Kaidah Imla'
Kaidah Imla'
Kaidah Imla'
"
Tajwid, bukan mengikuti tata-tulis dan tata-bahasanya. Hanya, kalau tata-tulis Imla' tidak
mengaplikasikan Idgham, Iqlab, Qalqalah, Tafkhim, Tarqiq dan sejenisnya.
Perbedaan antara tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani dengan tata-tulis Imla' sebanyak sekitar 4809
kata, di luar yang Washal dan Fashal. Penulis kelompokkan dan menganalisis dalam dimensi
tata-tulis,
tata-baca
dan
tata-bahasanya
seperti
berikut:
a.
Menggugurkan
Alif
().
(
=
(
=
tulisan).
), Alif dan Ya' nya dihilangkan di semua surah, kecuali di al-Baqarah : 130,
( al-Baqarah : 98) dan nama Nabi-nabi lainnya yang dibaca panjang, kecuali ( alBaqarah : 249),
( al-Qashash : 6), ( al-Baqarah : 251 dll), ( al-Qashash : 76),
( al-Baqarah : 102), dan ( al-Baqarah : 103) (termasuk konsistensi tulisan), (
)
), juga hitungan-hitungan seperti : (
) = , ((
= ) dan
, (
(
) = .
) , Alif ( )yang terletak sesudah Lam (), di al-Nisa' 12 dan 176, demikian juga
( =
).(
Wawu
Menggugurkan
b.
(
=
) di al-Isra' : 11, al-Syura : 24 dan al-Qamar : 6, Ali Imran : 61, demikian juga
(
), di al-Syura : 24, dan al-Ra'd : 39. = ( ), di al-'Alaq : 18, dan =
(
) yang ( ) di al-Taubah : 19, al-Nahl : 75 dan al-Sajdah : 18, karena Wawu =
ke
dua
berupa
Wawu
Jama'
).
Dalam kelompok ini tata-tulis kata-kata tertentu ditulis tanpa tanda panjang berupa Alif ( ),
karena demikian menurut Bahasa Quraisy yang disepakati dalam sidang yang kemudian menjadi
dari
c.
satu
makna
seperti
Menggugurkan
Ya'
().
Menggugurkan
Nun
( ).
(
) = di al-Baqarah : 40, demikian juga , , , ,
, , , , , , dan semisalnya.
(=
d.
(=
)
(
) =
e.
(
=
dan
f.
(=
Yusuf
Di
Yusuf
Menggugurkan
11.
110.
().
Lam
Menambah
(=
142,
Di
Alif
(),
Wawu
()
dan
Ya'
().
al-Qashash : 2,
di
al-Syura
:
51.
Bagian ini juga tata-tulisnya mengikuti Bahasa Quraisy yang sudah eksis sebelum al-Qur'an
turun. Sekalipun tidak sesuai dengan kaidah bahasa (Nahwu dan Sharaf), akan tetapi secara
materiel tidak berpengaruh terhadap tata-baca dan maknanya, karena perumusan kaidah Nahwu
dan Sharaf menyusul kemudian setelah dibukukannya al-Qur'an, seperti kaidah yang mengatur
kapan Wawu ( )di akhir kalimah tetap ada dan kapan harus dihilangkan. Ketidak sesuaian
tersebut juga tidak bisa diartikan al-Qur'an menyalahi, sebab dalam segi yang lain masih tetap
sesuai
dengan
Bahasa
Arab.
Pada dasarnya kelompok ini sama dengan kelompok (b), pengurangan yang terjadi pada huruf
Ya' ( )meskipun tidak mempengaruhi tata-bacanya, akan tetapi kalau yang digugurkan adalah
Ya' Mutakallim
( ) tentu berpengaruh, yaitu secara makna Ya' ( )nya tetap diartikan, meskipun tidak
tertulis, sama dengan
seterusnya.
dalam
dan
Pengguguran Nun ( )ini tidak mempengurhi tata-baca dan maknanya. Meskipun demikian, dari
segi bahasanya ada kecenderungan mempermudah tata-bacanya, karena memang sifat bahasa
adalah cenderung untuk menggunakan yang mudah diucapkan dan difahami, dan al-Qur'an pun
memilih kata-kata dalam Wazan ( )yang paling mudah dibaca dan difahami, seperti
dalam
surah
al-Qadr.
Pada bagian pengurangan Lam ( )ini juga tidak mempengaruhi tata-bacanya, sedang dari segi
bahasa dan maknanya sudah sangat populer, yaitu dalam bentuk Mutsanna ( ) dan Jama' (
)
Lam
nya
ditulis
kembali.
menjadi
Penambahan di dalam kategori ini lebih banyak berpengaruh terhadap tata-baca dan maknanya,
tambahan tersebut rawan menimbulkan keliru baca atau paling tidak keraguan membacanya,
karena apabila tambahan-tambahan tersebut dihilangkan tata-bacanya lebih jelas. Tambah huruf
memang mempunyai arti sendiri, seperti pada Fi'il-fi'il yang Mazid, dalam Ilmu Sharaf dikenal
dengan istilah
mela mela,
dalam
arti
lebih
Mengganti
mendetail,
()
Alif
(mela
=
mendalam,
tegas
dengan
dan
semisalnya.
().
Wawu
mela
) di al-Baqarah : 3 dll, seperti juga (mela = mela )di al-Baqarah : 43 dll,
(mela
= mela )di al-Qashash : 60, (mela = mela )di al-Nur : 35, ( ) = di alBaqarah : 275, (mela = mela )di al-An'am : 52, (mela
= mela )di Ghafir (al-Mu'min) :
41, (mela = mela )di al-Najm : 20, karena menunjukkan asal hurufnya berupa Wawu ( ).
Pada bagian ini juga sangat mempengaruhi tata-bacanya, atau paling tidak meragukan, dibaca
mela
atau mela
, demikian pula kata-kata yang lain. Dalam hal ini para ahli bahasa
berspekulasi mengatakan "untuk menunjukkan asal hurufnya", meskipun mereka tidak secara
pasti menyebutkan bahwa dalam sidangnya Khalifah 'Utsman dahulu disengaja ditulis demikian
untuk maksud tersebut. Menurut hemat penulis semua ini kembali kepada teknik tata-tulis
menurut
Bahasa
Quraisy.
Mengganti
()
Alif
dengan
().
Tanwin
(=
60,
Bagian ini di samping juga mengikuti teknik tata-tulis menurut Bahasa Quraisy, juga
menjelaskan segi pemakaian bahasa yang sudah populer di masyarakat, bisa begini bisa begitu.
Tata-tulis ini tidak berpengaruh baik terhadap tata-baca maupun maknanya.
Mengganti
(=
asal
dengan
().
Ya'
Mengganti
(
=
Mengganti
=
(
Mengganti
()
Alif
()
Wawu
di
al-An'am
()
Wawu
)
Ta'
di
dengan
:
60,
karena
dengan
Alif
al-Dhuha,
Marbuthah
()
(=
asal
dengan
().
Alif
Ta'
hurufnya
().
Maqshurah
di
( ).
Wawu
al-A'la
Maftuhah
14
dll.
( ).
bagian
ini
Demikian
Sama
sama
dengan
juga
dengan
bagian
Tabel
Tabel
VII
Tabel
di
muka.
ini.
di
atas.
),
dengan
)
.
:
Hamzah
2.
Hamzah
Contoh
di
tata-tulis
awal
Hamzah
kata
( ):
:
di al-An'am : 90,
di
tengah
di al-Takwir : 8,
kata
di al-Baqarah : 126,
di al-
Mu'minun,
di al-Baqarah : 61, di al-Maidah : 2, di al-Rahman, di alBaqarah : 255,
=
(
3.
Hamzah
()
di
akhir
kata
, berbeda
sama sekali dengan kalau ditulis dengan cara . Ketidak konsistensinya dalam ayat-ayat
tersebut,
semata-mata
kembali
kepada
keputusan
sidang.
Pada prinsipnya tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani mempunyai model dan gaya sendiri. Setelah alQur'an memasyarakat, maka disusunlah kaidah Bahasa Arab, baik Nahwu maupun Sharafnya.
Dalam rangka itu para penyusun di samping merujuk kepada Syair-syair sebelum Islam, juga
merujuk dan berdalil kepada al-Qur'an itu sendiri. Yang jelas bahwa semua tata-tulis tersebut
merupakan bentuk asli al-Rasm al-'Utsmani, yang menurut kesepakatan para ulama berdasarkan
putusan sidangnya Khalifah 'Utsman t tidak boleh dirubah dan direvisi lagi baik dengan cara
menambah, mengurangi maupun merubah tata-tulisnya, karena sudah final.
Persoalan yang timbul kemudian, bisa jadi tata-tulis al-Rasm al-'Utsmani yang tidak sesuai
dengan kaidah Bahasa Arab sehari-hari dipersalahkan, karena di samping rawan menimbulkan
salah baca dan pemaknaan juga tidak sesuai dengan tata-tulis Imla. Karena itu, menurut hemat
penulis dalam pembelajarannya diperlukan seorang Ustadz yang mempunyai wawasan bahasa,
disamping
ketrampilannya
dalam
proses
belajar
mengajar.
Sebenarnya, kesulitan yang terjadi bukan karena materinya, akan tetapi semata-mata karena
faktor manusianya yang belum atau kurang terbiasa dengan model tata-tulis dan tata-bahasanya,
meskipun sudah mengakrabi tata-bacanya. Dan yang berhak mengatakan sulit atau tidak sulit
harus yang mempunyai bahasa itu sendiri, bukan orang lain. Apalagi kalau bahasanya jauh
berbeda. Selain itu bahwa Bahasa Indonesia masih jauh dari sempurna untuk bisa dipakai
memahami al-Qur'an, walaupun demikian bukan berarti tidak ada gunanya. Di sinilah pentingnya
tulisan ini, agar orang jangan menyalahkan materi (al-Qur'an) nya.