0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
399 tayangan16 halaman

KCV

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak zaman dahulu, tanaman sering digunakan sebagai obat. Pada


waktu itu orang belum mengelolanya secara sempurna seperti pada
zaman sekarang ini. Pada saat itu orang hanya tahu suatu khasiat
tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih tua seperti dari ibu ke
anaknya. Suatu tanaman obat sering mempunyai khasiat yang berbeda
dari tiap daerah.
Teknik kromatografi bermanfaat sebagai cara untuk mendistribusikan
suatu campuran dalam mengisolasi suatu tanaman. Dalam kromatografi,
komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fasenya
adalah fase diam. Laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di
dalam kolom atau lapisan tipis zat penyerap secara langsung
berhubungan dengan bagian molekul-molekul tersebut di antara fase
bergerak dan fase diam.
Karena pemanfaatannya yang leluasa, kromatografi dipakai secara luas
untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik
dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi
preparatif hanya dilakukan juka diperlukan fraksi murni dari campuran.
Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan
modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama
dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya
isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang
mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya
memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia
berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa
vakum.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan


memahami cara pemisahan senyawa kimia menggunakan kromatografi
cair vakum dengan fraksi n-heksan daun melinjo (Gnetum gnemon L.)
berdasarkan tingkat kepolaran.
C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan pemisahan


senyawa kimia menggunakan kromatografi cair vakum dengan fraksi n-
heksan daun melijno (Gnetum gnemon L.) berdasarkan tingkat kepolaran.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom


sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.
Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian
bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom
tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum
perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya
penyerapnya adlah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Teknik
banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organic dan
konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk pemisahan
jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid, Estien,
2005).
Kromatografi Suction Column and Vacuum liquid chromatography
(VLC) atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi
kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat
terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakuma adalah alternatif untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering
digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak
semipolar (Raymond, 2004).
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode
fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya
yang lebih sederhana. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel
atau alumunium oksida. Kromatografi kolom merupakan suatu metode
pemisahan campuran larutan dengan perbandingan pelarut dan kerapatan
dengan menggunakan bahan kolom, ldigunakan untuk pemisahan dan
pemurnian senyawa (Ghisalberti, 2008).

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Prinsip dasar dari kromatografi cair vakum adalah pemisahan secara
adsorpsi dan partisi di percepat menggunakan pengurangan tekanan
(bantuan pompa vakum) untuk meningktakan kecepatan aliran cair dari
fase gerak. Penggunaan tekanan agar laju aliran eluen meningkat
meminimalkan proses difusi, perbedaan metode yang menggunakan
tekanan diaplikasikan pada bagian atas dari kolom untuk meningkatkan
kecepatan aliran, manipulasi dalam kolom mudah karena di bagian atas
dari kolom menggunakan tekanan atmosfer (Hostettmann, 2005).
Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan
dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi
dua macam, yaitu(Sarker et al., 2006) :
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan
melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan.
Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata.
Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang
tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan.
Pemilihan sistem pelarut untuk kromatografi kolom vakum cair dapat
dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu penelusuran pustaka, mencoba
menerapkan data KLT pada pemisahan dengan kolom dan pemakaian
elusi dari pelarut non polar yang tidak menggerakkan zat terlarut
sampai pelarut polar yang menggerakkan zat terlarut. Sistem elusi
dapatdilakukan dengan metode gradien pelarut atau dengan sistem
isokratik. Elusi gradient (variasi kepolaran pelarut) dilakukan apabila
campuran senyawa cukup komplek sedangkan elusi isokratik dilakukan

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
jika campuran senyawa yang akan dipisahkan sederhana. Sampel
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai atau sampel dibuat serbuk
bersama adsorben (impregnasi) dan dimasukkan ke bagian atas kolom
kemudian dihisap perlahan-lahan. Kolom dielusi dengan pelarut yang
sesuai, dimulai dengan yang paling non polar. Kolom dihisap sampai
kering pada setiap pengumpulan fraksi. Kromatografi cair vakum, fraksi-
fraksi yang ditampung biasanya bervolume jauh lebih besar
dibandingkan dengan fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
biasa. Langkah pemisahan menggunakan kromatografi cair vakum
biasanya dilakukan pada tahap awal pemisahan (pemisahan terhadap
ekstrak kasar yang diperoleh langsung dari proses ekstraksi).Jenis
pompa vakum yang paling banyak dipakai sekarang yaitu pompa jenis
reciprocating. Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang
dipompa dengan cara gerakan piston maju-mundur yang dijalankan
oleh motor. Piston berupa batang gelas dan berkontak langsung
dengan larutan (Septyaningsih, 2010).
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama
dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman, 2006):
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding

dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan

alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit).

2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor

lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel

terbatas misal sampel klinis.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang


pengaduk, botol you C1000, cawan porselin, corong kaca, gelas ukur,
pipet tetes, pompa vakum, sendok tanduk, serta statif, seperangkat alat
KCV dan klem.
B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aluminium


foil, aseton, etil asetat, fraksi n-heksan daun melinjo (Gnetum gnemon L.),
kertas saring,methanol, n-hexan, silika gel, dan tissue.
C. Cara Kerja (Malik dan Najib, 2018)

1. Pengemasan Alat Isolasi


Kolom dipasang tegak lurus pada statif, kemudian dibebas lemakkan
dengan cara dibilas menggunakan methanol. Setelah itu bagian dasar
kolom dilapisi kapas dan siap untuk digunakan.
2. Pengemasan fase diam
Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram ekstrak : 100
gram silica gel (tergantung ketersediaan ekstrak dan kapasitas kolom).
Dalam praktikum ini pengemasan fase diam menggunakan metode
basah dimana silica gel disuspensikan dengan eluen n-heksan.
Suspensi tersebut dimasukkan ke dalam kolom lalu dimampatkan dan
diketuk-ketuk sampai tidak berbentuk gelembung udara.
3. Proses isolasi
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 1 gram (atau sesuai jumlah fase
diam berdasarkan perbandingan 1:100), kemudian ditambahkan pelarut
n- heksan sampai seluruh ekstrak terendam, lalu ditambahkan sedikit

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
demi sedikit silika kasar sambil diaduk hingga homogen, didiamkan
hingga kering. Setelah kering dimasukkan kedalam kolom, diratakan
dan dimampatkan kemudian bagian atasnya ditutup dengan kertas
saring untuk mencegah pengotor dalam cairan pengelusi. Cairan
pengelusi yang kepolarannya paling rendah yaitu n-heksan-etil asetat
(50:0) ditambahkan melalui dinding kolom dan pompa vakum dijalankan
sehingga eluen turun dan mengelusi komponen kimia. Kemudian
dilanjutkan dengan cairan penyari yang kepolarannya lebih tinggi,
berturut – turut yaitu heksan-etil asetat (15:1), (10:1), (5:1), (1:1), (0:50),
etil asetat-metanol (1:1) dan terakhir metanol 50 mL sebagai pembilas.
Cairan yang ditampung keluar ditampung sebagai fraksi.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumbuhan yang digunakan pada praktikum ini yaitu daun melinjo


(Gnetum gnemon L.) dimana tumbuhan ini mengandung tanin, saponin
dan flavonoid, sedangkan bijinya mengandung tanin, saponin dan
flavonoid.
Kromatografi cair vakum adalah metode pemisahan yang
menggunakan bantuan pompa vakum dalam pemisahannya. Prinsipnya
adalah pemisahan secara adsorpsi dan partisi yang di percepat dengan
menggunakan pengurangan tekanan (bantuan pompa vakum) untuk
meningktakan kecepatan aliran cair dari fase gerak.
Sedangkan kerugian dari metode kromatografi kolom cair vakum yaitu
isolat dikelompokkan berdasarkan perbandingan eluen yang digunakan,
tidak dikelompokkan berdasarkan warna-warna yang dihasilkan.
Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama
dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu :
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding
dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan
alir fase gerak lebih lambat (10-100μl/menit).
2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa.
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas misal sampel klinis.
Tujuan pada percobaan ini dilakukan pemisahan senyawa terhadap
fraksi n-heksan dari daun melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan
menggunakan satu jenis eluen yaitu n-heksan dan etilasetat dengan
perbandingan berbeda-beda.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Pada praktikum ini kolom dipasang pada statif yaitu kolom vakum dan
kolom untuk tempat dimasukkannya eluen. Dimasukkan silika gel kasar
dan silika gel halus dengan perbandingan 30:10 kedalam kolom, alasan
penggunaan kombinasi silica gel kasar dan silica gel halus adalah agar
lebih mampat ketika didalam kolom dan eluen lebih cepat diabsorpsi dan
mencapai pemisahan yang maksimal. Dimasukkan kertas saring diatas
silica, alasan digunakan kertas saring agar silika dan sampel tidak
bercampur didalam kolom dan juga untuk meningkatkan mutu pemisahan.
Dimasukkan ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon L.) yang sudah
diencerkan dengan n-heksan kedalam kolom, kemudian dielusi dengan
pelarut atau eluen n-heksan : etil asetat dengan perbandingan 10:0, 9:1,
8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, 9:1, 0:10 yang dimasukkan secara
berurutan, alasan penambahan perlarut dari polaritas terendah sampai
yang memiliki polaritas tinggi adalah agar semua fraksi yang ada didalam
kolom dapat turun atau terelusi seluruhnya sehingga dapat diperoleh
fraksi yang baik jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar
maka ditakutkan senyawa non polar pada sampel akan tertarik juga
sementara kita akan melakukan proses pemisahan antara senyawa polar
dan non polar dan pada akhir dari proses isolasi tidak ada lagi senyawa
non polar yang akan ditarik jika pelarut non polar digunakan lebih akhir.
Hasil elusi kemudian ditampung di dalam botol.
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum kromatografi cair vakum
pada daun melinjo (Gnetum gnemon L.) adalah sebagai berikut :
Tabel. Hasil pengamatan fraksi fraksinasi daun melinjo (Gnetum
gnemon L.)
Fraksi Fase gerak ( eluen ) Warna

n-heksan : etil asetat

1. 10 : 0 Kuning muda

2. 9:1 Kuning

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
3. 8:2 Hijau pekat

4. 7:3 Hijau pekat

5. 6:4 Hijau pekat

6. 5:5 Hijau pekat

7. 4:6 Hijau pekat

8. 3:7 Hijau pekat

9. 2:8 Hijau pekat

10. 1:9 Hijau pekat

11. 0 : 10 Hijau lumut

Berdasarkan hasil pemisahan senyawa dengan menggunakan


kromatografi cair vakum diperoleh 11 fraksi yaitu eluen 10:0 berwarna
kuning muda, eluen 9:1 berwarna kuning, eluen 8:2 berwarna hijau pekat,
eluen 7:3 berwarna hijau pekat, eluen 6:4 berwarna hijau pekat, 5:5
berwarna hijau pekat, eluen 4:6 berwarna hijau pekat, eluen 3:7 berwarna
hijau pekat, eluen 2:8 berwarna hijau pekat, eluen 1:9 berwarna hijau
pekat, dan eluen 0:10 berwarna hijau lumut.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa menggunakanan kromatografi kolom cair vakum pada daun melinjo
(Gnetum gnemon L.) diperoleh 11 fraksi.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa menggunakanan kromatografi kolom cair vakum pada daun melinjo
(Gnetum gnemon L.) diperoleh 11 fraksi.
B. Saran
Sebaiknya alat dan bahan pada laboratorium sudah disediaan
sebelum praktikum dimulai dan berhati-hati pada saat praktikum
berlangsung.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
DAFTAR PUSTAKA

Malik dan Najib Abdul., 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum
Fitokimia II. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Hostettmann, K., Hostettmann, N., and Marston, A., 2005, Preparative
Chromatography Techniques, ed. terj, Penerbit ITB, Bandung.

Ghisalberti, E.l., 2008, Detection and Isolation Of Bioactive Natural


Product In Bioactive Natural Product: Detection, Isolation, and
Structural Determination, Taylor & Francis Group Inc: U. S.A.
Raymond., 2004, Kimia Dasar : Konsep-Konsep inti, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Sarker,SD., Latif,Z and Gray .Al., 2006, Natural Product Isolation, Humana
Press inc, Totowa New jersey.
Septyaningsih, Dwi., 20010, Analisis Sensori untuk Pangan dan Argo IPB,
Bogor.
Yazid, Estien 2005, Kimia Fisika cv Paramedis, Yogyakarta.

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
LAMPIRAN

Skema Kerja

Kolom Kromatografi

Dipasang di statif

o Dimasukkan silica gel (30 gram silika


kasar dan 10 gram silika halus)
o Diletakkan kertas saring diatas silika gel
o Dimasukkan ekstrak sampel (1 gram)
o Dimasukkan eluen dengan perbandingan
(10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 6:4, 7:3, 8:2,
9:1, 0:10)
o Dinyalakan pompa vakum
o Dibuka kran kolom sekunder

Fraksi

Ditampung dalam wadah

Beragam Fraksi berdasarkan warna

GAMBAR

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM

Perbandingan (5:5 – 10:0) Perbandingan ( 0:10 - 4:6)

Penampkan UV 257 Penampakan UV 366

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
Perhitungan Eluen

1. Eluen n-heksan : etil asetat (10:0) dalam 50 mL


10
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 50 mL

0
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 0 mL

2. Eluen n-heksan : etil asetat (9:1) dalam 50 mL


9
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 45 mL

1
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 5 mL

3. Eluen n-heksan : etil asetat (8:2) dalam 50 mL


8
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 40 mL

2
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 10 mL

4. Eluen n-heksan : etil asetat (7:3) dalam 50 mL


7
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 35 mL

3
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 15 mL

5. Eluen n-heksan : etil asetat (6:4) dalam 50 mL


6
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 30 mL

4
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 20 mL

6. Eluen n-heksan : etil asetat (5:5) dalam 50 mL


5
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 25 mL

5
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 25 mL

7. Eluen n-heksan : etil asetat (4:6) dalam 50 mL

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129
KROMATOGRAFI CAIR VAKUM
4
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 20 mL

6
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 30 mL

8. Eluen n-heksan : etil asetat (3:7) dalam 50 mL


3
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 15 mL

7
-Untuk etil asetat : x 50 mL = 35 mL
10

9. Eluen n-heksan : etil asetat (2:8) dalam 50 mL


2
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 10 mL

8
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 40 mL

10. Eluen n-heksan : etil asetat (1:9) dalam 50 mL


1
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 5 mL

9
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 45 mL

11. Eluen n-heksan : etil asetat (0:10) dalam 50 mL


0
-Untuk n-heksan : 10 x 50 mL = 0 mL

10
-Untuk etil asetat : 10 x 50 mL = 50 mL

NURMIATI
RISKA S.farm
15020150129

Anda mungkin juga menyukai