Konsep Al-Quran Menurut Abraham Geiger
Konsep Al-Quran Menurut Abraham Geiger
Konsep Al-Quran Menurut Abraham Geiger
Pendahuluan
Sejak abad ke-12 hingga sekarang Ilmuan barat yang mengkaji
ilmu-ilmu ketimuran atau lebih spesifik mengkaji tentang Al-Quran
telah menelurkan banyak karya yang cukup dikenal dikalangan
Sarjana Islam. Karya-karya tersebut berupa buku atau artikel
tentang telaah mereka terhadap al-Quran. Fazlur Rahman dalam
karyanya The Major Themes of the Quran menjelaskan setidaknya
ada tiga tipe karya-karya orientalis terhadap Al-Quran. Pertama,
karya-karya orientalis yang ingin membuktikan keterpengaruhan AlQuran oleh tradisi Yahudi dan Kristen. Kedua, karya-karya orientalis
yang menekankan pada pembahasan sejarah dan kronologi AlQuran. Ketiga, karya-karya orientalis yang membahas tema-tema
tertentu dalam Al-Quran.
Dari ketiga tipe tersebut tipe yang pertama, yaitu orientalis
yang ingin membuktikan pengaruh tradisi Yahudi dan Kristen
terhadap Al-Quran dimana tokoh orientalis yang menggagas adalah
Abraham Geiger, menurut Rabbi Yahudi ini Al-Quran merupakan
kitab yang tidak murni, sebab di dalamnya terdapat campuran
berbagai tradisi yang berkembang ketika al-Quran turun, yakni
budaya Yahudi, Nasrani, dan budaya Jahiliyah. Menurutnya, AlQuran hanyalah refleksi Nabi Muhammad tentang tradisi dan
kondisi masyarakat Arab pada saat itu, oleh karena itu al-Quran
tidak
dikatakan
menggunakan
transenden.
pendekatan
Ia
membahasnya
historis-kritis,1
dan
dengan
menggunakan
menurut Abraham Geiger, yaitu berkaitan dengan kosakata alQuran, doktrin agama, syariat, moral, dan kisah-kisah dalam alQuran. Berdasarkan dari beberapa landasan di atas, dalam makalah
ini
akan
dibahas
tentang
konsep-konsep
al-Quran
menurut
B. Pembahasan
1. Biografi Abraham Geiger
Untuk memudahkan dalam menyelami sosok dari Abraham
Geiger, sebelumnya kita ketahui dahulu agama dari Abraham
Geiger, yaitu Yahudi. Agama atau faham Yahudi atau juga dikenal
dengan istilah Judaism dalam bahasa inggris, dijelaskan dalam
ensiklopedia Yahudi Jewish Encyclopedia bahwa Yahudi merupakan
bentuk kehidupan yang berdasarkan kepada kebapaan Tuhan serta
wahyu-Nya.
Judaism
sendiri
memiliki
maksud
dari
eksistensi
dimana
kesepuluh
perintah
tersebut
pada
dasarnya
upacara
agama.4
Sedangkan
bagi
orang
Islam,
Yahudi
remaja
ia
telah
dan
Bible
mengenai
otoritas
ilahi
(divine
authority).
Yahudi,
ia
mengidentifikasikan
dirinya
sebagai
tokoh
dengan
moral,
hukum
serta
pandangan
tentang
Suatu
Pendekatan
baru
pada
zamannya
yang
ayat
dari
kitab
Taurat
sebagai
bahan
Maka,
Geiger
menyimpulkan
bahwa
orang
Islam
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
am-ha-ares.17
Sehingga
bukan
berarti
Nabi
mengerti
tentang
kekayaan
tradisi
orang-orang
Yahudi.
malakuut,
darasa,
taabuut,
Jannatu
adn,
tauraat,
18
pasti.
Bahkan
Nabi
Muhammad
memasukkan
makna
10
19
mau
mengakui
kesakralan
(kesucian)
hari
tersebut.
11
(Dan ingatlah akan) hari (yang pada hari itu) Kami bertanya
kepada jahannam: "Apakah kamu sudah penuh?" Dia menjawab:
"Masih ada tambahan?"(Q.S. Qaf: 30).
c. Moral dan Hukum syariat
Yahudi kaya akan ajaran tunggal seperti akhlak dan syariat,
kembali Nabi Muhammad dianggap Geiger telah meminjam ajaran
Yahudi. Ada beberapa aspek dalam ibadah shalat yang dianggap
Geiger sama dengan ajaran Yahudi, seperti Konsep shalat khauf.
Menurutnya, Nabi Muhammad itu seperti rabbi yang menentukan
posisi berdiri bagi ibadah shalat. Seperti dikutip Geiger dari
perkataan
Nabi
Muhammad,
Berdirilah
ketika
menghadap
Kesamaan
inilah
yang
dianggap
Geiger
sebagai
peminjaman tradisi.21
Kemudian Larangan shalat bagi yang mabuk. Terkait kondisi
genting yang disebutkan pada poin pertama, konsentrasi dalam
menjalankan shalat menjadi hal yang urgen bagi seorang Muslim.
Maka dari itu, menurut Geiger, Nabi Muhammad melarang umatnya
20 Ibid., hlm. 46
21 Ibid., hlm. 47
12
wudlu
ketika
menyentuh
perempuan,
etika
salat
menjadi
yang
khusnul
baik).
khatimah
Dalam
(meninggal
Al-Quran
dalam
disebutkan.
13
bukunya
Judaism
and
Islam
Abraham
Geiger
14
historis-kritis
untuk
menelaah
al-Quran,
padahal
prancis
bernama
Maurice
Bucaille
menjelaskan
dalam
15
mereduksi
data
sejarah
demi
mempertahankan
argumentasi apologetiknya.
Sedangkan dari kalangan sarjana muslim terdapat beberapa
penolakan di antaranya; Pertama, Nabi Muhammad memang
pernah berpergian ke Syam, namun hanya dua kali. Bermula ketika
beliau masih berusia sekitar 9 atau 12 tahun, bersama paman
beliau, Abu Thalib dan orang-orang Quraisy. Menurut riwayat yang
dinukilkan
Ibnu
Hisym
dari
Ibnu
Ishaq,
pertemuan
antara
16
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sesuatu
Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan
tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis),
benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
Jika memang benar Nabi Muhammad pernah berguru kepada
Buhaira, mengapa orang-orang Quraisy yang pernah menyaksikan
17
Beliau
baru
berhenti
terburu-buru,
ketika
Allah
18
mnyempurnakan
agama-agama
sebelumnya(Yahudi
dan
Kristen), agama Islam yang dibawa Nabi juga datang jauh setelah
agama Kristen dan Yahudi berkembang di daratan jazirah Arab.
Sehingga sangatlah wajar jika Abraham Geiger menyatakan bahwa
doktrim agama Islam di dalam al-Quran meminjam dari tradisi
Yahudi, dimana agama tersebut adalah agama samawi yang muncul
lebih awal.
Beberapa tradisi Yahudi yang menurut Abraham Geiger dipinjam
Nabi Muhammad seperti kosakata al-Quran dari Tradisi Yahudi,
konsep ajaran Islam serta kisah-kisah di dalam al-Quran. sekitar 14
Kosakata di dalam al-Quran menurut Geiger adalah bahasa asli dari
tradisi Yahudi yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad ke dalam
al-Quran.28 Para Ulama ahli Tafsir berbeda pendapat tentang hal ini,
penolakan terdapat pada ulama terdahulu seperti Abu Ubaidah,
Imam asy-Syafii, Ibnu Jarir ath-Thobari, Abu Ubaidillah dan Ibnu
Faris. Abu Ubaidah pernah mengatakan sesungguhnya al-Quran
diturunkan dengan bahasa arab yang jelas. Siapa yang mengklaim
bahwa ada bahasa arab di dalamnya, maka ia telah melebihlebihkan perkataannya, dan barang siapa yang mengklaim bahwa
kidzaban (kosakata dalam surat an-Naba: 28 dan 29) berasal dari
bahasa Nabatean. Maka ia telah memperbesar perkataannya.29
19
Sedangkan
Imam
as-Suyuthi
berpendapat
lain,
beberapa
pendapat
yang
pertama
yang
ditemukan
adalah
pendapat yang cukup konservatif, dimana kosakata di dalam alquran adalah murni berbahasa arab, adapun terdapat kesamaan
artinya karena al-Quran sendiri telah menyatakan bahwa di dalam
menggunakan susunan bahasa arab yang jelas. sedangkan dari
pendapat yang kedua tersebut memperlihatkan pengakuannya
bahwa al-Quran terdapat bahasa asing. namun dari banyaknya
kosakata tersebut bukan berarti al-Quran mengutip dari kitab yang
ada sebelumnya, namun karena al-Quran adalah kitab yang
memiliki dimensi susunan bahasa yang menarik dan mencakup
banyak keilmuan sehingga pemasukan kosakata non-arab adalah
ciri tersendiri dari al-Quran. maka wajarlah jika bahasa yang
digunakanpun tidak hanya bahasa arab.
Kemudian pada konsep-konsep ajaran Islam yang menurut
Geiger diadopsi dari akar tradisi Yahud, jika dilihat dari sudut
pandang lain sebenarnya Kesamaan-kesamaan al-Quran dengan
30 As-Suyuthi, al-Itqan fi ulum al-Quran, (Beirut: dar al-Fikr, 2008), hlm.
194
20
sebagai
kitab
yang
paling
akhir
turun
al-Quran
C. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran Abraham
Geiger tentang konsep al-Quran dalam karyanya melalui pendekatan
historis-kritik dan metode kritik bible, menurutnya al-Quran sebagai
kitab suci orang Islam bukanlah wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Namun al-Quran tidak lain hanyalah salinan
yang ditambahi Nabi Muhammad. sehingga akar ajaran Islam baginya
berasal dari tradisi Yahudi semata, dengan alasan Nabi Muhammad
mengambilnya dari hasil dialog dengan para Intelektual Yahudi yang
telah masuk Islam. Ajaran Yahudi seperti kepercayaan, syariat, serta
dalam
pandangan
hidup,
kosakata
dan
cerita-cerita
yang
21
tidak
Daftar Pustaka
Armas, Adnin, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Quran, Jakarta,
Gema Insani, 2005
As-Suyuthi, al-Itqan fi ulum al-Quran, Beirut, dar al-Fikr, 2008
Bucaille Maurice, Bible le Coran la science, Eds. Terj. M. Rasjidi,
Jakarta, Bulan Bintang, 2001
Daya Burhanuddin, Agama Yahudi, Yogyakarta, Bagus Arafah, 1982
22
23