Bab 1 & 2 Laporan Acuan Perancah
Bab 1 & 2 Laporan Acuan Perancah
Bab 1 & 2 Laporan Acuan Perancah
BAB I
PENDAHULUAN
Cetakan beton juga sering disebut bekisting, adalah suatu konstruksi pembantu yang
merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari betuk beton yang
dikehendaki. Dapat dikatakan juga adalah suatu konstruksi sementara dari suatu
bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek acuan dan perancah anatara lain :
1. Mengetahui teknik pekerjaan acuan dan perancah yang baik dan benar.
2. Mengetahui fungsi atau kegunaan dari alat-alat dalam proses pengerjaan
konstruksi acuan dan perancah.
3. Mengetahui bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pengerjaan konstruksi acuan
dan perancah.
4. Mampu membedakan kualitas dan mutu bahan berdasakan kelasnya.
5. Dapat memperhitungkan komponen serta kebutuhan bahan yang akan
dipergunakan dalam kerja acuan dan
1.3 Manfaat
2. Dapat mengetahui teknik pengerjaan acuan dan perancah yang baik dan
benar.
Pada penulisan catatan bengkel atau laporan bengkel, data diperoleh pada saat
penulis mengikuti praktek kerja acuan dan perancah dibengkel terbuka serta
meringkas buku modul.
1. BAB I
Yaitu pendahuluan, berisi tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta metode
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II
Yaitu tinjauan pustaka, berisi tentang landasan teori.
3. BAB III
Yaitu peralatan dan bahan, berisi tentang alat-alat yang digunakan untuk
membuat acuan dan perancah.
4. BAB IV
Yaitu uraian kerja, berisi tentang job sheet yang telah dipraktekan.
5. BAB V
Yaitu penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Acuan dan Perancah
Cetakan beton ( bekisting) adalah suatu kontruksi pembantu yang merupakan
mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dapat
juga dikatakan sebagai suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya
untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki.
Bagian bagian konstruksi pada Acuan :
1. Papan cetakan
2. Klam pengaku/ perangkai
3. Skur pengaku
1. Gelagar
2. Tiang penyokong
3. Landasan
4. Skur/ papan pengaku
5. Tiang perancah
6. Baji
1. Kuat
Cetakan harus kuat memikul beban vertikal, antara lain : Beton, acuan dan
perancah itu sendiri, pekerja dan alat-alat, agar tidak terjadi perubahan dimensi dan
beton dan bentuknya.
2. Kaku/Kokoh
Cetakan harus mampu menahan gaya horizontal yang dipasang skur atau
penyokong. Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan perancah
ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka
hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai
tidak sempurna.
3. Mudah Dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena hal ini menyangkut
efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan
perancahnya dapat digunakan berkali-kal
5. Rapat/Tidak Bocor
Agar dapat menahan air semen yang keluar sehingga dapat menjaga mutu
beton.
6. Bersih
Acuan dan Peranca harus tetap bersih untuk mejaga beton agar tetap baik.
Dalam pelaksanaan jika acuan dan perancah ini kurang baik, maka akan
mendatangkan kerugian-kerugian sebgai berikut :
1. Perubahan Dimensi
Terjadi perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya
jika terjadi perubahan ini.
Metode Tradisional
Bahan yang dipakai adalah bahan lokal dan merupakan konstruksi yang
turun temurun ( konvensional ). Atau suatu metode yang masih
menggunakan material lokal, sedangkan konstruksinya konvensional.
Metode Semi-system
Gabungan dari metode tradisonal dan full system, yaitu suatu metode
yang dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran
material lokal dna buatan pabrik.
Metode Full System
Alat yang dipakai merupakan alat buatan pabrik yang digunakan pada
pekerjaan besar seperti banguna pencakar langit, gedung-gedung
berlantai banyak dan lainnya. Materialnya dapat digunakan terus-
menerus dan penggunaanya sangat mudah dan sesuai dnegan petunjuk
dari pabrik pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan
banyak pertimbangan karena harga bekisting ini cukup mahal.
2.5 Sambungan-Sambungan Pada Acuan dan Perancah
i) Sambungan Papan dengan Papan
dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak tiang yang dipakai.Untuk kolom papan-
papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 – 55 cm.
Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang labil, pemasangan gelagarnya cukup
dengan dipakukan pada tiang tanpa memerlukan penguat seperti klem.
Sambungan ini digunakan untuk konstruksi yang memikul beban berat, pemasangan
gelagar langsung di atas tiang dan pada setiap sambu ngannya diberi klem yang
dipakukan pada tiang dan gelagar.
Gelagar
Paku
Tiang
Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang atau untuk
memanfaatkan potongan-potongan tiang, yaitu dengan memasang klem penyambung
di sekeliling klem penyambung bagian tiang y ang disambung.
Syaratnya adalah :
Klam
Paku
Tiang Perancah
Sambungan Tiang
1. Papan
Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca dan peresapan
air tanah. Penumpukan ini tidak boleh diletakan langsung diatas tanah lantai/tanah
tetapi harus diberi tumpuan/ganjal sehingga kadar air dari papan tidak bertambah.
Untuk peyimpanan kayu basah tiap lapisan kayu harus diberi tumpuan, tetapi
untuk kayu kering tiap lima lapis baru diberi tumpuan.
2. Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan dolken yang digunakan
biasanya berasal dari jenis Pinus Akasia dan lain-lain. Dolken ini harus lebih tinggi
mutunya dari mutu papan acuan dan tanah terhadap cuaca. Jadi untuk keadaan
yang memaksa, penumpukan bisa diletakan diluar gedung, adapun ukuran dolken
yang biasa digunakan untuk acuan dan perancah diameternya 6-10 cm.
3. Multiplek
Penyimpanan multiplek disimpan pada gedung yang memiliki dinding yang
dapat menghindari dari pengaruh cuaca, penyimpanan dapat dilakukan dalam
posisi mendatar/miring sesuai dengan kondisi.
4. Besi
Dalam penyimpanan besi pada saat pertama kali akan melakukan penyimpanan
perlu dilakukan pemberian oli bekas agar besi yang disimpan tidak korosi/karat.
Tempat penyimpanan besi harus diletakan pada ruangan tertentu dan terlindungi
dari cuaca buruk, baik hujan/sinar matahari agar tidak terjadi korosi pada besi.
Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokan pada jenis-jenis besi yang sama agar
mudah didalam pencarian kembali dan pemakaian.
5. Kasau
Pada penyimpanan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan papan. Kasau
yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig, meranti, borneo dan lain-
lain.
sebagai ruang mesin, gudang dan sebagainya. Lantai dan dinding biasanya
terbuat dari beton bertulang yang kedap air.
Lantai pada permukaan atau lantai 1(Groud floor), lantai ini terletak diatas
permukaan tanah dan langsung berhubungan dengan halaman dan
umumnya diberi referensi peil ± 0,00 m.
Lantai 2 adalah lantai tingkat diatas lantai satu.
Dan seterusnya sampai lantai teratas yang ada pada gedung bersangkutan.
Atap(roff) merupakan lapisan plat yang paling tinggi dan berhubungan
langsung dengan ruang terbuka. Pada sebagian bangunan gedung atap ini
ada yang dimanfaatkan sebagai landasan kolom renang dan lain-lain.
Agar lantai beton dapat berfungsi dengan sepenuhnya, maka harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Lantai harus harizontal dan rata
Lantai harus kaku
Mempunyai ketebalan yang cukup
Kedap air
Elevasinya pas
6. Panjang tangga/Railing
1. Pemasangan tiang-tiang
2. Penimbangan Gelagar
Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu lanjutkan dengan
penimbangan dan pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama
dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman
tidak horizontal tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.
Syarat Ekonomis
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi. Hal ini
dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati-hati.
Syarat Keamanan
Hal ini penting sekali, jangan sampai dalam pembongkaran urutannya
tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang
sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja.
Misalnya didalam pembongkaran acuan perancah lantai. Pertama
dibongkar dahulu skoornya kemudian tiangnya. Dalam pembongkaran
tiang harus hati-hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban
diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa yang ada diatasnya bisa roboh
dan menimpa pekerja yang sedang berada dibawahnya. Gunakan pakaian
kerja!
Syarat konstruktif
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen
yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi,
pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu
barulah kemudian kearah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen
yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan .
Sedangkan pada pembongkaran konsol(balok kantilever) dimulai dari
ujung dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama.
BAB III
BAHAN DAN PERALATAN
3.1 Bahan
3.1.1 Kayu
Kayu merupakan bahan utama dalam suatu konstruksi bangunan, begitu juga
dengan acuan dan perancah ini kayu sangat diperlukan kegunaannya, antara lain :
1. Papan
2. Balok
3. Dolken/gelam
Jika pada suatu kayu kadar air tinggi maka mutu kayu akan rendah, perubahan
bentuk dan melengkung cetakan.
Kayu Lokal
Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal.
Kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah. Bila kayu tersebut
berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah
mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil cetakan
beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya digunakan untuk acuan dan perancah
antara lain kayu kelas III, IV yang mempunyai // 45-60 kg/cm2
Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :
Kayu Terentang
Termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V. Mengenai ukuran-ukuran
kayu terentang ini didalam perdagangan biasanya dengan ketebalan 2-5
cm, lebar 17,5 dengan 4 m (2-3/17,5x400 cm).
Kayu Kamper/Kapur
Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III, macam-macam ukuran yang
ada diperdagangan dan dipergunakan untuk bekisting ialah 3/20x400 cm,
6/12x400 cm, 5/7x400 cm.
Kayu Kering/Kruing
Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer
Kayu Meranti
Termasuk dalam kelas II-IV. Apapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan
untuk bekisting adalah dengan ukuran 3/20x400 cm, 6/12x400 cm, 5/7x400
cm dan sebagainya.
Kayu kelas IV // 45 kg/cm2
Ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan untuk bekisting antara
lain : 2/20x250 cm, 4/10x250 cm dan lainnya.
Tabel 1
Daftar Kelas kuat kayu
I II II IV V Jati/Lectona Grandis
Kg/cm2 150 100 75 50 - 130
Kg/cm2 130 85 60 45 - 110
Kg/cm2 50 25 45 10 - 30
Kg/cm2 20 12 8 5 - 15
Papan
Papan yang digunakan dalam pratikum acuan dan perancah berukuran 2x20x400 cm.
Papan harus disimpan dengan baik dan harus terlindung dari pengaruh cuaca dan
serangan serangga serta perserapan air tanah untuk penyimpanan papan harus diberi
tumpuan tiap bagi kayu yang basah tiap satu papan diberi tumpuan tiap bagi papan
yang kering tiap tumpuan 5 papan diberi tumpuan.
Kasau
Ukuran kasau yang digunakan 4/6-400 cm, 5/7-400 cm.
Kayu Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan gelam yang digunakan
biasanya berasal dari jenis pinus akasia, kayu manis, kayu luas dan lain-lain. Dolken
harus tahan terhadap cuaca. Ukuran dolken yang biasa digunakan dalam perancah
yaitu memiliki diameter 6-10 cm dengan panjang 4 m.
Pada konstruksi acuan dan perancah tidak hanya bahan dari alam saja yang
digunakan tetapi juga digunakan bahan buatan, yaitu plywood yang merupakan salah
satu bahan utama dalam pembuatan acuan yaitu sebagai cetakan karena permukaan
dari plywood yang telah rata dan halus sehingga tidak perlu diketam lagi.
Keunggulan dari cetakan dengan plywood antara lain :
Hasil beton akan lebih baik daripada tekanan papan
Permukaannya telah rata dan halus sehingga tidak perlu untuk diketam
Ukuran plywood telah memenuhi standart ( 1,22 m x 2,44 m)
Plywood tidak mengalami perubahan bentuk plywood sendiri, sedangkan
papan mengalami perubahan akibat faktor alam dan manusia seperti
melentingnya suatu papan yang mempengaruhi kekuatan suatu beton
Baja selain digunakan dalam pembuatan beton pada acuan perancah ini, bisa
tulangan digunakan sebagai alat penjepit pada pembuatan kolom atau balok dengan
rapid klem.
3.1.4 Paku
Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan perancah ialah yang
berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah dalam pembongkaran. Panjang
paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang dibuat atau maksimal
sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh melebihi tebal sambungan karena bagian
ujung paku yang dibengkokkan akan menyulitkan pembongkaran.
Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang berlaku
pula untuk tebal kayu yang akan disambung. Jarak minimum pemakuan harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
Dalam arah gaya
12d untuk tepi kayu yang dibebani
5d untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10d untuk jarak antar paku
Dalam arah tegak lurus gaya
5d untuk jarak sampai tepi kayu
5d untuk jarak barisan paku
Untuk sambungan yang menimpang tebal dari II dapat dipakai rumus dibawah ini
dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera dalam tabel III
Bahan-bahan ini digunakan dengan cara dileburkan pada permukaan acuan dan
waktu peleburan ialah setelah acuan selesai dan sebelum penulangan dimulai. Fungsi
dari bahan-bahan ini ialah untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi kerusakan
kayu akibat pembongkaran.
1. Bahan bekisting tidak berdetormasi secara berlebih karena air atau semen dan
gelembung udara sehingga tidak terjadi patahan beton
2. Permukaan bekisting tidak menyerap air semen secara berlebihan agar mutu
beton dapat dijaga.
3. Lembaran papan yang digunakan harus tertutup tebal, awet dan kaku karena
bekisting bersifat sementara. Maka untuk mempermudah pembongkaran
diperlukan :
a. Untuk bahan cetakan dari papan kayu dilakukan :
o Penyiraman dengan air
o Dilapisi dengan plastik
o Dicat dengan cat dasar
o Dilapisi dengan oli bekas
3.2 Alat
3.2.1 Palu
Palu dibuat dari besi baja keras dan tidak lembek sebab palu besi sering dipakai
untuk memukul benda keras. Bagiannya adalah kepala dan tangkai. Salah satu tangkai
berguna untuk memukul benda keras dan bagian tangkai yang lain berbentuk cakar yang
berguna untuk mencabut paku antara papan dengan papan.
Digunakan untuk membongkar konstruksi kayu dan biasanya sering digunakan untuk
menancapkan tiang-tiang ke dalam tanah.
3.2.3 Gergaji
Roll meter berfungsi sebagai pengukur bahan kerja dan sebagai alat pengukur jarak-
jarak yang diinginkan.
3.2.5 Waterpass
3.2.6 Unting-unting
Berfungsi untuk mengukur kedataran suatu tiang atau ketegakan suatu tiang.
3.2.8 Kapur/Pensil
Mesin ini merupakan gergaji mesin yang dijalankan dengan menggunakan listrik. Alat
ini merupakan gergaji otomatis, yang dapat mempercepat pekerjaan dan efisien.
3.2.10 Siku-siku
Digunakan untuk menarik garis lukisan pada kayu pekerjaan di atas permukaan
dengan garis siku 90° terhadap bidang lain yang telah diberi tanda.
3.2.11 Linggis
Linggis terbuat dari besi yang telah dibentuk ditiap ujung-ujung yang digunakan
untuk mencabut paku atau untuk membuka bahan.
3.2.12 Tangga
Digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu untuk menjangkau tempat yang tinggi.
3.2.13 Benang
Benang memiliki fungsi sebagai pengatur kelurusan cetakan serta kesikuan. Dan juga
untuk menggantungkan as.
3.2.14 Cangkul
3.2.15 Kampak