LAPORAN DRAFT AKHIR Potensi Bisnis BUMD Ok
LAPORAN DRAFT AKHIR Potensi Bisnis BUMD Ok
LAPORAN DRAFT AKHIR Potensi Bisnis BUMD Ok
PRAKATA
Sebagai bentuk langkah setelah tahap antara pekerjaan ini, maka PT. Nuansa
Citra Mandiri menyusun Laporan Draft Akhir untuk pelaksanaan pekerjaan
Penyusunan Potens/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan. Laporan Draft
Akhir ini diajukan untuk memenuhi pekerjaan ini yang telah disiapkan dalam
penyusunan dokumen pekerjaan terkait.
Pada Laporan Draft Akhir ini dibahas beberapa hal, yaitu (1) Latar belakang
pelaksanaan kegiatan, meliputi beberapa pengertian, latar belakang, maksud,
tujuan, dan sasaran pekerjaan, (2) Tinjauan Teoritis, (3) Gambaran Umum
Wilayah Studi, (4) Metodologi Pekerjaan, (5) Analisa Potensi Bisnis dan
Kerjasama BUMD dan (6) Kesimpulan dan Rekomendasi
Kami berharap materi yang disampaikan pada Laporan Draft Akhir ini sudah
memenuhi lingkup yang disyaratkan. Namun demikian kami menyadari adanya
kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
laporan-laporan selanjutnya.
Team Leader
i
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
ii
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
iii
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab 1 Pendahuluan | I - 1
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
Bab 1 Pendahuluan | I - 2
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
1.2.2 Tujuan
Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah:
a) Melakukan kajian teoritis dan praktik empiris
b) Evaluasi dan Analisis Potensi/Bisnis BUMD Kota Balikpapan terhadap
Potensi BUMD yang ada di Propinsi DKI Jakarta yang dapat
dikerjasamakan. Sehubungan dengan peluang bahwa di Propinsi DKI
Jakarta memiliki BUMD yang bagus kinerjanya serta ada peluang
kerjasama juga dalam hal penyediaan produk yang bisa dipenuhi oleh
Perusda Balikpaapan.
c) Merumuskan Landasan/analisis Ekonomi, Filosofis, Sosiologis, dan
Yuridis terkait kerjasama bisnis antar BUMD
Bab 1 Pendahuluan | I - 3
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
Bab 1 Pendahuluan | I - 4
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
1.5 KELUARAN
Hasil yang diharapkan dari kegiatan Jasa Konsultansi Penyusunan Potensi
/Bisnis BUMD Yang dapat dikerjasamakan memuat:
1) Kajian Teoritis dan Praktek Empiris
2) Evaluasi dan Analisis Potensi dan Bisnis BUMD Kota Balikpapan
terhadap Potensi BUMD yang ada di Propinsi DKI Jakarta yang dapat
dikerjasamakan
3) Landasan/analisis ekonomi, Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis terkait
kerjasama bisnis antar BUMD serta pola-pola peningkatan kapasitas
BUMD.
Bab 1 Pendahuluan | I - 5
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
Bab 1 Pendahuluan | I - 6
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
Bab 1 Pendahuluan | I - 7
Laporan Draft Akhir
Penyusunan Potensi/Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
j. kebersamaan; dan
k. berwawasan lingkungan.
b. sekretariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas; dan
e. badan.
(2) Perangkat Daerah kabupaten/kota terdiri atas:
a. sekretariat Daerah;
b. sekretariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas;
e. badan; dan
f. kecamatan
Pada pasal 339 s/d pasal 342 UU No. 23 Tahun 2014, disebutkan
bahwa Perusahaan umum Daerah adalah BUMD yang seluruh
modalnya dimiliki oleh satu Daerah dan tidak terbagi atas saham.
Dalam hal perusahaan umum Daerah akan dimiliki oleh lebih dari
satu Daerah, perusahaan umum Daerah tersebut harus merubah
bentuk hukum menjadi perusahaan perseroan Daerah. Perusahaan
umum Daerah dapat membentuk anak perusahaan dan/atau
memiliki saham pada perusahaan lain. Perusahaan Perseroan
Daerah adalah BUMD yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit
51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh satu Daerah.
Struktur APBD
Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan
daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan
urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan
organisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan.
Penetapan APBD
Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD
1. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat
pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran
sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan
persetujuan bersama.
2. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan
paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
3. Atas dasar persetujuan bersama kepala daerah menyiapkan
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
4. Penyampaian rancangan peraturan daerah disertai dengan nota
keuangan.
5. Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan
tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala
daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang
menandatangani persetujuan bersama.
6. Format susunan nota keuangan sebagaimana dimaksud pada
pasal 104 ayat (5) tercantum dalam Lampiran Permendagri ini.
Pelaksanaan APBD
1. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam
APBD.
Perubahan APBD
1. Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
Pengelola Barang
Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang, berwenang dan
bertanggung jawab:
a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik
daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan
pemeliharaan/perawatan barang milik daerah;
c. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindah tanganan barang
milik daerahyang memerlukan persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota;
d. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan,
pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;
e. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah
yang telah disetujui oleh Gubernur/Bupati/Walikota atau DPRD;
f. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang
milik daerah;dan
g. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan
barang milik daerah.
Pengadaan
1. Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil,
dan akuntabel.
Penggunaan
1. Walikota Balikpapan menetapkan status penggunaan barang
milik daerah.
BAB 3 PENDEKATAN
DAN METODOLOGI
Dalam tahapan ini, dilakukan mobilisasi tim, studi literatur, analisis kebutuhan
data, dan penyusunan rencana kerja. Tahapan ini merupakan bagian paling
utama dalam pelaksanaan pekerjaan karena keseluruhan pekerjaan akan
direncanakan pada tahapan ini.
3.2 PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan menitikberatkan pada survey identifikasi meliputi
pendekatan normatif, partisipatif, akademis dan pendekatan operasional.
A. Normatif
Pendekatan Normatif, dilakukan melalui kajian terhadap produk
peraturan dan rencana strategis yang terkait dengan pembangunan
sektor ekonomi khususnya sektor ekonomi yang menjadi unggulan.
B. Partisipatif
Pendekatan Partisipatif (participatory approach) adalah suatu
pendekatan yang melibatkan seluruh stakeholder yang tidak
terbatas pada aparatur pemerintah saja untuk berperan secara aktif
akan tetapi masyarakat pelaku ekonomi termasuk masyarakat
penikmat/pengguna dapat dijadikan tolok ukur untuk dijadikan
bahan informasi yang berguna bagi penyiapan konsep potensi
ekonomi secara komprehensif. Pendekatan partisipatis dilakukan
melalui tehnik wawancara, observasi, pembandingan dengan data
sekunder, dan konfirmasi-konfirmasi lainnya. Kemudian setiap
subkomponen yang dievaluasi ini ditetapkan kriteria penilaiannya
dengan menggunakan standar dan kebenaran normatif yang ada
pada peraturan perundangan, pedoman, serta petunjuk yang
berlaku, maupun mengacu pada praktik-praktik terbaik (best
practices).
C. Akademis
Pendekatan Teknis Akademis, dengan melakukan kajian dan analisis
yang bersifat eksploratif dan komperhensif serta berkelanjutan
D. Operasional
Pendekatan operasional yang akan dilakukan dalam kegiatan Kajian
Potensi bisnis ini sebagai berikut :
a. Sederhana dan Pragmatis, dengan mencoba menggali dari
berbagai literatur dan pengalaman sejenis di berbagai daerah,
kemudian dicari benang merah dalam melakukan Potensi bisnis
BUMD.
b. Fast Track dan Aktivitas Paralel, pengembangan skenario dan
model ini membutuhkan waktu yang sangat singkat setelah
tahapan inventarisasi data dan informasi, untuk itu seluruh
tahapan kegiatan disusun secara ketat dan apabila
memungkinkan dilakukan paralel.
c. Quality Assurance, sangat penting untuk mengendalikan kualitas
dari pekerjaan yang dilakukan. Oleh karena itu seluruh proses
kegiatan
d. pekerjaan akan mengacu kepada standar-standar yang berlaku
baik dari aspek teknis maupun non teknis.
e. Komunikasi dan Koordinasi intensif, sangat penting mengingat
banyaknya pihak yang terkait dalam pekerjaan ini.
f. Pendekatan model logika (logic model). Model ini dipandang
sebagai metoda yang efektif dalam merencanakan dan
mengevaluasi suatu program. Model ini menghubungkan
keterkaitan antara input, aktivitas, output dan outcome yang
dihasilkan dari suatu program atau kegiatan. Pengukuran
potensi ekonomi dengan model logika dilakukan dengan
melihat indikator jenis usaha dari output atau outcome yang
dihasilkan. Untuk mengukur seberapa besar pencapaian output
Prinsip utama yang akan digunakan adalah bahwa setiap personel yang
terlibat dalam pengerjaan ini mengetahui dengan jelas tanggung jawab, tugas,
fungsi, kewenangan, metode kerja, penulisan laporan beserta dokumentasi
yang diperlukan bagi terselenggaranya pekerjaan ini.
Metode analisis data yang akan digunakan dalam studi ini meliputi analisis
data kualitatif dan kuantitatif. Analisa data kualitatif meliputi evaluasi kinerja
pengelolaan BUMD yang ada.
Jaminan kualitas yang baik akan menjamin bahwa setiap orang yang terlibat
dalam pekerjaan ini akan mengetahui dengan jelas apa yang harus dikerjakan,
bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada siapa dia harus
bertanggung jawab dan kapan batas waktu pengerjaan ini harus selesai.
Sesuai dengan maksud dan tujuan dari studi, kegiatan studi ini pada dasarnya
tahapan studi ini diberikan pada Gambar 4.1 dengan penjabaran sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan pekerjaan ini melingkupi mobilisasi personil, kajian
literatur, penyusunan metodologi, dan penyusunan rencana kerja. Dalam
tahapan ini, seluruh tenaga ahli dikumpulkan untuk berdiskusi dan
menentukan arahan pekerjaan yang akan dilakukan.
2. Tinjauan Pustaka, Regulasi, dan Studi Terdahulu yang berkaitan dengan
kajian kajian tentang kinerja BUMD.
3. Identifikasi BUMD Eksiting
Pada tahap ini identifikasi BUMD eksisting yang ada di Kota Balikpapan
dan Identifikasi kesesuaian kebijakan terkait pengembangan potensi
BUMD yang dapat dikerjasamakan.
4. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Survei Sekunder, dimana data yang harus dimiliki antara lain:
1) Data-data terkait BUMD yang ada di Kota Balikpapan.
2) Kinerja BUMD selama tiga tahun terakhir
3) Perkembangan besaran bagian laba untuk setiap BUMD
selama 3 tahun terakhir
b. Survei Primer
1) Survei Kondisi Pengelolaan BUMD Eksiting
2) Survei best practice di Propinsi DKI Jakarta terkait pengelolaan
BUMD
Secara umum, data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini dapat
dilihat pada Tabel 4,1 berikut ini.
Sekalipun pekerjaan ini terbagi dalam lima tahapan pekerjaan utama, akan
tetapi pelaksanaan pekerjaannya akan dilakukan secara simultan dan dibagi
menjadi 3 tahapan sebagai program kerja Konsultan. Oleh karena itu, tim studi
akan membagi pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaan serta keahlian
masing-masing tenaga ahli profesional yang telah berpengalaman di bidang
masing-masing yang digunakan di dalam merampungkan pekerjaan ini.
Gambar 3-1 Metodologi Pelakasanan Pekerjaan Penyusunan Potensi Bisnis BUMD Yang Dapat Dikerjasamakan
3. Data sekunder, yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari
internet serta dari instansi terkait.
3.5 PELAPORAN
Adapun output laporan meliputi Laporan Pendahuluan (inception report),
Laporan Antara, Laporan Akhir (Final Report), dan Peta A0 dari seluruh
rangkaian kegiatan studi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat Persepsi terhadap Kerangka Acuan
Kerja (KAK), Identifikasi dan Rencana Pengumpulan data-data, serta
Teknik analisa data. Laporan diserahkan selambat-lambatnya: 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku.
2. Laporan Antara
Laporan Antara memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan,
diantaranya :
a. Hasil pengumpulan data primer dan sekunder;
b. Hasil pengolahan data;
c. Hasil analisis data sesuai dengan metode yang telah disepakati.
Penyajian laporan antara diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan
puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 3 (tiga) buku
laporan;
3. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir memuat hasil akhir dari laporan. Penyajian laporan
dibuat secara utuh. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 110
(seratus sepuluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan sebanyak 3
(tiga) buku laporan
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan hasil perbaikan dari Laporan Draft Akhir
setelah melalui pembahasan. Penyajian laporan dibuat secara utuh.
Posisi letak Kota Balikpapan yang telah menjadi kota besar kota metropolitan
yang berkedudukan di daerah khatulistiwa yang di apit oleh wilayah Indonesia
bagian Barat dan wilayah Indonesia bagian Timur membangkitkan wilayah
Kalimantan sebagai pusat kegiatan pemerintahan/pertahanan negara dan
kegiatan lainnya yang dibuktikan dengan lembaga/instansi yang strategis
menetapkan Kota Balikpapan sebagai lokasi beberapa instansi strategis
vertikal yaitu :
1. Kodam VI Mulawarwan
2. Polda Kalimantan Timur
3. Kantor Kementerian Keuangan dan Pajak Kalimantan Timur
4. Kantor Bea dan Cukai Kalimantan Bagian Timur dan Utara
5. Kantor Telkom Wilayah Kalimantan
6. Kantor PLN Pikitring Wilayah Kalimantan
Keunggulan Kota Balikpapan yang tidak dimiliki kota lainnya adalah Kota
Balikpapan adalah kota yang terdekat dengan alur pelayaran Internasional dari
selat Bali menuku Selat Makassar selanjutnya ke Selat Malaka dan seterusnya
ke Asia Timur dan atau Timur Tengah sehingga strategis sebagai kota kolektor
seperti Singapura.
Selain itu Kota Balikpapan yang merupakan salah satu kota terbesar di
Kalimantan Timur dan merupakan kota yang sangat berkembang, kegiatan
utama di kota ini adalah jasa dan perdagangan baik untuk Wilayah Indonesia
Timur maupun untuk skala internasional.
4.1.2 Kependudukan
Kota Balikpapan merupakan kota di Kalimantan Timur dengan jumlah
penduduk terbesar ketiga setelah Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai
Kartanegara, Jumlah penduduk Kota Balikpapan berdasarkan data dari Buku
Kota Balikpapan Dalam Angka tahun 2017 (data release BPS), tahun 2016
penduduk Kota Balikpapan adalah sebanyak 625,968 jiwa.. Dari jumlah
tersebut, 323,394 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 302,574 jiwa berjenis
kelamin perempuan. Untuk tahun 2017 berdasarkan proyeksi BPS adalah
636.012 jiwa. Angka ini akan berubah apabila release terbaru dari BPS Kota
Balikpapan yang terbaru telah dipublikasikan.
Kepadatan penduduk di Kota Balikpapan pada tahun 2016 mencapai 1.231 jiwa
per km2. Kecamatan Balikpapan Tengah menjadi Kecamatan yang terpadat
dihuni dengan kepadatan penduduk 10.020 jiwa per km2. Cukup timpang
apabila dibandingkan dengan Kecamatan Balikpapan Timur yang memiliki
kepadatan penduduk terendah di Kota Balikpapan. dengan kepadatan
penduduk hanya 495 jiwa per km2.
Tabel 4.3
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2016
Luas
Penduduk Kepadatan
No Kecamatan Wilayah
(jiwa) (jiwa/km2)
(km2)
1 Balikpapan Selatan 37,82 125.864 3.327.97
2 Balikpapan Timur 137,16 67.874 494.85
3 Balikpapan Utara 132,16 137.997 1.044.17
4 Balikpapan Tengah 11,08 111.022 10.020.04
5 Balikpapan Barat 179,95 93.999 522.36
6 Balikpapan Kota 10,22 89.212 8.729.16
Balikpapan 508.39 625.968 1.231.28
Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka 2017
setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan- bulan
tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, keadaan musim di Kota Balikpapan
tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan namun tidak
turun hujan demikian juga sebaliknya. Curah hujan di Kota Balikpapan rata-
rata tertinggi adalah 705 mm dan rata-rata terendah tercatat 71 mm.
Curah hujan yang tinggi dengan kondisi geografis seperti Kota Balikpapan
tentunya akan mempengaruhi pola aliran air permukaan sehingga harus
diantisipasi agar limpasan air permukaan mampu tertampung dengan lahan
yang ada. Selain itu harus diantisipasi berbagai penyakit yang diakibatkan
oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Perlu peningkatan pemahaman
kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan sebagai antisipasi awal. Curah
hujan yang tinggi kemungkinan dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat
untuk mengosongkan septi tank bahkan merupakan kesempatan membuang
sampah ke badan air yang tentunya akan menimbulkan pencemaran air
permukaan yang dapat berdampak pada berjangkitnya penyakit-penyakit
akibat lingkungan yang tidak sehat.
Secara umum ketinggian kota Balikpapan antara 0 meter sampai 100 meter di
bawah permukaan laut. Kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari
permukaan air laut beragam, mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan
ketinggian 0 meter sampai dengan wilayah berbukit dengan ketinggian 100
meter dari permukaan laut (d.p.l). Ketinggian 0-10 mdpl memiliki luas 25,4 %
dari wilayah kota Balikpapan. Ketinggian 10-20 mdpl memiliki luas 13,7 %,
sedangkan ketinggian >20 mdpl memiliki luas 60,9 %.
Tabel 4.4
Wilayah Kota Balikpapan Meurut Kelas Ketinggian Dari Permukaan Laut
Menurut Kecamatan Tahun 2016
Kelas Ketinggian
No Kecamatan
0-10 M 10-20 M >20 M
1 Balikpapan Selatan 768 492 2,499
2 Balikpapan Timur 7.613 2.169 3,287
3 Balikpapan Utara 912 610 11,765
4 Balikpapan Tengah 350 211 516
5 Balikpapan Barat 2.614 3.321 12,129
6 Balikpapan Kota 535 97 442
Jumlah 12,792 6.900 30.638
Sumber: Kota Balikpapan Dalam Angka 2017
Keadaan topografi kota Balikpapan adalah sekitar 85% daerah berbukit dan
hanya sekitar 15% daerah datar yang sempit dan terletak di daerah sepanjang
pantai. Struktur tanah di kota Balikpapan terdiri atas podsolik merah kuning,
tanah alluvial, dan pasir kwarsa. Di antara ketiga jenis yang paling banyak
terdapat di wilayah kota Balikpapan adalah jenis tanah podsolik merah kuning
yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah disebabkan karena lapisan
topsoilnya yang tipis dan batuannya muda sehingga tanahnya bersifat labil
dan terdapat pada daerah perbukitan yang mempunyai kemiringan di atas 15%,
apabila curah hujannya tinggi akan mengakibatkan tanah tersebut merosot
dan terkikis karena erosi, sehingga daerah ini tidak memungkinkan dapat
dikembangkan tanaman pertanian pangan tetapi lebih cocok untuk
pengembangan tanaman keras/perkebunan. Sebagian kecil lain daerah ini
terdiri dari tanah alluvial yang mempunyai tingkat kesuburan yang relatif baik
dan pasir kwarsa sebagai bahan dasar pembuatan kaca. Jenis batuan yang ada
terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan
permukaan berupa endapan alluvium umumnya tersebar disepanjang pantai
timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang, dan Teluk Balikpapan. Jenis
batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu Formasi
Pulau Balang, Formasi Balikpapan, dan Formasi Kampung Baru.
Sementara itu. PDRB Kota Balikpapan Atas Dasar Harga Konstan pada tahun
2017 adalah sebesar Rp 75.955.381.2 juta. meningkat pula bila dibandingkan
tahun sebelumnya Rp 73.185.906.1 juta. Dari angka PDRB harga konstan ini
dapat diturunkan menjadi laju pertumbuhan Kota Balikpapan. yang pada
periode 2016-2017 tumbuh sebesar 3.78 persen.
Tabel 4.6
Produk Domestik Regional Bruto (Juta) Kota Balikpapan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2016
No SEKTOR 2015 2016 2017
1 Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan 696.367.9 700.989.7 684.548.5
2 Pertambangan dan Penggalian 34.598.0 35.052.1 35.262.9
3 Industri Pengolahan 39.638.062.2 42.144.150.0 43.665.800.0
4 Pengadaan Listrik dan Gas 60.216.6 66.074.7 66.084.9
Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah. Limbah dan
5 50.169.9 50.086.0 54.339.0
Daur ulang
6 Konstruksi 8.650.531.8 8.668.558.8 9.215.490.4
Perdagangan Besar dan Eceran. Reparasi Mobil
7 5.670.841.6 5.855.553.6 5.964.715.1
dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 5.317.441.6 5.588.205.6 5.922.342.9
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 957.062.1 1.014.495.7 1.101.865.5
10 Informasi dan Komunikasi 2.335.662.5 2.439.577.0 2.570.501.3
11 Jasa Keuangan dan Asurani 2.358.566.5 2.399.325.6 2.389.735.4
12 Real Estate 1.196.466.2 1.261.177.5 1.321.553.4
13 Jasa Perusahaan 200.441.5 194.218.1 200.140.5
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan
14 980.787.9 1.006.307.1 884.597.2
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 878.590.8 942.006.3 1.001.515.7
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 332.661.9 361.390.3 385.003.4
17 Jasa Lainnya 427.275.8 458.738.2 491.885.0
PDRB 69.785.744.8 73.185.906.1 75.955.381.2
Sumber: PDRB Kota Balikpapan Menurut Lapangan Usaha 2013-2017
Nilai PDRB per kapita Kota Balikpapan atas dasar harga berlaku sejak tahun
2013 hingga 2017 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 PDRB per
kapita tercatat sebesar 108.18 juta rupiah. Secara nominal terus mengalami
kenaikan hingga tahun 2017 mencapai 136.37 juta rupiah.
Tabel 4.7
Produk Domestik Regional Bruto danPDRB Perkapita
Kota Balikpapan Atas Dasar Harga
nilai PDRB (Triliun Rupiah)
2013 2014 2015 2016 2017
ADHB 64,29 71,62 74,35 80,07 86,73
ADHK 65,91 68,96 69,79 73,19 75,96
PDRB per Kapita (Juta Rupiah)
ADHB 108,18 118,37 120,78 127,92 136,37
ADHK 110,89 113,97 113,37 116,92 119,42
pertumbuhan PDRB perkapita 2010 1,68 2,77 -0,53 3,13 2,15
Jumlah Penduduk (orang) 594.322 605.096 615.574 625.968 636.012
Pertumbuhan Jumlah Penduduk
1,89 1,81 1,73 1,69 1,60
(persen)
Sumber: PDRB Kota Balikpapan Menurut Lapangan Usaha 2013-2017
Berdaarkan harga konstan 2010. nilai PDRB Kota Balikpapan pada tahun 2017
meningkat. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produksi di
seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi. Nilai PDRB
Kota Balikpapan atas dasar harga konstan 2010. mencapai 75.96 triliun rupiah.
Angka tersebut naik dari 73.19 triliun rupiah pada tahun 2016. Hal tersebut
Gambar 4.1.
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Balikpapan
(Prosentase)
4
3.78
3
2 1.19
1
0
2015 2016 2017
Tahun
Dari penetapan ruang seperti tersebut maka arah dan strategi pengembangan
ruang wilayah Kota Balikpapan mengarah ke kawasan Perdagangan dan Jasa
Regional, dan Industri Pengolahan sebagai faktor dan elemen pembentuk
ruang. Hal ini didasarkan:
1. Kota Balikpapan merupakan Pintu gerbang Wilayah Indonesia Timur.
Hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai PKN dan potensinya
sebagai kota jasa, kota transit yang dilengkapi dengan fasilitas jasa dan
transportasi. Balikpapan sebagai Gerbang Wilayah/Regional ditandai
dengan keberadaan Bandara Internasional atau pelabuhan laut utama
serta pelabuhan pengumpan regional yang lengkap dibanding kawasan
lain di Kalimantan bahkan Wilayah Indonesia Timur;
Oleh karena itu Kota Balikpapan memiliki komoditi unggulan yang dihasilkan
oleh masing-masing wilayah, baik sektor pertanian maupun dari sektor
Industri pengolahan yang memanfaatkan bahan baku hasil pertanian.
Pembangunan yang berbasis potensi daerah menjadi relevan untuk dikaji dan
didorong pengembangannya. Dalam hal ini Kota Balikpapan yang memiliki
potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar bisa memainkan peran
strategis dalam menopang dan membanguan pondasi ekonomi kota yang
kuat. Arti dan peran strategis penting sektor perikanan dan kelautan
dalam pembangunan diantaranya :
1. Sumberdaya disektor perikanan dan kelautan merupakan sumberdaya
yang selalu dibaharui (renewable resources) sehingga bertahan dalam
jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang aktif.
2. Investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi dan daya
serap tenaga kerja relatif tinggi.
3. Produk perikanan dan kelautan memiliki prospek pasar yang baik
dengan pangsa pasar yang terus meningkat.
4. Industri di sektor perikanan dan kelautan memiliki keterkaitan yang
kuat dengan industri – industri yang lain.
5. Sumberdaya laut yang besar baik kuantitas maupun diversitas, bukan
hanya di perairan Balikpapan, tetapi juga perairan Selat Makasar.
6. Produk ekspor perikanan dan kelautan memiliki daya saing yang tinggi
sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikiya serta
produksi yang dihasilkannya.
Pada umumnya masyarakat nelayan Kota Balikpapan masih mengandalkan
kegiatan perikanan tangkap sampai sekarang, sedangkan kapasitas ruang dan
volume ikan semakin berkurang. Hal ini disebabkan kualitas perairan semakin
menurun dan kerusakan ekosistem yang terus meningkat. Akibatnya
ketersediaan nutrien alam di perairan mengalami keterbatasan sehingga
sumberdaya laut berupa ikan, kerang-kerangan, udang dan lain-lain tidak
mampu bertahan sampai dapat dikonsumsi.
Salah satu komitmen yang perlu digalakkan oleh Kota Balikpapan untuk
menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan meningkatnya income masyarakat
nelayan Balikpapan adalah dengan mengalihkan kegiatan penangkapan
selama ini ditekuni kebentuk usaha budidaya berbagai jenis biota laut yang
cocok untuk dikembangkan. Pengembangan sektor perikanan budidaya di
Kota Balikpapan memiliki proses yang baik dilihat dan ketersediaan lahan dan
potensi pemasarannya.
Melihat visi dan perkembangan kota yang cukup pesat, maka pengembangan
kota diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi yang potensial dan mempunyai
unggulan, termasuk industri kecil/ rumah tangga yang pada saat ini tersebar di
beberapa wilayah Kota Balikapapan.Pengembangan IK/IRT pada saat
krisisekonomi yang melanda Indonesia, merupakan refleksi dari
pemberdayaan ekonomi kerakyatan, namun demikian keberadaannya di pusat
perkotaan akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan hidup akibat
pengolahan hasil produksi.
c. Pariwisata
Dalam pengembangan sektor Pariwisata Kota Balikpapan mempunyai cukup
banyak potensi dan sebagian besar merupakan wisata alam dan Peninggalan
Sejarah.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW
Nasional, Kota Balikpapan mengemban fungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Adapun fungsi dan
peran Kota Balikpapan dalam konteks perwilayahan pembangunan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Balikpapan sebagai Pusat Kegiatan Nasional.
Aktivitas-aktivitas yang ada di Kota Balikpapan diarahkan mempunyai skala
pelayanan tingkat nasional serta diarahkan untuk dapat menjadi wilayah maju
dan mempunyai peran dominan terhadap perkembangan perekonomian
Negara Indonesia.
Beberapa kegiatan yang mempunyai skala pelayanan tingkat nasional adalah
status Balikpapan yang merupakan produsen komoditi industri pengolahan
minyak (1,3 juta ton) dalam lingkup nasional. Produsen dan
konsumen komoditi industri pengolahan non migas (852 ribu dan 679 ribu ton)
dengan lingkup antar pulau dan nasional. Dalam RTRW Provinsi disebutkan
pula bahwa kota Balikpapan diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Orde I,
sehingga Balikpapan berfungsi sebagai pusat yang melayani seluruh wilayah
Provinsi Kalimantan Timur dan Wilayah Nasional/Internasional.
Adapun fungsi utama Kota Balikpapan sebagai Pusat Pelayanan Orde I yaitu:
1. Pusat Perdagangan dan Jasa Regional
2. Pusat Distribusi dan kolektor barang dan jasa regional
3. Pusat Pelayanan Jasa Transportasi Laut, Udara, Sungai dan Darat
4. Pusat Industri Pengolahan
5. Pusat Pelayanan Jasa Pariwisata
Badan Usaha Mill k Daera h (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah, yang tujuannya adalah sebagai salah satu sumber
penerimaan daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada
selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pendapatan asli daerah (PAD), justru lebih banyak suntikan dana dari
pemerintah daerah daripada keuntungan yang di dapat. Kondisi tersebut
menjadi beban bagi APBD. Sehingga apa yang menjadi tujuan berdirinya
BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah daerah
tidak tercapai.
Pada bulan Oktober 2018 telah terbit Perda Np. 4 Tahun 2018 tentang
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Manuntung Sukses yang dibentuk
dalam rangka meningkatkan pelayanan dan jasa kepada masyarakat guna
menumbuh kembangkan perekonomian serta untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah, perlu adanya pengelolaan Perusahaan Umum
Salah satu hal unik yang melekat pada kota ini adalah cerita tentang biaya
hidup yang mahal. Balikpapan dipercaya sebagai kota dengan biaya hidup
paling mahal di Indonesia. Harga sandang, pangan dan papan di kota ini
terbilang mahal dibandingkan kota-kota lainnya di Kalimantan Timur dan juga
Indonesia secara keseluruhan.
Secara geografis, wilayah Balikpapan terdiri dari perbukitan dan juga dataran
rendah. Kota ini berbatasan langsung dengan selat Makasaar di bagian selatan
dan timur wilayahnya. Dari sisi administratif, Balikpapan dibedakan ke dalam 6
kecamatan, yaitu Balikpapan Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Barat,
Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Kota.
Walaupun di kenal sebagai kota yang mahal namun potensi dalam bidang
ekonomi yang dimiliki oleh Balikpapan sangatlah besar karena di topang oleh
gaji dan standar pendapatan di kota ini yang juga tinggi. Penduduk Balikpapan
sering melakukan transaksi dengan berbagai kota besar di Kalimantan dan
kota besar lainnya di Indonesia. Pengiriman barang pun menjadi salah satu
objek vital yang menopang ekonomi Balikpapan dengan kota lainnya di
Indonesia, barang-barang dari beberapa kota besar di Indonesia di kirim ke
Balikpapan melalui jasa ekspedisi cargo murah maupun jasa kirim barang
murah. Jenis barangnya dari mulai barang modern yang belum dapat di
temukan di Balikpapan hingga barang komoditi daerah lainnya yang menarik
bagi warga Balikpapan.
Agustus), dapat diketahui bahwa secara umum sektor yang memiliki potensi
adalah “Sektor Peternakan dan Sektor Pertanian Tanaman Pangan” dengan
gap positif masing-masing sebesar 6.089,26 ton dan 1.389.819,79 ton. Secara
spesifik yang menjadi komoditas yang berpotensi pada sektor peternakan
adalah komoditas daging sapi dengan nilai gap positif sebanyak 206,50 ton
dan komoditas daging ayam dengan selisih positif sebanyak 8.687,95 ton.
Sedangkan pada sektor pertanian tanaman pangan, secara spesifik komoditas
yang memiliki potensi adalah komoditas jangung manis (1.469.281,11 ton), ubi
kayu (3.668,01 ton), talas (74,70 ton), sawi (4.696,83 ton), kacang panjang
(607,87 ton), cabe besar (529,61 ton), cabe rawit (77,91 ton), terong (371,32
ton), buncis (346,47), ketimun (765,61 ton), kangkung (1.996,26 ton), dan
bayam (3.208,70 ton).
NO KOMODITI Kemampuan
Produksi Kebutuhan Surplus/Minus
Penyediaan KONDISI
(Ton) (Ton) (Ton)
(%)
I PERIKANAN :
Tidak
1 Tongkol Krai/ Loreng 351,82 2.381,64 14,77 (2.029,81) Berpotensi
Tidak
2 Layang Benggol 128,31 3.638,48 3,53 (3.510,17) Berpotensi
Tidak
3 Siro / Sembula 105,46 3.638,48 2,90 (3.533,02) Berpotensi
Tidak
4 Tembang 36,79 3.638,48 1,01 (3.601,69) Berpotensi
Tidak
5 Trakulu/ Kuwe 7,81 3.638,48 0,21 (3.630,67) Berpotensi
Tidak
6 Kembung 52,36 1.564,94 3,35 (1.512,58) Berpotensi
TAHUN 2018
NO KOMODITI Kemampuan
Produksi Kebutuhan Surplus/Minus
Penyediaan KONDISI
(Ton) (Ton) (Ton)
(%)
Jumlah Perikanan Tidak
Tangkap 2.428,45 18.500,48 13,13 (16.072,03) Berpotensi
Tidak
8 Bandeng 15,50 1.349,76 1,15 (1.334,26) Berpotensi
Tidak
9 Lele 82,70 503,71 16,42 (421,02) Berpotensi
Jumlah Perikanan Tidak
Budidaya 98,20 1.853,47 5,30 (1.755,27) Berpotensi
Tidak
TOTAL 2.526,65 20.353,96 12,41 (17.827,31) Berpotensi
II PETERNAKAN :
1 Daging Sapi 394,78 188,28 209,68 206,50 Berpotensi
2 Daging Ayam 12.068,46 3.380,51 357,00 8.687,95 Berpotensi
Tidak
3 Telur 318,57 3.123,76 10,20 (2.805,19) Berpotensi
Jumlah Peternakan 12.781,81 6.692,55 190,99 6.089,26 Berpotensi
III PERKEBUNAN :
1 Karet 4.021,36 - - 4.021,36 Berpotensi
Tidak
2 Kelapa Dalam 148,02 13.497,58 1,10 (13.349,56) Berpotensi
Tidak
3 Lada 10,14 28.931,76 0,04 (28.921,62) Berpotensi
4 Kopi Robusta 1,10 - - 1,10 Berpotensi
5 Kakao 0,68 - - 0,68 Berpotensi
Tidak
6 Kemiri 15,97 56.631,14 0,03 (56.615,17) Berpotensi
7 Pinang 1,13 - - 1,13 Berpotensi
8 Kelapa Sawit 138,65 - - 138,65 Berpotensi
Tidak
Jumlah Perkebunan 4.337,05 99.060,48 4,38 (94.723,43) Berpotensi
PERTANIAN
IV TANAMAN PANGAN :
1 PADI SAWAH 136,80 - - 136,80 Berpotensi
2 PADI LADANG 6,80 - - 6,80 Berpotensi
Tidak
3 BERAS 93,34 48.354 0,19 (48.260,75) Berpotensi
Tidak
4 JAGUNG 107,80 359 29,99 (251,65) Berpotensi
5 JAGUNG MANIS 1.470.000,00 719 204.481,14 1.469.281,11 Berpotensi
TAHUN 2018
NO KOMODITI Kemampuan
Produksi Kebutuhan Surplus/Minus
Penyediaan KONDISI
(Ton) (Ton) (Ton)
(%)
Tidak
6 KEDELAI - 1.677 - (1.677,42) Berpotensi
Tidak
7 KACANG TANAH 83,00 5.315 1,56 (5.231,67) Berpotensi
8 UBI KAYU 5.555,10 1.887 294,37 3.668,01 Berpotensi
Tidak
9 UBI JALAR 240,00 710 33,79 (470,33) Berpotensi
10 TALAS 156,00 81 191,87 74,70 Berpotensi
Tidak
11 BENGKUANG 86,00 719 11,96 (632,89) Berpotensi
Tidak
12 BAWANG MERAH 104,00 10.629 0,98 (10.525,34) Berpotensi
Tidak
13 BAWANG DAUN - 60 - (59,91) Berpotensi
Tidak
14 Kembang Kol 31,00 60 51,75 (28,91) Berpotensi
15 SAWI 5.420,00 723 749,48 4.696,83 Berpotensi
16 KACANG PANJANG 1.339,60 732 183,07 607,87 Berpotensi
17 CABE BESAR 756,40 227 333,52 529,61 Berpotensi
18 CABE RAWIT 818,20 740 110,52 77,91 Berpotensi
Tidak
19 JAMUR 109,68 740 14,82 (630,61) Berpotensi
Tidak
20 TOMAT 666,40 1.540 43,26 (874,08) Berpotensi
21 TERONG 1.133,00 762 148,75 371,32 Berpotensi
22 BUNCIS 667,40 321 207,96 346,47 Berpotensi
23 KETIMUN 1.484,50 719 206,50 765,61 Berpotensi
24 KANGKUNG 3.832,00 1.836 208,74 1.996,26 Berpotensi
25 BAYAM 4.869,00 1.660 293,26 3.208,70 Berpotensi
Tidak
26 PARE 106,00 719 14,74 (612,89) Berpotensi
Tidak
27 GAMBAS 106,00 719 14,74 (612,89) Berpotensi
Tidak
28 SELEDRI 36,00 1.489 2,42 (1.453,13) Berpotensi
Tidak
29 SEMANGKA 895,00 25.521 3,51 (24.625,69) Berpotensi
JUMLAH PERTANIAN
TANAMAN PANGAN 1.498.839,02 109.019,23 1.374,84 1.389.819,79 Berpotensi
Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kota Balikpapan (Data Diolah), 2018
1. Jagung Manis
Secara Ekonomis data dari BPS Kota Balikpapan 2018, Jumlah potensi Produk
Komoditas Jagung Manis di kota Balikpapan dengan luas areal penanaman 190
Ha, mampu menghasilkan 7.74 ton/ha atau 7.740 kg/ha, dengan
Asumsi,
2. Bawang Merah
Secara Ekonomis data dari BPS Kota Balikpapan 2018, Jumlah potensi Produk
Komoditas Bawang Merah di kota Balikpapan dengan luas areal penanaman 2
(dua) hektar, mampu menghasilkan 12.150 kg Bawang merah, dengan
Asumsi,
3. Cabe Merah
Menurut data BPS Kota Balikpapan 2018, Jumlah potensi Produk Komoditas
Cabe Merah Besar di kota Balikpapan,
Asumsi;
Luas areal penanaman 65 (enam puluh lima) hektar, sesuai dengan Data
Rencana Dinas Pertanian Kota Balikpapan
Tiap Hektar menghasilkan 90.308 kg/ha, dengan asumsi harga per-kg adalah
Rp. 15.000, maka mampu menghasilkan pendapatan petani sebesar
Rp.1.354.615.385,- atau Revenue Cost Ratio sekitar 36.34 dari modal yang
dikeluarkan Petani, sehingga layak .
4. Cabe Rawit
Menurut data BPS Kota Balikpapan 2018, Jumlah potensi Produk Komoditas
Cabe Merah Besar di kota Balikpapan,
Asumsi;
Luas areal penanaman 78 (tujuh puluh delapan) hektar, sesuai dengan Data
Rencana Dinas Pertanian Kota Balikpapan 2018
Tiap Hektar menghasilkan 2.257 kg/ha, dengan asumsi harga per-kg adalah Rp.
18.000, maka mampu menghasilkan pendapatan petani sebesar
Rp.40.626.000,- atau Revenue Cost Ratio sekitar 1.09 dari modal yang
dikeluarkan Petani, sehingga layak dikerjasamakan .
5. Buah Naga
Asumsi :
6. Pepaya Mini
Asumsi:
Pusat Penggilingan Beras sesuai Kriteria yang ada, terutama untuk jenis
padi PK (Pecah Kulit),
Pengelolaan Lahan Pangan Nasional, dimana PT Food Station Tjipinang
akan membantu proses penanaman sampai pembelian hasil komoditas
yang dihasilkan sesuai perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah
Setempat, dengan Prinsip Saling Menguntungkan dalam Jangka
Panjang
Distribusi Beras, terutama untuk mengantisipasi ketersedian beras dari
lonjakan harga bahan pokok kebutuhan penduduk Kota Balikpapan,
terutama penyediaan beras berkualitas untuk para ASN (harga
bersubsidi)
Packging, kerjasama dalam hal pembuatan packging atas komoditas di
daerah Kota Balikpapan, terutama seperti untuk Minyak Curah; Tepung
Maizzena dengan Branded Daerah dimana Komodistas dihasilkan
Transportasi, yang berkaitan dengan distribusi Komoditas antar Daerah
Resi Gudang, yang berkaitan dengan penyimpanan komoditas daerah,
untuk perdagangan atau menjaga Ketersediaan Pangan
PD Pasar Jaya;
Merupakan Perusahaan Daerah untuk Distribusi Produk/komoditas
yang dihasilkan oleh PT Food Station Tjipinang dan atau Perusahaan
Daerah DKI Jakarta lainnya (PT Darmajaya, yang Khusus menangani
berbagai jenis Daging)
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi tersebut, terutama poin l dan m,
mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 304 bahwa Daerah dapat melakukan penyertaan modal pada
BUMD dan penyertaan tersebut dapat ditambah, dikurangi, dijual kepada
pihak lain, dan/atau dapat dialihkan pada BUMN dan/atau BUMD sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Mengacu pada uraian di atas, Badan Pembinaan BUMD Provinsi DKI Jakarta,
sesuai tugas pokok dan fungsinya dalam hal penyertaan modal daerah, agar
lebih komprehensif dan tujuan penyertaan modal lebih tepat sasaran, perlu
menggunakan jasa tenaga profesional dan independen sebagai Analis
Investasi.
Sebagai gambaran umum, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki 23 (dua
puluh tiga) BUMD/PT Patungan sebagai berikut:
1. Perusahaan Daerah
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki 5 (lima) Perusahaan Daerah.
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang seluruh modalnya berasal dari
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian kepemilikan dari
perusahaan-perusahaan daerah tersebut 100% dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dan tidak terbagi atas saham sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut:
a. PD PAL Jaya
Merupakan Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang jasa
pelayanan pengelolaan dan penyaluran air limbah serta pengumpulan
melalui sistem perpipaan, sistem setempat serta pengolahannya. PD
PAL Jaya dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1991
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 1991 tentang Perusahaan Daerah Pengelolaan
Air Limbah DKI Jakarta.
b. PD Pasar Jaya
Merupakan Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
umum meliputi pengurusan dan pengelolaan area pasar, pembinaan
kepada pedagang pasar, menjaga stabilitas harga dan kelancaran
distribusi barang dan jasa di pasar. PD Pasar Jaya didirikan berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009
tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya dan Peraturan Daerah Nomor
14 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya.
c. PD AM Jaya
Merupakan Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang
penyediaan air bersih yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah
e. PT Jakarta Tourisindo
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pariwisata
dan usaha penyediaan akomodasi. Kepemilikan saham Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta pada PT Jakarta Tourisindo adalah mayoritas yaitu
sebesar 99,35%. PT Jakarta Tourisindo didirikan dengan Peraturan
Daerah DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Bentuk
Badan Hukum Perusahaan Daerah Wisata Niaga Jaya Daerah Khusus
DKI Jakarta dan Yayasan Wisma Jaya Raya menjadi Perseroan Terbatas
Jakarta Tourisindo dan Penyertaan Modal Pemerintah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta pada Perseroan Terbatas Jakarta Tourisindo.
f. PT MRT Jakarta
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi massal
berbasis rel. Kepemilikan saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada
g. PT Transportasi Jakarta
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyelenggara sistem
Bus Rapid Transit. Kepemilikan saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
pada PT Transjakarta adalah mayoritas yaitu sebesar 99.62% PT
Transjakarta didirikan dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 4
Tahun 2014 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Perseroan Terbatas PT Transjakarta dan perubahannya dalam
Peraturan Daerah 17 Tahun 2014.
PT Patungan
a. PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT JIEP)
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI di bidang
kawasan industri. Kepemilikan saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
pada PT JIEP adalah sebesar 50% sedangkan 50% lainnya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat.
b. PT Pembangunan Jaya
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak di bidang Konstruksi. Kepemilikan saham Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta pada PT Pembangunan Jaya adalah sebesar 38,8%.
c. PT Cemani Toka
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak di bidang distributor tinta. Kepemilikan saham
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada PT Cemani Toka adalah sebesar
27,42%.
d. PT Delta Djakarta, Tbk.
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak di bidang produsen dan distributor minuman.
Kepemilikan saham Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada PT Delta
Djakarta, Tbk. adalah sebesar 26,25%.
e. PT Asuransi Bangun Askrida
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak di bidang asuransi. Kepemilikan saham Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta pada PT Asuransi Bangun Askrida adalah sebesar
4,47%.
f. PT Kawasan Berikat Nusantara
Merupakan perusahaan patungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang bergerak di bidang Kawasan Industri. Kepemilikan saham
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada PT Kawasan Berikat Nusantara
adalah sebesar 26,85%.
Dalam PP ini disebutkan, Kerja Sama Daerah adalah usaha bersama antara
daerah dan daerah lain, antara daerah dan pihak ketiga, dan/atau antara
daerah dan lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri yang didasarkan
pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan.
Kerja Sama Daerah dengan Daerah Lain, yang selanjutnya disingkat KSDD,
menurut PP ini, adalah usaha bersama yang dilakukan daerah dengan daerah
lain dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah untuk kesejahteraan masyarakat dan percepatan
pemenuhan pelayanan publik.
KSDD, menurut PP ini, terdiri atas 2 (dua) kategori, yaitu kerja sama wajib yang
dilaksanakan oleh 2 (dua) atau lebih daerah yang berbatasan untuk
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang memiliki eksternalitas lintas
daerah dan penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama;
dan kerjasama sukarela yang dilaksanakan oleh 2 (dua) atau lebih daerah yang
berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih
efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama.
Tanaman Pangan;
Jagung Manis
Tanaman Holtikultura;
Bawang Merah
Cabe Merah
Cabe Rawit
Buah Naga
Pepaya Mini
Adapun pola kerjasama Dengan PD Pasar Jaya seperti gambar di bawah ini;
1 2
Produsen/Lembaga
PD Pasar Jaya User/Pengguna Produk
Usaha Daerah
4 3
Keterangan:
Pihak PD Pasar Jaya sebagai Mediator atas Kegiatan Kerjasama dengan
Pelaku Usaha lainnya yang membutuhkan Produk/komoditas jagung tersebut;
Pihak Produsen/Lembaga Usaha Daerah yang difasilitasi Perusahaan Daerah
membuat surat penawaran kerja sama perdagangan kepada pihak PD Pasar Jaya;
a) PD Pasar Jaya akan melanjutkan penawaran tersebut kepada Lembaga usaha
binaannya, atas jenis komoditas jagung tersebut, sesuai kriteria yang ada;
b) Pihak Pelaku usaha yang membutuhkan komoditas tersebut akan
memberikan tanggapan atas penawaran yang ada, jika sesuai kriteria yang
dibutuhkan, maka akan melakukan confirm kepada PD Pasar Jaya;
c) PD Pasar Jaya atas konfirmasi dari pelaku usaha yang membutuhkan tersebut,
akan memberitahukan (dalam bentuk Undangan Resmi) kepada penghasil
komoditas tersebut untuk bisa melakukan pertemuan, berupa presentasi,
dengan menghadirkan juga pelaku usaha yang membutuhkan produk
tersebut
d) Jika kedua pelaku usaha sudah mengetahui potensi dan kriteria yang
diinginkan maka akan dibuatkan MoU antar Kedua belah pihak. MoU yang
telah disepakati biasanya dilakukan Kontrak Putus, dan atau jangka panjang
sesuai kebutuhan permintaan di pasar atas komoditas tersebut, dengan
model pembayaran non tunai (cashless).
Model Kerjasama dengan PT Food Station Tjipinang adalah sebagai berikut ini;
Perusahaan daerah yang memiliki komoditas potensi yang akan dikerjasama,
bisa langsung ke Kantor Pusat PT Station Tjipinang, dengan membawa sample
komoditas yang sesuai dengan Usaha inti (core business) Dilakukan Uji
Laboratorium atas komoditas tersebut, apakah sesuai dengan kriteria atau
tidak jika sesuai dengan kriteria komoditas yang menjadi inti usaha Pihak
PT Food Station Tjipinang akan langsung ke lokasi di mana Perusahaan Daerah
tersebut memiliki komoditas yang sesuai, maksud kunjungan tersebut adalah,
mengetahui kemampuan dan kondisi stok komoditas yang akan
dikerjasamakan, termasuk pola pengumpulan dari petani Jika sudah sesuai
antara kondisi komoditas dan kemampuan perusahaan tersebut, akan
dilakukan MoU antar PT Food Station Tjipinang dengan Perusahaan Daerah
tersebut; Pernjanjian Kerjasama ini meliputi, kualitas, kuantitas dan cara
pengiriman serta harga dalam jangka waktu tertentu, termasuk Pola
pembayaran yang akan dilakukan, biasanya dilakukan dengan non tunai
(cashless) setelah barang diterima di Gudang PT Food Station Tjipinang, yaitu
antara 3-4 hari kerja.
Dalam UU 23/2014 memberikan ruang bagi program kerja sama antar daerah
untuk mendapatkan alokasi anggaran dalam APBN, seperti gambar di bawa
ini,