Ekologi
Ekologi
Ekologi
Pertelaan
1. Tabel Pengamatan Terong Ungu (Solanum melongena L)
No Paramater Hasil Pengamatan
1 Parameter Lingkungan 25-300oC
a Suhu udara 1000 m dpm
b Ketinggian tempat 6,0-6,5 pH
c Keasaman tanah 50%-70%
d Kelembaban tanah <20.000 Lux
e Intensitas cahaya 17oC-20oC
f Kelembaban udara Rendah-tinggi
g Kecepatan angina Kecil-besar
h Porositas tanah
i Tekstur tanah :
Pasir 5%
Debu 11%
Liat 84%
Mineral tanah :
N 5-9%
P 5-9%
K 5-9%
Ca 5-9%
Mg 5-9%
Na 5-9%
C-org 5-9%
2 Populasi
Pra-reproduksi -
Reproduksi -
Post-reproduksi -
Penyebaran populasi -
3 Apakah tumbuhan tersebut Tumbuhan tersebut digunakan sebagai
digunakan sebagai peneduh / penghijauan.
penghijauan / penahan angin /
penahan erosi pantai ?
4 Apakah tumbuhan tersebut juga tumbuhan tersebut tidak bisa digunakan yang
digunakan yang berhubungan berhubungan dengan ternak atau binatang lain.
dengan ternak / binatang lain?
5 Apakah ada upaya untuk Masyarakat biasanya menanam di sekitar rumah
melestarikan tumbuhan tersebut? atau menanamnya di perkebunan.
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? biasanya masyarakat menanam nya dengan cara
menaburkan benih terong kedalam polyback
atau langsung di tanah.
5 Apakah ada upaya untuk Menurut responden tidak ada upaya untuk
melestarikan tumbuhan tersebut? melestarikan tumbuhan tersebut.
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Tidak ada, karena tidak ada upaya untuk
melestarikan tumbuhan tersebut.
5 Apakah ada upaya untuk Ditanam didepan rumah sebagai tanaman hiasan.
melestarikan tumbuhan tersebut?
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Mengambil tunas dari tanaman kumis kucing
tersebut kemudian ditanam.
6. Tabel Pengamatan Pinang (Areca catechu L.)
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Iya, ada upaya untuk melestarikan tumbuhan
tumbuhan tersebut? tersebut.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Ada upaya masyarakat untuk melestarikan
tumbuhan tersebut? tumbuhan tebu tersebut.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Tidak ada upaya melestarikan tumbuhan
tumbuhan tersebut? tersebut
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Tidak ad acara karena tidak ada upaya
melestarikan tumbuhan tersebut.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Menurut responden, ada upaya dalam
tumbuhan tersebut? melestarikannya
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Menurut responden, tidak ada upaya untuk
tumbuhan tersebut? melestarikan.
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Tidak ada cara karena tidak ada upaya untuk
melestarikannya.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Menurut responden, tumbuhan dengan liar.
tumbuhan tersebut?
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Menurut responden, ada upaya untuk
tumbuhan tersebut? melesatarikannya.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Ada upaya untuk melestarikan tumbuhan
tumbuhan tersebut? singkong oleh masyarakat setempat.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Ada upaya untuk melestarikan tumbuhan
tumbuhan tersebut? kenanga.
6 Bila ada, bagaimanakah caranya? Dengan cara menanam tumbuhan kenanga
di pekarangan rumah.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Ada upaya masyarakat sekitar dalam
tumbuhan tersebut? melestarikan tumbuhan tersebut.
5 Apakah ada upaya untuk melestarikan Ada upaya untuk melestarikan tumbuhan
tumbuhan tersebut? bamban.
V. ANALISIS DATA
1. Terong Ungu (Solanum melongena L)
Berdasarkan literatur pohon terong ungu mempunyai parameter
lingkungan dengan suhu udara sekitar 25-30 derajat, ketinggian tempat sekitar
1.000 m dpl, pH 6-6,5, mempunyai kelembapan tanah 50-70%, intensitas
cahaya yang 20000 lux kelembapan udara berkisar rendah-tinggi, kecepatan
angin kacil-besar, porositas tanah 40%, mempunyai tekstur tanah dengan
komposisi pasir 5%, debu 11%, liat 84% serta mempunyai mineral tanah (N, P,
K, Ca, Mg, Na, C-org) 5-9%.
Berdasarkan hasil wawancara di desa sungai gampa fungsi Tanaman
Terong Ungu di desa Sungai Gampa adalah Tanaman terong ungu ditanam
secara sengaja oleh masyarakat untuk diambil buah nya yang akan dijadikan
olahan sayur ataupun dijual secara langsung ke pasar. Cara Masyarakat Sungai
Gampa Melestarikan Tanaman Terong Ungu yaitu Masyarakat Sungai Gampa
melestarikan terong ungu dengan cara menanam nya dan merawat nya di
pekarangan rumah maupun dikebun.
11. Mangga
Menurut responden pada praktikum lapangan, tidak dapat digunakan
sebagai penahan erosi pantai tetapi bisa untuk digunakan peneduh dan
penghijauan. batang pohon mangga dapat digunakan untuk membuat
kandang ternak. melestarikan dengan menanam di sekitar rumah warga.
Ditanam dengan cara dicangkok atau biji dari mangga itu sendiri tumbuh
ditanah.
Berdasarkan literatur pohon mangga mempunyai parameter
lingkungan dengan suhu udara sekitar 26-32 derajat, ketinggian tempat
sekitar 250 m dpl, pH 4-5, mempunyai kelembapan tanah 40-60%,
intensitas cahaya 45 cd, kelembapan udara berkisar 40-50%, kecepatan
angin 2-3 mil/jam, porositas tanah 3,6-34,7%, mempunyai tekstur tanah
dengan komposisi pasir 15%, debu 5%, liat 80% serta mempunyai mineral
tanah (N, P, K, Ca, Mg, Na, C-org) 5-20%.
Menurut literatur sudah tentu pohon mangga selain sebagai
penghasil oksigen ke lingkungan juga dimanfaatkan sebagai peneduh dan
beberapa hewan. Masyarakat pada umumnya menanam mangga di
pekarangan rumah, kebun atau pinggiran sungai untuk menahan erosi dan
penyerapan air. Pohon mangga biasanya sengaja ditanam di pekarangan
rumah atau di kebun, tumbuhnya pun biasanya disengaja atau tidak
disengaja.
12. Pisang
Berdasarkan hasil penagmtan di Sungai Gampa, menurut responden
pohon pisang digunakan sebagai penghijauan oleh masayarakat sekitar.
Pohon pisang tidak digunakan masyarakat srbagai pakan ternak, karena
masyarakat menggunkannya untuk dijual dan dikonsumsi. Mnerurut
responden, masyarakt memiliki upaya unutk melestrikan pohon pisang
dengan cara menanamnya di rumah atau di kebun.
Berdasarkan literatur pohon pinang mempunyai parameter
lingkungan dengan suhu udara sekitar 25-29 derajat, ketinggian tempat
sekitar 1.200 m dpl, pH 4-8, mempunyai kelembapan tanah yang sedang,
intensitas cahaya yang tinggi kelembapan udara berkisar 20-40%,
kecepatan angin 0,28 m/det, porositas tanah 49%, mempunyai tekstur
tanah dengan komposisi pasir 35%, debu 5%, liat 55% serta mempunyai
mineral tanah (N, P, K, Ca, Mg, Na, C-org) 2-5%.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
pisang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu faktor iklim dan tanah.
Pisang paling cocok ditanam di daerah tropis pada ketinggian 0 – 920 m (
0 – 3000 kaki) bervariasi tergantung latitude. Curah hujan bervariasi
tergantung tipe tanah, lokasi, eksposure terhadap sinar matahari dan
varietas. Untuk pisang Cavendish misalnya memerlukan 500 mm
pertahun jika siklus hujan terdistribusi merata sepanjang tahun dan
tanahnya subur. Pisang dapat mentolelir curah hujan musiman, tetapi
merata sepanjang tahun merupakan kondisi terbaik. Namun demikian
pisang dapat pula bertahan pada kpndisi kekeringan meski menurunkan
kualitas produksi. Hal ini disebabkan pisang memiliki rhizome dan
batang semu sebagai organ penyimpan cadangan air. Pisang yang
memiliki genom B dari M. balbisiana memiliki ketahanan lebih terhadap
kekeringan dibandingkan genom A dari M. acuminata (Rahayu, 2008).
Suhu optimum bagi pertumbuhan vegetative sekitar 26 – 28C dan
untuk fase reproduktif 29 – 30C. Suhu maksimum sekitar 35 – 37C dan
minimum -2 – 30C. Respon toleransi terhadap suhu sangat tergantung
spesies. Pisang toleran terhadap berbagai jenis tanah, asal drainase dan
aerasi baik, berlempung, dalam, subur, mampu mengikat air. Tanaman
pisang tidak menyukai keadaan tergenang. Kecepatan angina 40 -72
km/jam dapat merobohkan tanaman. Kultivar tinggi tidak disarankan
pada area yang sering terjadi topan dan kecepatan angin tinggi. Terpaan
terus menerus terhadap angin dapat merobek daun-daun.
Meskipun pisang termasuk tanaman yang cukup adaptif terhadap
kisaran luas persyaratan lingkungan, namun jika terpapar pada kondisi
ekstrim secara terus-menerus menyebabkan tumbuhan mengembangkan
mekanisme adaptasi untuk bertahan. Adaptasi baik secara morfologi,
anatomi, biokimia yang berlangsung secara terus menerus menyebabkan
perubahan permanen yang mengarah pada terbentuknya sifat baru atau
varian baru. Mutasi genetik turut berperan pula sebagai salah satu respon
tanaman untuk dapat bertahan menghadapi tekanan seleksi akibat faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini pun mengarah pada
evolusi yang akan menghasilkan variasi individu yang pada akhirnya
variasi pada tingkatan yang lebih tinggi (Dely, dkk, 2016).
14. Mengkudu
Berdasarkan hasil praktikum dilapangan fungsi tumbuhan mengkudu
secara ekologis di desa Sungai Gampa, tumbuhan mengkudu biasa tumbuh
di samping-samping rumah warga yang mana menurut responden Udin (50
tahun) pohon mengkudu dapat dijadikan tempat bernaung ketika panas dan
dapat mematahkan tetesan air hujan karena memiliki daun yang lebar dan
lebat. Selain itu akar tumbuhan mengkudu dapat meresap air yang mampu
mengantisipasi terjadi nya banjir.
Berdasarkan literatur pohon mengkudu mempunyai parameter
lingkungan dengan suhu udara sekitar 22-30 derajat, ketinggian tempat
sekitar 1.500 m dpl, pH 5-7, mempunyai kelembapan tanah yang 50-70%,
intensitas cahaya 20000 lux, kelembapan udara berkisar 17-20%,
kecepatan angin 1,7 m/s, porositas tanah 35%, mempunyai tekstur tanah
dengan komposisi pasir 10%, debu 2%, liat 88% serta mempunyai mineral
tanah (N, P, K, Ca, Mg, Na, C-org) 23-66%.
Menurut Nazarudin (1994) tumbuhan mengkudu tumbuh di lahan
terbuka dengan daun yang lebar, berfungsi untuk tempat berteduh ketika
hari panas. Selain itu daun yang lebar dapat mengurangi ataupun
memperlambat limpasan air hujan.
Cara melestarikan tumbuhan mengkudu, responden yang kami
wawancara beliau melestarikan tumbuhan mengkudu ini secara tidak
langsung, yaitu dengan membiarkan nya tumbuh begitu saja disamping
rumah tanpa menyiram, merawat dan memupuk nya.
Budidaya mengkudu dilakukan secara generatif yakni dengan
menggunakan biji dari buah mengkudu/ menyemai bibit mengkudu,
pengolahan lahan tanam, penanaman bibit ke lahan tanam, pemupukan dan
pemangkasan. Agar tanaman mengkudu menghasilkan buah yang optimal
maka tentu nutrisi tanaman harus dipenuhi. Salah satunya adalah lewat
pemupukan. Agar lebih efektif anda bisa memberikan pupuk kandang atau
pupuk organik seperti pupuk kompos. Atau juga dengan tambahan sedikit
pupuk kimia (Kaslan, 1995).
15. Sirih
Berdasarkan hasil pengamatan kami, tumbuhan sirih biasanya oleh
masyarakat gampa digunakan untuk penghijauan pada pekarangan rumah
warga. Masyarakat sungai gampa memiliki upaya untuk melestarikan
tanaman sirih dapat dilihat dengan cara masyarakat sungai gampa yang
menanam dan merawat tumbuhan sirih dengan sengaja.
Berdasarkan literatur pohon pinang mempunyai parameter
lingkungan dengan suhu udara sekitar 23-31 derajat, ketinggian tempat
sekitar 300-1500m dpl, pH 5-6,5, mempunyai kelembapan tanah 60%,
intensitas cahaya 60-755, kelembapan udara berkisar 50%, kecepatan
angin 0-1,4 m/det, porositas tanah 20%, mempunyai tekstur tanah dengan
komposisi pasir 30%, debu 40-60%, liat 5-10% serta mempunyai mineral
tanah (N, P, K, Ca, Mg, Na, C-org) 2-5%.
Persebaran tanaman sirih yaitu, ditemukan di bagian Timur pantai
Afrika, di sekitar pulau Zanzibar, Madagaskar, India ke Timur meliputi
daratan Cina, kepulauan Bonim, kepulauan Fiji, Malaysia. Indonesia dan
kawasan Asia Tenggara lainnya. Menurut Purseglov (1969) dan Burkill
(1935) dalam Rostiana dkk (1991), tanaman sirih berasal dari kawasan
Malaysia Timur dan Tengah dan sejak dahulu tersebar keseluruh daerah
tropika Asia dan Afrika. Sedangkan Indonesia karena termasuk dalam
kawasan Malesia yang menurut Vavilov merupakan salah satu pusat
keanekaragaman genetika dari delapan pusat keanekaragaman tanaman
dunia, termasuk di dalamnya kelompok sirih-sirihan, maka Indonesia juga
merupakan salah satu tempat asal tanaman sirih (Tjitrosoepomoe, 1994).
VI. KESIMPULAN
1. Kajian etnoekologi adalah kajian untuk mengetahui keterkaitan antara
tumbuhan yang dikaji terhadap kondisi ekologi atau lingkungannya
seperti; kondisi fisiko-kimia tanah, iklim, air dan interaksi tumbuhan
tersebut dengan tumbuhannya lainnya.
2. Tanaman terong ungu mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 25-30 derajat, ketinggian tempat sekitar 1.000 m dpl, pH
6-6,5, mempunyai kelembapan tanah 50-70%, intensitas cahaya yang
20000 lux kelembapan udara berkisar rendah-tinggi.
3. Nangka menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm
pertahun dan cocok tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan
tahunan rata-rata 1.500-2.500 mm.
4. Belimbing tunjuk harus ditanam ditempat yang terbuka dan mendapat
sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %,
Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat
basah),, bulan yang paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan
basah dan 4,5 bulan kering.
5. Pohon kayu putih mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 27 derajat, ketinggian tempat sekitar 500-1.200 m dpl,
pH 6, mempunyai kelembapan tanah 50-80% serta intensitas cahaya
yang tinggi.
6. Tanaman kumis kucing mempunyai parameter lingkungan dengan
suhu udara sekitar 25-32 derajat, ketinggian tempat sekitar 400-500 m
dpl, pH 6,8-7,3 mempunyai kelembapan tanah 70-72% serta intensitas
cahaya berkisar 4200-4500 lux.
7. Tumbuhan pinang dapat tumbuh didaerah dengan intensitas cahaya
yang tinggi dan tanah liat yang berpasir. Kesuburan tanaman ini tinggi
sehingga sangat mudah dalam perawatannya.
8. Tumbuhan rambai padi dapat tumbuh didaerah dengan tanah dan pH
yang baik sehingga berfungsi mencegah erosi dan abrasi serta sebagai
penyaring alami dan sebagai tempat hidup satwa.
9. Tanaman tebu dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan
lembab. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini >
70%. Suhu udara berkisar antara 28-34 C°.
10. Sawo mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara sekitar
22-32 derajat, mempunyai kelembapan tanah 50 cm, intensitas cahaya
yang 18544-20000 lux kelembapan udara berkisar 85% sehingga
sangat baik untuk penghijauan lahan yang kritis.
11. Tumbuhan rambai padi mempunyai parameter lingkungan dengan
suhu udara sekitar 28-37 derajat, ketinggian tempat sekitar 200 m dpl,
pH 2-3, mempunyai kelembapan tanah 40-60%, intensitas cahaya
yang 45 cd kelembapan udara berkisar 50-60%,
12. Pohon mangga mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara
sekitar 26-32 derajat, ketinggian tempat sekitar 250 m dpl, pH 4-5,
mempunyai kelembapan tanah 40-60%, intensitas cahaya 45 cd, dan
kelembapan udara berkisar 40-50%.
13. Pohon pinang mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara
sekitar 25-29 derajat, ketinggian tempat sekitar 1.200 m dpl, pH 4-8,
mempunyai kelembapan tanah yang sedang, intensitas cahaya yang
tinggi dan kelembapan udara berkisar 20-40%.
14. Jambu biji paling cocok ditanam di daerah tropis pada ketinggian 0 –
830 m bervariasi tergantung latitude. Curah hujan bervariasi
tergantung tipe tanah, lokasi, eksposure terhadap sinar matahari dan
varietas.
15. Pohon mengkudu mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 22-30 derajat, ketinggian tempat sekitar 1.500 m dpl, pH
5-7, mempunyai kelembapan tanah yang 50-70%, serta intensitas
cahaya 20000 lux.
16. Pohon pinang mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara
sekitar 23-31 derajat, ketinggian tempat sekitar 300-1500m dpl, pH 5-
6,5, mempunyai kelembapan tanah 60%, serta intensitas cahaya 60-
755.
17. Pohon jeruk nipis mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 10 derajat, ketinggian tempat sekitar 10-700 m dpl, pH
4,5-5,8 mempunyai kelembapan tanah berkisar 1500-2500/tahun, serta
intensitas cahaya yang sedang.
18. Tanaman singkong mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 25-27 derajat, ketinggian tempat sekitar 1.000 m dpl, pH
5-8, mempunyai kelembapan tanah yang sedang, serta intensitas
cahaya yang tinggi.
19. Tumbuhan kenanga mempunyai parameter lingkungan dengan suhu
udara sekitar 25-30 derajat, ketinggian tempat sekitar 1.000 m dpl, pH
5-7, mempunyai kelembapan tanah 70-80%, serta intensitas cahaya
yang tinggi.
20. Pohon jingah mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara
sekitar 28-34 derajat, ketinggian tempat sekitar 0-300 m dpl, pH 5,5-
7,0 mempunyai kelembapan tanah 70% intensitas cahaya 80%, serta
kelembapan udara berkisar 60%.
21. Pohon bambam mempunyai parameter lingkungan dengan suhu udara
sekitar 28-37% derajat, ketinggian tempat sekitar 200 m dpl, pH 2-3,
mempunyai kelembapan tanah 40-60%, serta intensitas cahaya 45 CD.
Budi. 2017. Potensi Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.).Publisher : Andi.
Yogyakarta.
Fratiwi, Y. 2015. The Potential of Guava Leaf (Psidium guajava L.) for
Diarrhea.J Majority
Ong, Hean, Chooi. 2004. Tumbuhan liar: khasiat ubatan & kegunaan lain.
Utusan Publication
Soetasad dan Sri Muryani. 1999. Budidaya Terong Lokal dan Terong
Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta.