Konsep Al-Quran Menurut Abraham Geiger

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

A.

Pendahuluan
Sejak abad ke-12 hingga sekarang Ilmuan barat yang mengkaji
ilmu-ilmu ketimuran atau lebih spesifik mengkaji tentang Al-Quran
telah menelurkan banyak karya yang cukup dikenal dikalangan
Sarjana Islam. Karya-karya tersebut berupa buku atau artikel
tentang telaah mereka terhadap al-Quran. Fazlur Rahman dalam
karyanya The Major Themes of the Quran menjelaskan setidaknya
ada tiga tipe karya-karya orientalis terhadap Al-Quran. Pertama,
karya-karya orientalis yang ingin membuktikan keterpengaruhan AlQuran oleh tradisi Yahudi dan Kristen. Kedua, karya-karya orientalis
yang menekankan pada pembahasan sejarah dan kronologi AlQuran. Ketiga, karya-karya orientalis yang membahas tema-tema
tertentu dalam Al-Quran.
Dari ketiga tipe tersebut tipe yang pertama, yaitu orientalis
yang ingin membuktikan pengaruh tradisi Yahudi dan Kristen
terhadap Al-Quran dimana tokoh orientalis yang menggagas adalah
Abraham Geiger, menurut Rabbi Yahudi ini Al-Quran merupakan
kitab yang tidak murni, sebab di dalamnya terdapat campuran
berbagai tradisi yang berkembang ketika al-Quran turun, yakni
budaya Yahudi, Nasrani, dan budaya Jahiliyah. Menurutnya, AlQuran hanyalah refleksi Nabi Muhammad tentang tradisi dan
kondisi masyarakat Arab pada saat itu, oleh karena itu al-Quran
tidak

dikatakan

menggunakan

transenden.

pendekatan

Ia

membahasnya

historis-kritis,1

dan

dengan

menggunakan

metodologi bible dalam studinya terhadap al-Quran.2 Setidaknya


ada lima pokok ajaran Islam yang mengadopsi dari agama Yahudi
1 Lenni Lestari, Abraham Geaiger dan Kajian Al-Quran (Telaah Metodologi
atas Buku Judaism and Islam), Jurnal Suhuf Volume 7, No. 1 2014, hlm. 39

menurut Abraham Geiger, yaitu berkaitan dengan kosakata alQuran, doktrin agama, syariat, moral, dan kisah-kisah dalam alQuran. Berdasarkan dari beberapa landasan di atas, dalam makalah
ini

akan

dibahas

tentang

konsep-konsep

al-Quran

menurut

perspektif Abraham Geiger.

B. Pembahasan
1. Biografi Abraham Geiger
Untuk memudahkan dalam menyelami sosok dari Abraham
Geiger, sebelumnya kita ketahui dahulu agama dari Abraham
Geiger, yaitu Yahudi. Agama atau faham Yahudi atau juga dikenal
dengan istilah Judaism dalam bahasa inggris, dijelaskan dalam
ensiklopedia Yahudi Jewish Encyclopedia bahwa Yahudi merupakan
bentuk kehidupan yang berdasarkan kepada kebapaan Tuhan serta
wahyu-Nya.

Judaism

sendiri

memiliki

maksud

dari

eksistensi

seperangkat kepercayaan dan kebiasaan yang membentuk Judaism


dan menciptakan ketaatan yang membuat seseorang menjadi
Yahudi.3 Esensi agama Yahudi terletak pada sepuluh perintah
Tuhan

dimana

kesepuluh

perintah

tersebut

pada

dasarnya

mengandung dua hal pokok, yaitu berhubungan dengan agama dan


kepercayaan, dan yang lainnya berhubungan dengan adat istiadat
dan

upacara

agama.4

Sedangkan

bagi

orang

Islam,

Yahudi

cenderung diartikan sebagai agama Nabi Musa dan kitab Taurat


sebagai kitab sucinya. beberapa kitab lain yang dianggap suci oleh
2 Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal, cet 1,
(Jakarta: Perspektif, 2010), hlm 190
3 Ibid., hlm. 42

agama Yahudi diantaranya seperti Torah, Talmud, Septuaginta, dan


Pentateuch. Dari kitab-kitab ini, yang menjadi kitab inti adalah
Taurat atau The Old Testament (perjanjian lama).
Abraham Geiger, terlahir pada tanggal 24 Mei 1810 di
Frankfurt dan meninggal pada 23 Oktober 1874 di Berlin. Ia adalah
putra Rabi Michael Lazarus Geiger (m.1823) dan Roeschen Wallau
(m. 1856). Ia terlahir dalam keluarga dan lingkungan hidup yang
ortodoks.5 Pada usia belia, ia telah mempelajari Hebrew Bible,
Mishnah, dan Talmud dari ayahnya. Ketika

remaja

ia

telah

mempelajari sejarah klasik dan melahirkan keraguan atas paham


tradisional Yudaisme. Ia menemukan pertentangan antara sejarah
klasik

dan

Bible

mengenai

otoritas

ilahi

(divine

authority).

Dilatarbelakangi oleh keraguannya, serta analisis-kritisnya terhadap


tradisi

Yahudi,

ia

mengidentifikasikan

dirinya

sebagai

tokoh

sekaligus pendiri Yahudi Liberal di Jerman yang cukup berpengaruh. 6


Di usianya yang tergolong masih muda, Abraham Geiger
mengikuti kompetisi masuk ke Universitas Bonn dengan menulis
sebuah Essai dalam bahasa Latin. Essai Geiger diseleksi oleh
Professor George B. F. Freytag dari fakultas Oriental Studies,
Universitas Bonn. Hasilnya, Geiger menang dan mendapat hadiah
dari hasil tulisannya.7 Dari essainya pula ia mendapatkan gelar
Doktor dari Universitas Marbrug.
4 Burhanuddin Daya, Agama Yahudi, (Yogyakarta: Bagus Arafah, 1982),
hlm. 163
5 Fahmi Salim, Op.Cit., hlm. 42
6 Saiful Subhan ash-Suyuthi, Wissenschaf Judentum Dan kajian al-Quran, kajian
orientalis, jakarta: UIN syarif hidayatullah, 2012, hlm. 36

Pada tahun 1833, essai tersebut dipublikasikan (tahun 1833)


dalam bahasa Jerman dengan judul Was hat Mohammed aus dem
Judenthume aufgenommen? (Apa yang telah Muhammad Pinjam
dari Yahudi?).8 dalam essai tersebut, Geiger menyimpulkan kosa
kata Ibrani cukup berpengaruh terhadap Al-Quran. Kata-kata yang
terdapat di dalam Al-Quran seperti Tabut, Taurat, Jannatu And, dan
sebagainya merupakan adopsi dari bahasa Ibrani. Selain itu,
berkaitan

dengan

moral,

hukum

serta

pandangan

tentang

kehidupan Abraham Geiger juga berpendapat bahwa Al-Quran juga


terpengaruh dengan agama Yahudi. Selain itu cerita-cerita yang ada
di dalam Al-Quran pun tidak terlepas dari pengaruh Yahudi.9 Ia
memulai karirnya sebagai seorang Rabbi (guru yang menguasai
keseluruhan 613 mitzvot (hukum agama Yahudi) pada tahun 1833.
Dan secara bersamaan ia mengabdi di kota Wiesbaden, Breslau,
Frankfurt dan Berlin.
Abraham Geiger cukup expert dalam kajian Bibel, Talmud, dan
sejarah abad Pertengahan. Selain itu, ia juga mendalami adat dan
pengetahuan orang Yahudi, filologi, sejarah, kesusastraan, dan
filsafat sehingga Ia sering diundang dalam berbagai aktivitas
akademik maupun di lingkup masyarakatnya. Ia juga pernah
menerbitkan sebuah jurnal yang dikelola secara pribadi, menulis
berbagai karya, dan mengajar di masa-masa akhir hidupnya hingga
ajal menjemputnya pada tahun 1874 di Berlin. Dalam komunitas
7 Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran , (Jakarta: Gema
Insani, 2005), hlm. 131
8 Lenni Lestari, Op.Cit., hlm. 42
9 Adnin Armas, Op.Cit., hlm 131-133

Yahudi, ia dikenang sebagai tokoh penggerak beberapa konferensi


ajaran Yahudi dan juga diskusi-diskusi tentang problem kontemporer
agama Yahudi.10
2. Konsep-konsep al-Quran menurut Abraham Geiger
Karya Abraham Geiger yang telah diterjemahkan oleh F. M. Young
dengan judul Judaism and Islam merupakan karya monumental
yang digagas Abraham Geiger dengan menggunakan pendekatan
historis-ktitis.

Suatu

Pendekatan

baru

pada

zamannya

yang

dikembangkan oleh Abraham Geiger dari idenya yang berkaitan


dengan Reformasi Yahudi.11 bukunya tersebut terbagi dalam dua
bagian yang mengkaji secara dalam tentang konsep-konsep alQuran menurutnya, di bagian awal ia menjelaskan bagaimana
rencana Nabi Muhammad untuk meminjam tradisi Yahudi sebagai
bagian dari sumber al-Quran. Di bagian kedua dari bukunya ia
mengungkapkan dengan mendalam bagaimana Nabi Muhammad
mengadopsi faham Yahudi untuk dituangkan ke dalam al-Quran.
Ada empat sub-bab dibagian kedua tersebut yang dimulai dengan
membahas tentang pola pemikiran Judaism di dalam al-Quran,
konsep-konsep yang diadopsi dan menjelaskan pokok-pokok dari
ajaran Yahudi yang terdapat dalam al-Quran dengan menyertakan
potongan-potongan

ayat

dari

kitab

Taurat

sebagai

bahan

komparasinya, dan diakhiri dengan pembahasan kisah-kisah dalam


al-Quran yang dinilai mengambil dari Yahudi. 12 bagian kedua dari

10 Lenni Lestari, Op.Cit., hlm.42


11 Saiful Subhan ash-Suyuthi, Op.Cit., hlm.37

bukunya ini berasal dari essai Abraham Geiger yang diterbitkan di


tahun 1833.
Menurut Marshall, pendekatan historis-kritis digunakan untuk
menelaah sebuah kandungan narasi (cerita), dengan melihat apa
yang sebenarnya terjadi. Kritik historis meliputi tiga hal, yaitu
bentuk, redaksi, dan sumber. Abraham Geiger termasuk kelompok
yang mengkaji keadaan sosial masyarakat Arab yang dianggap
menjadi sumber isi Al-Quran. Pendekatan ini menjadi masalah
ketika diterapkan ke dalam teks Al-Quran. Bagi mereka yang tidak
sepakat, mengatakan bahwa tidak mudah menerapkan metode ini
ke dalam kajian kitab suci. Bagi mereka yang sepakat, mengatakan
bahwa ada banyak kerancauan yang harus dicari jawabannya
melalui metode ini.13
Di dalam essainya Was hat Mohammed aus dem Judentume
aufgenomen? ia berkesimpulan bahwa Fiqh Islam merupakan
bentuk jadi-jadian dari Agama Yahudi(the Muhammadan law, which
were derived from Judaism).14 Menurut Geiger konsep-konsep alQuran berasal dari akar agama yahudi semata, Ia membuktikannya
dengan beberapa data yang cukup terperinci sehingga al-Quran
yang diwahyukan kepada Rasul bagi Geiger selaras dengan
semangat faham yudaism, sebab jika selain dari yahudi konsepsi
dari al-Quran sendiri akan kehilangan Urgensi dan Nilai-nilainya.

12Abraham Geiger, Judaism and Islam, Eds Terj, F. M. Young,


(M.D.C.S.P.C.K. Press), hlm. IX-X
13 Lenni Lestari, Op.Cit., hlm. 41
14 Saiful Subhan ash-Suyuthi, Op.Cit., hlm. 37

Geiger menyampaikan dengan metodenya sebagai pembuktian


bahwa al-Quran muncul dari akar agama Yahudi.15
Geiger mengatakan Nabi mengadopsi dari ajaran Yahudi karena
beberapa alasan, di antaranya sebagai berikut.
1. Saat Nabi Muhammad berada di Madinah, Nabi berhadapan
dengan orang-orang Yahudi yang sudah sejak lama memiliki
pengaruh yang kuat bagi masyarakat di sana. Alasan ini juga
didukung oleh Moshe Pearlman dalam sambutannya terhadap
karya Geiger, ia mengatakan orang-orang Yahudi yang hidup di
Jazirah Arab pada masa pra-Islam, sudah memiliki basis
ekonomi, politik, intelektual, pertanian, dan juga kerajinan
tangan yang unggul. Menurutnya, Nabi Muhammad sengaja
memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik simpati dan
kesetiaan mereka agar mau mengikuti ajaran Nabi Muhammad.
2. Nabi Muhammad memiliki hubungan akrab dengan orang-orang
Yahudi di sekitarnya, seperti Abdullah bin Salam dan Waraqah.
Awalnya, sebelum masuk Islam mereka merupakan intelektual
Yahudi dan sudah mengenal kitab suci dan bahasa Hebrew
(bahasa asli orang yahudi).16 Begitu juga dengan Habib bin
Malik, ia seorang raja Arab yang sangat kuat dan juga beragama
Yahudi. Namun, akhirnya mereka semua menjadi pengikut Nabi
Muhammad. Hal ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad
memiliki kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan orang
Yahudi.

Maka,

Geiger

menyimpulkan

bahwa

orang

Islam

mempelajarai ajaran Yahudi hanya melalui obrolan semata


15 Abraham Geiger, Op.Cit., hlm. 45
16 Lenni Lestari, Op.Cit., hlm. 51

(conversation only), bukan melalui kitab suci. Sehingga wajar


jika Nabi Muhammad banyak menyampaikan hal-hal yang tidak
sesuai dengan ajaran Yahudi yang sebenarnya. Bukti terjadinya
interaksi antara Islam dan Yahudi, Abraham Geiger mengutip
Q.S. al-Baqarah ayat 76 sebagai dasar alasannya,








Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang

beriman, mereka berkata: "Kamipun telah beriman," tetapi


apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka
berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang
orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu,
supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu
di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?"
3. Disebabkan pengaruh Yahudi dan Kristen begitu kental, maka
para orientalis berpendapat bahwa tidak mungkin Muhammad
itu buta huruf. Ia Pasti tahu membaca. Menurut Abraham
Geiger, terdapat hubungan yang erat antara kata ummi
dengan

am-ha-ares.17

Sehingga

bukan

berarti

Nabi

Muhammad kehilangan sumber. Ia bisa saja mempelajari


Yahudi dari informasi orang-orang sekitarnya yang sudah
sangat

mengerti

tentang

kekayaan

tradisi

orang-orang

Yahudi.

17 Adnin Armas, Op.Cit., hlm 149

Dalam tulisannya Abraham Geiger menjelaskan ada lima masalah


utama yang diadopsi Nabi Muhammad dari tradisi Yahudi, yaitu
sebagai berikut.
a. Beberapa Kosakata Al-Quran yang Berasal dari Tradisi Yahudi
Menurut Geiger, ada 14 kosa kata Al-Quran yang diadopsi dari
bahasa Ibrani, di antaranya; sakiinah, taaghuut ,furqan, maauun,
makaanii,

malakuut,

darasa,

taabuut,

Jannatu

adn,

tauraat,

jahannam, rabbaanii, sabt, dan akbaar.


Taabuut, Geiger mengatakan bahwa akhiran ut dalam kata
ini merupakan bukti bahwa itu bukan berasal dari bahasa Arab,
melainkan dari bahasa Ibrani asli yang berkenaan dengan ajaran
Yahudi. Kata taabuut dalam ajaran Yahudi ada pada dua tempat.
Salah satunya pada kisah Nabi Musa yang diletakkan ibunya ke
dalam perahu.
Jannatu Adn, Kata adn dalam bahasa Arab bermakna
kesenangan atau kebahagiaan (nama surga). Menurut Geiger, pada
dasarnya kata ini berasal dari bahasa Ibrani. Dalam agama Yahudi,
adn adalah nama dari suatu daerah yang telah dihuni oleh orang
tua mereka, yaitu Adam dan Hawa. Bagian daerah yang mereka
tempati itu berupa kebun pohon yang biasa disebut dalam Injil
dengan Taman Eden. Dalam perkembangannya, arti kata ini tidak
lagi mewakili nama suatu tempat, tetapi digunakan untuk menunjuk
arti surga, meskipun dalam tataran praksisnya bangsa Yahudi masih
menggunakan Taman Eden sebagai sebuah tempat juga.
Jahannam, kata ini juga diklaim berasal dari Yahudi. Kata
Jahannam mengacu pada lembah Hinnom, yaitu suatu lembah
yang penuh dengan penderitaan. Karena simbol dari penderitaan,

kemudian mendorong penggunaan hinnom menjadi gehinnom


dalam kitab Talmud untuk menandakan neraka.

18

Rabbaanii, kata ini dianggap berasal dari Yahudi karena


akhiran an pada kata rabb, yang berarti Tuhan kita atau guru.
Menurut Geiger, akhiran an seperti itu adalah hal yang biasa
dalam bahasa Yahudi yang bermakna pendeta (rahib), seperti pada
kata; rabban dan ruhban.
Sabt, kata ini digunakan untuk menunjukkan hari sabtu (hari
akhir pekan) oleh Islam, Yahudi dan Kristen. Dalam kitab Eksodus
XVI : I, Ben Ezra memberikan pandangannya bahwa dalam bahasa
Arab ada 5 hari yang diberi nama sesuai urutan angka, yaitu hari
pertama (ahad), hari kedua (istnain), hari ketiga (tsulatsu), hari
keempat (arbiaau), dan hari kelima (khamiis). Tetapi di hari ke
enam tidak demikian. Justru Islam menggunakan kata sabt, dan
dianggap hari yang suci dalam seminggu. Oleh karena itu,
menurutnya, katasabbat dalam bahasa Arab Shin yang dilafalkan
seperti Samech dalam bahasa Ibrani dipertukarkan ke dalam
bahasa mereka.
Tauraat, maknanya hukum. Kata ini hanya digunakan untuk
tradisi pewahyuan dalam agama Yahudi. Nabi Muhammad dengan
tradisi oralnya tidak bisa membedakan perbedaan makna kata ini
secara

pasti.

Bahkan

Nabi

Muhammad

memasukkan

makna

Pentateukh dalam kata ini.


b. Doktrin Agama Islam
Abraham Geiger menganggap ada beberapa aspek keimanan
dan doktrin keagamaan yang diadopsi Nabi Muhammad dari ajaran
18 Ibid., hlm. 52

10

sebelum Islam, Pertama, tentang penciptaan langit dan bumi


beserta segala isinya dalam enam hari. Ia mengatakan bahwa
dalam hal ini pemikiran Nabi Muhammad sejalan dengan ajaran
Bibel. Namun, di ayat lain, Nabi Muhammad juga mengatakan
bahwa bumi diciptakan selama dua hari, gunung dan tumbuhan
diciptakan selama empat hari, dan langit dengan segala isinya
selama dua hari. Ayat ini menurut Abraham Geiger kontradiktif
dengan ayat pertama. Maka dari itu, ia menganggap Nabi
Muhammad sangat sedikit pengetahuannya tentang Bibel.

19

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa meskipun Nabi Muhammad


mengakui adanya hari ke-tujuh, yaitu sabt, tapi Nabi Muhammad
tidak

mau

mengakui

kesakralan

(kesucian)

hari

tersebut.

Menurutnya, Nabi Muhammad telah menyinggung perasaan umat


Yahudi dan menolak kepercayaan mereka tentang Tuhan yang
beristirahat pada hari ke-tujuh tersebut. Kedua, tujuh tingkatan
surga. Dalam kitab suci disebutkan bahwa ada tujuh tingkatan
surga dan semuanya telah diberi nama. Hal ini tertera dalam
Chagiga 9; 2. Begitu juga dalam Al-Quran, Nabi Muhammad juga
menyebutkan hal yang sama, seperti dalam Q.S al-Baqarah ayat
29. Ketiga, kepercayaan tentang pembalasan di hari akhir. Orang
Yahudi percaya tentang hal ini, begitu juga tentang balasan surga
dan neraka. Geiger mengatakan bahwa ternyata hal ini juga muncul
dalam agama Islam. Dalam Isaiah, v. 14 disebutkan, penguasa
neraka setiap hari bertanya, Beri kami makanan agar kami merasa
puas. Dalam Al-Quran surat Qaf ayat 30 juga terdapat pernyataan
yang sama, hanya berbeda redaksi.

19 Ibid., hlm. 43-45

11


(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya
kepada jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab:
"Masih ada tambahan?"(Q.S. Qaf: 30).
c. Moral dan Hukum syariat
Yahudi kaya akan ajaran tunggal seperti akhlak dan syariat,
kembali Nabi Muhammad dianggap Geiger telah meminjam ajaran
Yahudi. Ada beberapa aspek dalam ibadah shalat yang dianggap
Geiger sama dengan ajaran Yahudi, seperti Konsep shalat khauf.
Menurutnya, Nabi Muhammad itu seperti rabbi yang menentukan
posisi berdiri bagi ibadah shalat. Seperti dikutip Geiger dari
perkataan

Nabi

Muhammad,

Berdirilah

ketika

menghadap

Tuhanmu, tetapi jika kamu takut, lakukanlah (shalat)sambil berjalan


atau berkendaraan.20 Tiga posisi ini juga terdapat dalam surat X.
13. Dengan kata lain, konsep salat dalam kondisi berbahaya atau
peperangan (salat khauf) terdapat dalam agama Yahudi dan juga
Islam.

Kesamaan

inilah

yang

dianggap

Geiger

sebagai

peminjaman tradisi.21
Kemudian Larangan shalat bagi yang mabuk. Terkait kondisi
genting yang disebutkan pada poin pertama, konsentrasi dalam
menjalankan shalat menjadi hal yang urgen bagi seorang Muslim.
Maka dari itu, menurut Geiger, Nabi Muhammad melarang umatnya

20 Ibid., hlm. 46
21 Ibid., hlm. 47

12

untuk tidak menjalankan ibadah shalat ketika dalam keadaan


mabuk. Larangan ini jugat terdapat dalam ajaran Talmud.
Begitu juga tentang tayammum. Dalam ajaran Talmud, air
adalah salah satu sarana untuk bersuci. Bila tidak ada air, maka
pasir bisa

menjadi alternatif utama. Begitu juga halnya dalam

agama Islam, yang memperbolehkan tayammum sebagai sarana


bersuci.Selain tiga poin di atas, ada juga konsep ajaran Islam
lainnya yang dianggap Geiger diadopsi dari agama Yahudi, seperti
batalnya

wudlu

ketika

menyentuh

perempuan,

etika

salat

berjamaah, dan aturan dalam ibadah puasa, serta aturan agama


terkait perempuan, seperti durasi masa iddah selama tiga bulan
dan durasi menyusui bayi selama dua tahun.
d. Pandangan Hidup
Menurut Abraham Geiger, ada beberapa hal yang sama antara
Islam dan Yahudi dari aspek pandangan hidup, seperti;
1. Harapan
keadaan

menjadi
yang

khusnul

baik).

khatimah

Dalam

(meninggal

Al-Quran

dalam

disebutkan.

Begitu juga dalam Balaam, Let me die

the death of the righteous.


2. Etika saat membuat janji. Dalam Islam, seseorang dianjurkan
mengucapkan Insya Allah ketika berjanji untuk melakukan
sesuatu. Begitu juga dalam ajaran Yahudi.
3. Yahudi mengenal adanya balasan kebaikan. Hal ini disebutkan
dalam Baba Kamma. 92. Begitu juga senada dengan Q.S. anNisa ayat 85.
4. Amal jariyah. Dalam ajaran Yahudi, orang yang meninggal
akan meninggalkan semuanya, kecuali amal ibadahnya.
Begitu juga dengan hadis Nabi pernah mengatakan hal yang

13

sama bahwa tiga hal yang akan mengiringi seseorang saat


kematian, dua hal akan kembali dan satu hal yang akan
menemaninya.22 Tiga tersebut yaitu keluarga, kesuksesan dan
amal kebajikan. Keluarga dan kesuksesan (duniawi) akan
kembali pulang, tetapi amal kebajikan tetap akan mengiringi.
e. Kisah-kisah Al-Quran dari Tradisi Yahudi
Ada empat kategori kisah dalam Al-Quran yang dianggap
Abraham Geiger dikutip Nabi Muhammad dari Tradisi Yahudi.
Pertama, kisah tentang patriarchs (kepemimpinan laki-laki), yaitu
Nabi-nabi yang diutus Allah untuk umatnya, yakni Kisah Nabi Adam
hingga Nabi Nuh, Kisah Nabi Nuh hingga Nabi Ibrahim, dan Kisah
Nabi Ibrahim hingga Nabi Musa. Kedua, kisah Nabi Musa. Ketiga,
Tiga raja yang kekuasaannya tak terbatas, yaitu raja Thalut, Nabi
Daud, dan Nabi Sulaiman. empat, orang-orang suci yang diutus
setelah masa Nabi Sulaiman.23
5. Analisis pemikiran Abraham Geiger
dalam

bukunya

Judaism

and

Islam

Abraham

Geiger

menjelaskan konsep-kosep al-Quran yang komparasikan dengan


kitab suci Yahudi dimana kemudian ia menyimpulkan bahwa ajaran
Islam yang ada dalam al-Quran berakar dari ajaran Yahudi. Ia
mengkajinya Dari berbagai aspek yang ia bandingkan antara data
historis al-Quran dengan Taurat. Setelah ia melakukan penelitiannya
Ia menyebutkan ada tiga pokok ajaran Yahudi yang dipinjam Nabi
Muhammad SAW. Ke dalam al-Quran, yaitu berkaitan dengan
22 Ibid., hlm. 47-48
23 Ibid., hlm. 48

14

kosakata al-Quran, konsep ajaran Islam serta kisah-kisah dalam alQuran.


Ada dua hal yang digaris bawahi dari pemikiran Abraham Geiger
terhadap al-Quran, pertama, berkaitan dengan asumsi skeptisnya
terhadap Nabi Muhammad SAW. Yaitu Nabi dituding mengambil
ajaran Yahudi dari hasil dialognya dengan intelektual Yahudi
disekitar beliau. Kedua, tentang rumusan konsepsinya terhadap alQuran yang merupakan perpanjangan dari anggapannya bahwa
Nabi telah meminjam ajaran Yahudi. Abraham Geiger meniscayakan
pendekatan

historis-kritis

untuk

menelaah

al-Quran,

padahal

pendekatan ini oleh para orientalis sebelum Abraham Geiger


digunakan untuk mengkaji Bible. Sedangkan Abraham Geiger
sendiri ingin menempatkan pendekatan ini untuk al-Quran karena ia
beranggapan bahwa al-Quran tidak otentik untuk dijadikan sebagai
kitab suci yang transenden. dengan adanya dia mengoreksi alQuran dengan membandingkannya dengan Taurat. Sehingga jika alQuran ada perbedaan dengan Taurat maka Abraham Geiger
berpendapat al-Quran hanyalah salinan Taurat yang berasal dari
orang Yahudi di sekeliling Nabi Muhammad kemudian ditambahi
oleh Nabi Muhammad, sebab secara historis sebagai salah satu
agama samawi, Islam datang paling akhir.
Menanggapi pernyataan Geiger bahwa Nabi meminjam ajaran
Yahudi dari hasil dialognya dari para intelektual Yahudi, seorang
tokoh

prancis

bernama

Maurice

Bucaille

menjelaskan

dalam

karyanya berjudul la Bible le Coran la science bahwa secara umum


upaya penelitian yang dilakukan oleh pemuka agama Yahudi dan
Kristen yakni bermaksud untuk mempertahankan agama mereka

15

dari agama Islam.24 Sehingga jika melakukan perbandingan antara


al-Quran dengan Bible dengan pendekatan historis kritis maka akan
banyak

mereduksi

data

sejarah

demi

mempertahankan

argumentasi apologetiknya.
Sedangkan dari kalangan sarjana muslim terdapat beberapa
penolakan di antaranya; Pertama, Nabi Muhammad memang
pernah berpergian ke Syam, namun hanya dua kali. Bermula ketika
beliau masih berusia sekitar 9 atau 12 tahun, bersama paman
beliau, Abu Thalib dan orang-orang Quraisy. Menurut riwayat yang
dinukilkan

Ibnu

Hisym

dari

Ibnu

Ishaq,

pertemuan

antara

Muhammad dengan pendeta Buhaira tersebut hanya berlangsung


dalam waktu yang sangat singkat. Setelah itu, nabi Muhammad
tidak pernah bertemu lagi dengan pendeta tersebut.
kemudian ketika beliau sudah dewasa, bersama Maisaroh dan
orang-orang Quraisy untuk menjual barang dagangan Khadijah. 25
Dalam perjalanan kali ini, Nabi Muhammad juga tidak bertemu lagi
dengan pendeta Buhaira. Selain itu, tidak ada riwayat yang
mengatakan bahwa beliau dan rombongan telah berbincangbincang dengan pendeta Nasrani tentang agama dan kitab suci
agama mereka. Kedua, selain pernah bertemu dengan pendeta
Buhaira, Nabi juga sering bertemu dengan orang-orang Yahudi dan
Nasrani, baik itu di Mekah maupun di Madinah. Di Mekah beliau
telah bertemu dengan Waraqah bin Naufal dan Zibr ar-Rumi.
Pertemuan nabi dengan Waraqah telah terjadi sebelum beliau
24 Maurice Bucaille, Bible le Coran la science, Eds. Terj. M. Rasjidi,
(Jakarta: Bulan Bintang, 2001), hlm. 7
25 Ibid., hlm. 52-53

16

menerima wahyu Al-Quran yang pertama. Dalam pertemuan yang


singkat, Waraqah hanya sempat mengucapkan beberapa patah kata
sebagai tanggapan terhadap cerita tentang pengalaman nabi di gua
Hira. Adapun pertemuan beliau dengan Zibr hanya karena beliau
ingin melihat cara pembuatan senjata bukan untuk berguru. Terkait
hal ini, Al- Quran sendiri telah membantah tuduhan-tuduhan
mereka melalui Q.S. an-Nahl: 103. Ketiga, Meskipun ada banyak
kesamaan antara ajaran Yahudi dan Islam, namun banyak pula
informasi dalam Al-Quran yang bertolak belakang dengan ajaran
Yahudi, seperti 1) Dalam Perjanjian Lama (Taurat), Keluaran 2: 5-6,
disebutkan bahwa orang yang memungut Nabi Musa adalah anak
perempuan Firaun, sedangkan dalam Al-Quran istri Firaun sendiri.
2) Dalam Perjanjiian Lama, yang membuat patung anak sapi adalah
Nabi Harun, sedangkan dalam Al-Quran bernama Samiri. Keempat,
Nabi Muhammad tidak pernah membaca kitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, bagaimana Nabi Muhammad tahu tentang isinya.
Hal ini ditegaskan Al-Quran dalam Q.S. al Ankabut: 48, sebagai
berikut.





Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sesuatu
Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis),
benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
Jika memang benar Nabi Muhammad pernah berguru kepada
Buhaira, mengapa orang-orang Quraisy yang pernah menyaksikan

17

pertemuan antara Nabi Muhammad dan pendeta Buhaira, tidak


pernah mempermasalahkan hal tersebut, padahal mereka adalah
musuh-musuh yang gigih menentang perjuangan nabi Muhammad.
Kelima, Al-Quran bukan berasal dari Nabi melainkan dari Allah. Hal
ini dibuktikan dengan beberapa argument berikut ini.26
a. Nabi Muhammad pada awalnya selalu terburu-buru dalam
menghafal ayat Al-Quran yang sedang dibacakan Malaikat
Jibril.

Beliau

baru

berhenti

terburu-buru,

ketika

Allah

menjamin bahwa hafalan beliau akan tetap melekat dalam


ingatan beliau.
b. Dalam Al-Quran banyak dijumpai ayat yang berisi teguran
atau kritikan terhadap beberapa sikap Nabi Muhammad.
c. Di dalam Al-Quran juga terdapat ayat-ayat yang pada
mulanya tidak diketahui oleh Nabi. Beliau baru memahaminya
setelah turun ayat lain yang menjelaskannya.27
Dari kelima penolakan di atas cukup terlihat akan parsialnya data
historis dan pembacaan Geiger dalam melakukan penelitiannya
terhadap al-Quran. Sebab dari penolakan tersebut memberikan
pemahaman bahwa tidak mungkin Nabi Muhammad menerima
sekian banyak ajaran dari pendeta tersebut hanya dalam satu kali
pertemuan yang singkat. Kemudian tidak adanya protes dari kaum
penentang Nabi akan penukilan beliau terhadap Taurat. selain itu alQuran sendiri juga telah memberikan penjelasan bahwa Nabi tidak
pernah membaca dan menulis kitab-kitab terdahulu.
Aspek historis yang disajikan Geiger memanglah meyakinkan jika
dilihat dari saat diturunkannya al-Quran kepada Nabi Muhammad.
26 Ibid., hlm. 53-54
27 Ibid., hlm. 54

18

karena disamping Nabi diutus sebagai Rasul yang menerima wahyu


berkenaan dengan perbaikan akidah pada lingkungan arab jahiliyah
serta

mnyempurnakan

agama-agama

sebelumnya(Yahudi

dan

Kristen), agama Islam yang dibawa Nabi juga datang jauh setelah
agama Kristen dan Yahudi berkembang di daratan jazirah Arab.
Sehingga sangatlah wajar jika Abraham Geiger menyatakan bahwa
doktrim agama Islam di dalam al-Quran meminjam dari tradisi
Yahudi, dimana agama tersebut adalah agama samawi yang muncul
lebih awal.
Beberapa tradisi Yahudi yang menurut Abraham Geiger dipinjam
Nabi Muhammad seperti kosakata al-Quran dari Tradisi Yahudi,
konsep ajaran Islam serta kisah-kisah di dalam al-Quran. sekitar 14
Kosakata di dalam al-Quran menurut Geiger adalah bahasa asli dari
tradisi Yahudi yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad ke dalam
al-Quran.28 Para Ulama ahli Tafsir berbeda pendapat tentang hal ini,
penolakan terdapat pada ulama terdahulu seperti Abu Ubaidah,
Imam asy-Syafii, Ibnu Jarir ath-Thobari, Abu Ubaidillah dan Ibnu
Faris. Abu Ubaidah pernah mengatakan sesungguhnya al-Quran
diturunkan dengan bahasa arab yang jelas. Siapa yang mengklaim
bahwa ada bahasa arab di dalamnya, maka ia telah melebihlebihkan perkataannya, dan barang siapa yang mengklaim bahwa
kidzaban (kosakata dalam surat an-Naba: 28 dan 29) berasal dari
bahasa Nabatean. Maka ia telah memperbesar perkataannya.29

28 Abraham Geiger, Op.Cit., hlm. 30-31


29 Nur Khalis Setiawan, dkk., Orietalisme al-Quran dan Hadits,
(Yogyakarta: Newesea, 2007), hm. 80

19

Sedangkan

Imam

as-Suyuthi

berpendapat

lain,

beberapa

kosakata memang terdapat beberapa kosakata non-arab. Bahkan


Imam as-Suyuthi menyebutkan ada 120 kosakata non-arab di dalam
a-Quran. Hal ini juga senada dengan apa yang diakui oleh Imam azZarqani dalam karyanya Manahi al-Irfan fi ulum al-Quran, dan Imam
az-Zarkasyi dalam al-Burhan fi ulum al-Quran. Imam as-Suyuthi
mengatakan bahwa adanya berbagai kosakata semacam ini di
dalam Al-Quran semata-mata hanyalah untuk menunjukkan bahwa
Al-Quran itu mencakup ilmu-ilmu para pendahulu maupun mereka
yang akan datang kemudian.30
melihat

pendapat

yang

pertama

yang

ditemukan

adalah

pendapat yang cukup konservatif, dimana kosakata di dalam alquran adalah murni berbahasa arab, adapun terdapat kesamaan
artinya karena al-Quran sendiri telah menyatakan bahwa di dalam
menggunakan susunan bahasa arab yang jelas. sedangkan dari
pendapat yang kedua tersebut memperlihatkan pengakuannya
bahwa al-Quran terdapat bahasa asing. namun dari banyaknya
kosakata tersebut bukan berarti al-Quran mengutip dari kitab yang
ada sebelumnya, namun karena al-Quran adalah kitab yang
memiliki dimensi susunan bahasa yang menarik dan mencakup
banyak keilmuan sehingga pemasukan kosakata non-arab adalah
ciri tersendiri dari al-Quran. maka wajarlah jika bahasa yang
digunakanpun tidak hanya bahasa arab.
Kemudian pada konsep-konsep ajaran Islam yang menurut
Geiger diadopsi dari akar tradisi Yahud, jika dilihat dari sudut
pandang lain sebenarnya Kesamaan-kesamaan al-Quran dengan
30 As-Suyuthi, al-Itqan fi ulum al-Quran, (Beirut: dar al-Fikr, 2008), hlm.
194

20

kitab suci sebelumnya sebagaimana yang tudingan Abragam Geiger


terhadap al-Quran bukanlah pengambil-alihan, melainkan bukti dari
kesamaan asal-usul kitab-kitab suci tersebut, yaitu dari Tuhan yang
satu, yaitu dar Allah swt. Dan kondisi historis tersebarnya ajaran
agama sebelumnya kepada masa nabi atau rasul yang datang
belakangan adalah efek dari tradisi isnad yang telah membudaya di
kalangan umat manusia dalam mentransmisikan ajaran agama dan
bukan sebagai bukti adanya saling mempengaruhi antara satu
agama dengan agama yang lain.31 Sehingga kisah-kisah di dalam alQuran-pun terdapat keserasian dengan kitab-kitab sebelumnya.
Walaupun

sebagai

kitab

yang

paling

akhir

turun

al-Quran

mengungkapkan adanya kitab terdahulu yang diubah oleh ahli kitab


tersebut.

C. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran Abraham
Geiger tentang konsep al-Quran dalam karyanya melalui pendekatan
historis-kritik dan metode kritik bible, menurutnya al-Quran sebagai
kitab suci orang Islam bukanlah wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Namun al-Quran tidak lain hanyalah salinan
yang ditambahi Nabi Muhammad. sehingga akar ajaran Islam baginya
berasal dari tradisi Yahudi semata, dengan alasan Nabi Muhammad
mengambilnya dari hasil dialog dengan para Intelektual Yahudi yang
telah masuk Islam. Ajaran Yahudi seperti kepercayaan, syariat, serta
dalam

pandangan

hidup,

kosakata

dan

cerita-cerita

yang

31 Lenni Lestari, Op.Cit., hlm. 57

21

diungkapkan dalam al-Quran selaras dengan semangat faham


Judaism. Namun sayangnya data-data historis yang diungkapkan
Abraham Geiger dalam penelitiannya

tidak

cukup kuat untuk

membuktikan argumentasinya, sehingga masih ada beberapa aspek


historis yang direduksi dan tertinggalkan yang disebabkan oleh
pendekatan historis-kritisnya.

Daftar Pustaka
Armas, Adnin, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran, Jakarta,
Gema Insani, 2005
As-Suyuthi, al-Itqan fi ulum al-Quran, Beirut, dar al-Fikr, 2008
Bucaille Maurice, Bible le Coran la science, Eds. Terj. M. Rasjidi,
Jakarta, Bulan Bintang, 2001
Daya Burhanuddin, Agama Yahudi, Yogyakarta, Bagus Arafah, 1982

22

Geiger, Abraham, Judaism and Islam, Eds Terj, F. M. Young,


M.D.C.S.P.C.K. Press, 1896
Lestari Lenni, Abraham Geaiger dan Kajian Al-Quran Telaah
Metodologi atas Buku Judaism and Islam, Jurnal Suhuf Volume 7, No.
1, 2014
Subhan ash-Suyuthi, Saiful, Wissenschaft Judentum Dan kajian alQuran, kajian orientalis, jakarta, uin syarif hidayatullah, 2012
Salim, Fahmi, Kritik terhadap Studi Al-Quran Kaum Liberal, Jakarta,
Perspektif, 2010
Setiawan, Nur Khalis dkk., Orietalisme al-Quran dan Hadits,
Yogyakarta, Newesea, 2007

23

Anda mungkin juga menyukai