lebih
sedikit daripada yang diperlukan untuk infeksi Vibrio. Campylobacter jejuni
berkembang biak di usus kecil, menginvasi epitel, menyebabkan radang yang
mengakibatkan munculnya sel darah merah dan darah putih pada tinja.
Kadang-kadang C.jejuni masuk ke dalam aliran darah sehingga timbul
gambaran klinik demam enterik. Invasi jaringan yang terlokalisasi serta
aktivitas toksin menyebabkan timbulnya enteritis (prevalensinya lebih
tinggi). C.jejuni dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus
dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-
labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses
ulcerative colitis.
4
3. Shigella

Gambar 3 :Shiggella.
5

Shigellosis disebut juga Disentri basiler . Disentri sendiri artinya salah
satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus , terutama
kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang air besar yang sering
mengandung darah dan lendir. Habitat alamiah kuman disentri adalah usus
besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler.
Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran pencernaan, invasi dalam
darah sangat jarang. Shigella menimbulkan penyakit yang sangat menular.
Dosis infektif kurang dari 10
3
organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir,
mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung
mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan,
pembentukan pseudomembran pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin,
lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses
berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan parut.
4
4. Salmonella

Gambar 4 :S.typhimurium.
5

Di dunia terdapat lebih dari 2000 serotipe Salmonella, beberapa
diantaranya dapat menyerang manusia dan hewan. Seperti halnya dengan
Shigella, Salmonella juga dapat melakukan invasi ke dalam mukosa usus
halus, hanya perbedaannya ialah Salmonella tidak berkembang biak dan tidak
menghancurkan sel epitel melainkan terus masuk ke lamina propria yang
kemudian menyebabkan infiltrasi sel-sel radang. S.typhimurium dapat
membentuk enterotoksin yang dapat mengakibatkan diare.
4


5. Vibrio Cholerae

Gambar 4 : Vibrio Cholerae.
5

Vibrio cholerae tidak bersifat invasif , melainkan tetap tinggal pada
permukaan sel epithel usus halus, berkembang biak dan mengeluarkan
exotoxin berupa enteroxin yang disebut choleragen. Penularan cholera
umumnya melalui makanan atau minuman yang tercemar. Feces penderita
merupakan sumber infeksi utama. Cholera dapat menyebar dengan cepat di
tempat - tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan
kotoran/sewage dan sumber air yang tidak memadai. Selain Serogrup O1 yang
terdiri dari biotype el tor dan biotype cholera saat ini telah ditemukan
serogrup O139 yang secara fisiologis maupun biokimiawi mirip dengan
Serogrup O1 biotype el tor. Manifestasi klinis yang khas pada cholera adalah
terjadinya diare yang mirip air cucian beras.
4
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI VIRUS
Secara global, rotavirus merupakan penyebab diare terparah kalangan
anak kecil. Hampir semua anak telah terinfeksi sebelum mencapai usia lima
tahun. Di negara sedang berkembang, rotavirus menyebabkan kurang lebih
setengah juta kematian setiap tahun.
6

Di negara maju, kematian akibat rotavirus jarang terjadi tetapi rawat
inap terjadi secara umum, terutama di kalangan anak di bawah usia 2
tahun.Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi oleh rotavirus menderita
penyakit selama 4 sampai 6 hari dan sembuh sepenuhnya.Infeksi rotavirus
amat berjangkit dan ditularkan melalui muntah atau tinja dari orang yang
terinfeksi melalui:
kontak orang ke orang, misalnya menyentuh seseorang yang sakit dan
mempunyai virus ini pada tangannya
benda yang tercemar
makanan dan minuman yang tercemar.
6
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI PARASIT
Jenis parasit yang dapat menyebabkan diare adalah protozoa (Giardia
lamblia, Cryptosporidium sp., Isosporabelli, Sarcocystis sp., Entamoeba
histolytica, Nonpathogenic Amoeba, Balantidium coli), cacing (Strongyloides
stercoralis, Capillaria philippinensis, Trichinella spiralis,Trichostrongylus
orientalis, Trematoda, Trichuris trichiura),dan jamur (Candida sp., Aspergillus
sp., Zygomycosis sp).
7
A. Giardia lamblia
Giardia lamblia merupakan penyebab tersering infeksi protozoa pada
saluran cerna manusia dan paling banyak ditemukan di negara-negara
berkembang. Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit
dan kista. Meskipun trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak
dapat hidup di luar tubuh manusia. Kista adalah bentuk infeksius G.lamblia
yang resisten terhadap berbagai macam gangguan di luar pejamu dan dapat
bertahan hidup selama sebulan di air atau di tanah.Kista matang yang tertelan
oleh pejamu akan mengalami ekskistasi di duodenum yang dicetuskan oleh
adanya asam lambung lalu diikuti dengan paparan sekresi kelenjar eksokrin
pankreas. Dalam proses ekskistasi ini sitoplasma akan membelah dan
terbentuk 2 trofozoit. Saat trofozoit lepas dari kista terjadi perlekatan ke
dinding epitel usus dan terjadi multiplikasi. G.lamblia hidup di duodenum dan
di bagian proksimal yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung
empedu. Pergerakan flagel yang cepat membuat trofozoit bergerak dari satu
tempat ke tempat lain dan dengan batil isapnya melekatkan diri pada epitel
usus. Mekanisme terjadinya diare pada infeksi giardia lamblia belum jelas.
Meskipun mukosa yeyunum terlihat normal bila dilihat dengan mikroskop
cahaya, namun ternyata didapatkan berbagai bentuk atrofi vilus seperti
pemendekan dan distrofi mikrovilus. Aktivitas disakaridase membran
mikrovilus berkurang dan terjadi gangguan transport glukosa yang
dipengaruhi natrium. Hal ini diduga berkaitan dengan sistem imunologik.
Pada giardiasis, infiltrasi limfosit timbul sebelum terjadi pemendekan vili dan
ternyata terdapat hubungan antara intensitas infiltrasi limfosit dengan beratnya
malabsorbsi yang terjadi.
7
B. Entamoeba histolytica
E.histolytica ditemukan hampir di seluruh dunia, tetapi prevalensi
tertinggi didapatkan di negara-negara berkembangAngka mortalitas
diperkirakan 75.000 per tahun. Infeksi E.histolytica dapat melalui makanan
dan air serta melalui kontak manusia ke manusia. Dalam daur hidupnya
Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium yaitu bentuk histolitika, minuta
dan kista. bentuk minuta daur hidup tak dapat berlangsung. Kista dibentuk di
rongga usus besar dan dalam tinja, berinti 1 atau 4 dan tidak patogen, tetapi
dapat merupakan bentuk infektif.
7

Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat bertahan hidup
terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia. Kista matang yang tertelan
mencapai lambung masih dalam keadaan utuh karena kista tahan terhadap
asam lambung. Di rongga usus halus terjadi ekskistasi dan keluarlah bentuk-
bentuk minuta yang masuk ke dalam rongga usus besar. Bentuk minuta ini
berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di mukosa usus
besar serta menimbulkan gejala. Bentuk histolitika memasuki mukosa usus
besar yang utuh dan mengeluarkan enzim sisstein proteinase yang dapat
menghancurkan jaringan yang disebut histolisin. Kemudian bentuk histolitika
memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis mukosa,
bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas daripada di
mukosa usus sehingga terjadi luka yang disebut ulkus amuba. Lesi ini
biasanya merupakan ulkus-ulkus kecil yang letaknya tersebar di mukosa usus,
bentuk rongga ulkus seperti botol dengan lubang sempit dan dasar yang lebar,
dengan tepi yang tidak teratur agak meninggi dan menggaung.
7

Proses yang terjadi terutama nekrosis dengan lisis sel jaringan. Bila
terdapat infeksi sekunder, terjadilah proses peradangan yang dapat meluas di
submukosa dan melebar ke lateral sepanjang sumbu usus. Kerusakan dapat
menjadi luas sekali sehingga ulkus-ulkus saling berhubungan dan terbentuk
sinus sinus dibawah mukosa. Dengan peristalsis usus, bentuk histolitika
dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga usus kemudian menyerang lagi
mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja.
7
C. Trichuris trichiura
Trichuris trichiura dapat ditemukan baik di negara maju maupun
negara berkembang. Diperkirakan Trichuris trichiura merupakan prevalensi
terbesar ketiga infeksi oleh cacing usus dan merupakan penyebab terbanyak
diare karena infeksi cacing. Prevalensi sangat tergantung dari pola sanitasi,
higiene perorangan,dan juga status nutrisi seseorang.
7

Cacing trichuris terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat, cacing trichuris tersebar di
seluruh kolon dan rektum. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus sehingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan
peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan.
Selain itu cacing ini menghisap darah pejamu sehingga dapat menimbulkan
anemia.
7
D. Strongyloides stercoralis
Nematoda ini terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik
sedangkan di daerah yang beriklim dingin jarang ditemukan. Daerah yang
panas, kelembaban tinggi dan sanitasi yang kurang sangat menguntungkan
cacing strongyloides sehingga terjadi daur hidup yang tidak langsung. Tanah
yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur, berpasir dan humus.
Hanya cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilus duodenum
dan yeyunum dalam bentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya
kira-kira 2 mm. Parasit ini mempunyai 3 daur hidup yaitu:
1. Siklus langsung
Sesudah 2 sampai 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi
larva filariform yang merupakan bentuk infektif. Bila larva filariform
menembus kulit manusia akan masuk ke dalam peredaran darah vena dan
melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang mulai menjadi
dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring dan dengan refleks
batuk, parasit akan tertelan kemudian sampai di usus halus bagian atas dan
menjadi dewasa.
7
2. Siklus tidak langsung
Di tanah larva rabditiform berubah menjadi cacing jantan dan cacing
betina bentuk bebas. Sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur
yang menetas menjadi larva rabditiform. Larva tersebut dalam waktu
beberapa hari menjadi larva filariform yang infektif dan masuk ke dalam
pejamu baru atau dapat juga mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak
langsung ini terjadi bilamana keadaan lingkungan sekitarnya optimum
misalnya di negeri-negeri tropik dengan iklim lembab.
7
3. Otoinfeksi
Larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform di usus atau
di daerah sekitar anus, misalnya pada pasien yang menderita obstipasi
sehingga bentuk rabditiform berubah menjadi filariform di dalam usus. Pada
pasien diare menahun, bentuk rabditiform akan menjadi filariform pada tinja
yang masih melekat di sekitar dubur. Bila larva filariform menembus mukosa
usus atau kulit perianal, maka terjadi suatu daur perkembangan di dalam
pejamu. Adanya otoinfeksi dapat menyebabkan strongiloidiasis menahun pada
pasien yang hidup di daerah non endemik.
7
Gejala Klinik
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI BAKTERI
1. E.coli
Masa inkubasi Escherichia coli sekitar 35 hari dengan gejala awal
mual, muntah, kram perut, diare dapat disertai darah, seringkali di ikuti
demam (37,738,3C). Umumnya Escherichia coli masuk ke dalam tubuh
melalui rute oral dari makanan atau benda yang tercemar bakteri ini.
2. Camphylobacter Jejuni
Keluhan abdominal seperti mulas, nyeri seperti kolik, mual / kurang
napsu makan, muntah, demam, nyeri saat buang air besar (tenesmus), lesu,
sakit kepala, demam antara 37,8-40C, malaise, pembesaran hati dan limpa,
serta gejala dan tanda dehidrasi,
kadang infeksi bisa menyerang katup jantung (endokarditis) dan
selaput otak dan medulla spinalis (meningitis),
penyakit enterik akut disertai invasi pada usus halus dan menyebabkan
nekrosis berdarah,
diare hebat/ ekplosif disertai dengan adanya banyak darah, lendir,
lekosit PMN (polimorfonuklear) dan kuman pada tinja bila diperiksa secara
mikroskopis,
dapat dikacaukan dengan radang usus buntu dan kolitus ulseratif,
Jika tidak diobati , 20% penderita mengalami infeksi berkepanjangan
dan sering kambuh.
3. Shigella
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul
nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan
dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari
kemudian, karena infeksimeliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja
meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap
gerakan usus disertai dengan mengedan dan tenesmus (spasmus rektum),
yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh
secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun,
pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
4
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri
untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi
pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit
berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk
antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak
melindungi terhadap reinfeksi.
4
4. Salmonella
Menurut WHO (2010) bakteri ini umumnya ditularkan ke manusia
melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi yang berasal dari hewan,
terutama daging, unggas, telur, dan susu. Gejala infeksi Salmonella biasanya
muncul 1272 jam setelah infeksi dengan gejala klinis termasuk demam, sakit
perut, diare, mual, dan kadang-kadang muntah. Penyakit ini biasanya
berlangsung 47 hari dan kebanyakan orang sembuh tanpa pengobatan.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, ketika bakteri memasuki aliran darah,
diperlukan pula pengobatan menggunakan antibiotik.
5. Vibrio Cholerae
Secara klinis yang pertama kali dirasakan oleh penderita adalah rasa
penuh di abdomen , hilangnya nafsu makan , telapak tangan serta kaki terasa
dingin. Berikutnya secara tiba tiba mual, muntah dan diare hebat. Feces
yang cair yang mula mula berwarna coklat kemudian berubah menjadi pucat
berisi sedikit lendir yang secara klasik diistilahkan sebagai rice water stools
/ air cucian beras.
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI VIRUS
Rotavirus merupakan penyebab sebagian besar penyakit diare pada
bayi dan anak-anak tetapi tidak pada orang dewasa. Masa inkubasinya 1-3
hari. Gejala yang khas meliputi diare, demam, nyeri perut dan muntah-muntah
diikuti dehidrasi.
8
Pada bayi dan anak-anak, kehilangan banyak elektrolit dan cairan bisa
fatal jika tidak diobati. Penderita dengan kasus yang lebih ringan mempunyai
gejala 3-8 hari dan kemudian sembuh sempurna. Pada anak-anak dengan
imunodefisiensi, rotavirus dapat mengakibatkan penyakit yang lebih berat dan
lebih dan lebih panjang.
8
DIARE DENGAN PENYEBAB INFEKSI PARASIT
A. Giardia lamblia
Infeksi giardia lamblia dapat bermanifestasi dalam 3 bentuk yaitu
tanpa gejala, diare akut swasirna dan diare kronik dengan atau tanpa disertai
malabsorbsi. Giardiasis pada anak gizi cukup akan sembuh dengan sendirinya
setelah 3-6 minggu, namun terdapat sebagian kasus yang mengalami diare
kronik. Ekskresi parasit dapat berlangsung selama beberapa bulan sehingga
kadang-kadang dapat menyebabkan reinfeksi.
7
B. Entamoeba histolytica
Manifestasi klinis amebiasis dapat tanpa gejala sampai tampak sakit
berat. Pasien amebiasis sering mengalami nyeri abdomen, diare, anoreksia dan
malaise. Pada infeksi kronik, diare dapat diselingi oleh fase konstipasi. Diare
biasanya mengandung darah dan mukus disertai tenesmus. Amebiasis
intestinal dibagi menjadi 2 yaitu amebiasis kolon akut bila gejala berlangsung
kurang dari 1 bulan dan amebiasis kolon menahun bila gejalanya berlangsung
lebih dari 1 bulan atau bila terjadi gejala yang ringan, diikuti oleh reaktivasi
gejala akut secara periodik.
7
C. Trichuris trichiura
Kasus infeksi trichuris menunjukkan gejala beraneka ragam mulai dari
keluhan yang ringan sampai keluhan yang berat. Gejala yang timbul dapat
berupa diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, berat badan turun,
anemia dan kadang-kadang disertai prolaps rektum.
7


D. Strongyloides stercoralis
Larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit sehingga timbul
kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang sering disertai dengan
rasa gatal yang hebat. Infeksi ringan Strongiloides pada umumnya terjadi
tanpa diketahui pejamunya karena tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang
dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah epigastrium dan
tidak menjalar. Dapat disertai muntah, mual, diare dan konstipasi saling
bergantian.
7
Penatalaksanaan
Lima langkah untuk menuntaskan diare yaitu:
1

1. Berikan oralit,
2. Berikan tablet Zink 10 hari berturut-turut,
3. Teruskan ASI jika anak masih diberikan ASI, jika anak sudah diberikan
makan teruskan pemberian makanan,
4. Berikan antibiotik secara selektif,
5. Berikan nasihat pada orang tua dan keluarga.



DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Saku Petugas Kesehatan, Lima Langkah Tuntaskan Diare. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2011.
2. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines,Acute diarrhea in adults
and children: a global perspective. February 2012
3. Buletin Jendela, Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia.
Triwulan II, 2011
4. Jawetz. E , Melnick & Adelberg, Microbiologi Kedokteran, edisi 20, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2008
5. https://www.google.com
6. Lembar Fakta Penyakit Menular, Infeksi Rotavirus. Di akses melalui:
www.health.nsw.gov.au.
7. Herbowo, Agus Firmansyah. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri, Vol. 4,
No. 4, Maret 2003.
8. dr. Maria Magdalena Simatupang, Rotavirus. Departemen Mikrobiologi. Fakultas
Kedokteran USU. 2009.

Anda mungkin juga menyukai