Laporan Praktikum AAS
Laporan Praktikum AAS
Laporan Praktikum AAS
INSTRUMENTASI KIMIA
Disusun Oleh :
NIM : 011400383
Semester : III
Kelompok : A4
I. Tujuan
3. Dasar Teori
Kita harus membedakan antara garis sumber AAS (LS AAS) dan kontinum
sumber AAS (CS AAS). Dalam LS AAS klasik, seperti yang telah
diusulkan oleh Alan Walsh, resolusi spektral tinggi yang diperlukan untuk
pengukuran AAS disediakan oleh sumber radiasi itu sendiri yang
memancarkan spektrum analit dalam bentuk garis-garis yang lebih sempit
dari garis penyerapan. Sumber Continuum, seperti lampu deuterium,
hanya digunakan untuk tujuan koreksi latar belakang. Keuntungan dari
teknik ini adalah bahwa hanya monokromator menengah-resolusi yang
diperlukan untuk mengukur AAS; Namun, ia memiliki kelemahan yang
biasanya lampu yang terpisah diperlukan untuk setiap elemen yang harus
ditentukan. Di CS AAS, sebaliknya, lampu tunggal, memancarkan
spektrum kontinum atas seluruh rentang spektral dari bunga digunakan
untuk semua elemen. Jelas, monokromator resolusi tinggi diperlukan
untuk teknik ini, seperti yang akan dibahas kemudian.
Deuterium HCL atau bahkan hidrogen HCL dan deuterium debit lampu
yang digunakan dalam LS AAS untuk tujuan koreksi latar
belakang. Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh lampu ini menurun
secara signifikan dengan meningkatnya panjang gelombang, sehingga
mereka dapat hanya digunakan dalam kisaran panjang gelombang antara
190 dan 320 nm. Radiasi kontinum dari lampu D2 dilewatkan melalui
nyala bergantian dengan balok berlubang-katoda. Karena garis atom
sangat sempit, lampu D2 sebagian besar diserap oleh latar belakang,
sedangkan radiasi berongga-katoda diserap oleh atom. Dengan
membandingkan kekuatan radiasi dari dua balok, penyerapan atom dapat
diperbaiki untuk penyerapan latar belakang.
b. Atomizer
Sistem ini berfungsi untuk mengubah kabut/uap garam unsur yang akan
dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala.
c. Monokromator
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman. Pada sistem deteksi ada dua cara yang digunakan,
cara pertama yaitu yang menerima respon terhadap radiasi resonansi dan
radiasi kontinu disalurkan pada sistem galvanometer. Setiap perubahan
yang disebabkan oleh radiasi resonansi akan menyebabkan perubahan
output.
Pada cara kedua, output dan radiasi kontinu dipisahkan dan dalam hal ini
sistem penguat harus cukup selektif untuk membedakannya.
Neraca analitik
Labu ukur
Pipet tetes
Pipet volume
Bulppet
Buret
Statif
Gelas beker
Sendok sunggu
Batang pengaduk
Beker Teflon
Kompor listrik
Gelas arloji
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
HCl 0,1 M
5. Langkah Kerja
b. Analisis sampel
6. Data Percobaan
Pembuatan larutan Fe
Pengukuran
Rata-
Rsd CONC.
SAMPLE ID Signal rata
(%) (mg/L)
signal
1. 0,001
2. 0,001
Blank 3. 0,002 0.0013 27,7 0
1. 0,058
2. 0,059
Standar 1 3. 0,058 0.059 0,4 2
1. 0,113
2. 0,114
Standar 2 3. 0,113 0,113 0,3 4
1. 0,221
2. 0,222
Standar 3 3. 0,222 0,222 0,5 8
1. 0,346
2. 0,347
Standard 4 3. 0,348 0,347 0,3 12
1. 0,685
2. 0,684
Standard 5 3. 0,684 0,684 0,1 30
1. 0,778
2. 0,770
Standard 6 3. 0,767 0,772 0,8 40
1. 0,053
2. 0,052
Sampel 1 3. 0,052 0,053 0,6 0,4332
1. 0,203
2. 0,204
Sampel 2 3. 0,206 0,204 0,8 8,1458
7. Perhitungan
untuk membuat larutan Fe 1000 ppm, maka banyak garam mohr yang
dilarutkan dalam 250 ml aquades adalah
Massa (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O =
392 gram/mol
x 1000 ppm=7000 ppm
= 56 gram/ mol 0,1 L
= 0,705 g
Jadi, garam mohr yang ditimbang sebanyak 0,705 gram lalu dilarutkan
dalam labu ukur volume 100 ml.
( XiX )2
Sd blanko = Sd = 0
n
= 0,00047
Konsentrasi
x = -3,1047 ppm
Untuk menghindari nilai konsentrasi yang negatif , maka :
Limit deteksi tersebut menunjukkan absorbansi minimum yang dapat
dideteksi oleh alat AAS, sehingga absorbansi minimum yang dapat
diseteksi oleh alat AAS pada percobaan ini adalah 0,0014.
Karena nilai absorbansinya sangat kecil maka tidak bisa dimasukkan
kedalam persamaan y = 0,0191x + 0,0607 (sehingga hasilnya akan
negative) maka dengan cara lain digunakan adalah:
0,0014 x
ppm
2 ppm
0,059
0,133 4
ppm
0,1330,059 4 ppm2
=
0,1330,0014 4 ppmx ppm
0,074 2 ppm
=
0,132 4 ppmx ppm
0,264 ppm=0,296 ppm0,074 x
0,032 ppm=0,074 x
x=0,4324 ppm
0.8
0.6
Absobansi
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi
SD
Presisi=
Rerataabsorbansi
No Konsentrasi Rata-rata SD Presisi
1 0 ppm 0.0013 0.00047 0,3615
2 2 ppm 0.058 0,00082 0,0141
3 4 ppm 0,113 0,00058 0,0051
4 8 ppm 0,222 0,00058 0,0026
5 12 ppm 0.347 0,00082 0,0024
6 30 ppm 0,684 0,00058 0,00085
7 40 ppm 0,772 0,0046 0,006
1 Sampel 1 0,052 0,00058 0,0111
2 Sampel 2 0,204 0,0013 0,0064
c. Linearitas
absorbansi 0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
konsentrasi ( ppm )
d. Sensitifitas alat
Khusus untuk AAS, sensitivitas adalah konsentrasi larutan analit ( dalam
ppm ) yang menghasilkan absorbansi 0,0044 UA , sehingga penentuan
sensitivitas dapat dilakukan dengan memasukkan nilai 0,0044 sebagai
absorbansinya.
y=0,0221 x+ 0.0374
e. Konsentrasi sampel
Sampel 1
y=0,0221 x+ 0,0374
0.053=0.0221 x +0.0374
0.0530.0374
x=
0.0221
X = 0,71 ppm
Dengan perhitungan yang sama didapatkan konsentrasi:
0,052 = 0,66 ppm
0.052 = 0,66 ppm
SD = 0,02 ppm
Sehingga konsentrasi sampel 1 = 0,68 0,02 ppm
Sampel 2
y=0,0221 x+ 0,0374
0,203=0.0221 x +0.0374
0,2030.0374
x=
0.0221
X = 7,5 ppm
Dengan perhitungan yang sama didapatkan konsentrasi:
0,204 = 7,5 ppm
0.206 = 7,6 ppm
SD = 0,06 ppm
Sehingga konsentrasi sampel 1 = 7,5 0,06 ppm
f. Akurasi
% kesalahan sampel 1
datasebenarnyadata alat
kesalahan= 100
data sebenarnya
( 0,680,4332 ) ppm
100
0,68 ppm
36,3
( 7,58,1458 ) ppm
100
7,6 ppm
8,6
g. Rambatan alat
Sp = 0,05 2 0,04 2
+
0,57 1000 = 0,088
1. Sp
0,1 2 0,05 2 0,05 2 0,05 2 0,05 2 0,05 2 0,05 2 0,05 2 0,03 2 0,05 2 0,05 2
10
+
1
+
50
+
5
+
50
+
10
+
50
+
15
+
50
+
20
+
50
2. Sp = 0,05 2 0,05 2
4
+
4 = 0,017
MenentukanRambatanRalat
RR= ( R)2
0,1026
8. Pembahasan
Prinsip kerja alat AAS adalah serapan cahaya oleh atom. Atomatom
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tersebut mempunyai cukup energi
untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur
bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang
akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat eksitasi
yang bermacam-macam. Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp
sebagai sumber energi, flame untuk menguapkan sampel menjadi atom.
Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan amplifier sebagai
pencatat pengukuran. serapan cahaya oleh atom. Atomatom menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya
pada panjang gelombang tersebut mempunyai cukup energi untuk mengubah
tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik.
Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan
dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat eksitasi yang
bermacam-macam. Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai
sumber energi, flame untuk menguapkan sampel menjadi atom.
Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan amplifier sebagai
pencatat pengukuran. Atomizer yang digunakan pada praktikum ini adalah
atomizer nyala. Prinsip dari atomizer nyala ini adalah sampel dikabutkan
terlebih dahulu oleh nebulizer dan alirannya sekaligus dikontrol. Hal ini
merupakan metode dinamis. Sampel dikonsumsi dengan cara dihisap dengan
laju tetap. Ada bagian di dalam nebulizer yang disebut impact bead yang
menghasilkan dropplete (titik-titik air berupa kabut). Dengan menyetel impact
bead ini, dapat dihasilkan titik-titk air sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Makin lembut ukuran titik-titik air, makin baik hasil pengabutan dan makin
baik pula proses atomisasi yang dihasilkan. Selanjutnya titik air berupa kabut
masuk ke dalam kamar pencampur. Dalam kamar pencampur, sampel
diyakinkan bercampur dengan oksidan (gas pendukung) dan bahan bakar
sebelum masuk ke pembakar
yang masih dapat dideteksi oleh alat. Dari grafik hubungan antara absorbansi
dan konsentrasi maka dapat dihasilkan nilai limit deteksi atas sebesar 0,684
dengan konsentrasi sebesar 30 ppm. Nilai ini berarti diatas konsentrasi limit
deteksi atas hampir tidak ada perubahan pada absorbansi dengan kata lain
grafik hampir mendatar.
presisi apabila besarnya nilai RSD 5%. Namun dari semua pengukuran
larutan, blanko dan larutan asam memiliki nilai RSD 5%. Hal ini
dikarenakan adanya unsur-unsur atau senyawa-senyawa lain yang terkandung
dalam sampel.
3. Nilai akurasi alat masih sianggap baik dan dapat dikatakan nilai bias
diakibatkan oleh ralat.
9. Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Atomic_absorption_spectroscopy
www.scribd.com/doc/41517418/spektrofotometri-serapan-atom.
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2013/07/03/verifikasi-dan-
kalibrasi-aas/
Lampiran 1
SD
RSD = X ratarata