Lapkas Stemi
Lapkas Stemi
Lapkas Stemi
Laporan Kasus
PENYAJI
(110100150)
Hafizhalaila Ammar
(110100039)
Fatma Diana
(110100147)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul .
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Kardiologi
dan Kedokteran Vaskuler, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
dr. Zulfikri Mukhtar, Sp.JP (K) , yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesiakan
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah
laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Tujuan
Penulisan ..................................................................
1.4.
Manfaat
Penulisan ................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
2.1. Sindrom Koroner Akut .........................................................
2.1.1. Definisi ................................................................
2.1.2. Patofisiologi .............................................................
2.1.3. Penanganan Awal ....................................................
2.2. ST Elevasi Miokard Infark ...................................................
2.2.1. Etiologi ....................................................................
2.2.2. Manifestasi Klinis ...................................................
2.2.3. Diagnosis ...............................................................
2.2.4. Diagnosa Banding ...................................................
2.2.5. Penatalaksanaan ......................................................
2.2.5.1. Penatalaksanaan Umum ...........................
2.2.5.2. Terapi Reperfusi ......................................
2.2.6. Komplikasi ..........................................................
2.2.7. Prognosis .................................................................
BAB 3 STATUS PASIEN ...................................................................
BAB 4 KESIMPULAN .......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
Halaman
1
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
9
12
12
12
13
18
19
20
22
27
30
31
48
49
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini diantaranya:
1.4.
Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan kasus ini diantaranya:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
lengan kiri.
EKG : adanya ST elevasi maupun depresi yang terlokalisir.
Perikarditis :
-
membungkuk ke depan ).
Auskultasi : ada friction rub pada precordium)
EKG : ST elevasi yang difus.
Aortic dissection
-
Pulmonal
Emboli paru
-
Pneumonia
-
konsolidasi)
Infiltrat pada foto thoraks
Pneumothoraks
-
Gastrointestinal
Esophageal spasm
-
Acute cholecystitis
-
2.1.5. Penatalaksanaan
Manajemen, termasuk diagnosis dan pengobatan Infark Miokard Akut,
dimulai pada first medical contact (FMC), didefinisikan sebagai titik di mana
pasien baik pada awalnya dinilai oleh paramedis atau dokter atau tenaga medis
lainnya dalam pengaturan pra-rumah sakit, atau pasien tiba di rumah sakit bagian
darurat. Suatu diagnosis kerja infark miokard pertama harus dibuat pada FMC.
Hal ini biasanya didasarkan pada riwayat nyeri dada yang berlangsung selama 20
menit atau lebih, tidak berkurang dengan pemberian nitrogliserin. Petunjuk
penting adalah riwayat CAD dan penjalaran rasa sakit pada leher, rahang bawah
atau lengan kiri. Rasa sakit mungkin tidak parah. Beberapa pasien datang dengan
gejala yang kurang khas, seperti mual/muntah, sesak napas, kelelahan, jantung
berdebar atau sinkop. Penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan 30% dari
pasien dengan STEMI hadir dengan gejala tidak khas.2
Penatalaksanaan Umum
Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen
selama 6 jam pertama. 3,4
Nitrogliserin
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan
dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Selain mengurangi nyeri
dada, nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara
dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri
dada terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin intravena. Nitrogliserin
intravena juga diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema paru.3
Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg
dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit dengan dosis total 20 mg.3
Mengurangi dan menghilangkan nyeri dada sangat penting karena nyeri dikaitkan
dengan aktivasi simpatis yang menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan
beban jantung. 4
Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase
trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg diruang emergensi. Selanjutnya aspirin
diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.3,4
Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta IV,
selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa diberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60
menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg. Lima belas menit setelah dosis IV
terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama
48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam. 3,4
ACE Inhibitor
ACE Inhibitor harus segera diberikan jika tekanan darah stabil dan tetap di atas
100 mmHg. Keuntungan ACE Inhibitor terutama terlihat pada pasien dengan
gagal jantung, infark miokard, disfungsi ventrikel kiri. ACE Inhibitor seperti
captopril 6,25 mg diberikan 3 dosis, target 25-50 mg.4
Antagonis Kalsium
Tidak terdapat bukti yang mendukung penggunaan antagonis kalsium secara rutin.
Namun golongan obat ini dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita
dengan nyeri dada iskemik yang berlanjut walaupun telah mendapatkan nitrat dan
penyekat beta.4
Antitrombotik
Heparin dapat diberikan dalam bentuk unfractionated heparin atau low molecular
weight heparin. Unfractionated heparin diberika 5000 unit bolus dilanjutkan
2.1.5.2.
Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi, baik dengan IKP atau farmakologis, diindikasikan untuk
semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi segmen ST
yang menetap atau left bundle branch block (LBBB) yang terduga baru.
Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan
apabila terdapat bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang
berlangsung, bahkan bila gejala ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri dan
perubahan EKG telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika nyeri dan
perubahan EKG tampak tersendat.
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan ada
tidaknya rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsung
pilih terapi fibrinolitik. Bila ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian
(baik rumah sakit ata klinik) ke rumah sakit tersebut apa kurang atau lebih dari 2
jam. Jika membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah
fibrinolitik. Setelah fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkan pasien dapat
dikirim ke pusat dengan fasilitas IKP.2
: sangat bermanfaat
6-12 jam
: bermanfaat
>12 jam
Bottiger
et.
al
tahun
2008,
keberhasilan
resusitasi
tidak
10
11
Rescue PCI
Menurut Eric tahun 2007, ada 4 jenis terminologi PCI, yaitu:
1. Rescue PCI
2. Systematic PCI
3. Facilitated PCI
4. Primary PCI
12
13
sistolik)
dan
peningkatan
kekakuan
miokardium
ejeksi
ventrikel
kiri
<40%,
antagonis
aldosteron
b. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah keadaan penurunan cardiac output yang
parah dan hipotensi (tekanan darah sistol <90mmHg) dengan perfusi
yang tidak adekuat ke jaringan perifer yang terjadi ketika lebih dari
40% ventrikel kiri terjadi infark. Syok kardiogenik merupakan
14
mortalitas
>70%.
Kateterisasi
jantung
segera
dan
15
2.2.7. Prognosis
Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca miokardium
akut (IMA). Prognosis IMA dengan melihat derajat disfungsi ventrikel kiri secara
klinis dinilai menggunakan klasifikasi Killip. Berikut tabel klasifikasinya
Tabel 4 Klasifikasi Killip
Kelas
Definisi
I
II
III
IV
Proporsi
Pasien
40-50%
30-40%
10-15%
5-10%
Mortalitas
(%)
6
17
30-40
60-80
BAB 3
STATUS PASIEN
Prognosis:
Klasifikasi Killip
Kelas
I
II
III
IV
Definisi
Tidak ada tanda gagal jantung kongestif
+ S3 dan/atau ronki basah di basal paru
Edema paru akut
Syok kardiogenik
Proporsi
Pasien
40-50%
30-40%
10-15%
5-10%
Mortalitas
(%)
6
17
30-40
60-80
16
Diskusi Kasus
1.
Anamnesis
Teori:
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan kumpulan sindroma klinis nyeri
dada yang disebabkan oleh kerusakan miokard yang diistilahkan dengan infark
miokard. SKA adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan untuk
menggambarkan suatu spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang
meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard
gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST
elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark miokard gelombang Q atau
infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation myocardial
infarction/STEMI).
Ketiga
keadaan
tersebut
merupakan
keadaan
17
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium
dengan ciri seperti di peras, perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejala yang sering di
temukan pada penderita NSTEMI. Gejala tidak khas seperti dispnea, mual,
diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65
tahun.19
Manifestasi klinisnya antara lain nyeri dada, sesak nafas, mual dan muntah,
palpitasi,pusing, sinkop dari aritmia ventrikel, dan iskemia ekstremitas.18
Pasien :
Dari anamnesa dijumpai nyeri dada typical infark (karakteristik seperti
diremas, menjalar ke punggung disertai dengan keringat dingin dan sesak nafas).
2.
Faktor Risiko
Faktor risiko biologis yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu:
a.
Usia
Risiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat dengan bertambahnya
umur, diatas 45 tahun pada pria dan diatas 55 tahun pada wanita. Pasien usia
lanjut lebih sering dari pada usia muda mengalami perubahan abnormalitas
anatomi dan fisiologi kardiovaskular, termasuk respon simpatis beta yang
terbatas, peningkatan afterload jantung karena penurunan compliance arteri
dan hipertensi arterial, hipotensi ortostatik, hipertropi jantung, dan disfungsi
ventrikular terutama disfungsi diastolik.15
b.
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi dari pada perempuan. Walaupun
setelah menopause, tingkat kematian perempuan akibat penyakit jantung
meningkat, tapi tetap tidak sebanyak tingkat kematian laki-laki akibat
penyakit jantung . 15
c.
Riwayat keluarga
Dengan riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung juga merupakan
faktor resiko, termasuk penyakit jantung pada ayah dan saudara pria yang
18
didiagnosa sebelum umur 55 tahun, dan pada ibu atau saudara perempuan
yang didiagnosa sebelum umur 65 tahun. 15
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
a.
Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner antara lain menimbulkan
aterosklerosis; peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi; peningkatan
tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meninkatkan kebutuhan oksigen
jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20
batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan risiko 2-3 kali
dibandingkan yang tidak merokok. 15
b.
Hipertensi
Hipertensi menyebabkan meningkatnya afterload yang secara tidak
langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan
memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya
afterload yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan oksigen jantung. 15
c.
Dislipidemia
Kolesterol merupakan prasyarat terjadi penyakit koroner pada jantung.
Kolesterol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri
koroner. Jika hal tersebut terus berlangsung, akan membentuk plak sehingga
pembuluh
arteri
koroner
yang
mengalami
inflamasi
atau
terjadi
Obesitas
Beberapa perubahan metabolisme lemak sering kali dijumpai pada individu
obes. Perubahan-perubahan ini berkaitan erat dengan jumlah lemak viseral
dibandingkan dengan total lemak tubuh. Pada umumnya, obesitas cenderung
meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida dan menurunkan kadar
HDL. Meskipun kolesterol LDL tetap meningkat sedikit atau normal,
partikel small dense LDL yang aterogenik cenderung meningkat, terutama
pada pasien dengan resistensi insulin yang berkaitan dengan adipositas
viseral.
Perubahan-perubahan
aterosklerosis.20
e.
Diabetes melitus
ini
meningkatkan
risiko
terjadinya
19
Pasien:
a.
b.
3.
Pemeriksaan fisik
Teori :
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali
ekstremitas pucat disertai keringat dingin. Kombinasi nyeri dada subternal >30
menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat
pasien infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis
(takikardia dan/atau hipotensi) dan hampir setengah pasien infark inferior
menunjukkan hiperaktifitas parasimpatis (bradikardia dan/atau hipotensi).20
Tanda fisik lainnya pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3 gallop,
penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung
kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang bersifat
sementara karena disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub.
peningkatan suhu sampai 38C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca
STEMI. 20
Pasien :
20
Pemeriksaan laboratorium
Teori:
Pemeriksaan enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat,
5.
EKG
Teori:
Diagnosis STEMI ditegakkan berdasarkan EKG yaitu adanya elevasi ST
2mm, minimal pada 2 sadapan prekondrial yang berdampingan atau 1mm pada
2 sadapan ekstremitas.16
Pasien:
Terdapat ST elevasi 2mm pada V1-V3
21
22
23
S
(-)
O
Sensorium : CM
TD : mmHg
HR : x/i reguler
RR : x/i
Kepala : mata : anemis -/-, ikterik :-/Leher TVJ (R+2) CmH2O
Thorax S1(+),S2(+), murmur (-); gallop (-)
Pulmo SP : Vesikuler ; ST : rongki (-)
Abdomen : Soepel, BU (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Sensorium : CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 74 x/i reguler
RR : 20 x/i
Kepala : mata : anemis (-/-) , ikterik (-/-)
Leher TVJ (R+2) CmH2O
Thorax : Cor S1(+),S2(+), reguler, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo SP : Vesikuler, ST : (-)
A
STEMI Inferior
onset 5 hari
Killip I TIMI
Risk /14
STEMI Inferior
onset 5 hari
Killip I TIMI
Risk /14
Bed rest
O2 2-4 L/i
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i
(mikro)
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x40mg
Clobazam 1x10mg
Laxadyn syr 1xCi
ISDN 3x5mg (k/p)
Inj. Lasix 0,6cc/12jam (H2)
Bed rest
O2 2-4 L/i nasal kanul
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i mikro
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x40mg
Clobazam 1x10mg
ISDN 5mg (k/p)
24
STEMI Inferior
onset 5 hari
Killip I TIMI
Risk 1/14
Bed rest
O2 2-4 L/i nasal kanul
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i mikro
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x40mg
Clobazam 1x10mg
ISDN 5mg (k/p)
Laxadyn syr 1xCi
CAD 1VD
Bed rest
O2 2-4 L/i nasal kanul
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i mikro
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x40mg
Clobazam 1x10mg
ISDN 5mg (k/p)
Laxadyn syr 1xCi
Inj. Lovenox 0,6cc/12 jam (H1)
25
Sensorium : CM
TD : 140/90 mmHg
HR : 74 x/i reguler
RR : 28 x/i
Kepala : mata : anemis (-/-) , ikterik (-/-)
Leher TVJ (R+2) cmH2O
Thorax : Cor S1(+),S2(+), reguler, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo : SP : Vesikuler, ST : (-)
Abdomen : Soepel, BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat
Sensorium : CM
TD : 110/80 mmHg
HR : 66 x/i reguler
RR : 24 x/i
Kepala : mata : anemis (-/-) , ikterik (-/-)
Leher TVJ (R+2) cmH2O
Thorax : Cor S1(+),S2(+), reguler, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo : SP : Vesikuler, ST : (-)
Abdomen : Soepel, BU (+) N
Ekstremitas : akral hangat
CAD 1VD
CAD 1VD
Bed rest
O2 2-4 L/i nasal kanul
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i mikro
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x20mg
Clobazam 1x10mg
ISDN 5mg (k/p)
Laxadyn syr 1xCi
Inj. Lovenox 0,6cc/12 jam (H3)
Allupurinol 1x100mg
Recolfar 3x1
Bed rest
O2 2-4 L/i nasal kanul
IVFD Nacl 0,9% 10 gtt/i mikro
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75mg
Simvastatin 1x20mg
Clobazam 1x10mg
ISDN 5mg (k/p)
Laxadyn syr 1xCi
Inj. Lovenox 0,6cc/jam (H-4)
Allupurinol 1x100mg
Recolfar 3x1
26
Na diclopenac 2x1
BAB 4
Kesimpulan
Z, laki laki, usia 43 tahun, mengalami STEMI anteroseptal onset 2 hari Killip I
TIMI Risk 4/14 dan hipertensi terkontrol dan diberi pengobatan:
-
Bed Rest
O2 2-4 L/i
Plavix 1x75 mg
Aptor 1x100 mg
ISDN 3x10 mg
Bisoprolol 1x5 mg
Ramipril 1x2,5mg
Simvastatin 1x40 mg
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Kabo, dr. Peter dan dr Sjukri Karim. EKG dan Beberapa Penanggulangan
Penyakit Jantung ; Bab Infark Miokard Akut; 2007. Jakarta : FK UI ; 141153
2. Rhee W.J, Sabattne S.M., Lily S.L., 2011. Acute Coronary Syndromes,161188, Pathophysiology of Heart Diseases, 5th edition, Philadelphia,
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.
3. Kumar V., Cotran R.S., Robin S.L. 2007. Buku Ajar Patologi ed.7. Jakarta:
EGC
4. Steg, Gabriel, et.al., 2012, ESC Guidelines for The Management of Acute
Myocardial Infarction in Patients Presenting with ST-Segment Elevation,
European Heart Journal, p. 1-51.
5. Fuster,at al. Hurst, The Heart Disease. 13th, 2011, Mc Graw Hill Publisher
6.
28