Bab 2 Buku Putih
Bab 2 Buku Putih
Bab 2 Buku Putih
Secara geografis wilayah Kota Solok terletak pada 0 o 45’ sampai 0o 48 LS dan 100o 33’ - 100o
40’ BT(IKONOS 2004) dan 0o 32’ – 1o 45’ LS dan 100o 32’ – 101o 41’ BT (Bappeda Kota Solok,
2009).
Kota Solok, terdiri dari daerah datar, bergelombang, curam, sangat curam dan berbukit dengan
ketinggian rata-rata mencapai 390 meter diatas permukaan laut. Kota Solok terbentang pada
jalur strategis lintas Sumatera Barat Bagian Timur yang menghubungkan Provinsi Jambi,
Sumatera Utara dengan Ibukota Provinsi Sumatera Barat, Kota Padang. Berjarak kira-kira 64
Km dari Kota Padang.
Luas Kota Solok adalah 5.764 Ha (57.64 km 2 ) yang terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan
yaitu kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan. Letaknya yang strategis,
merupakan simpul pertemuan transportasi darat beberapa daerah tetangga mengandung
potensi ekonomi yang besar. Namun demikian terdapat kerawanan pada keamanan sumber
daya alam seperti hutan dan hasil hutan dan masalah sosial budaya lainnya.
2.1.2 TOPOGRAFI
Bila ditinjau dari jenis tanah yang ada di Kota Solok, sebagian besar didominasi oleh tanah
jenis komplek podsolik merah kuning, podsolik cokelat dan latosol (2.006 Ha atau 34,80%),
aluvial 1.248 Ha (21.65%), brown forest soil 1.190 Ha (20,64%), padsolik merah kuning 935 Ha
(16,22%) dan latosol 385 Ha (6,68%).
Tabel 2.3. Banyak Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Solok
2.1.3. GEOHIDROLOGI
Kota Solok dilewati oleh 3 aliran sungai yaitu
Batang Lembang, Batang Gawan dan
Batang Binguang. Sungai Batang Lembang
mencakup wilayah Kota dan Kabupaten
Solok yang membelah Kota Solok, dimana
terdapat beberapa titik rawan longsor dan
terkadang meluap pada waktu hujan
sehingga menimbulkan genangan pada
beberapa kawasan. Catatan debit minimum
sungai-sungai tersebut yang diukur pada
tahun 1996 adalah 500 1/dt, 60 l/dt, dan
5.000 l/dt.
Beberapa mata air dijumpai disekitar wilayah Kota Solok, yang hingga saat ini dimanfaatkan
untuk irigasi sawah dan air minum oleh penduduk setempat. Mata air Sungai Guntung yang
terletak + 7 Km di sebelah barat Kota Solok pada elevasi + 680 m dpl memiliki debit sebesar
40 l/dt, dimanfaatkan PDAM Kota Solok sebagai sumber air minum untuk masyarakat Kota
Solok.
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 3
2.2. ADMINISTRATIF
Secara administratif, Kota Solok terdiri dari 2 (dua) kecamatan yakni Kecamatan Lubuk Sikarah
dengan luas wilayah 3.500 Ha yang terdiri atas 7 (tujuh) kelurahan dan Kecamatan Kecamatan
Tanjung Harapan dengan luas wilayah 2.264 Ha yang terdiri atas 6 (enam) kelurahan seperti
pada tabel 2.4
1
Corporate Plan PDAM Kota Solok 2009 - 2013
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 4
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kota Solok
Kota Solok berbatasan dengan Kota Padang dan dikelilingi oleh nagari-nagari di Wilayah
Kabupaten Solok yang ditunjukkan oleh Tabel 2.5.
2.3. KEPENDUDUKAN
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan karena jumlah penduduk yang
besar bila dikelola secara baik akan dapat menjadi SDM yang potensial dan produktif serta
sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan. Namun jumlah penduduk yang banyak
belum cukup untuk kepentingan pembangunan apabila tidak diimbangi dengan kualitas yang
memadai. Kuantitas dan kualitas penduduk akan memberikan gambaran profil sumberdaya
manusia suatu daerah.
Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2009 tercatat sebanyak 60.530 jiwa, terdiri
atas 29.658 laki-laki dan 30.872 perempuan, dengan sex ratio sebesar 0,96. Ini berarti setiap
1.000 perempuan berbanding 960 laki-laki. Dengan luas wilayah 5.764 Km 2, kepadatan
penduduk Kota Solok adalah sebanyak 1.050 jiwa/km 2. Kecamatan Tanjung Harapan
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.252 jiwa/km 2.
Tabel 2.6. Perkembangan penduduk Kota Solok tahun 2000 – 2009
Buku Putih Sanitasi Kota Solok VI - 5
Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan
Tahun
Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
2000 23.702 24.418 48.120 -
2001 24.932 24.869 49.081 2,00
2002 24.701 25.303 50.004 1,88
2003 26.722 27.140 53.862 7,72
2004 26.691 27.687 54.378 0,96
2005 26.753 27.774 54.527 0,27
2006 26.784 27.880 54.664 0,25
2007 27.988 29.132 57.120 4,49
2008 28.989 30.173 59.162 3,57
2009 29.658 30.872 60.530 3,57
Sumber : BPS Kota Solok, 2009
Dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Solok dapat dilihat bahwa
penduduk perempuan lebih dominan pada usia produktif dibandingkan dengan laki-laki.
Kenyataan itu merupakan konsekuensi logis akibat besarnya kecenderungan penduduk laki-
laki dewasa untuk merantau dalam mencari pekerjaan yang lebih baik di daerah lain.
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Kota Solok Menurut Kelompok Umur Tahun 2009
Tabel 2.9. Jumlah dan Distribusi Kepadatan Penduduk Tahun 2005 – 2009
Kepadatan Penduduk
Kecamatan/ Luas Jumlah Penduduk
(jiwa/Ha)
Kelurahan (Ha)
2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009
3.50 29.05 29.07 30.38 31.46 32.19 9
I LB. SIKARAH 0 9 4 0 6 4 8 8 9 9
1 Tanah Garam 2.436 10.225 10.254 10.715 11.098 11.354 4 4 4 5 5
2 VI Suku 360 5.509 5.523 5.771 5.977 6.116 15 15 16 17 17
3 Sinapa Piliang 64 1.267 1.257 1.313 1.360 1.392 20 20 21 21 22
4 IX Korong 150 1.563 1.591 1.662 1.722 1.762 10 11 11 11 12
5 KTK 135 1.909 1.917 2.003 2.075 2.123 14 14 15 15 16
6 Aro IV Korong 125 2.572 2.574 2.690 2.786 2.850 21 21 22 22 23
7 Simpang Rumbio 230 6.014 5.958 6.226 6.448 6.597 26 26 27 28 29
2.26 25.46 25.59 26.74 28.33
II TJ. HARAPAN 7.696 11 11 12 12 13
4 8 0 0 6
1 Koto Panjang 21 2.271 2.281 2.384 2.469 2.526 108 109 114 117 120
2 PPA 69 5.709 5.727 5.984 6.198 6.342 83 83 87 90 92
3 Tanjung Paku 235 5.330 5.407 5.650 5.852 5.987 23 23 24 25 26
4 Nan Balimo 759 5.442 5.413 5.656 5.859 5.994 7 7 7 8 8
5 Kampung Jawa 365 5.752 5.789 6.049 6.265 6.410 16 16 17 17 18
6 Laing 815 964 973 1.017 1.053 1.077 1 1 1 1 1
5.76 54.52 54.66 57.12 59.16 60.53
Jumlah Total 9 10 10 10 11
4 7 4 0 2 0
Jumlah penduduk Kota Solok tahun 2005 sampai dengan 2009 mengalami pertumbuhan rata-
rata 2,97%, namun jika dilihat dari jumlah penduduk setiap tahun, maka pertumbuhannya
mengalami fluktuasi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu 4,49% dan
pertumbuhan terendah pada tahun 2006 sebesar 0,25%.
Gambar 2.4. Grafik Jumlah Penduduk Kota Solok Tahun 2004 – 2009
Dengan melihat kepadatan penduduk, suatu daerah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Urban high : Kelurahan yang mempunyai kerapatan penduduk > 250 orang/ha
2. Urban Medium : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 176-250 orang/ha
3. Urban Low : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 101-175 orang/ha
4. Peri-urban : Kelurahan dengan kerapatan penduduk 25-100 orang/ha
5. Rural : Kelurahan dengan kerapatan penduduk < 25 orang/ha
Kepadatan penduduk tertinggi Tahun 2009 adalah 120 jiwa/Ha yaitu di Kelurahan Koto panjang
dan terendah adalah 1 jiwa/Ha yaitu di Kelurahan Laing. Rendahnya kepadatan penduduk
Kota Solok ini salah satunya disebabkan karena hanya 44,85% dari luas Kota Solok yang
dapat dibudidayakan. Sebagian besar lahannya yaitu 55,15% merupakan kawasan lindung
yang tidak boleh dibudidayakan, yakni 2.038 ha (35,36%) merupakan Hutan Suaka Alam dan
Wisata (HSAW) dan 1.141 ha (19,80%) merupakan Hutan Lindung (HL).
Kondisi kependudukan yang digambarkan dalam data-data tersebut di atas merupakan kondisi
penduduk yang bertempat tinggal di wilayah administrasi Kota Solok. Namun apabila dicermati
lebih lanjut, kegiatan perekonomian dan sosial Kota Solok tidak hanya dilakukan oleh
penduduk Kota Solok sendiri tetapi sebagian berasal dari kabupaten dan kota yang ada di
sekitar Kota Solok terutama Kabupaten Solok. Hal ini disebabkan Kota Solok mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan Kabupaten Solok karena Kota Solok sebelumnya
merupakan ibukota dari Kabupaten Solok yang kemudian berdiri sendiri sebagai kota otonom
sejak tahun 1970. Sebagian besar penduduk Kabupaten Solok masih menggantungkan
kegiatan ekonominya di Kota Solok sehingga perkembangan Kota Solok tidak dapat dilihat
hanya dari perkembangan penduduk dalam wilayah administrasi Kota Solok sendiri. Jadi,
walaupun jumlah dan kepadatan penduduk Kota Solok tidak meningkat secara signifikan dari
tahun ke tahun, bukan berarti Kota Solok juga dianggap tidak berkembang secara ekonomi.
Jumlah penduduk komuter dari daerah kabupaten/kota di sekitar Kota Solok digambarkan
dalam Tabel 2.10.
Untuk 5 tahun mendatang (2011 – 2015), ditargetkan jumlah penduduk Kota Solok tetap
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena berkembangnya kegiatan ekonomi seperti
perdagangan dan jasa akan memacu pertambahan jumlah penduduk baik pertambahan
penduduk alami maupun migrasi. Target jumlah penduduk sampai tahun 2015 dihitung dengan
rata-rata pertumbuhan 2,09% per-tahun. Pertambahan penduduk ini masih dimungkinkan
karena sampai dengan tahun 2015 kepadatan penduduk berdasarkan target tersebut masih
tergolong kepadatan rendah, namun pertambahan penduduk ini diarahkan ke kelurahan yang
tidak memiliki kawasan konservasi dan kawasan rawan bencana. Proyeksi jumlah penduduk
per-kelurahan tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel 2.11.
Kecamatan/Keluraha
No. 2004 2005 2006 2007 2008 2009
n
I. Kec.Lubuk Sikarah 1.025 1.217 1.217 1.115 1.115 887
1. Kel.Tanah Garam 315 405 405 452 452 381
2. Kel. VI Suku 193 206 206 205 205 139
3. Kel.Sinapa Piliang 67 78 78 31 31 32
4. Kel. IX Korong 63 78 78 77 77 57
5. Kel. KTK 60 88 88 89 89 68
6. Kel. Aro IV Korong 105 98 98 100 100 81
7. Kel. Simp. Rumbio 222 264 264 161 161 129
Pada tahun 2004 s/d 2009 jumlah keluarga miskin terbanyak terdapat di Kelurahan Tanah
Garam. Secara umum dari tahun 2004 sampai tahun 2008 jumlah KK miskin di Kota Solok
terus mengalami peningkatan dari 2.061 KK pada tahun 2004 menjadi 2.507 KK pada tahun
2008, namun pada tahun 2009 angka ini dapat diturunkan menjadi 1.928 KK.
Pemerintah Kota Solok telah melakukan beberapa usaha untuk menurunkan jumlah keluarga
miskin atau peningkatan keluarga prasejahtera menjadi keluarga sejahtera melalui kegiatan
jangka pendek untuk menyelamatkan hidup masyarakat. Adapun beberapa usaha yang telah
dilakukan adalah sejak tahun 2000 untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilakukan
Program Kompensasi berupa Program Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-
BBM) dalam bentuk pemberian Kartu Sehat, program pemberian beras murah, program Dokter
2.4. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu prasyarat untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung kepada guru, murid, orang tua
murid dan sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Beberapa parameter untuk mengukur
partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah :
1. Angka Partisipasi Kasar (APK)
2. Angka Partisipasi Murni (APM)
3. Rasio antara Jumlah Pelajar/siswa dengan sekolah, dengan kelas, dengan guru
4. Rasio antara jumlah kelas dengan ruang kelas dan dengan jumlah guru
5. Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS)
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah murid/siswa dari jumlah
penduduk umur sekolah (SD umur 7 – 12, SLTP umur 13 – 15, SLTA umur 16 – 18 Tahun).
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan persentase jumlah murid/siswa yang berumur
sekolah di masing-masing jenjang pendidikan dari jumlah pendidikan umur sekolah. Semakin
banyak jumlah penduduk umur sekolah yang mengikuti pendidikan disemua jenjang
pendidikan tersebut semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakatnya dan sebaliknya semakin
sedikit yang mengikuti pendidikan semakin rendah pula tingkat partisipasi masyarakatnya.
Di tingkat SD, tahun 2006 sampai 2008 APK cenderung mengalami peningkatan dari 108,60
menjadi 120,05, tetapi tahun 2009 APK ini sedikit mengalami penurunan menjadi 119.
Sedangkan APM SD mengalami fluktuasi sejak tahun 2006 sampai 2009. Hal yang sama juga
terjadi pada tingkat SLTP dan SLTA, yaitu APK dan APM yang mengalami fluktuasi sejak tahun
2006 sampai 2009.
Tabel 2.15. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SD di Kota Solok Tahun 2008
Tabel 2.16. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SLTP di Kota Solok Tahun 2008
Tabel 2.17. Jumlah Sekolah dan Ruang Kelas SMA/SMK di Kota Solok Tahun 2008
Tabel 2.18. Jumlah Perguruan Tinggi dan Ruang Kuliah di Kota Solok Tahun 2008
No Akademi/Perguruan Ruang
Kecamatan Mahasiswa Dosen
. Tinggi (unit) Kuliah
II.5. KESEHATAN
Tabel 2.20. Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan Kota Solok Tahun 2008
Tabel 2.21. Jumlah tenaga teknisi medis di sarana kesehatan Kota Solok Tahun 2008
Tabel 2.22. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan
Kota Solok Tahun 2008
Untuk lebih jelasnya jumlah fasilitas kesehatan dan kebutuhan ruang sampai akhir tahun
perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut :
5. Kader PHBS, mulai tahun 2006 yang bertugas melakukan penyuluhan PHBS di kelurahan.
Jumlah kader PHBS adalah 9 orang/kelurahan.
6. Kader Flu burung di sekolah SD 14. Ada 30 orang siswa yang dilatih :
a. Mengajak teman-teman cuci tangan pakai sabun 2 menit.
b. Menyuluh tentang tidak memegang unggas mati
2.6.1 Suku
Masyarakat Kota Solok sebagai bagian dari masyarakat Provinsi Sumatera Barat secara
keseluruhan merupakan masyarakat yang menghargai nilai-nilai adat dan budaya
Minangkabau serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar.
Masyarakat Kota Solok sebagian besar terdiri dari suku Minangkabau dan penyandang budaya
dan adat Minangkabau. Sebagian kecil terdiri dari berbagai etnis minoritas, seperti suku Jawa,
suku Batak dan berbagai suku pendatang lainnya yang tersebar di Kecamatan di Kota Solok.
Antara etnis minoritas tersebut dengan masyarakat setempat terdapat hubungan dan interaksi
sosial yang positif dan jarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara
berbagai kelompok dan golongan serta antara berbagai segmen dalam masyarakat Kota
Solok. Hal ini merupakan landasan yang potensial bagi persatuan bangsa yang perlu
diperlihara dan dikembangkan serta ditingkatkan.
Penduduk Kota Solok mayoritas beragama Islam dan memiliki sarana ibadah berupa mesjid 36
buah dan mushalla 60 buah. Banyaknya mesjid dan mushalla dimiliki oleh penduduk Kota
Solok tidak terlepas dari rasa kebersamaan yang tinggi diantara mereka. Rasa kebersamaan
tersebut diwujudkan dalam bentuk melaksanakan ibadah disebuah tempat. Mesjid dan
mushalla adalah salah satu tempat untuk menjalankan ibadah secara bersama-sama. Oleh
karena itu kebanyakan mesjid dan mushalla yang dibangun di Kota Solok dilakukan secara
gotong royong. Baik dari segi dana maupun tenaga dihimpun secara bersama-sama melalui
kelompok-kelompok donatur. Jumlah mesjid dan mushalla dengan jumlah penduduk yang
beragama Islam di Kota Solok sudah sebanding. Kalau dikomparasikan dengan masing-
masing mesjid dan mushalla dapat menampung 1000 jemaah maka diperlukan 50 buah mesjid
dan mushalla di Kota Solok. Berhubung mesjid dan mushalla seluruhnya berjumlah 96 buah
maka saat sekarang sarana ibadah sangat mendukung untuk 10 tahun yang akan datang.
Mayoritas penduduk Kota Solok berasal dari suku Minang kabau dan bahasa sehari-hari yang
dipakai adalah bahasa Minang. Secara esensial orang Minangkabau menganggap dirinya
duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan orang lain sedangkan kelebihan seorang
pemimpin hanya karena ia ditinggikan seranting didahulukan selangkah . Sama halnya yang
diungkapkan pada sistim adat istiadat masyarakat Kota Solok, perubahan sosial tidak dapat
dielakkan ditengah perkembangan masyarakat yang selalu dinamis. Nilai Sosial yang ideal
melekat pada masyarakat Kota Solok tidak berbeda dengan nilai sosial ideal Minangkabau
pada umumnya, dimana rasa kolektifitas menjadi sangat dominan dalam kehidupan sehari-
hari. Individu tidak bisa dengan leluasa berbuat tanpa ada kesepakatan kolektif dalam
mencapai tujuan hidupnya. Mereka tetap terikat dengan sebuah kesadaran kolektif baik
ditingkat keluarga maupun masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat, penduduk Kota Solok masih menjunjung tinggi adat istiadat
dan kesenian daerah. Kesenian-kesenian daerah yang masih dapat kita temui antara lain :
Randai dan panggung pidato adat. Pemerintah Kota Solok melalui Dinas/ Instansi terkait
berupaya untuk selalu melestarikan kesenian-kesenian daerah yang ada, sebagai warisan bagi
generasi-generasi yang akan datang.
Salah satu cara yang dipakai dalam mempertahankan adat istiadat adalah
dengan mendirikan sebuah simbol adat dalam bentuk rumah adat. Dari data
tahun 2002 di Kota Solok masih terdapat rumah adat 94 unit yang tersebar di
berbagai kelurahan. Kelurahan yang paling banyak memiliki rumah adat ada di
Kelurahan IX Korong Kecamatan Lubuk Sikarah sebanyak 15 unit dan
Kelurahan Nan Balimo di Kecamatan Tanjung Harapan sebanyak 14 unit.
II.7. PEREKONOMIAN
Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang dapat
menggambarkan ekonomi suatu daerah karena manfaat yang dapat diambil dari data tersebut
diantaranya untuk melihat nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh factor produksi, laju
pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, pendapatan perkapita pada satu tahun atau
periode pada suatu daerah tertentu.
Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
Penyajian atas dasar harga konstan dimaksudkan agar dapat menggambarkan perkembangan
riil, karena pengaruh harga sudah dihilangkan. Sedangkan atas dasar harga berlaku dinilai
sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun atau waktu yang bersangkutan (masih ada
pengaruh harga).
Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Solok terlihat lebih lambat jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 1,36%. Hal ini tidak terlepas
dari kondisi perekonomian nasional dan dunia yang sedang mengalami penurunan dan
bencana alam yang menimpa kota-kota di Sumatera Barat. Sementara itu, PDRB menurut
harga berlaku juga terjadi penurunan sebesar 6,79%. PDRB berdasarkan harga berlaku sangat
dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan (sebesar 5,23%).
Pertumbuhan PDRB Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 2.24 berikut:
Rincian pertumbuhan dan kontribusi per lapangan usaha terhadap PDRB Kota Solok dapat
dilihat pada Tabel 2.25 berikut:
Pertumbuhan 1) Kontribusi 2)
(%)
No. Lapangan Usaha (%)
2008 2009 2008 2009
1. Pertanian 3,23 4,54 9,03 8,77
2. Pertambangan dan penggalian 4,73 3,73 0,67 0,67
3. Industri pengolahan 6,28 2,29 9,37 9,12
4. Listrik dan air bersih 7,03 5,84 3,06 3,38
5. Bangunan/kontruksi 6,12 5,33 14,04 14,35
6. Perdagangan, hotel dan restoran 6,79 6,15 10,43 10,49
7. Pengangkutan dan komunikasi 8,34 5,15 21,73 21,53
8. Keuangan, persewaan dan jasa 6,42 5,22 7,66 7,73
perusahaan
9. Jasa-jasa 5,80 5,52 24,01 23,98
Jumlah 6,41 5,05 100 100
Sumber: Buku PDRB Kota Solok Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009
1) Atas Dasar Harga Konstan, 2) Atas Dasar Harga Berlaku
Tingkat kesejahteraan penduduk Kota Solok dapat dilihat dari besar pendapatan perkapitanya,
Pada tahun 2009 terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang cukup besar menurut harga
konstan sebesar Rp. 269.271,60 dibandingkan dengan tahun 2008. Perkembangan
pendapatan per kapita di Kota Solok dapat dilihat pada Tabel 2.26 berikut:
Tabel 2.26. Perkembangan Pendapatan per kapita di Kota Solok tahun 2005-2009
Keuangan daerah tidak saja berperan sebagai salah satu faktor pendukung terselenggaranya
pembangunan daerah yang baik namun juga merupakan salah satu indikator kemampuan
Dari struktur pendapatan daerah diatas dapat dilihat bahwa 90% pendapatan Kota Solok
berasal dari Dana Perimbangan dari pusat. Untuk lebih jelasnya mengenai sumber-sumber
pendapatan Kota Solok dapat dilihat pada uraian di bawah ini :
Struktur PAD dibentuk oleh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba Usaha Daerah dan
Lain-lain PAD yang Sah. Sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan PAD,
maka Pemerintah daerah terus berupaya mencari potensi yang bisa digali dan dimanfaatkan
sebagai sumber PAD dan mengoptimalkan sumber PAD yang telah ada.
Total PAD tahun 2009 adalah 6,98 % dari total APBD, meningkat 1,13% jika dibandingkan
dengan persentase PAD pada APBD Kota Solok tahun 2008 sebesar 5,85%, dimana dari
struktur PAD diatas dapat dilihat bahwa 60% PAD Kota Solok berasal dari lain-lain pendapatan
asli daerah, sedangkan retribusi dan pajak daerah hanya menyumbang sekitar 23% dari total
PAD Kota Solok.
Dana Perimbangan
Dana perimbangan terdiri dari; Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana perimbangan dari Provinsi.
Total Dana Perimbangan tahun 2009 adalah 89,97% dari total Pendapatan pada APBD Kota
Solok, dimana 80% dari Dana Perimbangan berasal dari Dana Alokasi Umum.
II.7.2. Ketenagakerjaan
Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun dan lebih, terdiri
dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam
kegiatan ekonomi. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi
penduduk yang masuk dalam pasar kerja yakni yang bekerja atau mencari kerja, yang dikenal
dengan istilah Angkatan Kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan ukuran
yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja. Proporsi
pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi
Penduduk (%)
No Lapangan Usaha Perempua
Laki – laki Jumlah
n
1 Pertanian 5.70 6.65 12.35
2 Pertambangan/penggalian 0.45 0.00 0.45
3 Industri 1.80 3.05 4.85
4 Listrik, Gas dan Air Minum 1,05 0.15 1.20
5 Konstruksi 4.50 0.45 4.95
6 Transportasi dan Komunikasi 8.70 1.95 10.65
7 Perdagangan 15.85 19.10 34.95
8 Bank dan Lembaga Keuangan 0.55 1.80 2.35
9 Jasa – jasa 11.40 16.85 28.25
Jumlah 50.00 50.00 100.00
Sumber : Buku Kota Solo Dalam Angka,2010
Dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pola penyerapan tenaga kerja menurut sektor
hampir sama dengan pola penyerapan menurut jenis kelamin. Perbedaannya adalah bahwa
pola penyerapan tenaga kerja laki-laki terlihat tersebar hampir sama di semua sektor(lapangan
usaha).
Untuk memecahkan permasalahan kependudukan dan tenaga kerja ini telah dilaksanakan
berbagai program guna mengatasi peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah
pengangguran serta peningkatan pelayanan kependudukan. Diantaranya telah dilaksanakan
pengiriman tenaga kerja keluar negeri, pembinaan terhadap pencari kerja, magang diberbagai
perusahaan, peningkatan sistim administrasi kependudukan dan lain-lain. Namun hal tersebut
masih belum dapat mengatasi permasalahan secara keseluruhan dan memerlukan perhatian
lebih lanjut.
Upah Minimum Regional yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Upah Minimum Provinsi
(UMP) Sumatera Barat pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 725.000,- dan UMP Sumatera
Barat tahun 2008, Rp. 800.000,- (berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera
Barat Nomor : 560 – 421 – 2007), Besaran upah Minimum Provinsi ini juga di berlakukan sama
di Kota Solok, untuk melihat perkembangan Upah Minimum Provinsi dari tahun 2002-2008
dapat dilihat dari tabel berikut:
Pada tahun 2009 penduduk Kota Solok berjumlah 60.530 orang yang terdiri dari 29.658 orang
laki-laki dan 30.872 orang perempuan dengan sex ratio 96. Laju pertumbuhan penduduk Kota
Solok rata-rata adalah 1,24%.
Jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebagai konsekuensi dari
pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase angkatan kerja
yaitu sebanyak 57,79% pada tahun 2008 meningkat menjadi 60,06 % pada tahun 2009.
Sebagian besar angkatan kerja Kota Solok pada tahun 2009 bergerak di Sektor Perdagangan
(34,95%), Jasa-jasa (28,25%), Pertanian (12,35%) dan. transportasi dan komunikasi (10,65%).
Peningkatan jumlah angkatan kerja ini menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup
signifikan. Permasalahan yang timbul akibat peningkatan jumlah tenaga kerja ini diantaranya
masih tingginya angka pengangguran. Meningkatnya jumlah pengangguran pada tahun 2008
sebanyak 3.803 orang (9,59%) dibanding pada tahun 2007 sebanyak 5.380 orang (13,69%)
dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 5.205 orang (13,06%) berpotensi dalam menimbulkan
berbagai permasalahan sosial.
Peningkatan jumlah pengangguran disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja yang
tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Disamping itu tingkat pendidikan dan
keterampilan angkatan kerja yang rendah, tidak sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga
belum mampu bersaing dalam memperoleh kesempatan kerja.
Tabel 2.30. Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009
Penduduk
No Tingkat Pendidikan Perempua
Laki-laki Total
n
1. Tidak Tamat SD - - -
2. Sekolah Dasar 2 - 2
3. SLTP 4 - 44
4. SLTA 1.934 1.829 3.763
5. Akademi 374 208 582
6. Sarjana (S.1) 547 305 852
7. S.2 2 - 2
8. S.3 - - -
Jumlah 2009 2.863 2.342 5.205
Jumlah 2008 1.529 2.274 3.803
Sumber : Buku Kota Solok Dalam Angka, 2010
Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan upaya-upaya yang dituangkan dalam misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik
3. Mewujudkan kehidupan beragama dan berbudaya
4. Mewujudkan perdagangan dan jasa berdaya saing global
5. Mewujudkan prasarana dan sarana kota berkualitas
6. Mewujudkan tata ruang dan lingkungan yang sehat
Sedangkan Visi kepala daerah terpilih tahun 2010 – 2014 adalah Terwujudnya Masyarakat
Yang Beriman, Bertaqwa, Sehat, Edukatif, Dan Sejahtera Dengan Pemerintahan Yang
Baik Dan Bersih Menuju Kota Perdagangan Dan Jasa Yang Maju Dan Modern.
Misi yang ditetapkan untuk mencapai visi tersebut :
1. Meningkatkan kualitas tatanan kehidupan masyarakat yang beriman dan bertaqwa.
2. Menyelenggarakan tata pemerintahan daerah yang baik dan bersih (Good Local
Governance and Clean Government)
3. Mengembangkan nilai-nilai adat dan budaya ditengah masyarakat berlandaskan adat
basandi syara’, syara’ basandi kitabullah.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang pendidikan dan kesehatan.
5. Meningkatkan pelayanan kesejahteraan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
6. Meningkatkan pembinaan kepemudaan dan olah raga
7. Meningkatkan aktivitas perdagangan, jasa, agrobisnis dan pariwisata
8. Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana fasilitas pelayanan umum.
9. Meningkatkan pemberdayaan dan pendapatan masyarakat.
10. Menegakkan peraturan daerah yang berkeadilan.
Organisasi perangkat daerah disusun dalam rangka membantu kepala daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan daerah. Organisasi perangkat daerah terdiri dari unsur staf
yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi diwadahi dalam bentuk sekretariat,
unsur pengawas diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana diwadahi dalam bentuk
badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik diwadahi dalam bentuk lembaga teknis daerah dan unsur
pelaksana urusan daerah diwadahi dalam bentuk dinas daerah. Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Pemerintah Daerah Kota Solok diatur dalam 5 (lima) Perda, yaitu :
1. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD.
2. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah.
3. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah.
Kelima Peraturan Daerah di atas merupakan pengganti Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah yang disusun karena adanya perubahan
peraturan di atasnya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Berdasarkan kelima Peraturan Daerah tersebut, maka secara keseluruhan struktur organisasi
perangkat daerah Kota Solok terdiri dari :
a. Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, sebagai unsur staf.
- Sekretariat Daerah terdiri dari 2 Asisten dan 8 Bagian.
- Sekretariat DPRD terdiri dari 3 Bagian.
b. Inspektorat, sebagai unsur pengawas.
c. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai unsur perencana.
d. Lembaga Teknis Daerah, terdiri dari 3 badan dan 4 kantor, yaitu :
- Badan Kepegawaian Daerah
- Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan
- Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
- Kantor Arsip, Dokumentasi dan Perpustakaan
- Kantor Pelayanan dan Perizinan
- Kantor Lingkungan Hidup
- Kantor Ketahanan Pangan
- Kantor Pengelolaan Pasar
e. Dinas Daerah, terdiri dari 10 dinas, yaitu :
- Dinas Pendidikan
- Dinas Kesehatan
- Dinas Kebersihan dan Tata Ruang
- Dinas Pekerjaan Umum
- Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
- Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
- Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil, Sosial dan Tenaga Kerja
- Dinas Pertanian
- Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
- Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset
f. Satuan Polisi Pamong Praja
g. Kecamatan dan Kelurahan, sebagai pelaksana teknis kewilayahan.
Tidak ada kelembagaan yang secara khusus menangani sanitasi namun penanganan sanitasi
menjadi tanggung jawab beberapa lembaga/instansi yang terkait. Secara garis besar terdapat
dua lapisan institusi yang terkait dengan sanitasi. Lapisan pertama adalah institusi yang
mengemban tugas di bidang sanitasi secara langsung dan lapisan kedua adalah institusi yang
bersinggungan dan berkait dengan bidang sanitasi, namun lebih bersifat mendukung
kebijakan. SKPD yang memiliki tugas dan fungsi (tupoksi) yang terkait dengan bidang sanitasi
adalah sebagai berikut :
Bidang Prasarana dan Sarana Wilayah terdiri dari 2 (dua) sub bidang yaitu :
a. Sub Bidang Penataan Ruang
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang Prasarana dan Sarana Wilayah khususnya
pengkoordinasian dan perencanaan pembangunan di bidang lingkungan hidup
penataan ruang dan pertanahan.
Fungsi :
Penyelenggaraan persiapan dan pengolahan bahan penyusunan rencana program
pembangunan lingkungan hidup, tata ruang dan pertanahan.
b. Seksi Permukiman
Tugas pokok :
Menyelenggarakan sebagian tugas bidang cipta karya dalam pengembangan dan
pembangunan pemukiman.
Fungsi :
Pendataan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, penyuluhan
pembangunan pemukiman
5. Dinas Kesehatan
Bidang yang terkait dengan program sanitasi adalah Bidang Pengendalian Pencegahan
Penyakit Penyehatan Lingkungan yang terdiri dari :
a. Seksi Pengendalian penyakit, imunisasi, survelience dan penanggulangan
KLB/Bencana
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Solok ditetapkan dengan Peraturan Daerah
No. 1 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Solok.
Tabel 2.31. Pembagian BWK Menurut RTRW Tahun 2004 – 2013 Kota Solok
2.10.1 Rencana Tata Guna Tanah, Air, Udara dan Sumberdaya Lainnya
a. Penataan Tanah
Permasalahan pertanahan Kota Solok, hasil evaluasi RTRW menunjukkan adanya
konversi penggunaan lahan seperti :
Lahan pertanian menjadi lahan permukiman
b. Air
Tujuan penatagunaan air adalah untuk menjamin ketersediaan air baik dari segi kualitas
dan kontinuitas. Tindakan yang dilakukan :
Pengelolaan sumberdaya air baik air tanah maupun air permukaan
Rehabilitasi DAS
Mencegah pencemaran sumberdaya air
Penertiban bangunan di bantaran sungai
Pemantauan kualitas air, terutama air permukaan secara berkala.
c. Udara
Tujuan penataan udara adalah untuk menjaga kualitas udara kota agar sesuai dengan
peruntukannya. Tindakan yang dilakukan :
Pengendalian kualitas udara, baik udara ambien maupun udara emisi agar sesuai
dengan peruntukannya.
Menjamin keamanan pemanfaatan udara untuk kegiatan penerbangan, telekomunikasi
penginderaan jauh, transportasi.
Pemantauan kualitas udara ambien.
Beberapa hal yang ingin dicapai dari pengembangan dan pengaturan sempadan sungai antara
lain :
a. Pengendalian terhadap kualitas air, kondisi fisik kawasan sekitarnya dan daerah tangkapan
air kawasan yang bersangkutan.
b. Mencegah terjadinya erosi, dan menjaga fungsi hidrologis lahan di kawasan sempadan
sungai sehingga ketersediaan tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin.
c. Tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang tidak menunjang fungsi kawasan
sungai.
d. Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dengan syarat tidak mengganggu fungsi
lindung kawasan sempadan sungai.
e. Pengendalian terhadap kemungkinan pemanfaatan kawasan yang menyalahi prinsip-
prinsip lingkungan.
f. Pelarangan penebangan pohon pada jarak tertentu dari sungai.