Bab 4 Pengendalian Rawa Pening - Edit 1 Ok
Bab 4 Pengendalian Rawa Pening - Edit 1 Ok
Bab 4 Pengendalian Rawa Pening - Edit 1 Ok
IV
Tabel IV .1
Arahan Kebijakan RTRWN terkait Pengembangan Kawasan Danau
Rawapening, dsk
N Sistem
Jenis Wilayah Arahan Pengembangan
o Perwilayahan
1 Sistem Perkotaan PKN Kawasan Perkotaan Tahapan Pengembangan/ Revitalisasi dan
Nasional Semarang-Kendal-Demak- Percepatan Pengembangan Kota-Kota
Ungaran- Purwodadi Pusat/Pertumbuhan atau Revitalisasi kota-kota
(Kedungsepur) (II/C/3) yang telah berfungsi.
2 Wilayah Sungai Jratunseluna (I-IV/A/1) Strategis Nasional
Tahapan Pengembangan/ Perwujudan Sistem
Jaringan SDA/Konservasi Sumber Daya Air,
Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya
Rusak Air
3 Kawasan Andalan Kawasan Kedungsepur Sektor unggulan (pertanian, industri, pariwisata,
(Kendal, Demak, Ungaran, perikanan, panas bumi, pertambangan, minyak dan
Salatiga, Semarang, gas bumi)
Purwodadi) - (II/A/2) - II/A/2: Tahapan Pengembangan/ Pengembangan
(II/D/1) - (II/E/2) - (I/F/2) – dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor/
(II/I/2), - (II/C/2), - (II/J/2) Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian.
II/D/1: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri
pengolahan/Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk
Industri Pengolahan.
II/E/2: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor/
Pengembangan Kawasan Andalan untuk
Pariwisata.
II/F/2: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor
Perikanan /Pengembangan Kawasan Andalan
untuk Perikanan.
II/I/2: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor
panas bumi /Pengembangan Kawasan Andalan
untuk panas bumi
II/C/2: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor
pertambangan /Pengembangan Kawasan Andalan
untuk pertambangan
II/J/2: Tahapan Pengembangan/ Rehabilitasi dan
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya
termasuk ke dalam Kawasan Perkotaan Semarang – Kendal – Demak – Ungaran – Purwodadi
(Kedungsepur) dalam tatanan Sistem Perkotaan Nasional yang ditetapkan sebagai PKN dalam wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Pengembangan PKN Kedungsepur ini melalui Revitalisasi dan Percepatan
Pengembangan Kota-Kota Pusat berupa Pertumbuhan atau Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi.
Selain itu, Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya juga termasuk ke dalam Kawasan andalan yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
Kawasan andalan yang termasuk ke dalam Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya adalah kawasan
andalan Kedungsepur yang di dalam RTRWN memiliki sektor unggulan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi kawasan, yaitu : pertanian, industri, pariwisata, perikanan, panas bumi, pertambangan, minyak dan
gas bumi.
Dilihat dari pengembangan per sektor, sektor unggulan pertanian dilakukan melalui tahapan
pengembangan dan pengendalian kawasan untuk pengembangan pertanian; Sektor unggulan industri
melalui tahapan pengembangan rehabilitasi dan pengembangan kawasan untuk industri pengolahan, sektor
unggulan pariwisata melalui tahapan pengembangan rehabilitasi dan pengembangan kawasan untuk
pengembangan pariwisata, sektor unggulan perikanan melalui tahapan pengembangan rehabilitasi dan
pengembangan kawasan untuk pengembangan sektor perikanan, sektor unggulan panas bumi melalui
tahapan pengembangan rehabilitasi dan pengembangan kawasan untuk pengembangan sektor panas bumi,
sektor unggulan pertambangan melalui tahapan pengembangan rehabilitasi dan pengembangan kawasan
untuk pengembangan sektor pertambangan, sektor unggulan minyak dan gas bumi melalui tahapan
pengembangan rehabilitasi dan pengembangan kawasan untuk pengembangan sektor minyak dan gas bumi.
Gambar 4.1
Kawasan Strategis Provinsi untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan strategis provinsi merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki
pengaruh yang sangat penting secara regional. Program pemanfaatan kawasan Danau Rawapening dan
sekitarnya dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah melalui tahapan rehabilitasi dan pengembangan kawasan
strategis provinsi dengan sudut rehabilitasi atau revitalisasi atau pengembangan/peningkatan kualitas
kawasan.
Tabel lV.2
Arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah terkait Pengembangan
Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya dalam
No Uraian Arahan Pengembangan Keterangan
1 Sistem Jaringan a. Pengelolaan DAS dan Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk alam
Sumberdaya Air sub DAS Rawapening
b. Pengembangan waduk Konservasi sumberdaya air waduk Rawapening
c. Sistem Pengendalian Pendayagunaan sumberdaya air waduk
Banjir Rawapening
d. Jaringan Air Baku untuk Pengendalian daya rusak air waduk Rawapening
Air Minum Pengendalian banjir melalui pembangunan
Tabel IV.3
Arahan Kebijakan RTRW Kabupaten Semarang terkait
Pengembangan Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya
Sistem
No Perwilayaha Jenis Wilayah Arahan Pengembangan
n
1 Sistem a. Pengelolaan DAS dan Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk alam
Jaringan Sub-DAS Rawapening
Sumber Daya b. Pengembangan Pemanfaatan air permukaan untuk keperluan irigasi,
Air Jaringan Air Baku Untuk perikanan, dan air baku bagi penyediaan air minum
Air Minum perkotaan dan perdesaan
c. Pengembangan Sistem pengendalian banjir melalui pembangunan infrastruktur
Pengendali Banjir pengendali banjir pada dataran banjir sekitar
Rawapening
Upaya konservasi tanah dan air berupa terasiring,
bangunan terjun, check dam, dam pengendali sedimen,
reboisasi serta pembuatan sumur resapan di sub-DAS
Rawapening
Menata ruang dan rekayasa pada sub-DAS Rawapening
2 Kawasan Kawasan Perlindungan Kawasan Sekitar Waduk Atau Danau
Lindung Setempat Luasan kurang lebih 24 hektar
Termasuk dalam arahan pengembangan konservasi
kawasan sekitar mata air dan sempadan sungai
Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan banjir
Alam Kawasan rawan tanah longsor
Kawasan Lindung Geologi Cekungan Air Tanah Rawapening
3 Kawasan Peruntukan Pertanian Pertanian lahan basah dan lahan kering
Budidaya Peternakan yang meliputi ternak besar dan ternak kecil
Hortikultura seluas kurang lebih 9.046 hektar
Perkebunan seluas kurang lebih 12.140 hektar
Peruntukan Perikanan Budidaya perikanan tangkap berbasis budidaya pada
perairan waduk dan sungai
potensi kawasan minapolitan pada kecamatan di
sekitarnya (Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang,
Kecamatan Bawen, Kecamatan Jambu, Kecamatan
Banyubiru)
Peruntukan Pertambangan Kawasan Ungaran
Pertambangan panas bumi meliputi Wilayah Kerja
Pertambangan Panas Bumi Gunung Telomoyo dan
Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Gunung
Ungaran
potensi pertambangan minyak dan gas bumi
(Kecamatan Bancak dan Kecamatan Bringin)
Peruntukan Industri meliputi kawasan peruntukan industri, kawasan industri,
dan kawasan berikat
Peruntukan Pariwisata Pengelolaan kawasan pariwisata pada Indikasi Program
Karena mendapat pengaruh dari kawasan sekitarnya yang merupakan sistem perkotaan dan sistem
perdesaan, dalam RTRW Kabupaten Semarang dicantumkan rencana pengembangan infrastruktur pada
Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya. Rencana pengembangan infrastruktur pada kawasan sekitar
Danau Rawapening dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jaringan transportasi darat meliputi:
a. rencana pengembangan jaringan jalan arteri primer meliputi Jalan Ungaran – Bawen, Jalan
Bawen – Salatiga, Jalan Salatiga – Boyolali, dan jalan lingkar Ambarawa
b. rencana pengembangan jalan kolektor primer, meliputi Jalan Lemahbang – Kaloran, Jalan
Ambarawa – Bandungan, Jalan Sumowono - Kemawi – Kendal, Jalan Ambarawa - Banyubiru -
Kecandran – Salatiga, Jalan Tuntang – Karanglo, Jalan alternatif Kelurahan – Bedono, Jalan
Kelurahan – Banyubiru, Jalan Butuh – Getasan
c. rencana pengembangan meliputi jalan tol Semarang – Bawen, Jalan tol Bawen – Surakarta,
Jalan tol Bawen – Yogyakarta.
d. pengembangan terminal tipe B di Bawen dan Ungaran
e. pengembangan terminal tipe C di Banyubiru, Ambarawa, kawasan pariwisata Bandungan, Candi
Gedongsongo
f. pengembangan terminal angkutan barang dan/atau terminal peti kemas di Bawen, Tuntang
2. jaringan perkeretaapian meliputi:
a. pengembangan prasarana transportasi kereta api commuter dan wisata meliputi:
1) jalur kereta api wisata dan komuter ruas Kedungjati - Bringin - Tuntang - Ambarawa
2) jalur kereta api wisata ruas Bedono - Jambu - Ambarawa – Tuntang
b. pengembangan dan revitalisasi stasiun kereta api adalah peningkatan infrastruktur pendukung
dan pelayanan di Stasiun Kereta Api Bedono, Jambu, Ambarawa dan Tuntang.
3. Sistem jaringan energi berupa pengoptimalan PLTA Jelok dan Timo di Kecamatan Tuntang
4.1.3. Arahan Kebijakan Sektoral Terkait Pengembangan Kawasan Danau Rawapening dan
sekitarnya
Konferensi Nasional Danau Indonesia (KNDI) I yang dilaksanakan di Denpasar, Bali, 13-15 Agustus 2009
dengan tema Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan Iklim menjadi peristiwa penting untuk upaya
penyelamatan ekosistem danau yang lebih serius. KNDI I ini telah menghasilkan suatu Kesepakatan Bali
tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang ditandatangani oleh 9 Menteri antara lain Menteri Lingkungan
Tabel IV.4
Kelurahan/Desa yang Masuk Kawasan Danau Rawa Pening
Kecamatan Kelurahan
Ambarawa Pojoksari
Bejalen
Lodoyong
Kupang
Tambakboyo
Banyubiru Banyubiru
Rowoboni
Kebumen
Tegaron
Kebondowo
Bawen Asinan
Tuntang Tuntang
Lopait
Kesongo
Candirejo
Rowosari
Sraten
Kalibeji
Sumber: Kecamatan dalam angka, 2017
Luas kawasan yang masuk dalam deliniasi kawasan Danau Rawa Pening seluas 5.483 Ha yang terdiri dari
badan air, area didalam patok air diluar badan air, dan area perencanaan.
1. Untuk menuju ke Kota Salatiga, Kota Solo dan sekitarnya dari Kota Semarang, akan melalui Kawasan
Danau Rawa Pening baik menggunakan Jalan Tol maupun Jalan Arteri primer.
2. Selain dilalui jalur tol, Kawasan Danau Rawa Pening terdapat gate tol. Untuk menuju ke Kota
Yogyakarta dan sekitarnya dari Kota Semarang akan melalui Kawasan Danau Rawa Pening
3. Didalam kawasan, seluruh bagian kawasan khususnya kawasan permukiman telah terhubung dengan
baik dengan jalan utama yaitu jalan lingkar danau (Jl. Muncul Raya)
Tabel IV.5
Sebaran Topografi Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya
No Kelerengan Deskripsi Sebaran Lokasi
1 0-8% Datar Banyubiru, Tuntang, Ambarawa, Bawen
2 8-15% Landai Banyubiru, Ambarawa
3 15-25% Agak curam Kec. Banyubiru, Ambarawa, Tuntang, Bawen
4 25-40% Curam Kec. Banyubiru
5 > 40% Sangat curam Kec. Banyubiru
Sumber: RTRW Kabupaten Semarang
Dari tabel diatas terlihat bawah di Kawasan Danau Rawa Pening yang memiliki daeah yang kelerangan bervariatif
adalah Kecamatan Banyubiru, dimana daerah terdapat yang landai dan curam, sedangkan ketiga kecamatan
lainnya didominasi daerah dengan kelerengan yang landai.
4.2.2.2 Topografi
Ketinggian lahan di kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya cukup bervariasi antara 368 m dpl – 3.681 m
dpl. Pada bagian hulu kawasan perencanaan merupakan dataran tinggi dan pada bagian hilir merupakan dataran
rendah, seperti yang terlihat pada tabel 3.4 berikut.
Tabel IV.6
Sebaran Ketinggian Lahan di Kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya
Tabel IV.7
4.2.2.4 Hidrologi
Kawasan Rawapening merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan suatu wilayah daratan yang
menerima air hujan dn mengalirkan melalui anak sungai utama ke laut/danau/rawa. DAS terbagi dalam beberapa
Sub-DAS yang merupakan anak-anak sungai. DAS bagian hulu merupakan bagian dari DAS yang memiliki fungsi
pelindung terhadap DAS bagian hilir, yaitu areal dengan kemiringan 8% atau lebih. Tata air DAS merupakan
hubungan kesatuan fisik individual unsur-unsur hidrologi yang meliputi hujan, aliran sungai, dan evaporasi, dan
unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS.
Berdasarkan sistem hidrologi yang berpengaruh terhadap Rawapening hirarki sungai-sungai yang merupakan
bagian dari Sub-DAS Rawapening meliputi:
4.2.2.5 Kebencanaan
Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam.
Kawasan rawan bencana alam yang ada di Kawasan rawapening meliputi:
1. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan bencana banjir di kawasan perencanaan berada di sekitar Danau Rawapening.
Sebaran kawasan rawan bencana banjir adalah:
Kecamatan Ambarawa : Pojoksari, Lodoyong, Kupang, Bejalen, Tambakboyo
Kecamatan Banyubiru : Kebumen, Banyubiru, Tegaron, Rowoboni, Kebondowo
Kecamatan Bawen : Asinan
Kecamatan Tuntang : Kalibeji, Rowosari, Sraten, Canderejo, Kesongo, Lopait, Tuntang
2. Kawasan Rawan Bencana Longsor
4.2.2.7 Geologi
Adapun jenis batuan yang terdapat pada kawasan Danau Rawapening dan sekitarnya terdiri dari :
1. Alluvium. Merupakan endapan sungai dan endapan danau berupa : lempung, pasir, kerikil dan bongkah
andesit dengan ketebalan dari 1 hingga 2 meter. Sebaran lokasi berada di daerah Danau Rawapening.
2. Satuan Batuan Vulkanik (berumur pleistosen hingga holosen). Satuan batuan ini terdiri dari lahar, aliran lava
gunung api muda lereng Gunung Ungaran, aliran lava Gunung Gajahmungkur, basal dan andesit di Gunung
Merbabu; lava andesit, breksi andesit dan tufa di Gunung Telomoyo; lava basalt di Gunung Ungaran Lama,
breksi andesit di Gunung Kendil; lava berongga di Gunung Gilipetung; andesit dan perlit di Gunung Blalak.
3. Satuan Batuan Sedimen (berumur Miosen sampai Pleistosen). Satuan batuan sedimen ini tertutup tidak
selaras oleh batuan-batuan vulkanik kwarter, yang terdiri dari breksi vulkanik, aliran lava, tufa, batu pasir
tufaan, dan batu lempung. Batuan-batuan tersebut sangat lapuk, membentuk tanah penutup tebal berwarna
merah.
Secara geologi Danau Rawapening terletak di daerah depresi (lembah) yang terbentuk dari lapisan-lapisan dan
atau endapan. Lapisan yang membentuknya adalah lapisan neogen di atasnya breksi Notopuro. Misalnya
Kecamatan Banyubiru sebagai salah satu daerah hulu mempunyai geologi tanah hasil endapan vulkanik yang
terdiri dari batuan andesit homblendahipestan-aguit, sedangkan di sekitar muara sungai sekitar Danau
Rawapening merupakan endapan aluvium yang merupakan endapan permukaan hasil erosi sungai.
Tabel IV.8
Penggunaan Lahan di Kawasan Danau Rawapening
Pertanian
Non Pertanian
Kelurahah/ Sawah Bukan Sawah Total Total Non
Desa Tadah Tegal/ Perke Hutan Kolam/ Pertanian Rumah/ Hutan Pertanian
Irigasi Rawa Lainnya
Hujan Kebun bunan Rakyat Empang Bangunan Negara
Pojoksari 109.71 32.89 14.51 0 1.26 0.15 158.52 16.34 125.02 0 2.13 143.49
Bejalen 42.88 38.58 0 0 0 2.84 84.3 13.04 372.49 0 1.23 386.76
Lodoyong 45.63 3.24 5.55 0 0 0.8 55.22 27.36 0 0 30.62 57.98
Kupang 63.8 26.96 2.99 0 0 0.8 94.55 85.14 0 0 9.32 94.46
Tambakboyo 101.12 0 4.18 0 0 0.1 105.4 79.99 0 0 3.62 83.61
Banyubiru 189.31 0 154.85 2.33 19.14 0 365.63 76.9 220.03 2.34 9.42 308.69
Rowoboni 96.74 0 38.4 0 4.75 0 139.89 26.72 346.05 0 10.19 382.96
Kebumen 184.37 0 60.45 5.26 8.12 0 258.2 97.86 0 30 10.18 138.04
Tegaron 107.71 0 298.34 14.96 36.87 0 457.88 64.98 50.01 15 5.1 135.09
Kebondowo 99.73 0 206.9 2.99 25.57 0 335.19 75.75 270.04 3 9.04 357.83
Asinan 53.86 28.71 22.11 178.85 9.97 0 293.5 89.87 400.06 0 9.95 499.88
Tuntang 22.94 25.86 33.64 10.97 6.88 0.15 100.44 137.4 0 0 33.68 171.08
Lopait 14.96 44.08 87.32 4.66 19.28 0 170.3 90.53 100.02 0 3.77 194.32
Kesongo 66.37 47.07 71.25 6.2 9.57 1.99 202.45 170.46 35.81 0 20.09 226.36
Candirejo 44.27 78.8 14.39 0 1.78 0 139.24 118.45 215.03 0 13.32 346.8
Rowosari 56.63 72.02 1.5 0 0 0.5 130.65 24.54 332.54 0 5.31 362.39
Sraten 89.9 15.02 6.74 0 0 0.19 111.85 49.94 0 0 3.22 53.16
Kalibeji 65.4 11.97 22.3 0 49.86 0 149.53 103.73 0 0 6.04 109.77
1,389.6 413.03 1,022.7 226 143.14 8 3203.47 1245.27 2,467 50 179.96 3943.23
Berdasarkan fungsinya Penggunaan lahan yang ada di kawasan Danau Rawa Pening dapat dibedakan menjadi
penggunaan lahan untuk fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung yang ada di kawasan perencanaan meliputi:
A. Kawasan Hutan Lindung
Tabel IV.9
Mata Air di Kawasan Rawapening
No Kecamatan/ Kota Desa/Kelurahan Mata Air
1 Banyubiru Sepakung Asinan dan Suling
Kebumen Kayumas dan Kepil
Gedong Grunggungan
Rowoboni Muncul
Tegaron Semak dan Karang
Kebondowo Rowo Pening
Ngrapah Gadingan
2 Kec. Tuntang Rowosari Blere (c)
Candirejo Sigempol
Banyukuning Kali Winong
4.2.4. Kependudukan
4.2.4.1 Jumlah dan Penyebaran Penduduk
Jumlah penduduk kawasan Danau Rawa Pening dengan menggunakan metode perhitungan bangunan maka
jumlah penduduk Kawasan Danau Rawa Pening adalah 73.480 Jiwa. jika dilihat dari administrasi kelurahan,
penduduk terbanyak berada di Kelurahan/desa Banyibiru dengan jumlah penduduk 2.933 jiwa, dan penduduk
dengan jumlah terkecil berada di Kelurahan/desa Lodoyong, kupang dan Sraten . tidak adanya penduduk pada
ketiga kelurahan/desa tersebut karena yang masuk deliniasi bukan kawasan terbangun. Lebih rincinya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel IV.10
Jumlah penduduk Kawasan Danau Rawa Pening
Kelurahan/Des
a Jumlah
Pojoksari 2,824
Bejalen 2,100
Lodoyong -
Kupang 36
Tambakboyo -
Banyubiru 11,732
Kebondowo 9,788
Rowoboni 2,840
Tegaron 3,080
Kebumen 2,624
Asinan 5,616
Tuntang 8,356
Lopait 6,136
Kesongo 9,248
Sraten -
Rowosari 2,220
Candirejo 6,880
Jumlah 73,480
Tabel IV.11
Kepadatan penduduk Kawasan Danau Rawa Pening
Kelurahan/Desa Jumlah Luas (Ha) Kepadatan (Jiwa/Ha)
Pojoksari 2,824 302 9
Bejalen 2,100 471 4
Lodoyong - 113 -
Kupang 36 189 0
Tambakboyo - 189 -
Banyubiru 11,732 674 17
Rowoboni 9,788 523 19
Kebumen 2,840 396 7
Tegaron 3,080 593 5
Kebondowo 2,624 693 4
Asinan 5,616 798 7
Tuntang 8,356 272 31
Lopait 6,136 365 17
Kesongo 9,248 429 22
Candirejo - 486 -
Rowosari 2,220 493 5
Sraten 6,880 165 42
Jumlah 73,480
Sumber : Kecamatan dalam angka, 2017
Tabel IV.12
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian (%)
Kecamatan / Sektor Dominan (%)
No
Kelurahan Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya
1 Kebumen 36,55 18,37 15,46 14,46 15,16
2 Rowoboni 31,69 18,60 18,03 14,80 16,89
3 Tegaron 38,07 28,33 11,45 7,57 14,59
4 Kebondowo 26,61 17,75 12,19 26,61 16,84
5 Banyubiru 32,50 18,71 13,75 18,45 16,59
6 Sraten 11,96 13,75 22,65 27,12 24,51
7 Rowosari 37,60 13,97 17,81 19,79 10,83
8 Candirejo 12,45 16,35 24,10 23,81 23,27
9 Kesongo 29,75 15,87 20,83 13,89 19,66
10 Lopait 31,90 17,08 20,44 13,29 17,29
11 Tuntang 12,70 34,07 15,81 18,55 18,48
Kawasan Danau Rawa Pening yang terdiri dari 17 Kelurahan/Desa terdapat sarana pendidikan dari tingkat TK
sampai dengan SMA/SMK. Untuk perguruan tinggi belum ada, hal ini mengingatkan kawasan masih didominasi
kawasan non terbangun dan jumlah penduduk yang masih terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan perguruan tinggi, masyarakat bisa mendapatkan di Ibukota Kabupaten yaitu Kota Ungaran dan Kota
Salatiga. Dibawah ini adalah rincian penyebaran sarana pendidikan di Kawasan Danau Rawa Pening.
Tabel IV.13
Sebaran Sarana Pendidikan di Kawasan Danau Rawa Pening
Kelurahan/Desa TK SD SMP SMA/SMK
Pojoksari 2 2 1 0
Bejalen 1 1 0 0
Lodoyong Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Kupang Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Tambakboyo Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Banyubiru 3 7 2 0
Rowoboni 2 3 0 0
Kebumen 3 3 2 1
Tegaron 2 3 1 0
Kebondowo 4 3 0 1
Asinan 2 4 0 0
Tuntang 4 5 0 0
Lopait 6 3 0 0
Kesongo 2 3 0 0
Candirejo 2 3 1 0
Rowosari 1 1 0 0
Sraten Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Sumber: Kecamatan dalam Angka, 2017
Tabel IV.14
Sebaran Sarana Kesehatan di Kawasan Danau Rawa Pening
RS Puskesma Puskesmas Poliklinik/B Praktek Praktek
Kelurahan/Desa RS
bersalin s pembantu P Dokter Bidan
Pojoksari 0 0 0 0 0 1 3
Bejalen 0 0 0 0 0 0 0
Lodoyong Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Kupang Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Tambakboyo Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Banyubiru 0 0 0 0 0 1 0
Rowoboni 0 0 0 0 0 0 1
Kebumen 0 0 0 0 0 0 2
Tegaron 0 0 0 1 0 0 2
Kebondowo 0 0 1 0 2 0 1
Asinan 0 0 0 0 0 0 1
Tuntang 0 0 1 0 0 4 2
Lopait 0 0 0 0 1 1 1
Kesongo 0 0 0 0 0 0 2
Candirejo 0 0 0 1 0 0 1
Rowosari 0 0 0 0 0 0 1
Sraten Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Jumlah 0 0 2 1 3 7 17
Sumber: Kecamatan dalam Angka, 2017
Pembangunan dibidang fisik harus diimbangi dan dilengkapi dengan pembangunan dibidang mental spiritual,
sehingga diharapkan akan ada keseimbangan dan keserasian antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Kehidupan beragama yang harmonis antara umat beragama di daerah ini telah terjalin dengan kokoh. Sebaran
sarana peribadan juga mencerminkan tingkat heterogenitas kehidupan beragama di satu kawasan dan juga
menjadi dasar dalam menyediaan sarana peribadatan. Kawasan yang memiliki penduduk mayoritas islam akan
membutuhkan ketersediaan Masjid/Mushola, dan kawasan yang memiliki penduduk mayoritas Kristen akan
membutuhkan ketersediaan gereja. Untuk Sarana peribadatan yang terdapat di kawasan Danau Rawa Pening
antara lain 133 unit Mesjid, 222 unit Musholla, 21 unit Gereja Kristen dan 1 gereja Katolik dan 3 unit kapela, dan
1 unit pura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel IV.15
Sebaran Sarana Peribadatan di Kawasan Danau Rawa Pening
Gereja
Kelurahan/Desa masjid Mushola Gereja kristen Kapela Pura Vira Klenteng
Katolik
Pojoksari 5 5 0 0 0 0 0 0
Bejalen 1 6 1 1 0 0 0 0
Lodoyong Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Kupang Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Tambakboyo Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Banyubiru 9 14 2 0 0 0 0 0
Rowoboni 5 7 0 0 0 0 0 0
Kebumen 13 23 0 0 0 0 0 0
Tegaron 12 16 0 0 0 0 0 0
Kebondowo 12 12 2 0 1 0 0 0
Asinan 4 10 1 0 1 1 0 0
Tuntang 7 15 1 0 0 0 0 0
Lopait 5 17 1 0 0 0 0 0
Kesongo 7 22 0 0 0 0 0 0
Candirejo 7 23 0 0 0 0 0 0
Rowosari 4 9 0 0 0 0 0 0
Sraten Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Kalibeji 7 7 1 0 0 0 0 0
Jumlah 91 179 8 1 2 1 0 0
Sumber: Kecamatan dalam Angka, 2017
Keberadaan sarana perdagangan, akan mencerminkan tingkat kekotaan suatu kawasan. apabila didalam kawasan
memiliki pasar dan mini market yang banyak, berarti kawasan tersebut merupakan pusat perkotaan kawasan.
berdasarkan tabel diatas, dapat lihat bahwa kelurahan/desa yang memiliki sarana perdagangan yang mencirikan
perkotaan adalah kelurahan Banyubiru, dengan ada pasar dan minimarket berjumlah 2 serta toko/warung klontong
berjumlah 98
Tabel IV.17
Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Fungsi
Fungsi Jalan Deskripsi Nama Jalan
Jalan Arteri Jalan arteri primer di kawasan Danau Rawa Pening
Primer merupakan akses langsung satu-satunya akses dari
semarang-Magelang/Yogyakarta dan akses dari
semarang-Salatiga/solo/jawa timur
Jalan Arteri Jalan arteri sekunder di kawasan Danau Rawa
Sekunder Pening menghubungkan jalan arteri primer dengan
pusat-pusat kegiatan di seperti di Kota Salatiga
Jalan Kolektor Jalan kolektor sekunder di Danau Rawa Pening
Sekunder menghubungkan jalan arteri dengan pusat kegiatan
sekunder, atau menghubungkan antarpusat
sekunder maupun antara pusat sekunder dengan
pusat lingkungan.
Jalan kolektor sekunder juga berfungsi sebagai
penghubung pusat kegiatan sekunder kota dengan
lingkup regional. Jalan kolektor yang
menghubungkan kawasan dengan lingkup regional
diantaranya Ambarawa, kota salatiga
Jalan Lokal Jalan lokal di Kawasan Danau Rawa Pening
merupakan penghubung antara blok kawasan
dengan blok kawasan lainnya. Pada umumnya
menghubungkan jalan kolektor dengan pusat
kegiatan tersier kawasan.
Sumber: RTRW dan Hasil Survey, 2018
Tabel IV.18
Panjang Jalan Eksisisting di Kawasan Danau Rawa Pening
Desa
No Kelurahan/Desa Negara Provinsi Kabupaten
Aspal Berbatu Tanah
1 Kebumen 0.00 0.60 5.60 8.10 1.10 0.40
2 Rowoboni 0.00 1.20 2.70 3.00 0.80 0.40
3 Tegaron 0.00 1.60 6.30 7.10 0.90 0.70
4 Kebondowo 0.00 2.40 4.90 9.80 1.30 0.30
5 Banyubiru 0.00 1.50 4.50 11.54 2.06 0.60
6 Kalibeji 0.00 0.00 4.00 5.25 0.00 0.00
7 Sraten Masuk deliniasi kawasan non terbangun
8 Rowosari 0.00 0.00 0.50 5.20 0.00 0.00
9 Candirejo 0.00 0.00 2.80 11.65 0.00 0.00
10 Kesongo 1.00 0.00 0.00 5.20 0.00 0.50
11 Lopait 1.00 0.00 0.00 5.50 0.00 0.00
12 Tuntang 1.00 0.00 1.00 8.10 0.00 0.00
13 Pojoksari 0.00 0.00 2.00 5.00 0.00 0.00
14 Bejalen 0.00 0.00 0.00 3.00 2.00 0.00
15 Tambakboyo Masuk deliniasi kawasan non terbangun
16 Kupang Masuk deliniasi kawasan non terbangun
Penyediaan lahan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah hijau yang telah ditetapkan
Penataan lahan parkir harus berorientasi pada kepentingan kenyamanan pejalan kaki
4.2.7. Utilitas
4.2.7.1 Jaringan Air Bersih
Air merupakan material yang membuat kehidupan ada di bumi ini. Semua organisme yang hidup tersusun dari
sel-sel yang berisi air, minimal 60% dan aktivitas metabolismenya mengambil tempat di larutan air. Untuk
Tabel IV.19
Sumber Air Bersih Penduduk di Kawasan Danau Rawapening dsk
Sumur Sumur Tak Mata Air Mata Air Tak
No. Desa / Kelurahan Total
Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung
1 Kebumen 15 6 1327 41 1389
2 Rowoboni 9 1 376 6 392
3 Tegaron 54 1 1247 6 1308
4 Kebondowo 1188 15 294 12 1509
5 Banyubiru 506 75 176 22 779
6 Kalibeji 593 64 12 4 673
7 Sraten Masuk deliniasi kawasan non terbangun
8 Rowosari 10 0 201 247 458
9 Candirejo 807 101 6 9 923
10 Kesongo 678 208 417 73 1376
11 Lopait 637 349 22 26 1034
12 Tuntang 472 75 6 16 569
13 Pojoksari 93 17 0 1 111
14 Bejalen 282 10 2 0 294
15 Tambakboyo Masuk deliniasi kawasan non terbangun
16 Kupang Masuk deliniasi kawasan non terbangun
17 Lodoyong Masuk deliniasi kawasan non terbangun
18 Asinan 814 8 50 0 872
Sumber : Kecamatan Dalam Angka
Tabel IV.20
Jumlah Pelanggan Listrik
Sungai sebagai saluran drainase alami banyak terdapat di kawasan perencanaan. Muara dari sungai yang
terdapat di kawasan Danau Rawa Pening adalah Danau Rawapening. Beberapa sungai yang bermuara di Danau
Rawapening adalah: Galeh, Sungai Klegung, Sungai Torong, Sungai Panjang, Sungai Kupang, Sungai Parat,
Sungai Lijasan, Sungai Sraten, Sungai Rengas, Sungai Tuk Modin, Sungai Kedung Ringin, Sungai Ringgis.
Jaringan drainase yang melewati kawasan perencanaan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu jaringan drainase
primer, jaringan drainase sekunder, jaringan drainase tersier. Sebagai badan penerima air dari saluran drainase
ini adalah sungai. Sistem drainase penyaluran air buangan dan air hujan di kawasan perencanaan yaitu sistem
Tabel IV.21
Daerah Irigasi di Kawasan Danau Rawapening dsk
Luas Sawah Irigasi (ha)
Kelurahan Areal Panjang
No Nama DI semi Seder-
/Desa (ha) (m)
Teknis tek. hana jlh
Asinan Siblobok 33 - 33 - 33 1,000
Asinan Sigempol 21 - 21 - 21 900
ekonomi di Jawa khususnya jawa bagian tengah. untuk mengakses jogja dan solo dari semarang, akan melewati kawasan
Danau Rawa Pening. Dengan keberadaannya tersebut, maka perkembangan konstelasi kawasan akan memberikan dampak
bagi pertumbuhan kawasan. keberadaan PSN (proyek strategis nasional) Jalan Tol Semarang-Solo, Bawew/semarang-Jogja
menambah nilai kedudukan Kawasan Danau Rawapening
Tabel IV.22
Kriteria Kelas Kelerengan Tanah
Kelas Lereng Sudut Lereng Deskripsi Nilai
1 0-8% Datar 20
2 8-15% Landai 40
3 15-25% agak curam 60
4 25-40% Curam 80
5 >40% sangat curam 100
Tabel IV.24
Kriteria Kelas Intensitas Hujan
Kelas Lereng Intensitas Hujan (mm/ hari Deskripsi Nilai
hujan)
1 0-13,6 sangat rendah 10
2 13,6-20,7 rendah 20
3 20,7-27,7 sedang 30
4 27,7-34,8 tinggi 40
5 >34,8 sangat tinggi 50
Menurut Keppres 32/ 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang dimaksud dengan pengertian Kawasan
Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah, serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya dalam Keppres 57/ 1989 dan Keppres 32/ 1990 disebutkan
bahwa Kawasan Lindung yang dimaksud adalah meliputi :
Pada kawasan fungsi lindung, kawasan secara permanen dipertahankan sebagai hutan tetap. Perlindungan
daerah ini meliputi peruntukan sebagai hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam atau sebagai hutan
wisata. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna mengatur tata air, mencegah banjir, dan
erosi, serta guna memelihara kesuburan tanah. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang digunakan untuk
memproduksi hasil hutan untuk keperluan bahan bangunan, industri, dan komoditi ekspor. Hutan suaka alam
adalah kawasan hutan dengan sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati
dan atau manfaat lain. Pada beberapa lokasi dengan kelerengan 15-40% terdapat total skor tinggi yaitu 170-185,
sehingga cenderung digolongkan sebagai kawasan fungsi lndung. Kawasan ini dijumpai di Banyubiru dan
Ambarawa dengan jenis tanah Andosol dan Litosol yang peka terhadap erosi. Selengkapnya mengenai
identifikasi kawasan fungsi lindung adalah seperti pada tabel berikut.
Sempadan Sungai
Menurut Peraturan Menteri PU no.28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai dan sempadan
danau disebutkan sempadan sungai adalah garis di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas
perlindungan sungai. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan paling sedikit
berjarak 10 (sepuluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman
sungai kurang dari atau sama dengan 3 (tiga) meter; paling sedikit berjarak 15 (lima belas) meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter paling sedikit berjarak 30 (tiga puluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 (dua puluh) meter. Garis sempadan sungai
besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 100 (seratus) meter dari tepi
kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar
kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai. Garis sempadan sungai bertanggul di
luar kawasan perkotaan paling sedikit berjarak 5 (lima) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Berdasarkan kondisi kawasan Danau Rawa Pening, sempadan sungai adalah 5 meter.
Menurut Peraturan Menteri PU no.28/PRT/M/2015 tentang penetapan garis sempadan sungai dan sempadan
danau disebutkan sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan
Identifikasi kawasan fungsi budidaya bertujuan untuk mengidentifikasikan sebaran kawasan yang dimungkinkan
dikembangkan untuk kegiatan produksi, kegiatan permukiman, pembangunan sarana prasarana penunjang, yang
pada akhirnya mencakup kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan industri, kawasan pariwisata,
kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan, yang diidentifikasikan kemungkinan pengembangan kawasan baik
secara zoning maupun secara luasan. Kesesuaian kawasan untuk kegiatan budidaya, selain berdasar atas
perhitungan skor kesesuaian lahan seperti pada kawasan fungsi lindung dan penyangga
Tabel IV.26
Kriteria Kelas Kelerengan Lahan
Kelas Sudut Lereng (%) Kesesuaian Penggunaan
Lereng
1 0-5 Tanaman/ pertanian lahan basah
2 5-15 Pertanian lahan kering
3 15-25 Tanaman keras tahunan, baik sebagai tanaman produksi maupun sebagai
buffer
4 25-40 Tanaman keras tahunan terutama sebagai buffer
5 >40 Kawasan lindung
Berdasarkan kriteria tersebut, maka kemiringan tanah diklasifikasikan sesuai dengan kegunaan efektifnya dapat didiskripsikan
sebagai berikut:
Untuk kemiringan kurang dari 8% (datar) dapat digunakan untuk penggunaan tanaman lahan
basah, yang meliputi wilayah sekitar Rawa Pening (sebagian Ambarawa, Banyubiru, dan
Tuntang.
Kemiringan antara 8-15% (sedang/ berombak), masih dapat digunakan untuk penggunaan
lahan pertanian, khususnya pertanian tanaman lahan kering yang meliputi Bawen, Ambarawa,
Tuntang.
Kemiringan antara 15-25%, dapat digunakan untuk tanaman keras (tahunan) baik dengan
tanaman produksi maupun sebagai tanaman buffer, wilayah ini terdapat di Bawen, Ambarawa,
Banyubiru.
Kemiringan 25-45%, masih dapat digunakan untuk tanaman keras terutama sebagai fungsi
buffer yang meliputi Ambarawa dan Banyubiru
Selanjutnya menurut Mabery, klasifikasi lahan optimal berdasarkan tingkat kemiringan lahan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Tabel IV.27
Kelas Kemiringan Lahan terhadap Tingkat Kesesuaian Lahan Menurut Mabery
Kelas Kemiringan Lahan (%)
No Penggunaan Lahan
0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 >30
1 Rekreasi umum V V V V V V
2 Bangunan terhitung V V V V V V
3 Perumahan konvensional V V V V - -
4 Perkotaan V V V V - -
5 Jalan kota V V V - - -
6 Sistem septik V V - - - -
klasifikasi penilaian lahan untuk suatu wilayah berdasarkan metode FAO yang kriterianya dimodifikasi oleh PPT
Bogor 1983, adalah pembagian serta definisi secara kualitatif masing-masing kategori yaitu meliputi sebagai
berikut:
Order, adalah keadaan kesesuaian secara global meliputi order S (sesuai) dan order N (tidak
sesuai).
Kelas, adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam order yang meliputi:
- S1 (sangat sesuai), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
pengelolaan yang diberikan;
- S2 (cukup sesuai), lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak se-rius untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang diterapkan;
- S3 (hampir sesuai), lahan mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi
dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan (input) yang diperlukan;
- N1 (tidak sesuai saat ini), lahan mempunyai pembatas yang lebih seri us, tapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya saja tidak dapat dipertahankan menggunakan tingkat
modal normal; dan
- N2 (tidak sesuai untuk selamanya), lahan mempunyai pembatas perma-nen untuk mencegah
berlangsungnya penggunaan pada lahan tersebut.
Sub Kelas, adalah keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam
perbaikan yang harus dijalankan.
Beberapa pembatas yang digunakan dalam analisis pada tingkat sub kelas adalah:
s : sifat fisik tanah
n : kesuburan tanah
d : keasaman tanah
t : kelerengan lahan
d : kelas drainase
f : bahaya banjir
e : tingkat erosi
Berdasarkan atas faktor-faktor fisik serta penilaian lahan sesuai kategori tersebut maka dapat
diidentifikasi kesesuaian lahan wilayah Kabupaten Semarang untuk kawasan budidaya, yaitu:
Tabel IV.29
Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Pangan Lahan Kering (dalam Ha)
No Kecamatan Kesesuaian Lahan
S1 S2s S2e S3e S3s N1n N1e N1s N1t N2t
1 Tuntang 2.227,5 2.185 - 307,5 - - - - 265 270
2 Banyubiru 357,5 805 - - - - 1.975 - - 1.142,5
3 Ambarawa 2.590 - - 112,5 - - 970 - 750 617,5
4 Bawen - - - - - - - - - -
Tabel IV.30
Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tanaman Tahunan (dalam Ha)
No Kecamatan Kesesuaian Lahan
S1 S2s S2n S3e N2t
1 Tuntang 6.880 - - 637,5 260
2 Banyubiru 1.087,5 - - 2.180 1.522,5
3 Ambarawa 2.935 - - 1.500 605
4 Bawen 2.095 - 2.047,5 550 350
Keterangan : S1 : Sangat sesuai
S2s : Agak sesuai dengan faktor pembatas sifat fisik tanah
S2n : Agak sesuai dengan faktor pembatas kesuburan tanah
S3e : Kurang sesuai dengan faktor pembatas erosi
N2t : Tidak sesuai untuk selamanya dengan faktor pembatas kelerengan
Areal untuk aktivitas permukiman dan perekonomian adalah areal dengan keadaan dan sifat fisik yang meliputi
aksesibilitas, kemiringan, solum dan daerah erosi serta rawan banjir, sebagai batasannnya untuk kesesuaian
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang signifikan, sekitar 4% untuk seluruh kecamatan,
pertumbuhan penduduk dapat disebabkan semakin menariknya kawasan Danau Rawa Pening, sehingga banyak
penduduk melakukan perpindahan dalam kawasan, atau juga dapat dibebabkan adanya urban sprawl dari
Ungaran dan Kota Semarang yang mengarah ke kawasan Danau Rawa Pening. Berdasarkan data statistic
dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan penduduk sebesar 1.69%. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini
Tabel IV.32
Proyeksi Jumlah Penduduk Kawasan Danau Rawa Pening
Proyeksi Penduduk
Kelurahan/Desa Penduduk 2018
2023 2028 2033 2038
Pojoksari 2,824 3,071 3,339 3,631 3,948
Bejalen 2,100 2,284 2,483 2,700 2,936
Lodoyong - - - - -
Kupang 36 39 43 46 50
Tambakboyo - - - - -
Banyubiru 11,732 12,757 13,872 15,085 16,404
Rowoboni 2,840 3,088 3,358 3,652 3,971
Kebumen 9,788 10,644 11,574 12,585 13,685
Tegaron 3,080 3,349 3,642 3,960 4,306
Kebondowo 2,624 2,853 3,103 3,374 3,669
Asinan 5,616 6,107 6,641 7,221 7,852
Tuntang 8,356 9,086 9,881 10,744 11,683
Lopait 6,136 6,672 7,256 7,890 8,579
Kesongo 9,248 10,056 10,935 11,891 12,930
Candirejo 6,880 7,481 8,135 8,846 9,620
Rowosari 2,220 2,414 2,625 2,854 3,104
Sraten - - - - -
Total 73.480 79,903 86,886 94,481 102,739
Tabel IV.33
Arah Kepadatan Penduduk Kawasan Danau Rawa Pening
Kupang 189
Tambakboyo 189
Banyubiru 674 17 19 21 22 24
Rowoboni 523 5 6 6 7 8
Kebumen 396 25 27 29 32 35
Tegaron 593 5 6 6 7 7
Kebondowo 693 4 4 4 5 5
Asinan 798 7 8 8 9 10
Tuntang 272 31 33 36 40 43
Lopait 365 17 18 20 22 24
Kesongo 429 22 23 25 28 30
Candirejo 486 14 15 17 18 20
Rowosari 493 5 5 5 6 6
Sraten 165 - - - - -
Tabel IV.34
Kebutuhan Rumah Kawasan Danau Rawa Pening
Kelurahan/Des Kebutuhan Rumah (unit)
a 2023 2028 2033 2038
Pojoksari 49 103 161 225
Bejalen 37 77 120 167
Lodoyong 0 0 0 0
Kupang 1 1 2 3
Tambakboyo 0 0 0 0
Banyubiru 205 428 671 934
Rowoboni 50 104 162 226
Kebumen 171 357 559 779
Dari proyeksi kebutuhan rumah diatas diketahui bahwa pada tahun 2038 dibutuhkan penambahan rumah
sebanyak 5.852 dari kondisi eksisting pada tahun 2018. Untuk kebutuhan ruang permukiman, Acuan berdasarkan
ketentuan SNI-03-1773-2004, yaitu bahwa dalam perencanaan kebutuhan ruang untuk permukiman
dikelompokan berdasarkan tipe wujud fisik arsitektural dibedakan atas:
b. Hunian Bertingkat
Hunian bertingkat adalah rumah susun (rusun) baik untuk golongan berpenghasilan rendah (rumah susun
sederhana sewa), golongan berpenghasilan menengah (rumah susun sederhana) dan maupun golongan
berpenghasilan atas (rumah susun mewah ≈ apartemen). Bangunan rumah bertingkat dengan kepemilikan
dan dihuni pihak yang berbeda dan terdapat ruang serta fasilitas bersama. Untuk kawasan danau
rawapening yang dalam RTRW Provinsi merupakan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, maka dirasa hunian bertingkat berupa rumah susun belum sesuai
dengan arahan pengembangan kawasan dan juga kepadatan penduduk belum sampai >200 jiwa/Ha. Untuk
kelurahan yang memiliki kepadatan mendekati 150 jiwa/Ha kelurahan tersebut disarankan adanya hunian
bertingkat. Salah satu kelurahan tersebut adalah Kelurahan Banyubiru.
4.3.3.2 Kesehatan
Perhitungan proyeksi kebutuhan sarana kesehatan dilakukan dengan membagi jumlah proyeksi penduduk setiap
tahun dengan standar pelayanan sarana kesehatan. Dari hasil pembagian tersebut akan diperoleh kebutuhan
sarana kesehatan, barulah dibandingkan dengan jumlah fasilitas saat ini. Setelah itu barulah dapat diketahui
berapa jumlah penambahan fasilitas yang diperlukan sehingga dapat melayani seluuh penduduk yang ada.
Berikut standar pelayanan sarana kesehatan yang digunakan untuk melakukan proyeksi berdasarkan jumlah
penduduk, luas lahan minimum dan radius pelayanan:
Posyandu : 1250 jiwa, 60 m², dengan radius 500 m
Puskesmas pembantu : 30.000 jiwa, 300 m², dengan radius 1500 m
Puskesmas / baai pengobatan: 120.000, 1000 m², dengan radius 3000 m
BKIA dan Rumah Bersalin, berdasarkan standar perencanaan 1 BKIA dan Rumah Sakit Bersalin untuk
melayani 30.000 jiwa atau lingkungan
Tambakboyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Banyubiru 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rowoboni 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebumen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tegaron 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kebondowo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Asinan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tuntang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lopait 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kesongo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Candirejo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rowosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sraten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis 2018
Berdasarkan tabel hasil perhitungan kebutuhan Rumah Sakit dan RSIA diatas dengan pertimbangan jumlah
penduduk, dikawasan Danau Rawa Pening, sehingga hingga akhir tahun perencanaan yaitu 2038, kawasan
Danau Rawa Pening tidak membutuhkan infrastruktur Rumah Sakit dan RSIA. Untuk pemenuhan kebutuhan
fasilitas Rumah Sakit dan RSIA dari Kota Ambarawa dan Kota Salatiga yang berbatasan langsung dengan
kawasan dengan fasilitas kesehatan yang lengkap
Asinan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tuntang 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lopait 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kesongo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Candirejo 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Rowosari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sraten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 2 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis 2017
Berdasarkan tabel hasil perhitungan kebutuhan puskesmas dan puskesmas pembantu diatas, sampai akhir tahun
perencanaan belum dibutuhkan penambahan puskesmas dan puskesmas pembantu . keberadaan 2 puskesmas
dan 2 puskesmas pembantu yang tersebar di bagian selatan dan utara kawasan sudah mampu dijangkau seluruh
kawasan Danau Rawa Pening. Yang diperlukan adalah peningkatan pelayanan.
Lodoyong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kupang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tambakboyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Banyubiru 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2
Rowoboni 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Kebumen 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2
Tegaron 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2
Kebondowo 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2
Asinan 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Tuntang 0 0 0 0 0 4 1 2 2 2
Lopait 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1
Kesongo 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
Candirejo 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2
3 0 0 0 0 7 14 17 17 20
Sumber: Hasil Analisis 2017
Berdasarkan tabel hasil perhitungan kebutuhan poliklinik dan praktek dokter diatas, untuk poliklinik sampai tahun
2038 tidak membutuhkan penambahan, karena kondisi eksisting sudah mampu melayani penduduk pada tahun
2038. Untuk praktek dokter pada akhir tahun perencanaan membutuhkan penambahan sebanyak 13 unit.dengan
kebutuhan ruang seluas 216 m2 dengan radius jarak 1,5km
4.3.3.3 Peribadatan
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikanstruktur penduduk
menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah
agamanya.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut;
kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar;
kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;
kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid kelurahan; dan
kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid kecamatan.
Untuk sarana ibadah agama Islam, luas lahan minimal direncanakan sebagai berikut:
a) musholla/langgar dengan luas lahan minimal 45 m2;
b) mesjid dengan luas lahan minimal 300 m2;
c) mesjid kelurahan dengan luas lahan minimal 1.800 m2;
d) mesjid kecamatan dengan luas lahan minimal 3.600 m2;
Untuk menghitung kebutuhan fasilitas peribadatan, terlebih dahulu dilakukan perhitungan komposisi agama
penduduk dengan menggunakan prosentase yang ada. dengan menggunakan prosentase agama penduduk,
Tabel IV.39
Prosentase Pemeluk Agama di Kawasan Danau Rawa Pening
Pemeluk Agama
Kecamatan
Islam Kristen Katholik Hindu Budha Khong hucu Lainnya
1 Tuntang 91.77% 5.27% 2.36% 0.01% 0.56% 0.00% 0.02%
2 Banyubiru 95.97% 1.84% 2.12% 0.04% 0.02% 0.00% 0.01%
3 Ambarawa 82.63% 6.97% 10.14% 0.07% 0.10% 0.04% 0.06%
4 Bawen 90.98% 2.37% 6.44% 0.14% 0.02% 0.01% 0.02%
dibawah ini adalah proyeksi komposisi penduduk Kawasan Danau Rawa Pening sampai akhir tahun
perencanaan
Dilihat dari hasil analisis proyeksi sarana peribadatan masjid dan mushola, maka pada akhir tahun perencanaan
tidak dibutuhkan penambahan masjid, Hal itu dikarenakan jumlah eksisting sarana peribadatan masjid sudah
melebihi kebutuhan sarana peribadatan. Adapun sarana peribadatan yang membutuhkan penambahan adalah
sarana peribadatan berupa Langgar/Mushola sebanyak 202 yang menyebar di seluruh kawasan. jika dihitung
luasanya makan dibutuhkan alokasi ruang sebesar 9.101m2. Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan
sebagai berikut: a) katolik mengikuti paroki; b) hindu mengikuti adat; dan c) budha dan kristen protestan
mengikuti sistem kekerabatan atau hirarki lembaga
4.3.3.4 Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan bagian penting yang akan mempengaruhi pertumbuhan kawasan. Kelengkapan
sarana pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Semakin baik
kualitas sumber daya manusia di suatu daerah maka akan semakin maju dan berkembang lebih cepat daerah
tersebut.
Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan dilakukan dengan membandingkan jumlah penduduk dengan standar
pelayanan masing-masing sarana. Berikut standar pelayanan penduduk, luas lahan minimal dan radius
pelayanan masing-masing sarana pendidikan :
TK : 1250 jiwa, 500 m², dengan radius 500 m
SD : 1600 jiwa, 2.000 m², denga radius 1.000 m
Tabel IV.41
Jumlah Kebutuhan TK dan SD di Kawasan
Kebutuhan TK Kebutuhan SD
No Kelurahan 202
2018 3 2028 2033 2038 2018 2023 2028 2033 2038
1 Pojoksari 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
2 Bejalen 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1
3 Lodoyong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kupang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Tambakboyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Banyubiru 3 10 11 12 13 8 9 9 10 8
7 Rowoboni 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
8 Kebumen 3 9 9 10 11 7 7 8 9 7
9 Tegaron 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2
10 Kebondowo 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2
11 Asinan 2 5 5 6 6 4 4 5 5 4
12 Tuntang 4 7 8 9 9 6 6 7 7 6
13 Lopait 6 5 6 6 7 4 5 5 5 4
14 Kesongo 2 8 9 10 10 6 7 7 8 6
15 Candirejo 2 6 7 7 8 5 5 6 6 5
16 Rowosari 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
17 Sraten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 64 70 76 82 41 50 54 59 64
Sumber: Hasil Analisis 2018
Pada tabel proyeksi kebutuhan TK dan SD diatas, diketahui bahwa pada akhir tahun perencanaan dibutuhkan
penambahan 52 unit TK yang tersebar ke seluruh kawasan dan penambahan 23 SD/setingkatnya. Sehingga
kebutuhan ruang untuk TK adalah 23.500 m2 dan kebutuhan ruang untuk SD 48.000m2
Kebutuhan penambahan sekolah pada tahun 2038 untuk tingkat SMP/sederajat sebanyak 14 unit yang tersebar
di seluruh kawasan, dan untuk tingkat SMU/SMK dibutuhkan penambahan 17 unit yang tersebar merata di
seluruh kawasan. sehingga untuk kebutuhan ruang diperlukan alokasi untuk SMP seluas 126.000m2 dan untuk
SMA/SMK diperlukan alokasi ruang seluas 225.000m2
Tabel IV.43
Jumlah Kebutuhan Pasar dan Swalayan
Pertokoan Warung/Toko
No Kelurahan
2018 2023 2028 2033 2038 2018 2023 2028 2033 2038
1 Pojoksari 1 1 1 1 1 49 12 13 15 16
2 Bejalen 0 0 0 0 0 28 9 10 11 12
3 Lodoyong 1 0 0 0 0 46 0 0 0 0
4 Kupang 4 0 0 0 0 170 0 0 0 0
5 Tambakboyo 0 0 0 0 0 48 0 0 0 0
6 Banyubiru 2 2 3 3 2 2 51 55 60 66
7 Rowoboni 0 1 1 1 1 1 12 13 15 16
Pada tahun 2038 diproyeksikan kebutuhan penambahan pertokoan sebanyak 5 unit. dengan menggunakan
standar luas lahan minimal 3000 m2, maka kebutuhan lahan untuk pertokoan seluas 15.000m 2. Untuk jumlah
warung dan toko, tidak perlu penambahan, karena yang ada sekarang masih mampu untuk melayani seluruh
kawasan pada tahun 2038.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk sampai tahun 2038 diketahui bahwa untuk sarana RTH berupa taman dan
lapangan olahraga skala besar belum dibutuhkan kawasan sama dengan kuburan/pemakaman umum belum
dibutuhkan, kuburan/makam yang berada di kawasan saat ini masih mampu menampung kebutuhan masyarkat.
Yang dibutuhkan adalah taman setingkat RT atau lingkungan permukiman dibutuhkan sebanyak 411 unit dengan
luas kebutuhan ruang adalah 102.750 m2 dan taman setingkat RW dibutuhkan sebanyak 41 dengan kebutuhan
ruang seluas 51.250 m2 . untuk taman dan lapangan olahraga dibutuhkan 1 unit, membutuhkan 9.000 m2
Tabel IV.45
Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Skala RW
Balai Pertemuan Pos Hansip Gardu listrik Parkir Umum
No Kelurahan 202 202 203 202 202 203 203 202 202 203 203 202 202 203 203
3 8 2033 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8 3 8
1 Pojoksari 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
2 Bejalen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Lodoyong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kupang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Tambakboyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Banyubiru 5 6 6 7 5 6 6 7 5 6 6 7 5 6 6 7
7 Rowoboni 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2
8 Kebumen 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5
9 Tegaron 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2
10 Kebondowo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Asinan 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3
12 Tuntang 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5
13 Lopait 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
14 Kesongo 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5
15 Candirejo 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4
16 Rowosari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 Sraten 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 35 38 41 32 35 38 41 32 35 38 41 32 35 38 41
Tabel IV.47
Kriteria Fasilitas Tempat Perhentian
Zona Tata Guna Lahan Lokasi Jarak Tempat Henti (m)
1 Pusat kegiatan sangat padat : pasar, Central Bussiness District 200-300*)
pertokoan (CBD), kota
2 Padat : perkantoran, sekolah, jasa Kota 300-400
3 Permukiman Kota 300-400
Keterangan : *) jarak 200 m digunakan bila sangat diperlukan saja, sedangkan jarak umumnya 300 m
Sumber : Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum, Departemen Perhubungan
Dirjen Perhubungan Darat.
Tata letak perhentian angkutan umum mengikuti kriteria dari Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat
Pemberhentian Penumpang Umum meliputi:
a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyembarangan pejalan kaki adalah 100 m.
b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 m atau bergantung pada panjang antrean.
c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang membutuhkan ketenangan adalah 100 m.
d. Peletakan dipersimpangan menganut sistem campuran, yaitu antara sesudah persimpangan (farside) dan
sebelum persimpangan (nearside).
e. Peletakan di ruas jalan.
Lokasi yang digunakan untuk tempat henti didasarkan pada tingkat pemakaian, ketersediaan lahan dan kondisi
lingkungan. Tidak semua teluk angkutan umum harus memiliki tempat perlindungan atau shelter dengan
pertimbangan bahwa tempat perhentian atau shelter direncanakan disetiap teluk angkutan umum yang rentang
waktu untuk mendapatkan angkutan umumnya relatif lama. Lokasi untuk rencana teluk angkutan umum dan
tempat pemberhentian (shelter) di Kawasan Danau Rawa Pening diarahkan di ruas jalan kolektor primer (berupa
tempat perhentian/shelter), ruas jalan kolektor sekunder, ruas jalan lokal primer dan ruas jalan lokal sekunder
(berupa teluk angkutan umum). Arahan pengembangan rute angkutan umum untuk Kawasan Danau Rawa
Pening adalah dengan memisahkan jalur angkutan regional dan lokal.
Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan air bersih penduduk Kawasan Danau Rawa Pening pada tahun 2038
diperkirakan sebesar 11.095.780 liter/hari. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sesuai standar pelayanan air
bersih, maka sistem pelayanan air bersih di Kawasan Danau Rawa Pening direncanakan dengan peningkatan
jaringan perpipaan yang sudah ada. Selain jaringan perpipaan, pelayanan air bersih juga melalui pengembangan
sistem non perpipaan. Pengembangan sistem perpipaan perlu dibuat tempat penampungan untuk menampung
air dari sumber air dan dialirkan ke bak bak penampungan supaya pendistribusian air ke penduduk menjadi
optimal. Serta pembuatatan kran umum dan hidran pada tempat tempat strategis di pusat permukiman,
perkantoran, wisata dan perdagangan dan jasa. Arahan pengembangan air bersih di Kawasan Danau Rawa
Pening :
• Menambah jaringan perpipaan untuk mendistribusikan air bersih dari sumber air ke penduduk
• Pengembangan SPAM yang dikelola oleh masyarakat dan individu (Non PDAM)
• Memaksimalkan air permukaan Danau Rawa Pening sebagai sumber air baku
• Revitalisasi sumber-sumber air bersih terhadap kebutuhan dan zona pelayanan
• Menempatkan kran-kran umum pada tempat-tempat publik dan pusat kegiatan
• menempatkan hidran kebakaran sebagai sarana penanggulangan kebakaran
• Melestarikan wilayah hulu (daerah resapan air) dalam upaya menjaga agar debit mata air dan sungai, tetap
stabil sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi.
• Peningkatan dan pengembangan unit distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan
penampung, alat ukur, dan peralatan pemantauan
Tabel IV.49
Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kawasan Danau Rawa Pening Tahun 2038
Kebutuhan Listrik 2038 (Kwh)
N
Kelurahan Penerangan
o Perumahan Komersial Sosial Perkantoran Cadangan Jumlah
Jalan
1 Pojoksari 296.14 207.30 44.42 29.61 14.81 2.96 595.23
2 Bejalen 220.21 154.15 33.03 22.02 11.01 2.20 442.63
3 Lodoyong 0 0 0 0 0 0 0
4 Kupang 3.78 2.64 0.57 0.38 0.19 0.04 7.59
5 Tambakboyo 0 0 0 0 0 0 0
6 Banyubiru 1,230.26 861.18 184.54 123.03 61.51 12.30 2,472.83
7 Rowoboni 297.81 208.47 44.67 29.78 14.89 2.98 598.61
8 Kebumen 1,026.41 718.49 153.96 102.64 51.32 10.26 2,063.08
9 Tegaron 322.98 226.09 48.45 32.30 16.15 3.23 649.19
10 Kebondowo 275.16 192.61 41.27 27.52 13.76 2.75 553.08
11 Asinan 588.92 412.24 88.34 58.89 29.45 5.89 1,183.72
12 Tuntang 876.24 613.37 131.44 87.62 43.81 8.76 1,761.25
13 Lopait 643.45 450.41 96.52 64.34 32.17 6.43 1,293.32
14 Kesongo 969.78 678.85 145.47 96.98 48.49 9.70 1,949.26
15 Candirejo 721.46 505.02 108.22 72.15 36.07 7.21 1,450.14
16 Rowosari 232.80 162.96 34.92 23.28 11.64 2.33 467.92
17 Sraten 0 0 0 0 0 0 0
Total 15,487.86
Dari hasil analisa terlihat bahwa jumlah kebutuhan listrik Kawasan Danau Rawa Pening sampai pada akhir tahun
rencana adalah sebesar 15,487 kwh. Perencanaan jaringan listrik di Kawasan Danau Rawa Pening adalah
Tabel IV.45
Proyeksi Kebutuhan Telepon di kawasan Tahun 2038
N Kebutuhan Telepon
Kelurahan
o Perumahan Komersial Total
1 Pojoksari 20 4 24
2 Bejalen 15 3 18
3 Lodoyong 0 0 0
4 Kupang 0 0 0
5 Tambakboyo 0 0 0
6 Banyubiru 82 16 98
7 Rowoboni 20 4 24
8 Kebumen 68 14 82
9 Tegaron 22 4 26
10 Kebondowo 18 4 22
11 Asinan 39 8 47
12 Tuntang 58 12 70
Berdasarkan permasalahan jaringan telekomunikasi di Kawasan Danau Rawa Pening maka arahan
pengembangan jaringan telekomunikasi di kawasan adalah sebagai berikut:
• Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan ekonomis sesuai dengan
kebutuhan serta arah pengembangan kota;
• Pengaturan zona-zona pembangunan tower-tower transmisi selular baik yang berada di tengah kota dan
pada bangunan-bangunan bertingkat sesuai dengan kriteria teknis, kriteria keselamatan penerbangan, kriteria
geologi setempat ,kriteria estetika kota dan pola pemanfaatan lahan disekitarnya dan memberikan rasa aman
bagi penduduk
• Pengembangan jaringan kabel dan nir kabel (fiber optik).
• Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nir-kabel di wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi untuk setiap 3.000
– 10.000 sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center, yang berfungsi sebagai
pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
• Penempatan area BTS receiver bersama dengan radius penempatan 15 km, dan BTS induk 70 – 100 m
4.3.8.5 Analisis Prasarana Jaringan Air Kotor dan Pengolahan Air Limbah
Pada dasarnya air limbah di Kawasan Danau Rawa Pening terdiri dari 2 bentuk yaitu air kotor ( Grey Water) dan limbah
manusia (BlackWater). Grey Water yaitu limbah manusia dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari sisa kegiatan pemakaian
air domestik, seperti air bekas mandi, mencuci dan sebagainya. Sedangkan Black Water yaitu buangan limbah padat yang
berasal dari kotoran manusia.
Pembuangan air limbah di Kawasan Danau Rawa Pening sebagian menggunakan sistem setempat, dimana 79% penduduk
sudah memiliki Tangki Septik/ Cubluk dan diprediksi tangki septik yang layak disebut tangki septik < dari 20 % sedangkan
sisanya diperkirakan cubluk dengan pelayanan individu sedangkan 5 % menggunakan pelayanan umum komunal dan
sisanya menggunakan cara yang belum layak yaitu ke perairan terbuka atau ke kebun.
Permasalahan umum yang terjadi terkait dengan prasarana air limbah di wilayah perencanaan adalah :
Belum adanya instalasi pengolahan lumpur septic yang dapat menampung buangan yang dihasilkan di wilayah
perencanaan dan sekitarnya.
Kurangnya armada pengangkutan limbah dari perkotaan sekitarnya (ambarawa/salatiga), dimana armada yang ada
tidak mencukupi untuk mengantisipasi perkembangan wilayah perencanaan yang cukup pesat.
Masih bercampurnya saluran pembuangan limbah dengan saluran drainase diakibatkan masih kurangnya kesadaran
penduduk dalam mengelola limbah.
Masih kurangnya kesadaran dan kepedulian sebagian masyarakat dalam menjaga kesehatan lingkungan dalam hal ini
pembuangan limbah rumah tangga dan pribadi dibuang langsung ke sungai.
Berdasarkan petunjuk standar nasional untuk subsektor pengelolaan limbah manusia dan limbah cair khusunya
pada daerah terbangun di perkotaan maka penentuan kebutuhan dasar untuk pengelolaan limbah manusia
dalam tahap awal adalah dengan penyediaan fasilitas umum seperti jamban yang tepat sesuai dengan adat
kebiasaan yang dapat diterima secara lingkungan dan sehat dari sudut bangunannya.
Bila dilihat dari kepadatan penduduk yang relatif sedang dan letak permukiman dan perdagangan jasa mengikuti
jalur utama, maka kecenderungan pengolahan air limbah bisa dilakukan secara terpusat. Sistem pengolahan air
limbah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sistem pengelolaan limbah terpusat dengan sistem
pembuangan tersambung melalui jaringan pipa pembuangan.
Melihat kondisi dan perkembangan Kawasan Danau Rawa Pening arahan sistem pengelolaan air limbah
kedepan diarahkan melalui pengembangan sistem pembuangan air limbah setempat dan/atau sistem
pembuangan air limbah terpusat. Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual maupun
Memperketat izin pembangunan kawasan permukiman baru yang wajib memiliki penyaluran air limbah
domestik
Penerapan secara ketat effluent standar air limbah sesuai peraturan dan baku mutu
Peningkatan pelayanan melalui penambahan sarana MCK dan sarana penyedotan tinja
Tabel IV.52
Proyeksi Volume Timbulan Sampah yang Akan Ditangani tahun 2038
Berdasarkan analisis, proyeksi timbulan sampah Kawasan Danau Rawa Pening adalah sebesar 385liter/hari.
Sebagaimana halnya pelaksanaan pengelolaan sampah yang sudah berjalan diberbagai kota di Indonesia,
umumnya pemerintah mempunyai kewenangan penanganan sampah mulai dari TPS sampai ke TPA. Sementara
dari sistem pewadahan sampai ke TPS dilakukan oleh Rukun Warga setempat. Mengacu pada konsep ini pada
akhirnya beban pemerintah dalam penanganan sampah adalah menyediakan sarana dan prasarana untuk
kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Sarana dan prasarana dimaksud meliputi kebutuhan
TPS, container dan gerobak, kebutuhan truk sampah, TPA. Berdasarkan volume timbulan sampah yang telah
dihitung, maka sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah TPS disetiap kelurahan/desa, container berjumlah
45 unit dan gerobak sebanyak 106 yang tersebar di tingkat RT dan untuk mengangkut sampah disesuiakan
jumlah armada dan frekuensi layanan sehingga seluruh sampah dapat terangkut. Adapun Arahan pengembangan
sistem persampahan di kawasan diarahkan melalui:
Salah satu metode yang dalam digunakan dalam pengelolaan sampah adalah Pengelolaan menggunakan
konsep 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Reduce adalah mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah, Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama
ataupun fungsi lainnya dan Recycle adalah mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk
baru yang bermanfaat. Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam
mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau reuse,
reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi
kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTS; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru
Tabel 53 : PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2012-2016 (milyar rupiah)
Itu jika menggunakan data buruh atau tenaga kerja. Demikian pula jika menggunakan data lain, seperti
PDRB.
Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah :
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada
tingkat wilayah acuan
Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah
dari pada tingkat wilayah acuan
Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan.
Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan
wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah permintaan wilayah akan
suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah
lain.
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Semarang Periode 2012-2016
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Boyolali Periode 2012-2016
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Grobogan Periode 2012-2016
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kota Semarang Periode 2012-2016
Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis Shift-share
menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional.
Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional,
maka akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.
Analisis Shift-share dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini digunakan untuk
menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan pertumbuhan) suatu
variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data yang dapat digunakan dalam
analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan, Pendapatan Regional
Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel lain dalam kurun waktu tertentu.
Dalam analisis Shift-share, perubahan ekonomi ditentukan oleh tiga komponen sebagai berikut.
3. regional share
Pengaruh Bauran Industri disebut proportional shift atau bauran komposisi. Analisis proportional shift
dilakukan dengan membandingkan suatu sektor sebagai bagian dari perekonomian daerah dengan
sektor tersebut sebagai bagian dari perekonomian nasional. Komponen ini menunjukkan apakah
aktivitas ekonomi pada sektor tersebut tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan aktivitas ekonomi secara nasional.
Pengaruh bauran industri akan positif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sector lebih besar
daripada pertumbuhan variabel regional total sektor di tingkat nasional. Sebaliknya bauran industri akan
negatif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sector lebih kecil dibandingkan pertumbuhan
variabel tersebut di tingkat nasional. Nilai positif atau negatif tersebut akan menunjukkan tingkat
spesialisasi suatu sektor, yaitu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat terhadap perekonomian nasional.
Jadi, suatu daerah yang memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat secara nasional
akan memiliki pengaruh bauran industri yang positif. Demikian juga sebaliknya, suatu daerah yang
memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih lambat secara nasional akan memiliki pengaruh
bauran industri yang negatif.
Perbandingan PDRB Prov Jawa Tengah dengan Kab Semarang, Atas Dasar Harga Konstan, 2010,
Menurut Lapangan Usaha – Periode 2012 dan 2016 (milyar rupiah)
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa selama tahun 2012-2016, nilai PDRB sector
Kab Semarang telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh
sebesar 5.979 milyar rupiah atau sebesar 24.6 %, sedangkan Perekonomian Provinsi Jawa
Tengah tumbuh sebesar 158.040 milyar rupiah atau sebesar 22.86%
Menurut perhitungan komponen pertumbuhan provinsi telah mempengaruhi pertumbuhan Kab
Semarang sebesar 5.556,5 milyar rupiah atau sebesar 92.92%, Namun Sebenarya
6. Karakter
Karakter atau identitas harus dapat membuat kawasan mudah dikenali. Hal tersebut didukung oleh elemen-
elemen perancangan yang khas. Dengan adanya karakter khusus, diharapkan kawasan tersebut dapat
menarik pengunjung.
7. Keberlanjutan
Tabel IV.53
Jenis Kegiatan Dan Dampak Yang Ditimbulkan
Dampak yang Ditimbulkan
No Kegiatan Polusi Polusi Bongkar Keterangan
Macet Parkir
Suara Udara muat
1. Warung - - - - -
2. Rumah Makan - - V V - Tergantung skala
3. Sektor Informal - - V V - Waktu tertentu
4. Pasar V - V V V Tergantung skala
5. Toko/Pertokoan - - V V V Tergantung skala
Bukan hanya kegiatan perdagangan dan jasa yang mempunyai KDB 70%, tetapi kawasan permukiman yang
berada di pusat aktivitas kawasan mempunyai KDB 70%. Ini menunjukkan kepadatan bangunan di pusat aktivitas
tinggi. Pada kawasan pinggiran yang jauh dari pusat aktivitas tingkat kepadatan bangunan terlihat cukup rendah
berkisar antara 50-60%. Kecenderungan bangunan yang ada di kawasan pinggiran ini masih jarang dan
mempunyai lahan yang cukup luas sehingga jarak antar bangunan tempat tinggal cukup jauh yang bisa berjarak
lebih dari 5 meter.
Pada jalan arteri primer yaitu jalan Tuntang-Salatiga saat ini KDB Cukup tinggi, hal ini karena keterbatasan lahan.
Untuk itu perlu dilakukan pengendalian sehingga kepadatan bangunan yang ada tidak mengganggu fungsi jalan.
Dibawah ini adalah KDB di dalam Kawasan Danau Rawa Pening
Tabel IV.54
KDB Kawasan Danau Rawa Pening
No Fungsi KDB
1 Permukiman 50%
2 Perdagangan 70%
3 Perkantoran 60%
4 Sarana 60%
5 Peruntukkan Khusus 60%
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di Kawasan Danau Rawa Pening bervariasi, antara 0,6 sampai dengan 2. KLB
tertinggi terdapat di kawasan perkotaan Banyubiru dan kawasan permukiman yang berbatasan dengan
Ambarawa dengan KLB 2 lantai . Di Jalur Tuntang-Salatiga KLB juga cukup tinggi karena pada bagian
merupakan kawasan dengan mobilitas yang tinggi sehingga banyak terdapat aktivitas perdagangan, hotel dan
lainnya.
Kawasan permukiman yang ada Kawasan Danau Rawa Pening sebagian besar mempunyau koefisien lantai
dasar bangunan sekitar 0,5 – 0.6 untuk permukiman yang bercorak perdesaan. Sementara kawasan permukiman
bercorak kekotaan mempunyai koefisien lantai bangunan lebih besar dibandingkan dengan permukiman yang
berada di pinggiran . Koefisien Lantai Bangunan di kawasan pusat akrivitas mencapai 1 sampai dengan 2. Tetapi
permukiman di pinggiran juga sudah ada yang memiliki koefisien lantai bangungan mencapai 2 yaitu bangunan
rumah 2 lantai. Kawasan permukiman yang dominan mempunyai ketinggian bangunan lebih dari 1 lantai adalah
kawasan permukiman yang berada di sisi jalan utama.
Tabel IV.55
KLB Kawasan Danau Rawa Pening
No Fungsi KLB
1 Permukiman 1-2
2 Permukiman 1-2
Tabel IV.56
GSB Penggunaan Kawasan
No Fungsi GSB
1 Permukiman - 8 meter pada arteri primer
- 6 meter di jalan sekunder
- 4 meter di jalan lokal
2 Perdagangan 6 meter
3 Perkantoran 6 meter
4 Sarana 6 meter
5 Peruntukkan Khusus 8 meter
Danau
Rawa Pening
Lingkungan
Adapun prinsip-prinsip yang dalam penerapan konsep pengembangan kawasan Danau Rawa secara
berkelanjutan:
1. Kelayakan Ekonomi, kawasan wisata yang direncanakan layak secara ekonomi sehingga
memberikan keuntungan secara ekonomi
2. Peningkatan kesejahteraan, pengembangan kepariwisataan memberikan peningkatan
kesejahteraan kawasan/kemajuan ekonomi
3. Peningkatan kualitas SDM, pengembangan pariwisata harus diiringi dengan peningkatan
kualitas mayrakat
4. Peningkatan kondisi sosial, pengembangan pariwisata tidak merusak struktur sosial
masyarakat
5. Kepuasan Pengunjung, kawasan pariwisata yang dikembangkan mampu memberikan
kepuasan bagi pengunjung sehingga
6. Keterlibatan masyarakat setempat, masyarakat terlibat langsung dalam pengelolaan kawasan
pariwisata
7. Kesejahteraan masyarakat meingkat
8. Kekayaan budaya, menjadi nilai lebih dan dengan adanya aktivitas wisata budaya masyarakat
tidak berubah
9. Adanyan integrasi fisik kawasan
10. Keanekaragaman hayati tetap terjaga
11. Efisiensi sumber daya
12. Lingkungan alami tetap terjaga
Sempadan waduk
daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antar 50- 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat
Tabel IV.58
Kriteria Pengklasifikasian Zona dan Sub Zona Kawasan Budidaya
NO ZONA KODE DEFINISI TUJUAN PENETAPAN KRITERIA PERENCANAAN
I. ZONA PERUMAHAN
Definisi :
Peruntukkan tanah yang yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.
Tujuan Penetapan :
Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi;
Mengakomodasi bermacam tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat;
Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
1. Rumah R-1 Peruntukan tanah yang merupakan bagian dari Bertujuan menyediakan zona untuk pembangunan unit Zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki
kepadatan kawasan budidaya difungsikan untuk tempat hunian dengan tingkat kepadatan sangat tinggi. Dalam kepadatan bangunan diatas 1000 rumah/hektar
sangat tinggi tinggal atau hunian dengan perbandingan yang pembangunan rumah dengan kepadatan sangat tinggi
sangat besar antara jumlah bangunan rumah berlaku kepemilikan berdasarkan strata title, dimana
dengan luas lahan setiap pemilik unit hunian memiliki hak menggunakan
bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama dan kewajiban yang sama dalam menyediakan
fasilitas lingkungan di dalam satuan perpetakannya
(apartemen/rumah susun)
2. Rumah R-2 Peruntukan tanah yang merupakan bagian dari Bertujuan menyediakan zona untuk pembangunan unit Zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki
kepadatan kawasan budidaya difungsikan untuk tempat hunian dengan tingkat kepadatan tinggi. kepadatan bangunan 100-1000 rumah/hektar
tinggi tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
besar antara jumlah bangunan rumah dengan
luas lahan
3. Rumah R-3 Peruntukan tanah yang merupakan bagian dari Bertujuan menyediakan zona untuk pembangunan unit Zona dengan wilayah perencanaan yang memiliki
kepadatan kawasan budidaya difungsikan untuk tempat hunian dengan tingkat kepadatan sedang. kepadatan bangunan 40-100 rumah/hektar
sedang tinggal atau hunian dengan perbandingan yang
Tabel IV.59
Klasifikasi Penentuan Zona dan Sub Zona di Kawasan Danau Rawa Pening
NO ZONA KODE SUB ZONA KODE
A KAWASAN LINDUNG
1 PERLINDUNGAN SETEMPAT PS Sempadan Sungai PS-1
Sempadan Danau PS-2
Pembangunan Dermaga,
Stasiun dalam satu lokasi
yang dihubungkan ke jalan
utama
A.I.1-R1
Kode Zona
Kode Sub BWP
Kode Blok
Kode BWP