Referat Fournier Gangren
Referat Fournier Gangren
Referat Fournier Gangren
FOURNIER GANGREN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
Disusun Oleh :
APRIANI KRISTA WITER LAIA
AKRI SARUMAHA
HERDESTI BERLIAN BAGO
RICKY ANDERSON SITOHANG
YUKMIN PANJAITAN
Pembimbing :
dr. Ester Silaen, Sp.An
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat ini dengan baik. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat
mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Anestesi RSU Royal
Prima Medan. Penulis berharap referat ini bermanfaat untuk kepentingan
pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Epidemiologi ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Genitalia Eksterna Pria ............................................................. 3
2.1.1 Penis ........................................................................................... 3
2.1.2 Skrotum ...................................................................................... 5
2.2 Fournier Gangren ..................................................................................... 6
2.3.1 Definisi Fournier Gangren .......................................................... 6
2.3.2 Etiologi Fournier Gangren ......................................................... 6
2.3.3 Faktor Resiko Fournier Gangren ............................................... 7
2.3.4 Patofisiologi Fournier Gangren ................................................. 8
2.3.5 Diagnosis Fournier Gangren ...................................................... 9
2.3.6 Penatalaksanaan Fournier Gangren ........................................... 14
2.3.7 Komplikasi Fournier Gangren ................................................... 18
2.3.8 Prognosis Fournier Gangren ...................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
Fournier gangren pertama kali ditemukan pada tahun 1883, ketika ahli
penyakit kelamin asal Perancis Jean Alfred Fournier mendapatkan dimana 5 laki-
laki muda yang sebelumnya sehat menderita gangren dengan cepat progresif pada
penis dan skrotum tanpa sebab yang jelas. Penyakit ini yang kemudian dikenal
sebagai Fournier gangren, didefinisikan sebagai fascitis nekrotikans pada daerah
perineum perianal atau genital. Berbeda dengan deskripsi awal Fournier, penyakit
ini tidak hanya terdapat pada laki-laki dewasa muda tapi pada usia lanjut
penyebab biasanya akibat gangguan sistem imun. Penyakit ini kebanyakan terjadi
pada penderita usia 40-70 tahun dengan faktor resiko keadaan umum kurang baik
seperti gizi buruk, penggunaaan imunosupresan, alkohol dan diabetes melitus.
Gejala yang bervariasi mulai dari nyeri pada daerah anorektal atau genital
dengan presentasi gejala minimal berupa nekrosis kulit, nekrosis yang cepat
menyebar pada kulit dan jaringan lunak, sepsis sistemik tanpa sumber infeksi
yang jelas. Fournier Gangren adalah kegawatdaruratan bedah, dan karena
perbedaan dalam presentasi klinis, pasien mungkin awalnya ditemui dalam
berbagai keadaan klinis. Karena keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan
dari kondisi ini bisa berakibat fatal, sangat penting untuk tidak mengabaikan
gejala, bahkan jika gejala tidak spesifik. Setelah Fournier gangrene didiagnosis,
pengobatan yang tepat sangat penting. Penyakit ini merupakan kedaruratan di
bidang urologi karena awal mula penyakitnya (onset) berlangsung sangat
mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi ganggren yang luas dan menyebabkan
septikemia.
1.2 Epidemiologi
Fournier gangren relatif jarang, namun kejadian yang tepat dari penyakit
ini tidak diketahui. Dalam review Fournier gangren pada tahun 1992, Paty dan
rekan kerja terdapat sekitar 500 kasus infeksi telah dilaporkan dalam literatur
sejak 1883 laporan Fournier, menghasilkan prevalensi 1 kasus di 7500 orang.
2.1.1 Penis
Penis berasal dari bahasa Latin yang artinya berarti "ekor", akar
katanya sama dengan phallus, yang memiliki arti sama adalah alat kelamin
jantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh.
Pemakaian istilah "penis" praktis selalu dalam konteks biologi atau
kedokteran. Istilah "falus" (dari phallus) dipakai dalam konteks budaya,
khususnya menerangkan gambran penis yang menegang (ereksi). Lingga
(atau lingam) adalah salah satu penggambaran falus. Penis terdiri dari:
Akar (menempel pada dinding perut)
Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut)
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih)
terdapat di ujung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria
yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai
2.2.2 Etiologi
Meskipun awalnya digambarkan sebagai gangren idiopatik alat
kelamin, tetapi penyebab fournier gangren dapat diidentifikasikan pada 75-
95% dari jumlah kasusnya. Proses nekrosis biasanya berasal dari infeksi di
anorektal, saluran urogenital, atau kulit di sekitar alat kelamin. Penyebab
ganggren Fournier pada anorektal termasuk perianal, abses perirektal, dan
iskiorektalis, fisura anal, dan perforasi usus yang terjadi karena cedera
kolorektal atau komplikasi keganasan kolorektal, penyakit radang usus,
divertikulitis kolon, atau usus buntu.
Pada saluran urogenital, penyebab fournier gangren mencakup infeksi
di kelenjar bulbourethral, cedera uretra, cedera iatrogenik sekunder untuk
manipulasi striktur uretra, epididimitis, orkitis, atau infeksi saluran kemih
bawah (misalnya, pada pasien dengan penggunaan jangka panjang kateter
uretra). Sedangkan pada dermatologi, penyebabnya termasuk supuratif
hidradenitis, ulserasi karena tekanan skrotum, dan trauma. Ketidakmampuan
untuk menjaga kebersihan perineum seperti pada pasien lumpuh
menyebabkan peningkatan risiko. Terkadang akibat trauma, post operasi dan
adanya benda asing juga dapat menyebabkan penyakit.
Pada wanita seperti sepsis aborsi, vulva atau abses pada kelenjar
bartholini, histerektomi, dan episiotomi dapat dicurigai sebagai penyebab
Gram-negative Gram-positive
E. coli Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae Beta Hemolytic Streptococcus
Pseudomonas aeruginosa Group B
Proteus mirabilis Streptococcus faecalis
Enterobacteria Staphylococcus epidermidi
Anaerobes Mycobacteria
Peptococcus Mycobacterium tuberculosis
Fusobacterium Yeasts
Clostridium perfringens Candida albican
2.2.4 Patofisiologi
Infeksi lokal berdekatan dengan portal masuk adalah dasar terjadinya
fournier gangren. Pada akhirnya, suatu endarteritis obliterative berkembang
menyebabkan kulit, subkutan dan pembuluh darah menjadi nekrosis
kemudian berlanjut iskemia lokal dan proliferasi bakteri. Tingkat kerusakan
fasia setinggi 2-3 cm. Infeksi fasia perineum (fasia colles) dapat menyebar ke
penis dan skrotum melalui fasia buck dan dartos, atau ke dinding perut
anterior melalui fasia scarpa, atau sebaliknya. Fasia colles melekat pada
perineum dan posterior diafragma urogenitalia dan lateral dari ramus pubis,
sehingga membatasi perkembangan ke arah ini. Keterlibatan testis jarang,
karena arteri testis berasal langsung dari aorta dan dengan demikian memiliki
suplai darah terpisah dari infeksi lokal.1,5,10
Infeksi merupakan ketidakseimbangan antara (1) imunitas host, yang
sering terganggu oleh satu atau lebih proses sistemik penyerta, dan (2)
virulensi dari mikroorganisme penyebab. Faktor etiologi memungkinkan
untuk masuknya mikroorganisme ke dalam perineum, sistem imun yang turun
memberikan lingkungan yang baik untuk memulai infeksi, dan virulensi
mikroorganisme mempromosikan penyebaran yang cepat penyakit ini.1,5,10
Virulensi mikroorganisme hasil dari produksi toksin atau enzim yang
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk multiplikasi mikroba yang
cepat, Meskipun Meleney pada tahun 1924 menjelaskan penyebab infeksi
nekrotikans hanya dari spesies Streptococcus saja, tapi klinis selanjutnya
telah menekankan sifat multiorganisme dari kebanyakan kasus dari infeksi
nekrotiknas, termasuk fournier gangren. Keterlibatan polimikroba diperlukan
untuk menciptakan sinergi produksi enzim yang mempromosikan penyebaran
fournier gangren. Sebagai contoh, salah satu mikroorganisme dapat
menghasilkan enzim yang diperlukan untuk menyebabkan koagulasi dari
pembuluh darah.
2.2.5 Diagnosis
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Ciri fournier gangren adalah rasa sakit dan nyeri tekan di alat kelamin.
Perjalanan klinis biasanya berlangsung melalui tahap-tahap berikut:
Gejala prodromal demam dan letargi, yang muncul dalam 2-7 hari
Rasa sakit dan nyeri tekan yang berhubungan dengan edema pada kulit
di atasnya yang disertai pruritus
Meningkatkan nyeri genital dengan eritema dikulit atasnya
Gambaran duski di kulit atasnya (subkutan krepitasi)
Gangren jelas dari bagian alat kelamin disertai drainase purulen dari
luka
2. Pemeriksaan penunjang
a) Tes Darah Lengkap
Untuk menilai respon kekebalan yang ditimbulkan oleh proses infeksi
dan untuk memeriksa jumlah dari sel darah merah, dan mengevaluasi potensi
sepsis yang menyebabkan trombositopenia. Profil koagulasi seperti,
prothrombin time (PT), Activated Partial Thromboplastin Time (APTT),
jumlah trombosit, kadar fibrinogen sangat membantu untuk mencari sepsis-
induced koagulopati seperti pada ITP. Kultur darah juga diperlukan untuk
mengetahui jenis mikroba yang terlibat serta menilai keadaan septisemia.
Kimia darah untuk mengevaluasi gangguan elektrolit, untuk mencari bukti
dehidrasi dapat diperiksa blood urea nitrogen [BUN]/kreatinin rasio, yang
cenderung terjadi sebagai akibat perlangsungan penyakit, juga kadar gula
dalam darah mengevaluasi intoleransi glukosa, yang mungkin disebabkan
oleh diabetes atau sepsis yang disebabkan gangguan metabolisme. Arterial
blodd gas (ABG) untuk memberikan penilaian yang lebih akurat gangguan
asam dan basa. Asidosis yang dapat terjadi dengan hiperglikemia atau
hipoglikemia.1,5
Gambar 2.5 Fournier gangren pada pria umur 32 tahun dengan riwayat nyeri
testis dan infeksi kulit. Pada foto polos radoiografi anteroposterior menunjukkan
tanda radiolusen (panah) dalam jaringan lunak yang melapisi daerah skrotum
dan perineum yang dapat dicurigai sebagai emfisema subkutan13
d) USG (Ultrasonografi)
Gambaran USG pada fournier gangren dinding skrotum menebal
mengandung fokus hiperekoik yang menunjukkan mewakili gas dalam
dinding skrotum. Bukti gas dalam skrotum dinding dapat dilihat sebelum
pemeriksaan fisik yang ditemukan adanya krepitasi. Biasanya juga terdapat
hidrokel unilateral atau bilateral. Testis dan epididimis sering normal dalam
ukuran dan ekotekstur karena vaskularisasi yang berbeda. Jika terdapat
keterlibatan testis, ada kemungkinan sumber infeksi berasal dari intra
abdominal atau retroperitoneal.
USG juga berguna dalam membedakan fournier gangren dari hernia
inguinal skrotalis. Dalam fase lanjut, gas dapat diamati dalam lumen usus,
jauh dari dinding skrotum. USG lebih unggul dalam foto polos radiografi,
karena isi skrotum dapat diperiksa bersama dengan aliran darah Doppler.
Jaringan lunak udara juga lebih jelas di USG daripada di radiografi, tetapi CT
lebih unggul baik di USG dan radiografi menunjukkan fournier gangren baik
melaui perluasannya dan penyakit yang mendasarinya.13
Gambar 2.7 Fournier gangren pada seorang pria umut 71tahun dengan demam.
USG menunjukkan daerah hyperechoic (panah melengkung) dengan bayangan
ang kabur yang mewakili udara di dinding skrotum dan perineum. Terdapat juga
akumulasi cairan (tanda panah) di jaringan subkutan. 13
2.2.6 Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada fournier gangren adalah terapi suportif
memperbaiki keadaan umum pasien, pemberian antibiotik, dan debridemen.
Pembedahan diperlukan untuk diagnosis definitif dan eksisi jaringan
nekrotik. Pada pasien dengan gejala sistemik terjadi hipoperfusi atau
kegagalan organ, resusitasi agresif untuk memulihkan perfusi organ normal
harus lebih diutamakan daripada prosedur diagnostik. Menyediakan
manajemen jalan nafas jika ada indikasi, berikan oksigen tambahan, dan
membangun intravena (IV) akses dan pemantauan jantung terus menerus.
Oksigen Hiperbarik
Oksigen hiperbarik (HBO) telah digunakan sebagai tambahan dalam
pengobatan Fournier gangren. Protokol yang biasa digunakan antara lain:
ismultiple sesi sebesar 2,5% 90 min dan atmfor 100 oksigen inhalasi setiap
20 menit. HBO meningkatkan kadar tekanan oksigen dalam jaringan dan
memiliki efek menguntungkan berbagai penyembuhan luka. Oksigen radikal
bebas adalah jaringan dari hipoksik yang dibebaskan, yang secara langsung
beracun terhadap bakteri anaerob. Aktifitas fibroblast yang meningkat dengan
angiogenesis dapat mempercepat penyembuhan luka. Ini merupakan
kontraindikasi untuk ruang vakum udara di dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan karena ekspansi setelah kembali tekanan atmosfer
normal, seperti sinusitis, otitis media, asma, dan penyakit paru bulosa. Pada
pasien diabetes, seperti hipoglikemia dapat diperburuk oleh HBO.
2.2.8 Prognosis
Kecacatan pada skrotum, perineum, penis, dan kulit di perut
memerlukan prosedur rekonstruksi. Prognosis untuk pasien setelah
rekonstruksi Fournier gangren biasanya baik. Skrotum memiliki kemampuan
untuk menyembuhkan dan regenerasi setelah infeksi dan terjadi nekrosis.
Namun demikian, sekitar 50% dari laki-laki dengan keterlibatan penis
mengalami sakit dengan ereksi, sering berhubungan dengan jaringan parut
pada daerah genital. Jika jaringan lunak yang luas hilang, mungkin terjadi
gangguan pada drainase limfatik, sehingga terjadi edema dan selulitis.
Fournier Gangrene Severity Index (FGSI) mendasar pada
penyimpangan dari rentang referensi parameter klinis berikut: suhu, denyut
jantung, pernapasan tingkat, darah putih jumlah sel, hematokrit, serum
natrium, serum kalium, serum kreatinin, serum bikarbonat.1,16
3.1 Kesimpulan
A. IDENTITAS
Nama : Tn. RH
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
No.MR : 050388
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang dengan keluhan adanya bengkak pada buah
zakar sejak empat hari yang lalu sebelum masuk ke RS. Awalnya hanya bengkak ada
buah zakar disertai dengan nyeri. Tiga hari kemudian bengkak tersebut pecah dan
menjadi luka.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital:
Nadi : 88x/menit
Temperatur : 380C
Kesadaran :Sopor
C. STATUS LOKALISATA
1. KEPALA
c. Hidung : dbn
d. Mulut : dbn
2. THORAKS
3. ABDOMEN
4. GENITALIA
5. EKSTREMITAS
1. Fournier Gangrene
2. Abses scrotalis
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. DIAGNOSIS
Fournier Gangren
G. PENATALAKSANAAN
1. Bedrest
2. IVFD RL 30 gtt/i
Tanggal S O A P
2. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :2. Jakarta : EGC.
2008. 795-800
9. Hansen JT, Koeppen BM. Netter’s Atlas of Human Physiology. Volume 1, 10th
edition. Elsevier. 20010. 365
10. Stockinger, Zsolt. Fournier Gangrene. [online]. 2011. [citied Agustus, 8 2012].
Available from : http://www.guttmacher.org/pubs/journals/3116205.pdf
16. Neary, Elaine. A Case of Fournier’s Gangrene. [online]. 2005. [citied Agustus
2012]. Available from : http://www.nejm.org/36621.pdf.