Skripsi
Skripsi
Skripsi
PENDAHULUAN
kepentingan buruh dan pengusaha salah satu topik diantaranya adalah ketentuan
diatur.1
menghasilkan produk barang atau jasa tertentu. Obyek yang di tata dalam hal ini
adalah hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja yang meliputi hak dan
kewajiban kedua belah pihak , syarat kerja dan sebagainya. Sedangkan fungsi
1
Sehat Damanik, 2006, Outsourcing Dan Perjanjian Kerja Menuru Uu No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta: Dss Publishing, Hlm 1
2
Ibid., Hlm 108
1
dalam perjanjian kerja sama. Karena Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak
mengatur tata cara dan syarat-syarat pembuatan suatu perjanjian, maka pembuatan
perjanjian tersebut harus mengacu pada hukum lain yang sudah ada, sehingga
perusahaan penyedia tenaga kerja. 4Jadi dalam sistem outsourcing ini ada suatu
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja yang di buat secara
tertulis.5 Di lihat dari pasal 64 ini maka sistem outsourcing memng diakui dan
dilegalkan oleh hukum, namun tidak semua pekerjaan dapat diserahkan untuk
outsourcing, maka demi terciptanya keadilan hukum guna melindungi para tenaga
3
Ibid.,
4
Ibid., Hlm 3
5
Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2
3
outsourching ini. Syarat tersebut dapat dilihat pada pasal 65 ayat 2 Undang-
pemberi pekerjaan;
dan
outsourcing dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau
perjanjian kerja waktu tertentu yang sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Undang-
bahwa perjanjian kerja waktu tertentu tidak dilaksanakan untuk pekerja yang
sifatnya tetap yang artinya pekerja tersebut sifatnya sementara dan akan selesai
maksimal satu kali untuk jangka waktu paling lama satu tahun dan hanya dapat
untuk melakukan pekerjaan pokok. Perjanjian kerja yang berlaku antara pekerja
4
dengan perusahaan penyedia jasa adalah perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau
perjanjian kerja waktu tertentu yang harus sesuai dengan pasal-pasal yang ada
terpenuhi maka sesuai dengan pasal 66 ayat (4) status hubungan kerja antara
pekerja dengan perusahaan penyedia jasa berubah menjadi perjanjian kerja denga
perjanjian. Kedua istilah tersebut mengandung arti yang sama, yang intinya adalah
ada para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjiakan dan
hubungan hukum. Kontrak atau perjanjian tersebut dapat menimbulkan hak dan
merupakan keharusan yang wajib diikuti oleh setiap perusahaan baik pemberi
agar hak dan kewajiban para pengusaha dan pekerjanya tetap terlindungi
sehingga akan tercipta keadilan hukum namun dalam pelaksanaanya masih ada
ketentuan yang berlaku, salah satunya adalah perusahaan listrik negara (PLN).
6
Ibid., Hlm 25
5
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun” mengandung makna bahwa pengusaha tau pemberi kerja bisa mengambil
waktu seminimal mungkin dalam masa perjanjian kerja waktu tertentu. Akan
tetapi fakta di lapangan yaitu masih banyak tenaga kerja outsourcing yang waktu
kerjanya yang melebihi waku minimal dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
Inspeksi Telaga
Limboto
Kwandang
Marisa
6
Tabel 1.1: Jumlah tenaga kerja outsourcing selama lima tahun terakhir
ialah 43 (orang) dan merupakan tenaga kerja tidak tetap.
Sumber: Data primer PT.PLN (persero) GORONTALO
Dari data di atas menjelaskan bahwa ada 43 tenaga kerja yang berstatus
tenaga kerja tidak tetap dan belum diganti sampai sekarang. Hal ini menunjukan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu hanya boleh dilakukan paling lama dua tahun
dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama satu
tahun.
tertentu (PKWT) yang di buat oleh pengusaha pada haikatnya bertujuan untuk
melindungi pengusaha dan juga pekerja. Dalam hal ini PKWT memiliki peranan
yang cukup besar baik terhadap pengusaha maupun pekerja. Hal ini dapat
diketahui karena PKWT tersebut merupakan suatu ketentuan hukum yang bersifat
mengikat bagi pengusaha dan pekerja. Dalam PKWT tersebut telah diatur
pengusaha/majikan. Jika PKWT yang telah disetujui tersebut dilanggar oleh sala
satu pihak maka pihak yang dirugikan dapat menuntut sesuai dengan ketentuan
7
Mariam Darus Badrulzaman, Dalam Buku Salim H.S, 2011, Hukum Kontrak ( Teori Dan Tehnik
Penyusunan Kontrak ) Hlm 13
7
menemukan bahwa pekerja buruh ada bahkan relatif banyak yang tidak
konsekuensi yang akan mereka terima ketika ada itikad buruk dari pengusaha
bahwa PKWT merupakan perjanjian yang hanya bisa dilakukan maksimal 3 (tiga)
tahun.
outsourcing memuat ketentuan bahwa dalam jangka waktu kerja sama itu 5 (lima)
tahun dan tidak ada perpanjangan, kemudian dilelang kembali oleh pihak
penyedia jasa.8 Hal ini bertentangan dengan undang –undang yang berlaku yaitu
perjanjian kerja waktu hanya di buat untuk paling lama 3 (tiga) tahun. Hal ini juga
8
Hasil wawancara dengan bapak saiful hari selasa 12 maret, pukul 14.45
8
sehubungan dengan kontrak kerja akan tetapi hal tersebut tidak sesuai dan bahkan
tidak seimbang.
bila para pihak mempunyai posisi yang seimbang. Jika salah satu pihak lemah,
maka pihak yang memiliki posisi lebih kuat dapat memaksakan kehendaknya
tertentu yang semacam itu akhirnya akan melanggar aturan-aturan yang adil dan
perusahaan dan tenaga kerja yang kemudian menimbulkan hal-hal negatif dalam
kepada pihak yang lemah, dan pihak yang kuat mendapat keuntungan dari
perjanjian yang berupa dan berisi tentang apa saja dan diperbolehkan pula
undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Lebih tegasnya para pihak yang
9
tujuan dari hukum. Jadi sudah semestinya bila hukum yang mengatur perjanjian
untuk waktu tertentu memberikan rasa keadilan kepada para pihak. Dalam
hubungan ini, maka isi atau klausul-klausul dalam perjanjian untuk kerja waktu
tertentu antara perusahaan dan tenaga kerja tidak dapat didasarkan hanya pada
tersebut tidak dibuat dalam akta otentik tetapi hanya di buat dengan akta dibawah
tangan tidak menjamin kepastian hukum karena kebenaran isi akta hanya
merupakan tanggung jawab kedua belah pihak tanpa disaksikan pejabat yang
Dari tinjauan hukum perdata, perjanjian yang dibuat dengan akta di bawah
tangan diakui oleh para pihak tersebut. Kontrak pengadaan mempunyai kekuatan
9
Budiman sinaga, perjanjian ketenagakerjaan, mengenal perjanjian ketenagakerjaan, dalam
www.wordpress.com diakses tanggal 11 maret 2019
10
yang sah dan meengikat jika kontrak itu ditanda tangani oleh pejabat yang
undang nomor 13 tahun 2003 sangat berarti dalam mengatur asas keseimbangan
dalam perlindungan baik para tenaga kerja maupun para pengusaha didalam
perlindungan tenaga kerja yang bertujuan agar bisa menjamin hak-hak dasar
diskriminasi.
GORONTALO?
10
Yohanes Sogar Simamora,2009, Hukum Perjanjian: Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan
Barang Dan Jasa Oleh Pemerintah Jilid 1, Yogyakarta: Pres Sindo, Hlm 107
11
GORONTALO ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih. Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian
mengikatkan diri.11
mana seorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu,
kontrak dan perjanjian mempunyai makna yang sama karena dalam B.W. hanya
dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang-undang
11
Ahmadi Miru, Saka Pati, 2011, Hukum Perjanjian (Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456
Kuhperdata), Rajawali Pers Jakarta, Hlm 63
12
Ahmadi Miru, 2013, Hukum Kontrak Dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta Hlm 1
12
13
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
mengenai hal pokok dalam kontrak tersebut, namun masih ada hal lain yang harus
diperhatikan, yaitu syarat sahnya kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
berikut:15
1. Asas Konsensualisme
untuk lahirnya kesepakatan. Pengertian ini tidak tepat karena maksud asas
konsensualisme ini adalah bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat terjadinya
lahirlah kontrak, walaupun kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini
13
R. Subekti,1987, Hukum Perjanian, Pt.Intermassa Hal 1
14
Ibid Hlm 13
15
Ahmadi Miru, Op,Cit Hlm 3
14
berarti bahwa dengan teapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan
kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut sudah
bersifat obligatoir, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
kontrak tersebut. Asas konsensualisme ini tidak berlaku bagi semua jenis kontrak
karena asas ini hanya berlaku terhadap kontrak konsensual sedangkan terhadap
Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting
dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak ini oleh sebagian sarjana hukum
biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Demikian pula ada yang mendasarkan pada Pasal 1320 KUH
untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan perjanjian,
diantaranya:17
peraturan perundang-undangan.
16
Ibid Hlm 4
17
Ibid
15
kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Hal ini tidak terlepas juga dari
sifat Buku III KUH Perdata yang hanya merupakan hukum yang mengatur
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak
tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan
ini dapat dilihat pada Pasal 1338 ayat (1) yang menentukan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.19
Asas iktikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum
perjanjian. Ketentuan tentang iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3)
bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Sementara itu, Arrest
baik, bukan lagi pada teori kehendak. Begitu pentingnya iktikad baik tersebut
belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai
oleh iktikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa
18
Ibid
19
Ibid Hlm 5
16
yang wajar dari pihak lain. Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian
pihak harus menaruh perhatian yang cukup dalam menutup kontrak yang
berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional. Kedelapan asas itu
a. Asas kepercayaan
sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain,
walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
c. Asas Keseimbangan
20
Ibid
21
Mariam Darus Badrulzaman, Dalam Buku Salim H.S, Loc.cit 13-14
17
Dasar 1945 adalah sumber tata nilai dan mencerminkan cara pandang
tolak ukur tata nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tetatp
begitu banyak dikaji dan diulas oleh para ahli, sehingga muncul berbagai
sebanding” menunjuk pada suatu keadaan, posisi, derajat, berat, dan lain-
lain.23
22
H. Budiono ,2006, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung, Citra
Aditya Bakti , Bandunng, Hlm 357
23
Ibid Hlm 25-26
18
keseimbangan para pihak hanya akan terwujud apabila berada pada posisi
nasabah) dari posisi atau kedudukan para pihak yang (seharusnya) sama.
perjanjian.
24
Agus Yudha Hernoko, 2011, Hukum Perjanjian(Asas Proposionalitas, Dalam Kontrak
Komersial), Pradana Media Grup , Jakarta, Hlm 27
25
Ibid Hlm 28
19
rukun, patut, pantas, dan laras) sebagaimana yang tercermin dalam hukum
26
Ibid
27
Ibid
20
e. Asas Moral
Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
(moral).
f. Asas Kepatutan
Asas Kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Asas ini
g. Asas Kebiasaan
tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga
h. Asas Perlindungan
2.1.5. Wanprestasi
disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapat
21
terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga
dilakukan.
wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat
berupa tuntutan:31
Dengan demikian, ada dua kemungkinan pokok yang dapat dituntut oleh
pihak yang dirugikan, yaitu pembatalan atau pemenuhan kontrak. Namun, jika
lagi, yaitu “penuntutan ganti rugi saja” karena tidak mungkin seseorang menuntut
ganti rugi saja yang lepas dari kemungkinan dipenuhinya kontrak atau batalnya
yang harus dihadapi para pihak dan tidak ada pilihan lain sehingga tidak mungkin
ada tuntutan ganti rugi yang berdiri sendiri sebagai akibat dari suatu
wanprestasi.33
Tuntutan apa yang harus ditanggung oleh pihak yang wanprestasi tersebut
tergantung pada jenis tuntutan yang dipilih oleh pihak yang dirugikan. Bahkan
apabila tuntutan itu dilakukan dalam bentuk gugatan di pengadilan, pihak yang
pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerim upah atau
33
Ibid
34
Ibid
23
imbalan dalam bentuk lain.35 Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
angka (6) pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja pada perusahaan
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/ jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
menghasilkan barang dan/ jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat dapat meliputi setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri
dengan tidak menerima upah atau imbalan. Tenaga kerja meliputi pegawai negeri,
pekerja formal, dan orang yang belum bekerja atau pengangguran. Dengan kata
Tenaga kerja itu sendiri mencakup buruh, pegawai negeri baik sipil
maupun swasta, karyawan. Semua istilah tersebut mempunyai maksud dan tujuan
yang sama yaitu orang bekerja pada orang lain dan memperoleh upah sebagai
imbalannya.
35
Undang – Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka (3)
36
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No 19 Tahun 2012
Tentang Syarat – Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain
Pasal 1 Angka (6)
37
Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformas, Jakarta, Sinar Grafika, Hal 1
24
a. Tenaga Kerja
tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64
tahun.
dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut undang
usia, yaitu mereka yang berusia dibawah 15 tahun dan berusia diatas 64
tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut
a. Angkatan kerja
mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para
pengangguran sukarela.
keahlian atau kemahiran dalm bidang tertentu dengan cara sekolah atau
Kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contohnya adalah kuli,
Hubungan kerja ini pada dasarnya adalah hubungan antara buruh dan
38
Noname. Undang-Undang Ketenagakerjaan Terbaru Uu No 13 Tahun 2003 Dan Klasifikasi
Tenagakerja Dalam Http://Www.Gurupendidikan.Net. Diakses 23 Januari 2019
26
kesatu, siburuh mengikatkan dirinya pada pihak lain, si majikan untuk bekerja
pekerjaan yang harus dikerjakan dengan baik dan benar.40 Sedangkan menurut
1) Pekerjaan
2) Perintah
3) Upah
Dari ketiga unsur tersebut ketiga – tiganya harus terpenuhi dan tidak boleh
suatu perjanjian kerja secara tertulis maupun lisan antara pekerja dengan pemberi
kerja yang telah mengikatkan diri, saling bekerja sama untuk pelaksanan
39
Lalu Husni Dalam Zainal Asikin, 2016, Dasar-Dasar Hukum Pemburuhan,Jakarta, Rajawali
Pers , Hlm 65
40
Soedarjadi , 2009, Hak Dan Kewajiban Pekerja Pengusaha , Yogyakarta .Pustaka Yustisia,
Hlm 12
41
Undang – Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Angka (15)
27
hubungan kerja)
1. Pengertian
kecakapan hal tertentu dan suatu sebab yang halal, sebagaimana ditentukan dalam
menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi para pihak yang membuatnya.44
42
Noname . Pengertian Hubungan Kerja. Dalam Http://Www.Sarjanaku.Com. Diakses 23 Januari
2019
43
R Joni Bambang. 2013. Hukum Ketenagakerjaan. Bandung : Pustaka Setia, Hlm 81
44
Suharnoko. 2004. Hukum Perjanjian . Jakarta : Kencana Prenada Media Group,. Hlm 1
28
pihak ke-1 (satu)/buruh atau pekerja mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah
pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan
kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak”.
disatu pihak dengan pengusaha dipihak lain. Perjanjian itu menetapkan antaralain
bahwa pekerja akan sanggup melakukan pekerjaan atau tugas yang diperintahkan
padanya yang dapa menghasilkan barang atau jasa dengan satu kompensasi dari
pengusaha atau pemberi kerja berupa upayang besarnya tidak kurang dari upah
KUHPerdata dan juga pada Pasal 1 angka 14 Jo Pasal 52 ayat 1 Undang Undang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dalam Pasal 52 ayat 1
45
Soedarjadi, Op.Cit, Hlm 13-15
29
berlaku.
dalam perjanjian, yakni: para pihak (subyek) dan hal-hal yang disepakati (obyek) `
subjek dalam hal ini adalah pekerja/ buruh pada satu pihak dan
Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut kesepakatan bagi yang
kedua belah pihak yang membuat perjanjian harus haruslah cakap membuat
yang diperjanjikan, dalam istilah Pasal 1320 KUHPerdata adalah hal tertentu.
46
Sehat Damanik. Op.Cit.Hlm 128
30
tertentu. Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat
kontrak kerja.
kerja. Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja,
demi hukum.
waktu 1 (satu) tahun, maka hanya dapat diperpanjang satu kali dengan
harus dibuat tertulis dan dibuat dalam bahasa Indonesia, dengan ancaman
bahwa apabila tidak dibuat secara tertulis dan tidak dibuat dengan bahasa
(2) UUK). Isi dari suatu perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
d) Tempat pekerjaan
dan pekerja
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan
penjajakan.
kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
maupun secara lisan dan tidak wajib mendapatkan pengesahan dari instansi
ketenagakerjaan terkait.
mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan. Selama masa
percobaan pengusaha wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut tidak
PKWT tersebut;
dalam angka (1), angka (2), angka (3) dan angka (4), maka
atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
secara tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia. PKB yang dibuat tidak
Dalam satu perusahaan ahanya terdapat satu PKB yang berlaku bagi seluruh
pekerja/buruh di perusahaan. 48
2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 116 sampai dengan 135 dan Keputusan
47
R Joni Bambang. Op.Cit. Hlm 118
48
Ibid ., Hlm 119
35
49
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 61
36
harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang
lemah. 50Artinya perlindungan tenaga kerja merupakan jaminan wajib bagi tiap
selama bekerja.
menjadi 3 macam;51
serta jaminan sosial tenaga kerja. Hal ini sebagaimana tujuan pembangunan
50
Yusuf Subkhi,2012, Perlindungan Tenaga Kerja Alih Daya (Outsourcing) Perspektif Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Dan Hukum Islam , Malang:Uin Maliki
Malang Hlm 36
51
Agusmidah,2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, Hlm 61
37
sehingga harus diatur dengan regulator yang maksimal untuk terpenuhinya hak-
hak dan perlindungan mendasar bagi pekerja dan terwujudnya iklim yang
Pasal 86
2.3.1 Pengertian
Outsourcing merupakan bahasa asing yang berasal dari dua suku kata
Outyang berarti “luar” dan Source yang artinya “sumber”. Namun jika
52
Pasal 86 Dan 87 Uu No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
38
(dalam hal ini maksudnya menggunakan sumber daya manusia dari pihak di luar
perusahaan). 54
jasa pekerja atau buruh. Pemborongan Pekerjaan itu sendiri menuru KUHPerdata
suatu pekerjaan tertentu bagi pihak yang lain, yaitu pihak yang memborongkan,
pekerjaan yang bukan merupan pekerjaan pokok atau bukan pekerjaan yang
53
Siti Kunarti. 2009. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Outsourcing) Dalam Hukum
Ketenagakerjaan . Jurnal Dinamika Hukum Vol No. 9 . Fakultas Hukum Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto, Hlm 69
54
Sutedi Adrian. 2009. Hukum Pemburuan. Jakarta. Sinar Grafika . Hlm 217
39
pekerja outsourcing dengan membuat suatu perjanjian kerja dalam bentuk tertulis
jasa tenagakerja.
hukum atau bukan yang berbentuk badan hukum, milik orang perseorangan,
milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta maupun milik negara
lain. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
40
kerja. Perusahaan penyedia jasa pekerja wajib berbadan hukum dan memiliki
55
Ibid., Hlm 225
56
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenagakerja Dan Transmigrasi No 19 Tahun 2012 Tentang
Syarat –Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain Pasal 1
Angka (3)
41
ketenagakerjaan.
3) Pekerja Outsourcing
angka (3) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
2012 Pasal 1 angka (6) menjelaskan bahwa pekerja adalah setiap orang yang
yang berhubungan dengan proses produksi dan hanya boleh digunakan untuk
42
Pasal 65 ayat (2) pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus
kerja
(catering), usaha tenaga penagaman atau satuan pengamanan (security), usaha jasa
57
Sutedi Adrian Op.Cit ., Hlm 222
43
pemberi pekerjaan
58
Ibid ., Hlm 54
44
jasa pekerja/buruh
2) Perjanjian kerja yang dibuat adalah PKWT yang dibuat secara tertulis
jasa pekerja/buruh
59
Ibid., Hlm 55
60
Ibid
BAB III
METODE PENELITIAN
wawancara langsung terhadap objek penelitian yaitu para pegawai dan pekerja
yuridis empiris atau sosiologi hukum. Metode penelitian yuridis empiris atau
masyarakat.61
kerja Outsourcing.
61
Zainudin Ali. 2013. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Sinar Grafika . Hlm 105
45
46
3.2.1.Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objeknya. Dalam
penelitian ini objeknya adalah para pegawai dan pekerja outsourcing serta
3.2.2 Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan.
lain.
62
Ibid., Hlm 47
47
khususnya di PT.PLN Kota Gorontalo. Lokasi ini dipilih karena keberadaan data
primer itu sangat mendukung penelitian peneliti selain itu di PT.PLN Kota
3.4.1 Populasi
yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau
mati), kejadian, kasus-kasus waktu atau tempat, dengan sifat atau ciri yang
sama.63
63
Bambang Sunggono. 1998. Metodelogi Penelitian Hukum.Jakarta. Raja Grfindo Persada Hlm
121
48
3.4.2 Sampel
5. Masyarakat :1 (orang)
3.5.1 Wawancara
64
Zainudin Ali. Op.Cit. Hlm 98
65
Mukti Fajar, Yuliyanto Achmad,2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris,
Yogyakanrta , Pustaka Pelajar , Hlm 161
49
3.5.2 Kuisioner
atau membegi daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti
atau telaah terhadap hasil pengolaan data yang dibantu dengan teori-teori yang
Adapun analisi data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
hasil penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisi, yaitu data yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang
66
Ibid Hlm 164
67
Ibid Hlm 183
BAB IV
PEMBAHASAN
Outsourcing
Waktu Tertentu
keseimbangan posisi bagi salah satunya. Perjanjian yang demikian dianggap tidak
adil dan berat sebelah, sehingga memunculkan upaya untuk mencari dan menggali
kerja waktu tertentu yang pengguna jasanya adalah PT. PLN (Persero) selaku
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kaitannya dengan tindakan hukum dalam
68
Winarno Surachmad, 1973, Dasar Dan Tehnik Research Penelitian Metodelogi Ilmiah,
Bandung Tarsito Hlm 127
50
51
hukum. Menurutnya para pihak berada dalam persamaan derajat, tidak ada
perbedaan dan mengharuskan kedua belah pihak untuk saling menghormati satu
sama lain sebagai sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. 69Penulis berkesimpulan
hukum kontrak yang di kenal dalam KUHPer dengan jiwa dan semangat bangsa
terlibat dalam kontrak harus memiliki kedudukan atau possi yang simbang tidak
ada yang mendominasi dan juga para pihak memiliki posisi tawar yang seimbang
baik dari kedudukan para pihak, kepentingan maupu hak dan kewajiban para
69
Erni herawati, “perkembangan asas kesei mbangan dalam perjanjian”,http://busines-
law.binus.ac.id/2018/07/05 perkembangan-asas-keseimbangan-dalam-perjanjian/,diakses 1 juli
2019 pukul 10.00
70
Herlin Budiono . 2006. Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia Berlandaskan
Asas-Asas Wigati Indonesia . Bandung: Citra Aditya Bakti . Hlm 33
52
perilaku para pihak itu sendiri ataupun sebagai konsekuensi dari substansi
posisi para pihak sembang dalam menentukan hak dan kewajiban. Penekanan
dalam asas keseimbangan ialah kesembangan para pihak. Hal-hal yang dapat
mewujudkan keadilan dalam kedua belah pihak yang dijanjikan dalam kontrak.
Kontrak harus segera ditolak saat itu juga, apabila tampak bahwa
kedudukan salah satu pihak terhadap pihak lainnya adalah lebih kuat atau
muatan isi maupun maksud dan tujuan dibuatnya kontrak. Akibat ketidaksetaraan
tersebut berpengaruh terhadap perhubungan prestasi satu dengan lainnya, dan hal
perhubungan prestasi satu dengan lainnya, dan hal mana mengacaukan bagi pihak
kesetaraan yang terkait pada cara bagaimana kontrak terbentuk, dan tidak pada
merupakan bentuk perlindungan para pihak artinya para pihak yang terlibat dalam
kontrak harus memiliki kedudukan atau possi yang simbang tidak ada yang
mendominasi dan juga para pihak memiliki posisi tawar yang seimbang baik dari
kedudukan para pihak, kepentingan maupu hak dan kewajiban para pihak.
perikatan/perjanjian;
Syarat pertama dan syarat kedua disebut sebagai syarat subjektif, karena
menyangkut orang atau para pihak, sedangkan syarat ketiga dan syarat keempat
oleh salah satu pihak. Artinya sekalipun perjanjian telah ditandatangani maka
71
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1320
54
salah satu pihak yang merasa keberatan atas proses perjanjian itu dapat
objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum, artinya isi
perjanjian itu tidak membawa akibat apapun terhadap kedua belah pihak karena
secara hukum perjanjian itu dianggap tidak pernah ada, karena dalam perjanjian
kerja waktu tertentu juga berlaku syarat-syarat subjektif dan syarat objektif, maka
pemberi jasa tenaga kerja penyedia jasa (outsourcing) harus memperhatikan dan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-
menunjukkan bahwa keadilan berkaitan secara timbal balik bagi para pihak yang
terlibat di dalamnya. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujud keadilan akan
dijalankan akan lahir etos kerja yang lebih baik di PT.PLN gorontalo. Sebaliknya,
bisnis.72
72
A .Sony Keraf, 2005, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya , Yogyakarta , Kansius, Hlm 138
55
mencakup 2 (dua) hal yaitu masa sebelum bekerja (preemployment) dan masa
berbunyi :
Hak penyedia jasa (outsourcing) harus sama dengan tenaga kerja yang
lain, akan tetapi dalam kenyataannya tenaga kerja penyedia jasa (outsourcing)
employment) .
menguntungkan satu sama lain. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak
56
kerja waktu tertentu di PLN, ternyata ada beberapa klausul yang tidak seimbang
dan dapat merugikan pihak tenaga kerja. Klausul tersebut terdapat pada salah satu
isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang dibuat oleh salah satu PT .PLN
Gorontalo yang di dalam perjanjiannya hanya memuat jaminan sosial tenaga kerja
jaminan kematian sedangkan jaminan masa tua tidak terdapat dalam isi perjanjian
tersebut.
Selain itu, perjanjian jangka waktu kerja sama yang dimana dalam
perjanjian tersebut tercantum bahwa jangka waktu kerja itu 5 (lima) tahun hal ini
tidak sesuai dengan pasal 59 ayat (4) undang-undang nomor 13 tahun 2003
jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.”
Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 3 Ayat (2) Kepmenakertrans Nomor Kep-
Waktu Tertentu bahwa perjanjian kerja waktu hanya di buat untuk paling lama 3
(tiga) tahun.
perjanjian kerja waktu tertentu lima tahun, hasil wawancara menujukan bahwa hal
tersebut merupkan ketentuan kontrak. Hal ini bertentangan dengan dengan pasal
tertentu . Apalagi bukan masalah besar bagi PLN ketika rekanannya tidak setuju
dengan isi perjanjian pemborongan karena masih banyak rekanan yang lain.
Ketika penyedia jasa outsourcing tidak setuju dengan isi Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, maka PLN akan mencari penyedia jasa yang lain yang setuju karena
tidak memungkinkan bagi PLN untuk mengubah isi perjanjian. Selain itu, sistem
peraturan yang ada harus diberlakukan secara tegas dan disiplin sehingga tidak
ada lagi celah bagi PLN maupun penyedia jasa outsourcing untuk melakukan
barang/jasa, serta tidak terjadi kesalahan yang dapat merugikan pihak PLN
Kerja Waktu Tertentu harus berintegritas tinggi dan bekerja secara profesional.
Menurut penulis, pengaturan yang tidak efektif di atas perlu dikaji ulang
tidak akan mungkin bisa berjalan apabila tidak mencerminkan kebutuhan hukum
bekerja, maka rentang waktu yang diberikan menurut penulis layak dengan waktu
maksimal 2 (dua) tahun tanpa ada permakluman lagi. Sehingga mau tidak mau
58
setelah 2 tahun jika pengusaha tetap akan memakai pekerja dalam hubungan kerja
wajib menaikkan statusnya sebagai pekerja waktu tidak tertentu atau pekerja tetap.
tertentu.
diberikan oleh hukum kepada seseorang yang dirugikan orang lain karena adanya
hukum tersebut tidak semata diberikan kepada seseorang yang telah dirugikan saja
bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian kerja waktu tertentu
di PT. PLN (Persero) Gorontalo, penulis tidak hanya melihat dari satu sisi saja
yaitu tenaga kerja atau pihak perusahaan, mengingat meskipun pihak tebaga kerja
73
Wawawancara bapak hasan tgl 26 maret 2019 pukul 14.30 wita
59
sebagai pihak dalam perjanjian mempunyai kedudukan yang lemah karena tidak
memiliki posisi tawar sehingga hak-haknya dirugikan oleh pihak penyedia jasa,
akan tetapi sebagai bagian dari masyarakat, PT. PLN (Persero) Gorontalo juga
mempunyai hak yang diberikan oleh hukum. Hukum harus bersifat objektif (tidak
PLN (Persero) dan juga tenaga kerja outsourcing, merupakan subjek hukum yang
harus dilindungi.
pemborongan pekerjaan. Hingga saat ini, belum ada undang-undang khusus yang
tertuang dalam bentuk perjanjian yang dibuat secara sepihak oleh pihak pemberi
kerja atas dasar asas kebebasan berkontrak tersebut tidak mencerminkan asas
yang dilakukan oleh PLN terhadap pihak perusahaan outsourcing dan juga tenaga
60
kerja, terutama masalah jangka waktu kerja sama yang tidak sesuai dengan
PLN, bahwa pihak PLN mempunyai itikad baik dalam perikatan perjanjian
b. Adanya rasa ketidakenakan kepada pihak PLN karena telah lama menjalin
normatif.
perjanjian kerja kontrak, atau perjanjian kerja tidak tetap. Status tenaga
kerjanya yaitu tenaga kerja kontrak / tenaga kerja tidak tetap. Dalam Pasal
59 ayat (1) c disebutkan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3
melebihi dari batas maksimal yaitu 3 tahun. Dari responden yang kami
selesai atau musiman, namun jenis pekerjaan yang terus menerus, ini tidak
tenaga kerja adalah orang yang lemah yang perlu dilindungi. Untuk itu
2. Perlindungan Upah
yang harus diberikan oleh pengusaha kepada buruh / tenaga kerja sebagai
a. Upah minimum,
74
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
63
yaitu gaji, tunjangan dalam bentuk natura ( seperti beras, gula, dan
kerja, dengan kata lain. Dengan kata lain, penentuan gaji pokok pada
bahwa upah atau gaji seseorang sebanding dengan tingkat pendidikan dan
lain-lain. Jumlah gaji dan tunjangan tersebut dinamakan gaji kotor. Gaji
Demi menunjang kinerja para pekerja / buruh maka dibuat upaya untuk
melindungi keselamatan kerja dan keamanan bagi tenaga kerja / buruh atau biasa
75
R.joni bambang ,op.cit.,2013,hlm 159-160
65
status hubungan kerjanya, baik itu pekerja / buruh tetap, harian lepas, borongan
maupun perjanjian kerja waktu tertentu atau besar kecilnya perusahaan, kemudian
pokok saja
perjanjian kerja waktu tertentu khususnya pengadaan barang dan jasa adalah
kurangnya perlindungan hukum bagi para pihak, karena sebagai sebuah pranata
hukum yang, perlindungan hukum bagi para pihak hanya sebatas pada itikad baik
76
Nuridin dan tiyas vika widyastuti hlm 235 vol 12 no 4 hlm 840
66
sebagai pihak penengah antara pihak pemberi kerja yaitu PT. PLN (Persero)
bagi kedua belah pihak terutama bagi pihak tenaga kerja yang pada umumnya
merupakan pihak yang kurang paham akan hukum dengan memberikan nasihat-
ketidakseimbangan antara para pihak serta resiko yang akan mereka hadapi
pemberi kerja dan dapat mewujudkan keseimbangan antara para pihak, serta hak
benar dan jujur sebagaimana di atur oleh ketentuan pasal 18 huruf c UU No, 8
Tahun 1999 terpenuhi. Hal ini sejalan dengan ketentuan pasal 16 ayat (1) UU No.
2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, dimana salah satu kewajiban Notaris dalam
Pembuatan perjanjian kerja waktu tertentu dalam bentuk akta notariil juga
pihak penyedia jasa outsourcing karena salah satu kewajiban yang terkandung
67
sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 16 ayat (1) dan pasal 40 ayat (1) UU
1870 KUHPerdata menyatakan bahwa bukti yang paling kuat adalah bukti dalam
pejabat yang bersangkutan menjamin kebenaran atau kepastian tangga dari akta
itu, kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta itu, identitas dari orang-
orang yang hadir, demikian juga tempat dimana akta itu dibuat dan sepanjang
mengenai akta partij, bahwa para pihak menerangkan seperti yang diuraikan
dalam akta itu, sedang kebenaran dari keterangan-keterangan itu sendiri hanya
membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Kemampuan ini menurut pasal 1875
KUHPerdata tidak dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan79
yang baru berlaku sah jika pihak yang menandatangani akta tersebut mengakui
tanda tangannya.
77
Sogar Simamora , 2013, Hukum Kontrak (Kontrak Perjanjian Barang Dan Jasa Pemerintah Di
Indonesia) , Surabaya:Laksbang Justitia ,Hlm 14
78
Ibid hlm 57
79
Tobing G.H.S . Lumban,1983 Peraturan Jabatan Notris , Jakarta, Erlangga Hl, 55
68
efektif dan efisien dalam pengadaan barang dan jasa di PT. PLN (Persero)
perjanjian kerja waktu tertentu tetap disajikan dalam bentuk perjanjian standar
yang disiapkan terlebih dahulu oleh pihak PT. PLN (Persero) Gorontalo, namun
dengan dibuatnya perjanjian kerja waktu tertentu dalam bentuk model kontrak,
bukan pejabat pengadaan barang dan jasa PT. PLN (Persero) Gorontalo yang
mengenai hukum.
bentuk model kontrak oleh Notaris akan lebih menjamin asas kebebasan
perlindungan bagi para pihak terutama bagi tenaga kerja dalam perjanjian
dibagi menjadi dua macam, yaitu melalui pengadilan (upaya irigasi) dan alternatif
non litigasi).
69
sengketa. Badan yang secara parsial menangani perlindungan hukum bagi rakyat,
administrasi.
masing pihak, bahkan diantaranya disertai dengan sanksi pidana dan denda.
agar hak-hak tenaga kerja penyedia jasa (outsourcing) tidak dilanggar oleh
sejajar, di mana tenaga kerja penyelia jasa (outsourcing) berada pada posisi yang
lemah baik dari segi ekonomi maupun sosial, sehingga dengan posisinya yang
lemah tersebut tidak jarang terjadi pelanggaran atas hak-hak tenaga kerja penyelia
jasa (outsourcing).
80
Madulang,dikutip dalam abdul hakim hlm 4
70
outsourcing terjadi hubungan kerja segi tiga yang melibatkan perusahaan pemberi
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
berimbas pada tenaga kerja outsourcing dan hal tersebut tidak dapat
faktor, antara lain (a) Standarisasi dalam kontrak perjanjian kerja waktu
Banyaknya saingan penyedia jasa outsourcing; dan (e) Peran notaris tidak
klausula perjanjian kerja waktu tertentu yang di buat sepihak oleh PT.PLN
72
73
5.2 SARAN
klausula yang ada dalam kontrak kerja yang mereka sepakati. Selain itu
kedua belah pihak baik penyedia jasa (outsourcing) maupun pengguna jasa
perjanjian yang diinginkan oleh para pihak dan menerangkan resiko yang
dihadapi mereka.
75
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
__________ Saka Pati, 2011, Hukum Perjanjian (Penjelasan Makna Pasal 1233
Sampai 1456 Kuhperdata), Jakarta : Rajawali Pers
J . Satrio, 2001, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian , Bandung : Citra
Aditya Bakti
Salim H.S, 2011, Hukum Kontrak (Teori Dan Tehnik Penyusunan Kontrak)
Jakarta: Sinar grafika
Undang-undang:
Jurnal :
Skripsi
Internet: