0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
219 tayangan23 halaman

Aaaaaa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 23

BAB IV

KONTROL DAN PROTEKSI PADA COAL FEEDER UNIT 1-4 PLTU SURALAYA

4. Sistem kontrol

Gambar 4.1 diagram blok close-loop

Pada coal feeder unit 1-4 PLTU Suralaya menggunakan Sistem Kontrol

Lingkar-tertutup (Closed-Loop Control System) atau sistem kontrol dengan umpan

balik (Feedback Control System). Dalam sistem kontrol lingkar tertutup, nilai keluaran

berpengaruh langsung terhadap aksi pengaturan. Sinyal selisih (error) yaitu perbedaan

antara masukan acuan dan sinyal umpan balik diberikan kepada kontroler sedemikian

sehingga dalam prosesnya memperkecil selisih dan menghasilkan keluaran sistem pada

harga atau kondisi yang diinginkan. Sistem kontrol lingkar tertutup dalam

kenyataannya selalu merujuk kepada sistem yang menggunakan umpan balik untuk

mengurangi error sistem.

4.1. Sistem kontrol pada coal feeder

Pada coal feeder terdapat sistem control yang mengatur kecepatan motor agar

sesuai dengan set point yang telah di tentukan oleh DCS , berikut diagram blok sistem

control pada coal feeder


Pada diagram di atas kecepatan motor akan selalu menyesuaikan dengan set

poin. Apabila sensor kecepatan menggunakan tacho (optical encorder) maka kecepatan

aktual di nyatakan dalam suatu serial pulsa (clock). Kecepatan motor tergantung

dengan frekuency set poin nya 0 – 1000 Hz menghasil kan kecepatan 0 – 1000 rpm.

Dan cara kerja diagram di atas DCS memberi setpoin dan di atur oleh control, dengan

control dt -9 kemudian di kirim ke motor berupa frequency dan untuk menjalankan

coal feeder dan jika putaran motor tidak sesuai di deteksi menggunakan encorder

sensor kecepatan di feadback ke kontrol kembali proses nya mengulang terus hingga

output nya mengeluarkan putaran yang di inginkan / sama dengan set point.

4.1.1. Prinsip Pengukuran

Sistem belt weighing dirancang untuk terus menimbang jumlah coal yang

diangkut pada feeder belt. Berat aktual coal yang diangkut dihitung dengan

mengalikan beban feeder belt, dalam lbs / inci, kali kecepatan feeder belt. Sistem

yang digunakan untuk mengukur kedua nilai ini dijelaskan di bawah ini.

a. Belt load

Sinyal feeder weight dihasilkan oleh dua sel beban yang mendukung

roller timbangan tunggal. Dua rol rentang berat terletak di setiap sisi roller

timah untuk secara akurat menentukan panjang sabuk (dan jumlah batubara)

yang didukung oleh roller timbang.

Karena sel beban hanya mendukung setengah dari berat pada rentang

timbangan (masing-masing sel beban mendukung 25 persen dari berat total)

panjang platform efektif (Leff) dihitung sebagai:

Leff = Lg / 2

Leff = Panjang platform efektif


Lg = Total panjang platform

Mikroprosesor menghitung feeder belt load dengan berulang kali

membaca sinyal voltase dari masing-masing sel beban dan mengubah sinyal

menjadi nilai digital (bilangan biner) menggunakan konverter analog ke

digital (A / D). Setiap nilai kemudian dibandingkan dengan parameter yang

tersimpan dalam memori permanen untuk menentukan apakah sinyal berada

dalam batas yang dapat diterima, dan jika memang demikian, itu disimpan

untuk digunakan. Operasi yang sama kemudian dilakukan pada sel beban

lainnya, dan sinyal-sinyal itu dibandingkan satu sama lain untuk menguji

validitasnya. Jika sinyal ditentukan tidak valid, feeder dialihkan ke operasi

volumetrik dan pengontrol menggunakan belt load simulasi yang dihitung

dari rata-rata historis yang tersimpan dalam memori. Jika sinyal ditentukan

valid, dua sinyal sel beban dijumlahkan, tala dikurangkan dan hasilnya

dikalikan dengan faktor penskalaan berdasarkan data sel beban yang

ditentukan dalam Nilai Karakter P04.01 LC (Default: 3.0000 mV / V, Min:

0,0100 mV / V, Max: 10.0000 mV / V) dan P04.02 LC Kapasitas Rated

(Default: 100.000 lb, Min: 0.500, Max: 220,000,000.000 lb) untuk

menentukan berat nominal bahan pada sabuk.

The belt load (Q) dihitung dari total berat (QB) sebagai berikut:

Q = QB / Leff

Q = Belt load in kg/m


QB = Weight of load on platform dalam kg
CATATAN: Parameter 196NT 10 Berat Span Panjang adalah jarak penuh

antara dua rol rentang berat. Parameter DT-9 P04.03 Panjang Platform

Efektif (Default: 18 inci, Min: 0.100 inci, Max: 50.000 inci) adalah setengah

jarak antara dua rol rentang berat. Untuk feeder tertentu, nilai yang

digunakan oleh DT-9 harus menjadi setengah dari nilai yang digunakan oleh

196NT.

b. Belt Speed

Selama operasi feeder normal, kecepatan belt dihitung dari motor RPM

ketimbang diukur secara langsung. Hubungan antara kecepatan motor dan

kecepatan belt ditentukan saat kalibrasi dan ditampilkan sebagai P10.02 K

pulsa per Panjang (Default: 300.00 P / inch, Min: 1.00 P / inch, Max:

1000000.00 P / inch).

c. Kontrol dan Total Feedrate

Informasi timbangan dan kecepatan digunakan untuk menghitung

umpan balik aktual seperti yang ditunjukkan.

Feedrate (I) = Belt load (Q) x Belt Speed (V)

Kontrol feeder menerima titik set dari sumber yang dipilih

menggunakan Feedrate Setpoint. Sinyal ini dibandingkan dengan umpan

balik yang dihitung yang berasal dari berat terukur dan sinyal kecepatan

untuk menghasilkan sinyal kesalahan sistem yang digunakan untuk

mengatur kecepatan motor. Kompensasi untuk stabilitas sistem disediakan

dalam perangkat lunak dengan menggunakan parameter P11.01 KP P-

Component (Default: 0,05000 mA /%, Min: 0.00000 mA /%, Max:

1000.00000 mA /%) dan P11.02 I-Component TN (Default : 1.0 s, Min: 0.0


s, Max: 60000.0 s). Perhitungan ini diulang secara berkala dan pada setiap

iterasi, umpan aktualnya dikalikan dengan interval waktu untuk menghitung

kenaikan totalizer. Total terpisah disimpan untuk operasi gravimetri dan

volumetrik.

4.1.1. Pengaturan Flow pada Batubara

Pengaturan flow batu bara pada coal feeder dapat dilakukan dengan dua

buah metode. Metode yang pertama adalah volumetrik dan yang kedua adalah

dengan menggunakan gravimetrik. Kedua metode ini akan menghasilkan

berapa ton per jam batu bara yang harus dibakar pada boiler. Banyak factor yang

menentukan seberapa banyak batu bara yang diperlukan, salah satunya adalah

beban. ketika beban tinggi, maka secara otomatis akan membutuhkan steam

yang tinggi. Karena membutuhkan steam yang tinggi, maka proses perubahan

air dari cair hingga menghasilkan uap haruslah lebih cepat. Untuk mempercepat

itu, maka memerlukan pembakaran yang lebih tinggi dan flow air yang lebih

besar.

 Gravimetrik

Mode gravimetrik adalah mode operasi normal. Tingkat feedrate

dihitung dengan menggunakan kecepatan belt dan beban belt aktual, dan

dikendalikan oleh sinyal permintaan tingkat feedrate yang dipasok oleh

sistem kontrol. Parameter P03.05 feedrate Maksimum (Min: 0,0 lbs / jam,

Max: 220,000,000,0 lbs / jam), sesuai dengan sinyal permintaan

maksimum dan federasi minimum ditentukan oleh parameter P03.06

Minimum Feedrate (Min: 0,0 lbs / jam, Max : 50.000 lbs / jam). Parameter

P02.05 Nominal Flow Rate (Default: 50,000.0 lb / h, Min: 0,0 lb / h, Max:

220,000,000 lb / h) harus selalu sesuai dengan parameter P03.05


Maximum Feedrate (Default: 50,000.0 lbs / jam / Min: 0.0 lbs / hr / Max:

220,000,000,0 lbs / jam). Sistem dapat diatur untuk menghasilkan

kesalahan jika sinyal permintaan berada di luar ke kisaran normal.

 Volumetrik

Mode volumetric digunakan saat terjadi kesalahan pada sistem

penimbangan. Kecepatan umpan yang sebenarnya dihitung dengan

menggunakan kecepatan belt dan beban belt yang diasumsikan

berdasarkan nilai rata-rata selama beberapa jam terakhir, dan dikendalikan

oleh sinyal permintaan tingkat umpan yang dipasok oleh plant control

system. Parameter P03.05 feedrate maksimum (Min: 0.0 lbs/hr, Max:

220,000,000.0 lbs/hr), sesuai dengan sinyal permintaan maksimum dan

federasi minimum ditentukan oleh parameter P03.06 minimum feedrate.

Parameter P02.05 aliran nominal flow rate lo harus selalu sesuai dengan

parameter P03.05 maximum feedrate. Sistem dapat diatur untuk

meghasilkan kesalahan jika sinyal permintaan berada di luar kisaran

normal.

Untuk menggunakan metode gravimetrik maka langkah yang harus dilakukan

adalah sebagai berikut :

A. Sinyal Load cell

B. RPM tacho drive pulley

Untuk menggunakan metode volumetrik maka langkah langkah yang harus

dilakukan adaalah sebagai berikut :

a. setting density

b. Setting luas penampang

c. RPM tacho drive pulley


Perhitungan flow pada batu bara antara metode volumetrik berbeda dengan

gravimetrik. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Perhitungan Mode Coal Feeder

Volumetrik Gravimetrik

Flow Rate = Density (Kg/m3) x A (m2) x V Flow Rate = LCell (Kg/m) x V

(m/s) (m/s)

Tabel 4.1 Perhitungan Mode Coal Feeder

V yang dimaksud adalah kecepatan dengan satuan m/s. Jika tidak terdapat data

kecepatan dalam satuan m/s maka dapat dilakukan dengan cara konversi, yaitu denngan

cara :

a) V dapat dicarikan dari perkalian antara kecepatan sudut ( ω) dengan satuan rpm

dengan jarak titik terhadap sumbu putar (r).

b) Dimana (ω) adalah 2 x phi dibagi dengan waktu periode (T).

c) Waktu periode (T) adalah satu persatuan (1/rpm).

Dalam menghitung kecepatan linier belt feeder, rpm yang ada dibagi dengan

gear reduction ratio CF sebesar 53.14:1, sehingga :

V = ω x r = 2 x phi x r : T

V = (2 x 3.14 x rpm : GR ) x r (m/s)

Hal yang diperhatikan saat melakukan pengukuran aliran batu bara pada

coal feeder:

A. Volumetrik: Kondisi load cell (apakah ada di penyimpangan output

dari dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan

menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili

jumlah batu bara yang ditimbang.


B. Gravimetrik: Kondisi belt feeder (kerataan dan kemuluran).

Penyimpangan ini akan menyebabkan output load cell tidak

menunjukan nilai yang mewakili jumlah batu bara yang yang

ditimbang. Kondisi load cell (Apakah ada penyimpangan output dari

dua LC yang terpasang pada setiap CF). Penyimpangan ini akan

menyebabkan output load cell tidak menunjukan nilai yang mewakili

jumlah batu bara yang ditimbang.

4.1.2. Kontrol Kecepatan Putar Motor pada coal feeder unit 1-4 PLTU Suralaya

DCS control f/v VSD motor

motor

BCD zero
encode
crossing
Load r
cell
Gambar 4.3 diagram blok kontrol kecepatan putar pada coal feeder.

1. DCS

DCS (distributed control system) adalah sebuah sistem kontol yang

biasanya digunakan pada sistem manufacturing dimana elemen control tedak

berada pada sentral system (bagian pusat) tetapi tersebar di sistem dengan

komponen subsistem di bawah kendali satu atau lebih kontroller


DCS di coal feeder ini berfungsi mengatur feedrate dengan batas

minimum dan maksimum 22 t/h sampai 63 t/h dengan memberi arus 4-20 mA

pada controller.

2. Kontrol (DT-09)

Kontrol DT-09 merupakan sebuah kontroler yang memiliki keluaran

berupa frekuensi dengan range 0Hz-1000Hz yang nantinya akan dikirimkan

ke frekuensi to voltage untuk di konversikan menjadi tegangan. Controller

juga akan memberikan feedback ke DCS apakah feedrate yang ditentukan oleh

setpoint sesuai.

3. Frekuensi to Voltage (f/v)

Gambar 4.4 Frekuensi to voltage converter

Pada frekuensi to voltage converter menggunakan ic lm2917. Ic LM 2917

merupakan chip IC yang di disain khusus sebagai frekuensi to voltage converter

atau pengubah frekuensi menjadi tegangan Frekuensi to voltage memberikan

tegangan ke vsd berupa sinyal dc. Kontrol memberikan range frekuensi 0Hz -

1000Hz yang akan diubah oleh frekuensi to voltage dengan range 0.2v - 3.5v

dan diteruskan ke VSD.


4. VSD ( variable speed drive )

VSD ( variable speed drive ) adalah merupakan sebuah alat pengatur

kecepatan motor dengan mengubah nilai frekuensi dan tegangan yang masuk ke

motor. Pengaturan nilai frekuensi dan nilai tegangan ini dimaksudkan untuk

mendapatkan kecepatan putaran dan torsi motor yang diinginkan atau sesuai

dengan kebutuhan. Secara sederhana prinsip dasar inverter untuk dapat merubah

frekuensi menjadi lebih kecil atau lebih besar yaitu mengubah tegangan DC

menjadi tegangan AC lagi.

Prinsip kerja VSD pada coal feeder mengubah tegangan yang dikirim dari

frekuensi to voltage menjadi frekuensi kembali denga range 0Hz-50Hz yang

digunakan untuk mengatur purtaran motor pada coal feeder.

5. Motor 3 fasa

Motor induksi 3 fasa adalah motor yang berkerja dengan menggunakan

perbedaan fasa pada sumber untuk menimbulkan gaya putaran pada bagian

rotornya. Secara umum motor 3 fasa memiliki dua bagian pokok sator dan rotor.

Bagian tersebut dipisahkan oleh celah udara yang sempit atau yang disebut

dengan air gap. Jarak antara stator dan rotor yang terpisah oleh air gap sekitar

0.4mm - 4mm.

Prinsip kerja motor penggerak coal feeder memutar belt feeder agar

sesuai dengan setpoint yang diberi dari vsd 0-50hz dengan kecepatan motor

yang di lock 0-1000 rpm.

6. Encoder

Encoder adalah device electromekanik yang dapat memonitor gerakan

dan posisi pada coal feeder mengunakan rotary encoder. Rotary encoder

menggunakan sensor optik untuk menghasilkan serial pulsa yang dapat


diartikan menjadi gerakan, posisi,dan arah. Sehingga posisi sudut suatu poros

benda berputar dapat diolah menjadi informasi berupa kode digital oleh rotary

encoder untuk diteruskan oleh ke rangkaian BCD zero crossing rotary encoder

umumnya digunakan pada pengendalian motor.

Prinsip kerja encoder pada coal feeder untuk mendeteksi kecepatan

putaran motor jika motor overspeed atau kurang dari set point akan di dideteksi

oleh encoder dan dikirim ke BCD sinyal clock.

7. BCD zero crossing

Gambar 4.5 BCD/Zero Crossing Converter


Mengetahui poros telah berhenti berputar menjadi sangat penting

dalam berbagai aplikasi dilapangan, contohnya pada konveyor, penting

untuk mengetahui konveyor tidak berputar (macet) dalam distribusi batu

bara di PLTU misalnya. Jika kita menggunakan metode frekuensi untuk

monitoring putarannya (RPM), kita akan tahu poros berhenti berputar

ketika frekuensi drop ke nol.

Ketika kita menggunakan metode pengukuran dengan periodenya,

Masalah utama adalah menentukan berapa lama waktu yang

memungkinkan antara pulsa ke pulsa berikutnya sebelum memutuskan

bahwa poros telah berhenti. hal ini akan bervariasi dari satu sistem ke
berikutnya. Pada dasarnya, metode ini memerlukan logika ekstra kecil yang

akan mulai (atau restart) setelah masing-masing timer pulsa lengkap dan

kemudian memantau timer saat memeriksa untuk melihat apakah pulsa lain

telah dihasilkan. jika denyut pulsa tidak diterima sebelum timer berakhir

maka poros telah berhenti (PENGUKURAN KECEPATAN)

Gambar 4.6 Rangkaian Zero Crossing

Dengan adanya rangkaian sistem interface antara tegangan tinggi dan

tegangan rendah maka diharapkan tidak terjadi rusaknya port mikrokontroller

atau PC karena mendapat imbas tegangan tinggi dari aplikasi seperti motor AC

(Mototr Induksi) (INTRUMENTASI dan KONTROL).

Prinsip kerja BCD zero crossing adalah menerima inputan dari encoder

berupa pulsa dan tegangan 2 volt dc dan untuk merubah tegangan ke frekuensi

ada 3 supply yaitu masing masing +24V, +15V, dan -15V tegangan supply ini

akan dirubah ke frekuensi diatur dengan inputan 2 v dc outputannya berupa

frekuensi dengan range 0Hz-200Hz

8. Load cell

Load cell adalah sebuah alat uji perangkat listrik yang dapat mengubah

suatu energi menjadi energi lainnya yang biasa digunakan untuk mengubah

suatu gaya menjadi sinyal listrik.


Perubahan dari satu system ke system lainnya ini tidak langsung terjadi

dalam dua tahap saja tetapi harus melalui tahap-tahap pengaturan mekanikal,

kekuatan dan energi dapat merasakan perubahan kondisi dari baik menjadi

kurang baik.

Load cell pada coal feeder hanya memberi tahu berat batu bara yang

ada pada coal feeder dan sebagai feedback tetapi tidak seperti encoder karena

yang di atur oleh control hanya kecepatan motor.

Kontrol akan mengirim sinyal hasil feedback dari encoder dan loadcell ke

DCS kembali untuk mengoreksi apakah hasil feedrate yang diinginkan dari setpoint

sesuai apa tidak dengan hasil yang telah ditentukan oleh set point, jika aktual motor

lebih cepat dari permintaan maka DCS harus memperkecil keluaran dengan range 4-

20mA yang dikirim ke control hingga aktual motor sesuai dengan permintaan begitu

juga sebaliknya.

4.2. Sistem Proteksi Pada Coal Feeder

1. No Coal On Belt

Yaitu switch saklar on/off yang berfungsi untuk memberi tanda bahwa ada batubara di

dalam coal feeder. Jika pada conveyor terdapat batubara maka sistem mekanik no coal

on belt akan memberi sinyal 1, dan jika batubara abis atau tersumbat di bunker maka

sistem mekanik no coal on belt yang bentuknya seperti plat akan turun dan memberi

sinyal 0. Apabila itu terjadi maka akan ada jeda timer untuk coal feeder trip kemudian

akan trip mill.

2. Plug in

Yaitu sistem mekanik yang bentuknya seperti plat. Batubara yang dari coal feeder akan

turun ke mill, apabila penggilingan mill mati atau penggilingan pada mill kurang

maksimal maka batubara di mill akan menumpuk kemudian sistem mekanik yang
bentuknya seperti plat tadi akan naik untuk memberi sinyal bahwa batubara yang berada

pada mill akan menumpuk dan jika itu terjadi akan terjadi trip coal feeder.

3. Push Button Emergency

Yaitu tombol yang mengharuskan coal feeder tersebut untuk dimatikan secara total.

Misalkan ada gangguan atau saat terjadi kebakaran pada coal feeder.

4. Over speed

Yaitu kecepetan putaran motor. Pada putaran motor 1000 RPM dengan memutar beban

belt maka torsi dan RPM akan berkurang. Apabila belt selip sama poros yang diputerin

motor maka, torsi yang mencengkram pada putaran motor akan hilang dan kecepatan

motor akan tinggi karena selip. Pada motor tersebut ada sensor encoder (tachometer)

yang akan memberi feedback untuk encoder dengan mensensing putaran motor.

Kemudian hasil tadi akan dibandingkan dengan deviasi. Apabila melebihi deviasi akan

terjadi trip.

4.3. Kalibrasi coal feeder

Kalibrasi feeder harus dilakukan saat startup. Setelah satu bulan operasi awal

dan setiap enam bulan setelahnya. Kalibrasi juga harus dilakukan dengan mengikuti

penyesuaian roller berat atau penggantian belt,papan CPU atau modul beban sel.

Pengontrol juga harus dikalibrasi setelah firmware pengontrol diupdate atau pada saat

operasi default load dilakukan. Klasifika0si dilakukan dalam dua langkah yang

terpisah.

Langkah pertama kalibrasi terdiri dari penghapusan sistem tare, yang meliputi

berat roller timbang, perakitan pendukung sel beban, dan feeder belt juga melibatkan

pengukuran kecepatan belt dan relasinya ke kecepatan motor. Langkah kedua

mengkalibrasi keluaran sel beban dengan bobot yang diketahui pembatalan feeder

dilakukan dengan mengukur rata-rata hasil sistem berat lebih dari dua belt (delapan pita
lolos) dan kemudian mengurangi jumlah ini dari total pengukuran berat. Bila tidak ada

pergerakan belt, maka menghasilkan kontribusi rata-rata nol terhadap berat total.

Dalam operasi normal, rata-rata ruang secara otomatis dikurangkan dari berat

kotor dari belt. Oleh karena itu, hanya berat material pada sabuk yang tercermin sebagai

berat total. Sementara belt kosong ditimbang, kecepatan ikat juga diukur secara akurat.

Hal ini dilakukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan penanda retro-reflektif,

menempel pada belt, untuk melakukan perjalanan diantara dua titik tetap pada feeder.

Parameter ini diukur delapan kali untuk menentukan pengulangan dan untuk

mengimbangi variasi ketebalan belt. Dari data ini kecepatan belt dihitung dan hubungan

antara kecepatan belt dan kecepatan motor sudah terbentuk. Feeder beroperasi dengan

selip sabuk nol. Oleh karena itu ratio kecepatan belt terhadap kecepatan motor rata-rata

adalah konstan. Ratio ini tersimpan dalam memori dan digunakan untuk menentukan

kecepatan belt untuk kecepatan motor apapun. Rentang sistem penimbangan ditetapkan

setelah diukur. Bobot yang diketahui diterapkan pada roller timbang dan rata-rata

keluaran diatas dua putaran belt (delapan pita lolos) diukur.

Faktor span yang dikalibrasi ini tersimpan dalam memori dan digunakan untuk

secara akurat menentukan nilai berat material pada belt.

Catatan : parameter DT-9 P04.03 effective platform length adalah jarak dari rentang

beban rata-rata roller pusat, yang didukung oleh load cell. Ini adalah setengah jarak

antara dua rol rentang berat. Untuk feeder tertentu , nilai yang digunakan oleh DT-9

harus menjadi setengah dari nilai yang digunakan oleh 196NT.

4.3.1. Weigh Roller Adjustment

Agar feeder menimbang dengan akurat, roller timah pusat harus sejajar dengan

rol rentang berat dalam 0.002 inci (0,05mm) gambar 4-1.


CATATAN: Bagian yang ditunjukkan mungkin berbeda dari yang benar-benar dikirim.

Angka ini akan digunakan sebagai pedoman umum.

Timbang Prosedur Penyesuaian Roller

1. Pasang berat kalibrasi pada kedua sel beban

2. Masukkan bilah pemeriksaan (A2451-1) melalui pintu akses ujung feeder,

bersebelahan dengan sisi belt, dan dengan permukaan mesinnya bertumpu pada

rentang timbang dan timbangan rol.

3. Dimulai di kedua sisinya, masukkan 0,005 diantara masing-masing dari ketiga rol

dan permukaan mesin dari bilah pemeriksaan (tiga tempat).

Gambar 4.7 Weigh Roller Adjustment

4. Kendurkan mur, lalu putar blok penyesuaian untuk menurunkan roller timbang.
5. Perlahan-lahan putar blok penyesuaian untuk menaikkan roller timbang sampai

menyentuh kedua bilah periksa dan rol berat (pas slip). Kemudian Kencangkan

mur.

6. Demikian pula, atur roller timbang di sisi berlawanan feeder.

7. Lepaskan bilah periksa.

8. Lepaskan beban kalibrasi.

9. Feeder harus dikalibrasi ulang setelah penyesuaian rol berat.

4.3.2. Basic (CAL 1)

Operasi ini mengukur faktor tare dan faktor kecepatan belt dan memperbarui parameter

berikut.

• P10.02 Pulses per Length (Default: 300.00 P/inch, Min: 1.00 P/inch, Max: 1000000.00

P/inch)

• P10.10 Basic Tare (Default: 0.00 lb/inch, Min: 0.00 lb/inch, Max: 10000.00 lb/inch)

• P10.11 Belt Circuit No. (Default: 1000000 I/U, Min: 0 I/U, Max: 9000000 I/U)

Catatan: Hasil kalibrasi tidak disimpan ke tabel parameter sampai operator menerima untuk

menekan <Apply> di EasyServe, <SAVE> di layar sentuh HMI opsional atau <ENTER> pada

layar 196NT..

Persyaratan:

• Rentang beban harus kalibrasi tingkat sebelumnya. Jika tinggi rol timbang

sudah disesuaikan, kalibrasi yang lengkap (Basic (Cal 1) dan Span (Cal 2))

harus dilakukan.

• Probe kalibrasi harus dipasang dan berada di lokasi yang benar.


• Cal probe A terletak lebih dekat ke saluran masuk feeder.

o De-energi DT-9 sebelum menginstal probe.

• Empat klip tape retro-reflektif harus dipasang di belt.

o Klip tape harus lebih jauh terpisah dari jarak antara probe cal atau Probe

Error yang akan dihasilkan dan kalibrasinya tidak akan lengkap.

o Empat klip klip biasanya digunakan tapi dua dapat digunakan jika feeder

sangat terpaksa atau delapan dapat digunakan jika feeder sangat panjang

atau lambat.Jika dua klip tape digunakan, feeder akan dikalibrasi selama

empat putaran belt, dan bukan dua, dan P10.11 Belt Circuit No. akan

menjadi dua kali nilai yang benar. Jika delapan klip tape digunakan,

feeder akan dikalibrasi lebih dari satu revolusi belt dan P10.11 Belt

Circuit No. akan menjadi setengah dari nilai yang benar.

• Feeder TIDAK boleh berada dalam mode volumetrik.

• Feeder harus dalam mode OFF / Maint.

• Feeder belt harus kosong.

• Bobot kalibrasi TIDAK harus dipasang.

Prosedur Kalibrasi:

1) Sebelum memulai kalibrasi, catatlah nilai parameter P10.02 Pulses per Length dan P10.10

Basic Tare. Ini akan digunakan kemudian untuk memastikan bahwa hasil kalibrasi

konsisten.

2) Jika kalibrasi dilakukan dengan menggunakan EasyServe, navigasikan ke jendela kalibrasi

menggunakan Tools | Item menu Calibration. Jika layar sentuh (opsional) HMI sedang

digunakan, masuklah pertama kali, lalu masuk ke layar kalibrasi dengan menekan tombol

<Setup> dan <Calibration>.

3) Pilih Basic (Cal 1)


4) Memulai proses kalibrasi Basic (Cal 1) dengan menekan tombol <Start> di EasyServe atau

HMI Touch HMI opsional, atau tombol <CAL 1> pada layar 196NT.

5) Feeder akan mulai berjalan dan menjalani proses stabilisasi.

 Motor pertama akan berjalan pada satu setengah nilai yang ditentukan dalam P02.16

Maintenance Speed (Default: 50%, Min: 0 %, Max: 100 %), kemudian pada nilai penuh

P02.16.

6) Setelah Stabilisasi, feeder akan melalui delapan pita lolos. DT-9 akan menampilkan nomor

pasak dan pulsa tachometer di layar.

7) Setelah menyelesaikan kalibrasi empat nilai akan ditampilkan di layar:

o Deviasi (Variasi antara pengukuran kecepatan belt)

o Belt Circuit No. (P 10.11)

o Basic Tare (P 10.10)

o Pulses per Length (P 10.02).

8) Setelah berhasil menyelesaikan, layar akan meminta Anda untuk menyimpan atau

membatalkan nilai kalibrasi.

Catatan: Jika kalibrasi menghasilkan nilai buruk, perbaiki masalah mekanis dan jalankan

program kalibrasi lagi.

9) Tekan tombol <SAVE>, <ENTER> atau <Apply> untuk menyimpan nilai kalibrasi yang

baru, atau tombol <EXIT> atau <Cancel> untuk membatalkan kalibrasi sehingga parameter

tidak berubah.

10) Setelah kalibrasi telah dilakukan, verifikasi bahwa hasilnya konsisten dengan

membandingkan nilai P10.02 dan P10.10 terakhir dengan nilai sebelumnya (Direkam pada
langkah 1). Hitunglah perubahan persentase dengan menggunakan rumus [100 x (nilai baru

- nilai lama) / (nilai baru)]. Jika hasilnya lebih besar dari 0,25%, periksa kesalahan mekanis

dalam sistem timbang dan ulangi kalibrasinya.

4.3.3. Span (CAL 2)

Operasi ini mengukur faktor rentang sel beban dan faktor kecepatan sabuk, dan

memperbarui parameter berikut.

• P10.03 Range Correction TW (Default: 1.0000, Min: 0.5000, Max: 2.0000)

• P10.10 Basic Tare

• P10.11 Belt Circuit No.

Catatan: Hasil kalibrasi tidak disimpan ke tabel parameter sampai operator menerima untuk

menekan <Apply> di EasyServe, <SAVE> di layar sentuh HMI opsional atau <ENTER> pada

layar 196NT.

Persyaratan:

 Rentang beban harus kalibrasi tingkat sebelumnya. Jika tinggi rol timbang sudah

disesuaikan, kalibrasi yang lengkap (Basic (Cal 1) dan Span (Cal 2)) harus dilakukan.

 Probe kalibrasi harus dipasang dan berada di lokasi yang benar.

o Cal probe A terletak lebih dekat ke saluran masuk feeder.

o De-energi DT-9 sebelum menginstal probe.

 Empat klip tape retro-reflektif harus dipasang di belt

 Klip rekaman harus lebih jauh terpisah dari jarak antara probe cal atau Probe Error yang

akan dihasilkan dan kalibrasinya tidak akan lengkap.


o Empat klip klip biasanya digunakan tapi dua dapat digunakan jika feeder sangat

terpaksa atau delapan dapat digunakan jika feeder sangat panjang atau lambat. Jika dua

klip rekaman digunakan, feeder akan dikalibrasi selama empat putaran belt, dan bukan

dua, dan P10.11 Belt Circuit No. akan menjadi dua kali nilai yang benar. Jika delapan

klip rekaman digunakan, feeder akan dikalibrasi lebih dari satu revolusi belt dan

P10.11 Belt Circuit No. akan menjadi setengah dari nilai yang benar.

 Feeder TIDAK boleh berada dalam mode volumetrik.

 Feeder harus dalam mode OFF / Maint.

 Feeder belt harus kosong.

 A Basic (Cal 1) telah dilakukan.

 Masukkan Parameter P 10.08 Kalibrasi Berat. Pastikan nilai yang dimasukkan sesuai

dengan nilai total yang tertera pada berat kalibrasi.

 Pasang pemberat pada load cell ( 17kg ).

Prosedur kalibrasi :

1) Sebelum memulai kalibrasi, catatlah nilai parameter P10.02 Pulses per Length dan P10.03

Range Correction TW. Ini akan digunakan kemudian untuk memastikan bahwa hasil

kalibrasi konsisten.

2) Jika kalibrasi dilakukan dengan menggunakan EasyServe, navigasikan ke jendela kalibrasi

menggunakan Tools | Item menu Calibration item. Jika layar sentuh (opsional) HMI sedang

digunakan, masuklah pertama kali, lalu masuk ke layar kalibrasi dengan menekan tombol

<Setup> dan <Calibration>.

3) Pilih Span (Cal 2)


4) Memulai proses kalibrasi Span (Cal 2) dengan menekan tombol <Start> di EasyServe atau

HMI Touch HMI (opsional), atau tombol <CAL 2> pada layar 196NT.

5) Layar akan meminta untuk menambahkan bobot kalibrasi. Garis atas tampilan akan

menunjukkan nilai yang dimasukkan pada P 10.08 Calibration Weight dan garis bawah

menunjukkan berapa ukuran sel yang diukur berdasarkan parameter kalibrasi saat

ini. Tekan tombol <ENTER> atau <Start> untuk melanjutkan dengan kalibrasi.

6) Feeder akan mulai berjalan dan menjalani proses stabilisasi

o Motor akan berjalan pada nilai yang ditentukan dalam P02.16 Maintenance Speed.

7) Setelah Menstabilkan feeder akan melalui delapan pita lolos

o Nomor pass dan pulsa tachometer akan ditampilkan di layar

8) Setelah selesai kalibrasi, empat nilai akan ditampilkan di layar.

o Deviation (Variation between belt speed

measurements)

o Belt Circuit No (P 10.11)

o Range Correction TW (P 10.03)

o Pulses per length. Value (P 10.02)

9) Setelah berhasil menyelesaikan, layar akan meminta Anda untuk menyimpan atau

membatalkan nilai kalibrasi.

Catatan: Jika kalibrasi menghasilkan nilai buruk, perbaiki masalah mekanis dan jalankan

program kalibrasi lagi.

10) Tekan tombol <SAVE>, <ENTER> atau <Apply> untuk menyimpan nilai kalibrasi yang

baru, atau tombol <EXIT> atau <Cancel> untuk membatalkan kalibrasi sehingga

parameter tidak berubah.


11) Setelah kalibrasi dilakukan, verifikasi bahwa hasilnya konsisten dengan membandingkan

nilai P10.02 Pulses per length. Value dan P10.03 t Range Correction TW terbaru dengan

nilai sebelumnya (Direkam pada langkah 1). Hitunglah perubahan persentase dengan

menggunakan rumus [100 x (nilai baru - nilai lama) / (nilai baru)]. Jika hasilnya lebih besar

dari 0,25%, periksa kesalahan mekanis dalam sistem timbang dan ulangi kalibrasinya.

Anda mungkin juga menyukai