Proposal KKN
Proposal KKN
Proposal KKN
Anggota :
1. Lutfi Ghozali Usman
NPM: 1630500085
2. sulthon aulia
NPM: 1620801935
3. Aminullah
NPM: 1620801914
4. Ali Fikir romadhon
NPM: 1630301947
5. Fawaik nuzul amaluddin
NPM: 1630304741
6. busaeri
NPM: 1630500080
7. Moh faisol
NPM :1630304728
1
8. Abdul malik
NPM :14801572
9. Abdul fatah
NPM :1610100052
10. Ach. Taufik
NPM :1620201338
11. Zainul munim
NPM :1630304758
12. Moh. Irfan hadi
NPM :1630304729
13. Fahmi rahmatal khobir
NPM :1520801744
14. Ansori
NPM :1630500078
15. Abdul waris
NPM :1620201337
16. Ahmad kasiful anwar
NPM :1620801910
17. Hairul anwar
NPM :1610100059
2
UNIVERSITAS NURUL JADID
TAHUN 2019
3
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KKN-PKM
( ) ( )
NIDN. NIDN.
4
5
ABSTRAK
Kertas kerja ini memaparkan wali asuh dalam usahanya menanggulangi
problematika penurunan efektifitas kegiatan santri, akibat semakin membludaknya
jumlah santri di Pesantren. Intisari dari adanya Wali Asuh adalah sebuah ide dan
pembaruan sebagai upaya efektifitas kegiatan santri di pesantren. Pesantren yang
saat ini menjadi wadah pendidikan paling diminati oleh masyarakat, merasa perlu
untuk selalu berbenah dan memperbaiki dengan cara optimalisasi struktur
pendidikan dan kegiatan. Apabila upaya itu tidak lakukan, maka potensi
kekacauan aktifitas pesantren akan sangat tinggi dengan konteks situasi yang tidak
terkendali dengan baik. Oleh karenanya, peranan wali asuh menjadi solusi dalam
mencapai keberlangsungan aktifitas pesantren dengan baik dengan tetap
melestarikan budaya dan adat khas pesantren yang selaras dengan syariat islam.
Dengan adanya wali asuh ini, diharapkan bahwa setiap santri (anak asuh)
akan merasa lebih nyaman, kerasan dan mau menjalankan aktifitas pesantren
dengan senang hati dan penuh kesungguhan. Indikasi idealnya adalah adanya
pengontrolan yang lebih efektif dari wali asuh dengan Intensitas kedekatan
dengan anak asuh yang sudah layaknya orang tua sendiri dalam mengarahkan atau
menjadwalkan kegiatan sehari-hari. Dengan kata lain, adanya wali asuh sebagai
motivator, konselor dan pengganti orang tua sementara selama berada di
pesantren.
Proses kewaliasuhan ini dicetuskan untuk menanggulangi problematika
kekhawatiran masyarakat pesantren khususnya pengasuh dan pengurus dalam
mengupayakan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan pesantren sehingga
kembali efektif seperti masa-masa sebelumnya.
6
PRAKATA
Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena
itu masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
melengkapi laporan kami, laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
7
Daftar Isi
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Pendidikan dengan segala permasalahanya, tetap menjadi elemen
utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan memeberikan kemampuan kepada suatu komunitas untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan yang terbka dimasa depan.1
Pendidikan yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang berman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, sehat berilmu , cakap, kreatif mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggug jawa harus benar-benar
dikelola dengan baik.2 Terlebih saat ini, terdapat begitu banyak pilihan
konsep pendidikan yang ditawarkan bagi masyarakat, salah satu
diantaranya adalah pesantren.
Secara umum, pendidikan pesantren saat ini mengalami
perkembangan yang cukup signifikan, pesantren sebagai lembaga
pendidikan keislaman tertua di indonesia, belum melengkapi dirinya
dengan elemen penting dalam pendidikan dan pembelajaran yang konkrit
layaknya pendidikan formal pada umumnya. Semisal, ketersediaan
kurikulum pendidikan yang sistematis hingga, pada sarana dan prasarana
yang memadai, hal ini menjadi wajar, tatkala mendeskripsikan pesantren
sebagai lembaga pendidikan non formal yang tidak banyak terikat dengan
regulasi apapun. Namun tidak sedikit pesantren di indonesia perlahan
mulai keluar dan memka diri dari tradisi dan rutinitas pendidikan yang
selama ini dianggap konvensional dan jauh dari modernsasi. Saat ini,
terdapat beberapa pesantren di indonesia yang memiliki kualitas
pendidikan yang tidak setara, bahkan melebihi perolehan standarisasi
1
Hasan Baharu dan robiatul awwaliyah, “ Pendidikan Mulitikultural Dalam Menanggulangi Narasi
Islamisme Di Indonesia,” jurnal pendidikan agama islam, 5, no 2 (2017: 224-243.
2
Chusnul Muali, “ Rasionalitas Konsepsi Budaya Nusantara Dalam Menggagas Pendidikan
Karakter Bangsa Multikultural,” Jurnal Islam Nusantara 1, no 1 (2017): 105-117.
9
pendidikan formal. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat,
bagaimana tidak, pesantren dengan segala keterbatasanya yang
dimilikinya.
Hal ini menjadi berbanding terbalik dari pesantren yang semula
sangat kurang diminati oleh masyrakat, menjadi pendidikan yang paling di
minati para orang tua untu keberlasungan pendidikan anak-anaknya,
akibatnya kini banyak pesantren yang lebih memilih untuk membawahi
beberapa sekolah formal agar eksistensi pesantren tetap terjaga dan
diminati.
Dengan semakin diminatinya pendidikan pesantren, bukan berarti
sistem didalamnya berhenti begitu saja dan tidak melakukan perbaikan
lagi. Justru dari sanalah akan semakin tampak hal yang sebelumnya tidak
perlu menjadi sangat dibutuhkan adanya.
Sebagai salah satu pesantren di kabupaten probolingg, pondok
pesantren nurul jadid telah ditata dalam sebuah formulasi atas khazanah
intelaktual yang mumpuni. Pesantren yang kini memiliki lebih 10 ribu
santri tersebut sangat tidak mungkin dengan jumlah pengurus yang hanya
berkisar ratusan akan sanggp mengontrol serta mengkondisian yang ada,
imbasnya banyak kegiatan yang tidak bisa berjalan secara maksimal,
banyak aktivitas santri yang tidak terkontrol dan parahnya banyak
pelanggaran yang tidak diinginkan terjadi akibat kurang terkontrolnya
aktifitas santri diluar kegiatan yang ada.
Maka, disinilah peran wali asuh sangat dibutuhnya, wali asuh adalh
pengurus dibawah naungan kepala bagian Bimbingan dan Konseling yang
bertugas dalam peminaan spritual dan emosial beberapa santri. Pembinaan
spritual meliputi: pembinaan al-quran, furudul ainiyah dan akhlak santri.
Dan untuk pembiaan emosional santri adalah mengayomi dan membina
dalam pembentukan karakter santri serta menjadi konselor bagi santri yang
kurang disiplin dalam mentaati peraturan pesantren. Selain itu wali asuh
mempunya tugas yang sama persis dengan layaknya orang tua kepada
anaknya, maka ksistensi berperan sentral bagi efektifitas kegiatan santri
10
dari aktifitas spritual sampai emosional santri, dari yang masih yang akan
dilaksanakan sampai yang sudah akan dievaluasi, dengan adanya wali asuh
ini bukan berarti untuk memuat santri manja kedapa wali asuh sehingga
menghilangkan budaya mandiri di pesantren, namun, wali asuh ini
bertugas untuk mengontrol memotivsi membimbing serta menjadi
konselor guna membantu dalam efektifitas pelaksanaan kegiatan pesantren
maupun pribadi santri.
3
Irwanto, Zain. “ Perilaku Agresif dan Penanganan Melalui Konseling Islami.”Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling. 2017
11
Sehingga memerlukan pelatihan kewaliasuhan yang terus menerus kepada
Wali Asuh agar proses Take and Give tersebut benar-benar teraplikasi
dengan efektif dan efisien.4
Seiring berjalannya waktu, jumlah santri semakin membeludak
khususnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid, dan besar kemungkinan dari
sekian ribu santri tidak sedikit yang memiliki akhlak atau tingkah laku
yang tidak sesuai dengan identitas santri. Terbukti dengan Slogan Pondok
Pesantren Nurul Jadid yaitu niat mondok untuk mengaji dan membina
akhlakul karimah, pada poin kedua inilah ditekankan terhadap santri untuk
merubah akhlakul madzmumah sehingga menjadi akhlak yang terpuji.
Bahkan kalau kita melihat pada data pelangaran santri dalam setiap
daerah di Pondok Pesantren Nurul Jadid, maka kita akan menemukan fakta
bahwa pada kenyataanya tidak sedikit dari santri yang masih belum terbina
akhlaknya apalagi dalam hal ibadah yang bersifat furudhul ainiyah. Oleh
karena itu program wali asuh yang diadakan oleh pondok pesantren nurul
jadid, agar mereka dapat membacking tujuan awal santri berdomisili di
Pondok Pesantren.
Namun, meski program ini telah dilaksanakan beberapa bulan yang
lalu, upaya untuk membina akhlak santri masih belum maksimal, oleh
karena itu kami menjadikan wali asuh sebagai objek agar dapat
memecahkan masalah yang terjadi antara wali asuh dan santri (anak asuh)
di Pondok Pesantren Nurul Jadid terutama dalam meningkatkan akhlakul
karimah santri melalui wali asuh.5
Selain itu, wali asuh diharapkan dapat atau bahkan harus bisa
berperan sebagai orang tua santri saat mereka berada di Pondok pesantren
Nurul Jadid, hal inilah yang sangat urgen. Karena wali asuh-lah yang
4
Alfi Najmatil Ilmi, abd. Hamid Wahid, Chusnul Muali “ Urgensi Keterllibatan Wali Asuh Dalam
Dinamika Pendidikan Pesantren”, (Jurnal Pendidikan Agama Islam) vol, 6 2018.
5
Baharun, Hasan.Manajeman Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Di
Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo). Tesis prgram pasca sarjana,Universitas Islam
Negeri, 2006
12
harus memantau dan mendampingi setiap gerak gerik santri atau anak
asuhnya, baik dalam hal yang bersifat ubudiyah atau yang bersifat
muamalah.
Namun, lagi-lagi hal ini masih belu berjalan maksimal, terdapat
kesenjangan antara harapan diadakannya program wali asuh dengan
kenyataan yang terjadi pada keseharian anak asuhnya. Oleh sebab itu, tak
ayal tidak sedikit santri atau anak asuh yang tidak terpantau atau terbina
oleh wali asuh, sehingga akhlak tidak terpuji terutama dalam hal furudhul
ainiyah semakin menjamur di tengah-tengah santri. Oleh karena itu, kami
memilih wali asuh sebagai objek kajian dalam tugas ini, agar dapat
meningkatkan jiwa ke-wali asuhan pada diri wali asuh dalam membina
dan mendampingi santri.
Diantara beberapa kegiatan keseharian santri yang perlu
didampingi dan dipantau oleh walu asuh adalah furudlul ‘ainiyah, selain
kegiatan-legiatan lain yang bersifat akademik dalam setiap lembaga di
pondok pesantren Nurul Jadid. Karena furudlul ‘ainiyah merupakan hal
yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap individu seorang santri,
karena itu merupakan hubungan pribadi antara dia dengan allah, oleh
sebab itu hal yang pertama ditekankan dalam diri santri adalah furudlul
‘ainiyah.
13
B. Rumusan masalah
Dari uraian pada anaisis situasi diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Mengokohkan kembali jiwa kewaliasuhan dalam membina santri
terutama dalam hal religius seiring semakin bertambahnya santri
2. Banyaknya perilaku yang tidak sesuai dengan jiwa santri, sehingga
perlu mereformasi hal tersebut melalui wali asuh, karena wali
asuhlah yang berperan penting.
14
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Berdasarkan deskripsi diatas peran wali asuh yang sangat berpengaruh terhadap
santri, karena sebagai pendamping sekaligus pembina, dalam kata lain wali asuh
adalah orang tua santri di pesantren, juga potensi yang begitu besar karena
pesantren merupakan tempat membina akhlak terutama karakter religius santri
sesuai dengan sloga tujuan santri dan panca kesadaran santri di pondok pesantren
yaitu Niat Untuk Mengaji Dan Membina Akhlakul Karimah dan memperhatikan
furudlul ‘ainiyah.
maka kegiatan Program Pengabdian Kepada Mayarakat ini tentunya memiliki
target dan luaran sebagai wujud penerapa aplikasi teknologi yang disampaikan.
Adapun target dan luaran yang dihasilah dapat dilihat pada tabel berikut:
15
keseharainnya lebih-lebih dalam aktivitas
ibadah
5 Meningkatkan pengamalan Dengan melalui absen dan setoran kepada
furudul ‘ainiyah dalam wali asuh sekaligus pendampingan,
kesehariannya sehingga pengamalan terhadap ibadah
khususnya yang bersifat furudlul ainiyah
bisa lebih ditingkatkan dalam keseharian
santri, karena itu merupakan hal yang
tidak boleh tidak diketahui dan diamalkan
oleh setap individu santri
16
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan waktu kegiatan
Program pengabdian kepada masyarakat ini dilksakan di Pondok
Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, tepatmya di asrama
idadiyah, peningkatan karakter religius santri melalui wali asuh, waktu
pelaksanaan pendampingan tiga kali dalam satu minggu
B. Peserta pelatihan
Objek pengabdian ini adalah santri Idadiyah yang bertempat di
asrama sunan kalijaga D dan asrama B Pondok Pesantren Nurul Jadid
malalui peran Wali asuh.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Rapat penyusunan Perencaan
Penyusunan perencanaan ini di lakukan untuk menyusun
program kerja mencapai target yang telah disepakati bersama, yang
dihadiri oleh kepala BKWA, DPL dan peserta KKN.
17
2. Mengadakan Workshop kewaliasuhan
Workshop kewaliasuhan ini dilaksakan ini utnu
memperkuat peran dan jiwa kewalisuhan, workshop yang
mengusung tema Mengkuhan Komitmen Untuk Bakti Kepada
Pesantren Nurul Jadid ini di hadiri oleh Bapak Drs. Deny
Hidayatur Rohman M,Pd sebagai penyaji satu dan Muhmaad
Alfayad sebagai penyaji dua.
18
BAB IV
KELAYAKAN RESORCES
Pelaksanaan pada program pengabdian kepada masyarakat ini terdiri DPL
dan 17 anggota mahasiswa yang berbeda fakultas dan jurusan dan tentu memiliki
disiplin keilmuan yang berbeda-beda dengan tujuan saling melengkapi di berbagai
bidang, disamping keilmuan mereka berbeda, juga memiliki perbedaan dalam
psisi mereka sebagai pengabdian di Pondo pesantren nurul jadid.
Anggota Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini terdiri dari tiga orang dari
Program Studi Manajeman Pendidikan Islam, tiga orang dari Program Studi
Ekonomi Syariah dan beberapa orang dari fakultas Teknik Informatika dan
Pendidian Agama Islam, disamping itu terdapat keahlian mereka dalam
mengabdikan diri di Pondok Pesantren Nurul Jadid, diantaranya mereka aktif di
bidang keamanan dan ketertiban (KAMTIB), Badan Pengobatan Azzainiyah
(BPA), wali asuh di asrama yang lain, dan aktif dalam Kooperasi Santri.
Program pengabdian ini juga melibatkan seluruh wali asuh tidak hanya
wali asuh di program tamhidiyah yang ikut berpartisipasi dalam kesuksesan
kegiatan ini. Juga melibatkan koordinator BKWA sehingga pendataan setoran
furudlul ainiyah dan pengontrolan aktifitas santri bisa terdata dengan
menggunakan buku pedoman yang diterbitkan oleh BKWA pondok Pesantren
Nurul Jadid.
19
BAB V
20
evaluasi ini sekaligus untuk mengarahkan dan menguatkan jiwa pengabdian wali
asuh dalam membina santri, oleh arena itu peserta mengundang Bapak Misbah
sebagai pembicara, kegiatan ini dilaksanakn di wilayah D, tepatnya di asrama
i’dadiyah.
Seiring berjalanya waktuu dan tugas pendampingan terhadap wali asuh
dan santri, peserta KKN serta DPL tetap melakukan pemantauan terhadap hasil
dan program kerja yang kurang dan perlu diperbaiki, akhirnya untuk menindak
lanjuti hasil evaluasi pertama, peserta KKN melaksanakn rapat untuk megadakan
workshop kewali asuhan yang dihadiri oleh semua wali asuh di Pondk Pesantren
Nurul Jadid.
Kegiatan work ini yang dihadiri oleh bapak Drs. Deny Hidayatur Rohman
M,Pd sebagai pembicara pertama dan gus MuhammadAl-fayadl, M,Phil sebagai
pembicara kedua inidilaksakan dengan tujuan untuk menguatkan karakter dan
jiwa wali asuh dalam membina dan membimbing santri sehingga dengan adanya
kegiatan ini wai asuh dapat meningkatkan jiwa pengabdian kepada pewantren
dengan melakukan bimbigankepada santri sesuai dengan posisinya di pesantren,
karena dari beberapa wali asuh ada yang menjadi petugas keamanan wlayah dan
kepala wilayah di salah satu asrama, selain itu terdapat juga yang menjadi
ubudiyah masjid atau musholla, sehinga memiliki dualisme job.
Terdapat perkembangan yang siginifikan setelah diadakannya WorkShop
kewaliasuhan, hal itu terlihat dari beberapa wali asuh yang melakukan pendekatan
secara pribadi terhadap beberapa santri yang melanggar peraturan pesantren
hingga dia harus melaksanakan saksi dari pihak Keamanan dan Ketertiban
(KAMTIB), bahkan dari pengakuan salah satu wali asuh ada beberapa santri yang
mengungkapkan curahan hatinya kepada wali asuhnya terkait masalah yang
terjadi dalam keluarganya, karena sebelumnya ia mengalami penurunan dalam
kegiatan akademik maupun non akademik.
Selain itu dalam hal karakter religius, terdapat sedikit perkembangan mski
tidak sesempurna yang diharapkan dalam perencaan yang telah ditetapkan dan
disepakatii oleh peserta dan wali asuh, karena ada beberapa hal yang menjadi
21
kendala dalam melaksanakan pemantauan dan pendampingan terhadap santri
dalam hal karakter religius, yaitu sebagai berikut :
1. Kemampuan
Kemampuan setiap orang berbeda, hingga ada pepatah mengatakan
lain otak lain pula kemampuannya, sehingga dalam penguasaan
materi furudlul ainiyah masih tersendat-sendat karena tidak semua
anak asuh yang sanggup menguwasai dalam waktu yang telah
ditentukan oleh wali asuh.
2. Pengontrolan dilapangan
Pengontrolan dilapangan tidak isa dilakukan karena ruang wali
asuh terbatas disamping jumpah wali asuh yang sangat sedikit, di
wilayah B terdapat sebalas wali asuh yang mengasuh puluhan anak
asuh sehingga untuk memantau aktivitas mereka di luar wilayah
sangat sulit.
3. Multijob wali asuh
Wali asuh di Pondok Pesantren Nurul Jadid Merupakan santri
senior yang sekaligus menjadi Mahasiswa di Universitas Nurul
Jadid, selain itu mereka bukan anya menjadi wali asuh yang fokus
untuk mengasuh anak asuh 24 jam, tapi mereka memiliki tugas
yang berlipat di Pondok pesantren, bahkan tidak sedikit dari
mereka yang memiliki tiga jabatan bahkan lebih di dalam Pondok,
disamping menjadi wali asuh juga menjadi mahasiswa, hadaman
keluarga masyaikh, pengurus kooperasi santri dan keamanan
wilayah dan Pondok pesantren, sehingga pengontrolan terhadap
anak asuh tidak bisa intens dalam waktu 24 jam.
22
BAB 6
23
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan program pengabdian yang telah dilaksanan di
Pondok Pesantren ini, maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Munculnya karakter pengabdian dalam jiwa wali asuh untuk
benar-benar mengasuh dan mewakili wali santri dalam
membimbing anak asuh atau santri di Idadiyah Pondk
Pesantren Nurul Jadid.
2. Adanya perkembangan karakter religius santri dalam hal
furdlul ainiyah, meski tak sesempurna yang telah diharapkan,
karena ada beberapa kendala yaitu:
a. Kemampuan berbeda antar anak asuh
Kemampuan setiap orang berbeda, hingga ada
pepatah mengatakan lain otak lain pula kemampuannya,
sehingga dalam penguasaan materi furudlul ainiyah masih
tersendat-sendat karena tidak semua anak asuh yang
sanggup menguwasai dalam waktu yang telah ditentukan
oleh wali asuh.
b. Lemahnya Pengontrolan dilapangan
Pengontrolan dilapangan tidak isa dilakukan karena
ruang wali asuh terbatas disamping jumpah wali asuh yang
sangat sedikit, di wilayah B terdapat sebalas wali asuh yang
mengasuh puluhan anak asuh sehingga untuk memantau
aktivitas mereka di luar wilayah sangat sulit.
c. Multijob wali asuh
Wali asuh di Pondok Pesantren Nurul Jadid
Merupakan santri senior yang sekaligus menjadi
Mahasiswa di Universitas Nurul Jadid, selain itu mereka
bukan anya menjadi wali asuh yang fokus untuk mengasuh
anak asuh 24 jam, tapi mereka memiliki tugas yang berlipat
24
di Pondok pesantren, bahkan tidak sedikit dari mereka yang
memiliki tiga jabatan bahkan lebih di dalam Pondok,
disamping menjadi wali asuh juga menjadi mahasiswa,
hadaman keluarga masyaikh, pengurus kooperasi santri dan
keamanan wilayah dan Pondok pesantren, sehingga
pengontrolan terhadap anak asuh tidak bisa intens dalam
waktu 24 jam.
B. Saran
Dari hasil kegiatan program pengabdian ini disarankan:
1. Perlu kiranya diadakan program pengabdian yang tetap difokuskan di
idadiyah terlebih dahulu untuk tahun selanjutnya.
2. Perlu adanya pengontrolan secara langsung dan intensif terhadap kinerja
wali asuh oleh BKWA sendiri, sehingga meminimalisir kegiatan wali asuh
dan santri yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya,juga untuk
lebih dekat lagi dengan wali asuh dan santri sehingga kritik dan saran serta
keluhan akan terwadahkan sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi atau
intropeksi diri.
25
Lampiran 1. Foto-foto kegiatan program Pengabdian
26
27
28
29
Rekapitulasi Pengguanaan Dana Pengabdian Kepada Masyarakat
Judul : Pembentukan Karakter Religius Santri Melalui Optimalisasi Peran Wali
Asuh Di Pondok Pesantren Nurul Jadid
Nama Ketua : Moch. Tohet,S.Ag, M.Pd.I
Dana Tahun berjalan : Rp 2.400.000
Rincinan Penggunaan:
Non Formal
1. Konsumsi rapat 5 kali 350.000
2. Pritn laporan Kemajuan 3 100.000
Formal
No Jenis Pengeluaran Tanggal Harga
1. Bisyaroh Penyaji 18/11/2019 500.000
2. Bisyaroh penyaji dua 18/11/2019 300.000
3. Transportasi 18/11/2019 200.000
4. Konsumsi penyaji 18/11/2019 60.000
5. Kue peserta dan penyaji 18/11/2019 700.000
6. Tiga parsel 18/11/2019 210.000
7. Air gelas 3 kardus 18/11/2019 72.000
Jumlah 2.492.000
( ) ( )
30
Daftar Pustaka
Dini, F. O., dan Indrijati, H. “ Hubungan Antara Kesepian dengan perilaku agresif
pada anak didik di lembaga pemasyarakatan anak belitar.” Jurnal Psikologi
Kepribadian Dan sosial, 2014
Alfi Najmatil Ilmi, abd. Hamid Wahid, Chusnul Muali “ Urgensi Keterllibatan
Wali Asuh Dalam Dinamika Pendidikan Pesantren”, (Jurnal Pendidikan Agama
Islam) vol, 6 2018.
31