Makalah Fiks PCD Meso
Makalah Fiks PCD Meso
Makalah Fiks PCD Meso
KELAS C
KELOMPOK 1
Oleh :
Sukron Admaja 1820353948
Syaiban 1820353949
Tantri Alfionita 1820353950
Tasya Fadillah Bachtiar 1820353951
TINJAUAN PUSTAKA
Bagi Apoteker
Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal
dan yang baru saja ditemukan.
3. Kegiatan
Menganalisis laporan efek samping Obat.
Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
dokter,
dokter spesialis,
dokter gigi,
apoteker,
bidan,
perawat,
tenaga kesehatan lain.
Bagaimana cara melapor dan informasi apa saja yang harus dilaporkan?
Informasi KTD atau ESO yang hendak dilaporkan diisikan ke dalam
formulir pelaporan ESO/ formulir kuning yang tersedia. Dalam penyiapan
pelaporan KTD atau ESO, sejawat tenaga kesehatan dapat menggali
informasi dari pasien atau keluarga pasien. Untuk melengkapi informasi
lain yang dibutuhkan dalam pelaporan dapat diperoleh dari catatan medis
pasien.
2. Informasi detail produk terapetik atau obat yang dicurigai, antara lain:
dosis, tanggal, frekuensi dan lama pemberian, lot number, termasuk
juga obat bebas, suplemen makanan dan pengobatan lain yang
sebelumnya telah dihentikan yang digunakan dalam waktu yang
berdekatan dengan awal mula kejadian efek samping.
Analisis Kausalitas
Analisis kausalitas merupakan proses evaluasi yang dilakukan untuk
menentukan atau menegakkan hubungan kausal antara kejadian efek
samping yang terjadi atau teramati dengan penggunaan obat oleh pasien.
Badan Pengawas Obat dan Makanan akan melakukan analisis kausalitas
laporan KTD/ESO. Sejawat tenaga kesehatan dapat juga melakukan
analisis kausalitas per individual pasien, namun bukan merupakan suatu
keharusan untuk dilakukan. Namun demikian, analisis kausalitas ini
bermanfaat bagi sejawat tenaga kesehatan dalam melakukan evaluasi
secara individual pasien untuk dapat memberikan perawatan yang terbaik
bagi pasien.
Tersedia beberapa algoritma atau tool untuk melakukan analisis kausalitas
terkait KTD/ESO. Pendekatan yang dilakukan pada umumnya adalah
kualitatif sebagaimana Kategori Kausalitas yang dikembangkan oleh
World Health Organization (WHO), dan juga gabungan kualitatif dan
kuantitatif seperti Algoritma Naranjo. Di dalam formulir pelaporan ESO
atau formulir kuning, tercantum tabel Algoritma Naranjo, yang dapat
sejawat tenaga kesehatan manfaatkan untuk melakukan analisis kausalitas
per individu pasien. Berikut diuraikan secara berturut-turut Kategori
Kausalitas WHO dan Algoritma Naranjo.
C. Pengertian Rheumatoid Arthtritis dan Hipertensi
a) Rheumatoid Artritis
Artritis adalah peradangan atau inflamasi di persendian.Artritis dapat
merupakan gejala dari berbagai penyakit. Ada dua jenis penyakit artritis
yaitu: osteoartritis dan reumatoid artritis.
b) Hipertensi
Hipertensi didefinsikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial yang
bertahan.Pasien dengan nilai diastolic blood presure (DBP) <90 mmHg
dan systolic bloodpresure (SBP) >140 mmHg mempunyai hipertensi
terbatas pada sistolik. Peningkatan bermakna pada tekanan darah (ke
level lebih tinggi stage 3) adalah krisis hipertensi, yang bisa
melambangkan hypertensive emergency (kenaikantekanan darah dengan
cedera akut target organ) atau hypertensive urgency(hipertensi akut tanpa
tanda atau simtom komplikasi akut target organ).
D. Gejala
a) Gejala-gejala umum dari Artritis adalah:
Bengkak pada sendi
Rasa hangat pada sendi
Nyeri sendi
Terasa kaku pada sendi
Sendi berubah bentuk
Sering mengalami kesemutan
Mengalami keterbatasan saat bergerak
Terkadang mengalami demam
b) Gejala-gejala Hipertensi adalah:
Sakit kepala parah
Pusing
Penglihatan buram
Mual
Telinga berdenging
Kebingungan
Detak jantung tak teratur
Kelelahan
Nyeri dada
Sulit bernapas
Darah dalam urin
Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
E. Faktor Resiko Artritis dan Hipertensi
a) Artritis
Faktor Genetik
Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh
untuk seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor
genetik sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa
terhindar dari penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah
dengan memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki
pola makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit
yang mengerikanini.
Kegemukan
Kegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi
terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan
lemak untuk menyerap insulin.
Penyakit autoimun
Usia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah
mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka
terhadap hormon insulin.
Usia
Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang
mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti
jantung, liver, ginjal dan juga pankreas
b) Hipertensi
Usia
Jenis kelamin
Merokok
Alkohol
F. Terapi Farmakologi
a) Artritis
DMARDs
Metotreksat merupakan DMARDs yang sesuai untuk artritis reumatik
sedang sampai berat. Azatioprin, siklosporin, siklofosfamid,
leflunomid dan penghambat sitokin (adalimumab, anakinra, etanercept,
dan infliksimab) dipertimbangkan sebagai lebih toksik dan digunakan
jika pasien tidak memberikan respon pada pemberian DMARDs lain.
Metotreksat biasanya diberikan dalam dosis awal 7,5 mg secara oral
seminggu sekali, kemudian diatur sesuai respon sampai maksimum 15
mg seminggu sekali (kadang sampai 20 mg). Diperlukan pemeriksaan
darah lengkap (termasuk hitung jenis darah putih dan hitung platelet),
pemeriksaan fungsi ginjal dan pemeriksaan fungsi hati. Pada pasien
yang mengalami efek samping pada saluran cerna dan mukosa, untuk
anak di atas dua tahun dan dewasa dapat diberi asam folat 5 mg setiap
minggu untuk menurunkan frekuensi efek samping, biasanya paling
tidak 24 jam setelah pemberian metotreksat.
Azatioprin biasanya diberikan dalam dosis 1,5 sampai 2,5 mg/kg bb/
hari dalam dosis terbagi. Diperlukan pemeriksaan hitung darah untuk
mendeteksi kemungkinan netropenia atau trombositopenia yang
biasanya diatasi dengan pengurangan dosis. Mual, muntah dan diare
dapat timbul, biasanya sejak awal pengobatan, dan mungkin
memerlukan penghentian pengobatan. Infeksi herpes zoster juga
mungkin muncul.
Leflunomid bekerja pada sistem imun sebagai DMARDs. Efek
terapetiknya dimulai setelah 4-6 minggu dan perbaikan penyakit
berlanjut pada 4-6 bulan berikutnya. Khasiat leflunomid sebanding
dengan metotreksat dan sulfasalazin, dan dapat dipilih jika kedua obat
tersebut tidak dapat digunakan. Metabolit aktif leflunomid bertahan
cukup lama.
Siklosporin dapat diberikan untuk reumatoid artritis aktif yang berat
jika terapi konvensional lini kedua tidak memadai atau tidak efektif.
Terdapat bukti bahwa siklosporin bisa memperlambat perkembangan
erosif dan memperbaiki pengendalian gejala pada pasien yang
memberi respon sebagian terhadap metotreksat. Pada anak, siklosporin
jarang digunakan untuk juvenile idiopathic arthritis, penyakit jaringan
ikat, vaskulitis, dan uvelitis, namun dapat dipertimbangkan jika pasien
gagal memberikan respon terhadap pengobatan lain.
Siklofosfamid dapat digunakan pada dosis 1 sampai 1,5 mg/kg bb/hari
secara oral untuk reumatoid artritis dengan manifestasi sistemik yang
berat. Obat ini bersifat toksik dan penggunaannya memerlukan
pemeriksaan hitung darah (termasuk pemeriksaan jumlah platelet).
Siklofosfamid dapat juga diberikan secara intravena dalam dosis 0,5
sampai 1 g (dengan mesna profilaktik) untuk artritis reumatoid
sistemik berat dan untuk penyakit jaringan ikat (khususnya dengan
vaskulitis aktif), diberi berulang mula-mula dengan selang dua minggu
kemudian selang sebulan (tergantung pada respons klinis dan
pemantauan hematologis).
NSAID
NSAID (non steroid anti inflamasi) dimana fungsi kerja obat ini adalah
menghambat sintesa prostaglandin yang menimbulkan nyeri.Obat ini
menghambat COX1 dan COX2, dimana COX1 sangat penting untuk
fungsi pertahanan mukosa lambung, sehingga obat ini mempunyai efek
samping pada lambung.Kerusakan pada ginjal disebabkan adanya
nekrosis unit fungsional dari ginjal, dengan pemakaian yang hati-hati
dan pertimbangan yang cukup bijaksana, maka pemakaian NSAID ini
tidak perlu dikhawatirkan.Saat ini sudah ada obat yang selektif hanya
menghambat COX2 sehingga aman digunakan jangka panjang.
Diklofenak
Ibuprofen
Ketoprofen
Meloxicam
Piroksikam
dll
b) Hipertensi
Duretik
Thiazide umumnya merupakan diuretik pilihan untuk perawatan
hipertensi, dansemuanya sama-sama efektif untuk menurunkan
tekanan darah. Pada pasiendengan fungsi ginjal yang baik (yaitu,
glomerulus filtration rate, GFR, >30 /mlmenit), thiazide menjadi lebih
efektif daripada loop diuretic. Tetapi, jika fungsiginjal menurun,
natrium dan air terakumulasi, penggunaan loop duretic perluuntuk
melawan efek ekspansi volume dan natrium pada tekanan darah
arterial.
Diuretik hemat kalium adalah antihipertensi lemah ketika digunakan
tunggal tapimemberikan efek aditif antihipertensi ketika digabungkan
dengan thiazide atauloop diuretic. Lebih jauh, duretik hemat kalium
tidak mempunyai sifatmenyebabkan kehabisan kalium dan magnesium
seperti pada diuretik lain.
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis.
Efek samping thiazides termasuk hipokalemia, hipomagnesia,
hiperkalsemia, hiperglisemia, hiperlipidemia, dan disfungsi seksual.
Loop diureticmempunyai efek lebih kecil pada serum lipid dan
glukosa, tapi hipokalsemia bisaterjadi.
Diuretik hemat kalium bisa menyebabkan hiperkalemia, terutama
pada pasiendengan gangguan fungsi ginjal atau diabetes, dan pasien
yang menerimaperawatan dengan ACE inhibitor, NSAID, atau
suplemen kalium. Spironolaktonbisa menyebabkan ginekomasti.
Β-adrenergic blocker
Mekanisme hipotensi yang pasti dari β blocker masih belum jelas
tapi melibatkanpenurunan cardiac output melalui kronotropik negatif
dan efek inotropik padajantung dan inhibisi pelepasan renin dari
ginjal.
Efek samping dari blokade β pada myocardium termasuk
bradikarida,abnormalitas pada konduksi atrioventricular (AV), dan
gagal jantung. Blokade βpulmonal bisa menyebabkan bronkospasma
makin parah pada pasien asma atauCPOD. Blokade reseptor β2 pada
arteriolar otot polos bisa menyebabkanekstremitas menjadi dingin dan
memperburuk claudication yang terjadi dalaminterval atau fenomena
Raynaud karena penurunan aliran darah perifer.
ACE Inhibitor
ACE didistribusikan secara luas di banyak jaringan, dengan
beberapa tipe selyang berbeda, tapi lokasi umumnya pada sel
endotelal. Karena endotel vascularmeliputi area yang luas, tempat
utama produksi angiotensin II adalah pembuluhdarah, bukan ginjal.
Efek samping paling serius dari ACE inhibitor adalah netropenia
danagranulocytosis, proteinuria, glomerulonephritis, gagal ginjal akut,
danangoiedema; efek ini terjadi pada <1% pasien. Pasien yang
sebelumnya mengidappenyakit ginjal atau jaringan connective paling
rentan terhadap efek sampingginjal dan hematologis.
PEMBAHASAN
R/ Pirocam 20 mg No XX
S 3 dd 1 pc
R/ lameson 4 mg No XX
S 2 dd 1 pc
R/ Irbesartan 150 mg No XV
S 1 dd 1 pc
Pro : Bp Suwito
Umur : 58 tahun
Alamat : Perum Budi Indah Solo
Kasus :
Anda Apoteker di Puskesmas yang akan melakukan monitoring efek samping obat
ke rumah pasien (home care pharmacy). Pasien adalah seorang laki-laki usia 58
tahun yang sedang menjalani pengobatan artritis pada hari kedua. Pasien
mempunyai riwayat maag kronis dan hipertensi dengan tensi 150 mmHg.
Tugas :
1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan
menggunakan data yang tersedia!
2. Komunikasikan dengan pasien!
a. Pirocam (Piroxicam)
Indikasi : Terapi simptomatik pada rheumatoid artritis, osteoarthritis,
ankilosing spondylitis, gangguan musculoskeletal akut dan
gout akut.
Kontra : Hipersensitif terhadap OAINS, riwayat tukak lambung/
Indikasi pendarahan lambung
Peringatan : Hati-hati pada pasien dengan gangguan pencernaan,
jantung, hipertensi, retensi cairan, gangguan ginjal/ hati,
kehamilan, menyusui
Efek Samping : Gangguan gastrointestinal seperti stomatitis, anoreksia,
mual, konstipasi, rasa tidak nyaman pada abdomen,
pendarahan lambung, perforasi dan tukak lambung, edema,
pusing, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, somnolen,
penurunan Hb dan Ht
Dosis : RA, OA dan ankillosing spondylitis : 1 kali 20 mg sehari.
Gout akut : mula-mula 40 mg sehari sebagai dosis tunggal,
diikuti 4-6 hari berikutnya 40 mg sehari dosis tunggal atau
terbagi.
c. Irbesartan
Indikasi : Hipertensi dengan diabetes mellitus, proteinuria, gagal
jantung, pasca infark miocard dengan gangguan fungsi
diastolic. Merupakan alternative yang berguna untuk pasien
yang harus menghentikan ACEI akibat batuk yang persisten
Kontra : Kehamilan (obat harus dihentikan bila ternyata pemakai
indikasi hamil), menyusui, stenosis arteri renalis bilateral atau
stenosis pada satu-satunya ginjal yang masih berfungsi
Efek Samping Hipotensi dapat terjadi pada pasien dengan kadar renin tinggi
seperti hypovolemia, gagal jantung, hipertensi renovaskular,
dan sirosis hepatis. Hiperkalemia dapat terjadi pada keadaan
tertentu misalnya insufisiensi ginjal. Pusing, diare,
penurunan Hb, ruam, metallic taste
Dosis : Dosis awal 1 kali 150 mg/hari, jika perlu dapat ditingkatkan
hingga 1 kali 300 mg/ hari. Pada pasien hemodialysis atau
usia lanjut lebih dari 75 tahun, dosis awal 1 kali 75 mg/hari
dapat digunakan
1. Untuk aktivitas pelayanan kefarmasian di rumah dibutuhkan beberapa
dokumentasi, antara lain :
a. Prosedur tetap pelayanan kefarmasian di rumah
b. Catatan penggunaan obat pasien
c. Lembar Persetujuan ( informed consent) untuk apoteker dan pasien
d. Kartu Kunjungan
Prosedur tetap pelayanan kefarmasian di rumah:
Melakukan penilaian awal terhadap pasien untuk mengindentifikasi
adanya masalah kefarmasian yang perlu ditindaklanjuti dengan pelayanan
kefarmasian di rumah.
Menjelaskan permasalahan kefarmasian kepada pasien dan manfaat
pelayanan kefarmasian di rumah bagi pasien
Menawarkan pelayanan kefarmasian di rumah kepada pasien
Menyiapkan lembar persetujuan dan meminta pasien untuk memberikan
tanda tangan, apabila pasien menyetujui pelayanan tersebut.
Mengkomunikasikan layanan tersebut pada tenaga kesehatan lain yang
terkait, apabila diperlukan. Pelayanan kefarmasian di rumah juga dapat
berasal dari rujukan dokter kepada apoteker apotek yang dipilih oleh
pasien.
Membuat rencana pelayanan kefarmasian di rumah dan menyampaikan
kepada pasien dengan mendiskusikan waktu dan jadwal yang cocok
dengan pasien dan keluarganya. Rencana ini diberikan dan didiskusikan
dengan dokter yang mengobati (bila rujukan)
Melakukan pelayanan sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah
disepakati. Mengkoordinasikan pelayanan kefarmasian kepada dokter (bila
rujukan)
Mendokumentasikan semua tindakan profesi tersebut pada Catatan
Penggunaan Obat Pasien.
Monitoring Efikasi dan Keamanan untuk pasien Bp. Suwito (58 tahun)
sebagai berikut:
1. Monitoring nyeri sendi
2. Monitoring tekanan darah pasien agar dalam batas normal
3. Monitoring peningkatan kadar asam lambung
4. Monitoring kejadian yang tidak diinginkan pada pasien seperti nyeri perut,
sembelit, diare, dispepsia, perut kembung, perdarahan kotor / perforasi,
mulas, mual, ulkus (lambung / duodenum), dan muntah.
5. Monitoring efek samping dari tiap obat yang digunakan pasien
6. Monitoring mual, muntah dan rasa nyeri lambung pasien
DIALOG
Apoteker: Assalamualaikum...
Suami pasien: Waalaikumsalam...
Apoteker: Selamat siang pak, saya apoteker dari Puskesmas Terpadu
Mojosongo, benar ini rumahnya ibu Suwito?
Suami pasien: Oh iya benar pak saya suaminya, mari masuk
Apoteker: Pak jadi gimana kondisi istrinya ? apakah sudah membaik ?
Suami pasien: Masih mengeluh agak nyeri sih katanya, sebentar saya
panggil saja dulu biar enak ngomongnya
Apoteker: Oh iya pak
Suami pasienpun memanggil pasien untuk menemui apoteker
Apoteker: Assalamualaikum ibu gimana keadaanya? Sehat?
Pasien: Waalaikumsalam Alhamdulillah sehat pak, tapi ini masih
agak nyeri pak
Apoteker: Oh nyerinya sebalah mana ya bu?
Pasien: Ini di bagian pergelangan kaki pak
Apoteker: Obatnya diminum teratur gak bu?
Pasien: Iya teratur kok pak
Apoteker: Sebentar saya cek dulu datanya ya bu.
Apoteker memeriksa lembar data pasien
Apoteker: Ini pengobatannya baru dari dua hari yang lalu ya bu,
Disini ibu punya riwayat maagh, gimana maaghnya ?
Apakah ibu merasa nyeri lambung?
Pasien: Untuk merasa nyeri sih nggak, hanya saja saya agak mual
Apoteker: Apakah ibu meminum obatnya sesuai aturan pakai ?
Pasien: Iya hanya saja kadang saya lupa makan dulu sebelum
minum obat,
Apoteker: Baik bu, bisa saya ukur tekanan darahnya sebentar ?
Pasien: Iya silahkan..
Apotekerpun mengukur tekanan darah pasien
Apoteker: Ini sudah ada penurunan tekanan darahnya ya bu, jadi ibu
pertahankan saja pengobatannya, hanya saja minum obat
sesuai aturan pakainya ya bu. Kalau tertera setelah makan
ya berarti ibu harus makan dulu sebelum minum obat
Pasien: Baik pak saya sering lupa soalnya
Apoteker: Tolong bapak bantu ingetin ya istrinya makan dulu baru
minum obat biar maaghnya nggak kambuh, soalnya pak ini
yang obat piroxicam itu kan minumnya tiga kali sehari,
kalau nggak makan dulu bisa menyebabkan nyeri lambung
apalagi ibunya emang punya riwayat maagh
Suami pasien: Oh iya iya pak nanti saya ingatkan kalau dia lupa makan.
Apoteker: Trus kalau yang lameson itu juga diminum setelah makan
dua kali sehari ya bu, apakah ibu mengalami sembelit atau
diare?
Pasien: Tidak pak saya tidak sembelit atau diare
Apoteker: Baik bu, untuk yang irbesartan juga sama tetap setelah
makan satu kali sehari, apakah ibu merasa pusing atau sakit
kepala?
Pasien: Tidak juga pak
Apoteker: Baik, bapak punya tensi dirumah ?
Suami pasien: Iya anak saya punya
Apoteker: Baguslah, nanti tolong tetap rutin di ukur tekanan darah
ibunya Dan tolong dijaga jangan dulu makan yang asin asin
ya bu. Juga nggak usah makan makanan yang pedas atau
asam.
Pasien: Iya pak, trus ini pergelangan kaki saya yang masih agak
sakit gimana ?
Apoteker: Itu nanti ibu kompres hangat saja di tempat yang sakit.
Pasien: Oh baik pak
Apoteker: Gimana bu? Masih ada yang mau ditanyakan mengenai
penyakit ibu dan pengobatannya ?
Pasien: Sudah jelas sih pak berarti saya harus makan dulu ya baru
minum obat.
Apoteker: Iya bu, jangan sampai lupa agar maaghnya tidak kambuh.
Nanti selama pengobatan bapak pantau terus kondisi ibunya
ya , jika terjadi sesuatu bapak silahkan hubungi saya, nanti
minggu depan saya datang lagi untuk mengecek keadaan
ibu.
Suami pasien: Iya pak, makasih sudah mau repot-repot kesini.
Apoteker: Sudah kewajiban saya pak, saya pamit dulu semoga ibu
lekas sembuh ya, Assalamualaikum
Pasien: Iya makasih ya pak. Waalaikumsalam....
DAFTAR PUSTAKA