0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
253 tayangan20 halaman

Bab Peletakan Sekat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 20

Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Filosofi Desain


1.1.1. Rencana Umum

Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perencanaan di dalam
penentuan dari semua ruangan yang dibutuhkan. Ruangan yang dimaksud adalah ruang
muat, ruang kamar mesin dan ruang akomodasi. Disamping itu juga dilakukan perencanaan
peletakan peralatan, peletakan jalan, beberapa sistem dan perlengkapan lain yang
dibutuhkan didalam kapal.
Desain rencana umum harus mempertimbangkan kesesuaian dengan rencana garis
yang telah dikembangkan, kesesuaian terhadap DWT, kapasitas dan kecepatan yang
dibutuhkan
Dalam membuat desain rencana umum juga harus memperhatikan beberapa faktor
yang berpengaruh diantaranya:
a. Untuk kapal cargo atau kapal barang harus bisa dipastikan bahwa muatan yang
direncanakan harus dimuat dengan biaya semurah mungkin didalam ruang muat yang
didesain, juga harus bisa dipastikan muatan dalam keadaan baik ditempat tujuan dan
dengan methode bongkar muat yang cepat dan ekonomis.
b. Untuk kapal penumpang, ruangan kabin, ruang publik dan pelayanan kepada penumpang
harus dapat menunjang kenyamanan penumpang selama dalam pelayaran sehingga
memungkinkan penumpang akan menggunakan kapal yang sama pada kesempatan
mendatang.
Langkah pertama yang dihadapi dalam membuat rencana umum adalah penentuan
lokasi ruang utama serta batas dari lambung kapal dan bangunan atas. Dan pada saat yang
bersamaan juga ditentukan kebutuhan lain seperti :
a. Sekat kedap masing-masing ruangan.
b. Stabilitas yang cukup.
c. Struktur atau konstruksi.
d. Penyediaan jalan yang cukup.

1.1.2 Tujuan :
Tujuan dari desain rencana umum ini adalah untuk menunjukan jenis kapal dan
peralatannya, untuk membuat perhitungan awal biaya pembangunan kapal, dan sebagai
dasar untuk membuat gambar detail yang digunakan dalam pembangunan kapal.

1.2 Data Ukuran Utama Kapal


Dalam penentuan tahanan kapal digunakan metode Guldhamer-Harvald dengan
data-data kapal yang akan dirancang sebagai berikut :
Nama : MT ABI_AIN
Tipe : TANKER
Dimensi Utama kapal :
LWL : 134,4 meter
LPP : 131 meter
B : 23 meter
H : 12 meter
T : 10 meter
Cb : 0.715

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Cbwl : 0.69798
Vs : 14,8 knot
Radius pelayaran : Balikpapan Batam, Indonesia ( 2555,01 km )

1.3 Rules & Regulations


Rules yang digunakan adalah Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) 2006.
Sedangkan regulations yang digunakan adalah
a. SOLAS (International Convention for the Safety of Life at Sea 74/78).
b. MARPOL (International Convention for the Prevention of Pollution from Ships 73/78).
c. Maritime Labour Conventions and Recommendations, International Labour
Organization, Geneva, 2006.

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

BAB III
PERHITUNGAN DAN PENENTUAN JARAK GADING, TINGGI DASAR
GANDA, LEBAR LAMBUNG GANDA, PELETAKAN SEKAT,
PERENCANAAN JUMLAH DEK, DAN PERENCANAAN DAN
PERHITUNGAN MESIN KEMUDI

3.1 Perhitungan dan Penentuan Jarak Gading, Peletakan Sekat, Tinggi Dasar
Ganda, Lebar Lambung Ganda, dan Peletakan Sekat.
Panjang L adalah jarak dalam meter pada garis muat musim panas dari pinggir depan
linggi haluan ke pinggir belakang linggi kemudi, atau garis sumbu tongkat kemudi jika tidak
ada linggi kemudi. L tidak boleh kurang dari 96% dan tidak perlu lebih dari 97% panjang
garis muat musim panas. Pada kapal yang bentuk buritan dan haluannya tidak lazim,
panjang L akan dipertimbangkan secara khusus.( BKI 2006 volume 2 bab 1.H.2.1)
Alas ganda dapat dibangun dengan sistem konstruksi membujur atau melintang, tetapi
jika panjang kapal melebihi 120 m sebaiknya menggunakan sistem konstruksi membujur.
(D.J. Eyres. M.Sc., F.R.I.N.A., 2001, hal 157).

3.1.1 Perhitungan dan Penentuan Jarak Gading


Jarak gading didalam kapal dibagi menjadi dua bagian, yaitu jarak gading diantara
sekat tubrukan dan sekat ceruk buritan dan jarak gading diluar sekat tubrukan dan
sekat ceruk buritan. Untuk jarak gading didepan ceruk haluan dan dibelakang ceruk
buritan, jarak gading pada umumnya kurang dari 600mm.(BKI bab 9 subbab A.1.1.)
Sedangkan untuk jarak gading diluar sekat tubrukan dan sekat ceruk buritan
didapatkan dengan rumus berikut :
L
a0 = 500 + 0,48...............................................................................................(3.1)

(Gaguk Suhardjito,2011.hal :6)


3.1.2 Peletakan Sekat
3.1.2.1. Sekat Tubrukan.
Kapal barang dengan panjang Lc 200 m harus mempunyai sekat tubrukan
yang letaknya tidak kurang dari 0,05 Lc dari garis tegak depan. Kapal barang
dengan Lc > 200 m harus mempunyai sekat tubrukan yang dipasang paling sedikit
10 m dari garis tegak depan. (BKI Volume 2 bab 11.A.2.1.1)
Semua kapal barang harus mempunyai sekat tubrukan yang terletak tidak lebih
dari 0,08 Lc dari garis tegak depan. Atas permintaan, dalam hal khusus, jarak yang
lebih besar dapat disetujui. (BKI volume bab 11.A.2.1.2)

3.1.2.2. Sekat Kamar Mesin.


Sekat depan kamar mesin dilokasikan sejauh mungkin kebelakang untuk
memberi kapasitas ruang muat yang lebih besar, pada umumnya lokasi sekat depan
kamar mesin berjarak 17% hingga 22% didepan AP, lokasi sekat ini pada satu sisi
tergantung dari panjang mesin pada sisi lain tergantung pada fullness (kegemukan)
kapal, kapal-kapal high blok(gemuk) memberikan ruang yang lebih besar pada
lantainya dibanding dengan kapal langsing. (Gaguk Suhardjito,2011.hal :4)

3.1.2.3. Sekat Tabung Poros.


Sekat tabung poros (Stern tube bulkhead) sekat bagian belakang ruang mesin
paling kurang harus berjarak 3 jarak gading dari ujung stern tube, sekat ini harus
menerus hingga poop deck. (Gaguk Suhardjito,2011.hal :4)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

3.1.2.4. Sekat Ruang Muat.

Jumlah sekat pada ruang muat tergantung pada tuntutan keamanan atau
pemisahan muatan. (Gaguk Suhardjito,2011.hal :4)
Jumlah minimum sekat ruang muat termasuk sekat tubrukan, Stern tube
bulkhead, sekat depan kamar mesin untuk kapal pada ruang muat adalah
Tabel 1. Jumlah sekat memanjang pada ruang muat.
L Letak ruang mesin
(m) belakang Lainnya
L 65 3 4
65 < L 85 4 4
85 < L 105 4 5
105 < L 125 5 6
125 < L 145 6 7
145 < L 165 7 8
165 < L 185 8 9
L > 185 Dipertimbangkan secara khusus
(BKI 2006 bab 11 subbab A.1.2)
Panjang tangki muatan kapal tangki minyak dan kapal tangki produk yang
diukur antara sekat-sekat kedap minyak tidak boleh lebih dari 10 m atau salah satu
dari nilai yang tertera dalam Tabel 24.1, yang mana yang lebih besar.

Tabel 2. Panjang tangki muatan.


Jumlah sekat memanjang Panjang tangki muatan yang diizinkan
dalam tangki muatan
- bi
( + 0,1) Lc , maks 0,2 LC
2B
1 bi
( + 0,15) Lc , maks 0,2 LC
4B
2 atau lebih Tangki tengah :
bi
0,2 LC, bila B 0,2

bi b
( + 0,1) Lc , bila i < 0,2
2B B

Terdapat sekat memanjang ditengah:


bi b
( + 0,15) Lc , bila i < 0,2 dan dimana
4B B
terdapat sekat memanjang tengah
Tangki muatan samping : 0,2 LC
bi = jarak minimum dari sisi kapal ke lambung dalam tangki terkait diukur kearah
dalam tegak lurus ke garis tengah pada ketinggian yang setara dengan garis muat
musim panas.

(BKI 2006 bab 24 subbab A.3.4.2)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

3.1.3 Tinggi Dasar Ganda.


Seluruh panjang tangki muat harus dilindungi oleh alas ganda. Pada setiap
penampang melintang tinggi dari setiap tangki atau ruangan alas ganda harus sedemikian
rupa sehingga jarak h antara dasar tangki muat dan garis bentuk pelat alas yang diukur pada
arah tegak lurus terhadap pelat alas tidak boleh kurang dari yang ditetapkan dibawah ini:

Kapal 5000 dwt atau lebih:


B
h = 15 (m) atau 2,0 m

yang mana yang lebih kecil


hmin = 1,0 m
Kapal kurang 5000 dwt:
B
h = 15 (m) atau 2,0 m

yang mana yang lebih kecil


hmin= 0,76 m............................................................................................................ (3.2)
(BKI 2006, bab 24 subbab A.3.3.1)

3.1.4 Lebar Lambung Ganda.

Tangki atau ruang samping harus membentang sepanjang tangki muat dan setinggi sisi
kapal atau dari puncak alas ganda sampai geladak teratas, tanpa memperhatikan
pembulatan pelat geladak (gunwale), jika ada. Tangki tersebut harus diatur sedemikian rupa
sehingga tangki muat terletak disebelah dalam dari garis bentuk pelat sisi, dan dimanapun
tidak boleh kurang dari jarak w yang diukur pada setiap penampang melintang tegak lurus
terhadap pelat sisi, seperti diuraikan dibawah ini:
kapal 5000 tdw atau lebih :
dwt
w = 0,5 + 20000 atau

= 2,0 m, mana yang lebih kecil

wmin = 1,0 m...................................................................................................................... (3.3)


(BKI bab 24 subbab A.3.2.1)

3.1.5 Perencanaan dan Perhitungan Kemudi.


3.1.5.1 Luas Daun Kemudi
Untuk memperoleh kemampuan olah gerak yang cukup, luas daun kemudi A yang
dapat digerakkan dianjurkan tidak kurang dari rumus berikut :
1,75 . L. T
A = C1 . C2 . C3 . C4 . ( 100 )....................................................................... (3.4)

(BKI 2006 bab 14 subbab A.3)

3.1.5.2 Dimensi Daun Kemudi.


Dimensi daun kemudi didapatkan dengan mempertimbangkan gambar lines plan,
dan tidak ada aturan baku mengenai panjangnya. Yang terpenting adalah adanya
kesesuaian antara tinggi rudder dan terpenuhinya luas rudder. Dimensi dari rudder
adalah

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Gambar 1. Dimensi daun kemudi


(BKI 2006 bab 14 subbab A.5)
3.1.5.3 Perhitungan gaya daun kemudi (rudder force).
Gaya kemudi didapatkan dengan rumus berikut :
CR = 132 . A . v2 . k1 . k2 . k3 . kt (N)......................................................................... (3.5)
(BKI 2006 Volume II section 14.B.1.1)

3.1.5.4. Momen Torsi Rudder.


QR adalah momen torsi kemudi yang ditentukan dengan rumus berikut.
QR= CR . r...............................................................................................................(3.6)
(BKI 2006 Volume II bab 14.B.1.2)

3.1.5.5 Diameter Tongkat Kemudi.


Diameter tangkai daun kemudi (Rudder Stock) untuk mentransmisikan momen torsi
tidak boleh kurang dari rumusan berikut ini :

235
ReH )0,75 untuk ReH
kr = > 235 [N/mm2]

235
ReH
kr = ReH untuk 235 [N/mm2]..................................................(3.7)

(BKI 2006 Volume II bab 3.14.1.2)

Dt = 4,2 3 QR k r ................................................................................................(3.8)

(BKI 2006 Volume II bab C.14.1.1)


3.1.5.6 Daya Poros Kemudi (Nrs).

Steering gears utama dengan kemudi sepenuhnya tenggelam dalam air yang tenang,
mampu bergerak 35 ke kiri dan 35 ke kanan. Waktu yang digunakan untuk mengerakkan
kemudi dari 35 ke kiri sampai 30 ke kanan atau sebaliknya tidak boleh melebihi 28 detik.
(BKI volume 3 bab 14.A.3.2.1)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Rumus menghitung daya poros kemudi adalah :


Nrs = (Qr x 2 x x )/(t x 180 x 75).............................................................................(3.9)
(M. Khetagurov, 2004)
3.1.5.7 Daya Motor Penggerak Kemudi (Nr).

N rs
Nm= sg ............................................................................................................. (3.10)

2.1.4 Perencanaan Jumlah Dek Secara Umum.


Pandangan permukaan laut dari posisi komando tidak boleh terhalang pada jarak
2 kali panjang kapal atau 500m, diambil yang lebih kecil.
(solas 2012, chapter 5 regulation 22)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Hasil Perhitungan

Tabel 3. Hasil perhitungan jarak gading, tinggi dasar ganda, lebar lambung ganda, peletakan
sekat, perencanaan jumlah dek, dan perencanaan dan perhitungan mesin kemudi.

No. Nama Komponen Tahanan Satuan Hasil


1 Jarak gading didepan sekat ceruk tubrukan mm 600
2 Jarak gading dibelakang sterntube bulkhead mm 590
3 Jarak gading di kamar mesin dan di ruang muat mm 700
4 Letak sterntube bulkhead Gading ke- 10
5 Letak sekat kamar mesin Gading ke- 38
6 Letak sekat ruang muat Gading ke- 65, 92, 119, 146
7 Letak sekat tubrukan Gading ke- 173
8 Panjang letak sterntube bulkhead dari AP m 5,9
9 Panjang letak sekat kamar mesin dari AP m 24,5
43,4; 62.3; 81,2;
10 Panjang letak sekat ruang muat dari AP m
100,1; 119
11 Panjang letak sekat tubrukan dari FP m 9
12 Panjang tangki muatan m 18,9
13 Jumlah tangki muatan buah 5
14 Tinggi dasar ganda m 1.6
15 Lebar lambung ganda m 1
16 Luas Daun Kemudi m2 20,16
17 B m 5,9
18 C m 3,42
19 x1 m 1,5
20 x2 m 5,32
21 Af m2 4,6368
22 gaya daun kemudi N 812376,19
23 Momen Rudder Nm 277832,66
24 Diameter Tongkat Kemudi. m 0,26558
25 Daya Poros Kemudi Hp 180,94
26 Daya Motor Penggerak Kemudi Hp 603,133
27 Tinggi Poop Deck m 2,6
28 Tinggi Boat Deck m 2,6
29 Tinggi Bridge deck m 2,5
30 Tinggi Navigation deck m 2,6

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Lampiran
Perhitungan Tahanan Kapal

1. Perhitungan dan Penentuan Jarak Gading


2.1.Jarak gading didepan sekat tubrukan = 600 mm
2.2.Jarak gading dibelakang sekat ceruk buritan = 590 mm
2.3.Jarak gading dibawah dudukan mesin induk = 600 mm
(BKI 2006 volume 2 bab 1.H.2.1)
2.4.Jarak gading di ruang muat :

L
a0 = 500 + 0,48...............................................................................................(3.1)

L nilainya tidak boleh kurang dari 96% LWL dan tidak boleh melebihi 97%. Karena
LPP berada diantara nilai tersebut, maka yang dipakai adalah LPP. Dan untuk
perhitungan selanjutnya L = LPP.
128
a0 = 500 + 0,48

a0 = 0,736 mm, diambil 700 mm


(Gaguk Suhardjito,2011.hal :6)
2. Peletakan Sekat.
2.1. Sekat
Tubrukan.
Kapal dengan Lc 200 m, jarak antara FP dan sekat tubrukan lebih besar dari
0,5 LC dan kurang dari 0,8 L C. (BKI Volume 2 bab 11.A.2.1.1 dan BKI Volume 2 bab
11.A.2.1.2)
0,5 LC = 6,4 m dan 0,8 LC = 10,24 m. Sehingga jarak sekat tubrukan dengan FP
harus berada diatara 6,4 m sampai 10,24 m.
Sekat tubrukan didesain pada gading ke 173 dari AP dari 188 jumlah gading
yang ada di kapal. Sehingga jarak FP dan sekat tubrukan adalah jumlah gading x
jarak gading di depan sekat tubrukan :
(188-173) x 600 = 15 x 600
= 9000 mm.
= 9 m (memenuhi).

2.2. Sekat
Kamar Mesin.
Sekat depan kamar mesin berjarak 17%LPP hingga 22%LPP didepan AP.
(Gaguk Suhardjito,2011.hal :4)
17% LPP = 21,76 m dan 22% LPP = 28,16 m. Sehingga jarak sekat depan
kamar mesin dan AP harus berada diantara 21,76 m dan 28,18 m.
Sekat depan kamar mesin didesain pada gading ke 38, sehingga jarak sekat
depan kamar mesin ke AP adalah penjumlahan dari jumlah gading dikalikan jarak
gading dibelakan sekat ceruk buritan, jumlah gading di kamar mesin dikalikan dengan
jarak gading di kamar mesin, dan adanya perbedaan jarak gading dibawah dudukan
mesin induk menyebabkan penambahan kalkulasi pada jarak gading di kamar mesin.
Jarak AP ke sekat ceruk buritan = (10 x 590) + (18x700) + (10x600)
= 5900 + 12600 + 6000
= 24.500 mm
= 24,5 m (memenuhi).

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

2.3. Sekat
Tabung Poros.
Sekat tabung poros (Stern tube bulkhead) bagian belakang ruang mesin paling
kurang harus berjarak 3 jarak gading dari ujung stern tube. Sekat tabung poros
didesain berjarak 4 jarak gading, sehingga jarak antara sekat tabung poros dan ujung
stern tube = 4 x 590
= 2360 mm
= 2,36 m
2.4. Sekat
Ruang Muat.
a0 = 700 mm
Kapal dengan LPP = 128 m, menurut BKI minimal harus memiliki 6 sekat kedap
air termasuk sekat tubrukan, Stern tube bulkhead, sekat depan kamar mesin. Kapal
didesain memiliki 4 sekat kedap air diruang muat, sehingga memiliki 5 ruang muat
disetiap sisinya. Dalam hal ini, kapal didesain dengan 1 sekat membujur dibagian
tengah kapal. Sehingga panjang setiap ruang muat adalah;
sekat depan kamar mesin ke AP
LPPLsekat tubrukan ke FP L
Lruang muat =


(128924,5)
= 5
= 18,9 m
Persyaratan panjang ruang muat dengan kapal yang memiliki 1 sekat membujur,
panjang maksimalnya :

bi
( + 0,15) L , maks 0,2 L
4B

Dimana, 0,2 L = 0,2 x 128


= 25,6 m
bi 1
( + 0,15) L =
( +0,15)128
4B 4 x 23

= 20,59 m
Diambil yang paling kecil, sehingga panjang maksimal ruang muat adalah 20,59
m. Sehingga panjang ruang muat masih memenuhi.

3. Tinggi Dasar Ganda.


Kapal yang didesain lebih dari 5000 DWT, sehingga menggunakan rumus :
B
h = 15 (m) atau 2,0 m

yang mana yang lebih kecil


hmin = 1,0 m
B
h = 15 ............................................................................................................... (3.2)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

23
= 15
= 1,533 mm diambil 1600 mm.

4. Lebar Lambung Ganda.


Kapal yang didesain lebih dari 5000 DWT, sehingga menggunakan rumus :

dwt
w = 0,5 + 20000 ....................................................................................................(3.3)

9240
= 0,5 + 20000
= 0,962 m
wmin = 1 m, sehingga diambil w = 1 m.

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Gambar 2. Jarak gading, double bottom, dan superstructure.

Warna kuning artinya jarang antar gading sebesar 590 mm, warna merah 600 mm
dibawah dudukan kamar mesin, warna hijau 600 mm didepan sekat tubrukan, dan putih
700mm.

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

5. Perencanaan dan Perhitungan Kemudi.


5. 1. Luas Daun Kemudi.
Luas daun kemudi direkomendasikan tidak boleh kurang dari :
A = C1 . C2 . C3 . C4 . (1,75 . L . T / 100) m2 .............................................................(3.4)
= 1 x 0.9 x 1 x 1 x (1.75 x128 x 10/100)
= 20,16 m2
(BKI 2006 Volume II section 14.A.3)
Dimana :
L = LPP
= 128 m
T= 10 m
C1, C2, C3, dan C4 terdapat pada BKI 2006 Volume II section 3.A.
C1 (Faktor untuk tipe kapal) = 1 (untuk kapal umum)

1,0 Untuk kapal umum


0,9 Untuk kapal bulk carrier dan tanker dengan displacement >50.000 ton
1,7 Untuk tug dan trawler

C2(Faktor untuk tipe rudder) = 0,9 (untuk semi spade rudder)


1,0 Untuk kapal umum
0,9 Untuk semi spade rudder
0,8 Untuk double rudder
0,7 Untuk high lift rudder

C3(Faktor untuk profil rudder) = 1 (untuk NACA-profil dan plat rudder)


1,0 Untuk NACA-profil dan plat rudder
0,8 Untuk hollow profil dan mixxed profil

C4(Faktor untuk rudder arrangements) = 1 (untuk rudder in the propeller jet)


1,0 Untuk rudder in the propeller jet
1,5 untuk rudder outside the propeller jet

Luas permukaan rudder adalah 20,16 m2.

5. 2. Dimensi Daun Kemudi.

Aturan perencanaan daun kemudi menurut BKI 2006 Volume II section 14.A.5

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Gambar 3. Dimensi rudder

A = 20,16 m2
b = 5,9 m (dari linesplan)
c = 3,42 m
x1 = 1,5 m
x2 = 5,2 m
A
b = c

c dan x2 didapat dari rumus :


A
c = b

20,16
= 5,9

= 3,42 m
X1+ X 2
c = 2

1,5 + X 2
3,42 = 2

6,82 = 1,5 + x2
x2 = 5,34 m
(BKI 2006 Volume II section 14.A.5)

Daun kemudi pada kapal dengan single propeller memiliki luasan di depan sumbu
poros daun kemudi (balansir) kurang dari 23% A.
Maka Luas Balansir Af = 0,23A
= 0,23 x 20,16
= 4,6368 m2
(Van Lamerens, 20xx)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

5. 3. Perhitungan gaya daun kemudi (rudder force).

CR = 132 . A . v2 . k1 . k2 . k3 . kt (N)..........................................................................(3.5)
(BKI 2006 Volume II section 14.B.1.1)
Dimana :
A = 20,16 m2
v = 14,8 knot
= b2 / A total

= 5,92 / 20,16
= 1,73
+2
k1 =
( )
3

1,73+ 2
=
( )
3

= 1,267
k1 sudah sesuai menurut BKI 2006 Volume II section 14.B.1.1 karena tidak lebih dari 2.
k2 = 1,1 (untuk profil NACA-00 menurut BKI 2006 Volume II section 14.B.1.1)
Tabel 4. Koefisien k2

k3= 1,0 ( untuk kemudi tanpa propeler jet menurut BKI 2006 Volume II section 14.B.1.1)
0,8 for rudders outside the propeller jet
1,0 including also rudders within the propeller jet
1,15 for rudders aft of the propeller nozzle
kt = 1,0 ( koefisien daya dorong pada saat normal menurut BKI 2006 Volume II section
14.B.1.1)
CR = 132 . A . v2 . k1 . k2 . k3 . kt (N)

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

= 132 x 20,16 x (14,8)2 x 1,267 x 1,1 x 1,0 x 1,0


= 812376,19 N

5. 4. Momen Torsi Rudder.

QR = CR . r.................................................................................................................. (3.6)
(BKI 2006 Volume II section 14.B.1.2)
Dimana :
r =c( kb)
dengan,
c = 3,42
= 0,33 untuk kondisi maju menurut BKI 2006 Volume II section 14.B.1.2.

0,33 untuk kondisi maju


0,66 untuk kondisi mundur (secara umum)
0,75 untuk kondisi mundur (profil cekung)
kb = balance factor
Af
= A
4,6368
= 20,16
= 0,23
r = 3,42 (0,33 0,23)
= 0,342

r min = 0,1 . c [ m ] untuk kondisi maju.


Sehingga, QR = CR . r
= 812376,19 x 0,342
= 277832,66 Nm

5. 5. Diameter Tongkat Kemudi.

Diameter tangkai daun kemudi (Rudder Stock) untuk mentransmisikan momen torque
tidak boleh kurang dari rumusan berikut ini :
REH = Minimum nominal upper yield point of material used in (N/mm2)
REH is not to be taken greater than 0,7 R or 450 N/mm 2, whichever is less. Rm =
tensile strenght of material used.

Untuk Jenis plat KI-A27S BKI Vol V Sect 4 table 4.11 dengan ReH 265 N/mm2
Rumus untuk kr menurut BKI 2006 Vol II Sect 14.4.2
235
ReH )0,75 untuk ReH
kr = > 235 [N/mm2]

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

235
ReH
kr= ReH untuk 235 [N/mm2]...........................(3.7)

(BKI 2006 Volume II bab 3.14.1.2)


ReH
Karena materialnya memiliki > 235, maka digunakan rumus berikut :
235
kr = 265 )0,75

= (0,887)0,75
= 0,91

Dt = 4,2 3 QR k r .....................................................................................................(3.8)

(BKI 2006 Volume II bab C.14.1.1)


Diketahui bahwa :
QR = 277832,66
kr = 0,91
Sehingga,
Dt = 4,2 3 277832,66 x 0,91
= 265,58 mm

5. 6. Daya Poros Kemudi (Nrs).

Nrs = (Qr x 2 x x )/(t x 180 x 75)


Dimana :
(sudut putar kemudi) = 35
t (waktu putar daun kemudi) = 25 detik

Qr x 2 x x
Nrs = t x 180 x 75
277832,66 x 2 x 35 x 3,14
= 25 x 180 x 75
= 180,94 Hp

5. 7. Daya Motor Penggerak Kemudi (Nr).


N rs
Nm = sg

Dimana Sg adalah efisiensi steering gear bernilai antara 0,1-0,35 untuk steering gear
dg penggerak elektrik, diambil 0,3. (Marine Auxiliary Machinery And System )
180,94
Nm = 0,3

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

= 603,133 Hp

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

6. Perencanaan Jumlah Dek Secara Umum.


Pandangan permukaan laut dari posisi komando tidak boleh terhalang pada jarak 2
kali panjang kapal atau 500m, diambil yang lebih kecil.

Gambar 4. Proyeksi tinggi minimal bangunan atas.

Faisal Adam 4212100048


Page
Desain III : Rencana Umum & Safety Plan

Tinggi minimal seluruh bangunan atas adalah 7,16 meter. Kapal didesain dengan
tinggi poop deck 2,6 meter, tinggi boat deck 2,6 meter, bridge deck 2,5 meter, navigation
deck 2,6 meter, dan top deck berada 11,8 meter diatas poop deck.

Gambar 5. Bangunan atas

Faisal Adam 4212100048


Page

Anda mungkin juga menyukai