0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
284 tayangan14 halaman

LP Rhinitis Alergi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 14

Laporan Pendahuluan

A. Definisi
Rhinitis (Alergi Hidung) adalah keadaan atopi yang paling sering
dijumpai. Penderita Rhinitis biasanya mengalami hidung tersumbat berat
dan dapat melporkan mengeluarkan sekresi hidung yang berlebihan
(rinore), serta bersin yang terjadi berulang dan cepat. (Sylvia & Price,
2006)

B. Klasifikasi
Walauppun tidak ada perbedaan yang absolute, rhinitis alergi sering
dibedakan menjadi 2 bentuk, yakni :
a) Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya menimbulkan satu periode dengan gejala tertentu pada
tahun-tahun berikutnya keaadaan ini mencerminkan adanya
kepekaan terhadap serbuk sari dan spora jamur yang berterbangan
di udara dengan jadwal pravelensi yang pasti. Rhinitis musiman
biasanay bersifat ringan pada banyak orang dan mereka tidak
berobat ke dokter, tetapi dapat meruppakan penyait yang
melemahkan pada beberapa orang karena penderita terus menerus
bersin, rinore yang banyak, dan pruritus yang tidak sembuh-
sembuh. Selaput lendir yang pucat dan bengkak biasanya
menyertai gejala-gejala ini dan banyak sekali eosinofil dalam
sekret hidung. (Sylvia &Price , 2006)
b) Rhinitis alergi perennial
Rhinitis perennial jarang menunjukan perubahan besar dalam
beratnya penyakit sepanjang tahun, dan gejala-gejala sering
didominasi oleh obstruksi hidung kronik penyebab yang mencolok
mencakup debu rumah, dan bahan-bahan yag berasal dari hewan,
sehingga pasien akan terpajan bahan-bahan tersebut setiap harinya.
(Sylvia & Price, 2006)
C. Etiologi
a) Serbuk sari
b) Spora jamur
c) Produk-produk yang berasal dari sumber hewan (bulu dan rambut
halus, pakaian dan mainan yang pinggirannya diberi bulu binatang,
perabot rumah tangga seperti ppermadani, dan sebaiganya)
d) Asap tembakau
e) Produk tumbuh-tumbuhan, biji kapas, biji rami, dan tepung biji jarak
D. Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di
endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke
dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik
secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan
mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil,
eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi
awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini
menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan
yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung
terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan.
oleh karena radikal bebas
E. Manifestasi Klinis
Terus menerus bersin, rinore yang banyak, dan pruritus yang tidak
sembuh-sembuh. Selaput lendir yang pucat dan bengkak biasanya
menyertai gejala-gejala ini dan banyak sekali eosinofil dalam sekret
hidung. Pruritus pada mukosa hidung, tenggorokan dan telinga, sering
mgnganggu dan disertai kemerahan pada konjungtiva, pruritus mata dan
lakrimasi. Selaput lendir yang terserang menunjukan dilatasi pembuluh
darah (khususnya venula) dan edema yang menyeluruh dengan gambaran
yang mencolok dari eosinofil dalam jaringan maupun dalam sekresi.
Pasien sering mengeluhkan seperti bernapas melalui mulut, dengan
akibat pasien mengeluh sering mendengkur dan rasa kering pada orofaring
. sering timbul lingkaan gelap dan jarigan berlebihan dibawah mata.
Perubahan perubahan ini terjadi dengan obstruksi hidung yang lama oleh
sebab apapun. Mukosa yang bengkak mudah terinfeksi bakteri, dan sering
dijumpai obstruksi sinus paranasal, menyebabkan sinusistis rekuren atau
kronik. Pengularan focus-fokus infeksi dalam hidung dapat menimbulkan
sakit tenggorokan dan bronkus menjadi kotor sehingga timbul infeksi.
Khususnya pada infeksi rekuren, mukosa hidung yang bengkak yang dapat
menimbulkan tonjolan local, atau polip, yang nantinya akan menyumbat
jalan napas.
Selain itu khususnya pada anak-anak, muara tuba eustakius dalam
faring dapat tersumbat oleh pembengkakan mukosa, pembesaran jaringan
limfoid atau eksudat. Tanpa adanya hubungan dengan udara, tekanan
telingan bagian tengah menjadi negative dan terisi cairan, menimulkan
otitis serosa kronik dengan sekurang-kurangnya terjadi kehilangan
pendengaran sementara, dapat mengganggu kemampuan biacara, dan pada
bayak kasus, sering terjadi infeksi telinga tenan rekuren. (Slvia & Price,
2006)
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Tes kulit
Manfaat tes kuli adalah untuk menyokong atau menolak kesan yang
diperoleh dalam pemeriksaan klinis.
b) Beberapa tes tambahan membantu mengevaluasi alergi ppernapasan.
Harapan semula bahwa kadar total IgE serum dapat mmbedakan antara
pasien atopic simtomatik dan pasien lain yang sudah tidak adapat
dipertahankan lagi. Pengukuran IgE spesifik In Vitro dapat dilakukan
menggunakan darah vena. Slaah satu tes radioallergosoret test
(RAST). Prosedur n vitro alternative seperti ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay) dan FAST (fluorescent antibody staining
technique) juga tersedia.
G. Penatalaksanaan
Tiga pertimbangan poko yang mendominasi penatalaksanaan rhinitis alergi
adalah
a) Usaha untuk mengurangi pajanan allergen (dan iritan)
Keadaan yang dirancang untukk memperkecil kontak dengan
tungau debu rumah (iritan lain) seperti yang dilakukan pada ruang
tidur, kasur pegas dibungkus dengan selubung plastik, membiarkan
lantai tanpa penutup dan membersihkan permukaan yang rata.
Memasang saringan pada muara saluran pemanas udara, menjaga pintu
kamar kecil tetap tertutup, mengurangi tirai dan candela, membungkus
meja dan kursi dan dekorasi dinding.
b) Pengobatan supresi untuk mengurangi keparahan gejala-gejala secara
non spesifik
 Antihistamin : agen yang paling berguna sebagai pengobatan
simtomatik (nonspesifik) pada penyakit alergi hidung
 Amino Simpatomimetik : memberi manfaat tambahan pada
hidung tersumbat dan sering dipasarkan dalam kombinasi agen
antihistamin.
 Steroid Intranasal : berguna dalam menekan gejala-gejala
primer rhinitis alergi dn lebih ditujukan terutama pada rhinitis
alergi musimn yang sangat berat.
 Natrium kromolin : dapat mengurangi gejala rhinitis alergi dan
konjungtivitis.
c) Hiposensitasi (Imunoterapi) khusus untuk mengurangi responsivitas
terhadap allergen yang tidak dapat dihindari
Web of Caution (WOC)

Serbuk sari, spora jamur, produk sumber hewan, asap tembakau, Produk tumbuhan

Mengendap pada mukosa hidung

Berdifusi kedalam epitel

Produksi immunoglobulin local (IgE

Pelepasan mediator mast

Penarikan neutrofil, eosinofil, basofil oleh limfosit

RHINITIS ALERGI

B1 B2 B3 B5
Allergen masuk Menyerang Tersumbatnya Pembengkakan
bersama udara selaput lendir Tuba eustakius mukosa hidung
napas

hipersekresi Dilatasi pembuluh Tidak adanya Mudah terserang


sputum darah (Venula) hubungan degan infeksi
udara

Akumulasi
Pembengkakan
Sputum Sakit tenggorokan
mukosa hidung Tekanan tengan
telinga negatif

Bersin
polip disfagia
Terisi cairan
Obstruksi hidung

Resiko Gangguan nafsu makan


perdarahan persepsi sensori menurun
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas

Ketidakseimbanga
Berat badan
n nutrisi kurang
menurun
dari kebutuhan
Asuhan keperawatan pada pasieng dengan Rinitis Alergi

 Pengkajian
Usia : Pada semua usia
Jenis kelamin : Pada semua jenis kelamin
 Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan yang sering muncul sesak napas , hidung tersumbat berat ,
pengeluaran sekret pada hidung yang berlebihan
 Pemeriksaan fisik
B1 :
- Bersin
- Sesak nafas
- Mukosa hidung bengak
- Pengeluran sputum yang berlebihan
- Suara nafas mendengur
- RR meningkat
- Nadi mmenigkat
- Pernafsan mulut

B2:
- Pembengkakan pada mukosa hidung
- Pendarahan
- Polip

B3:

- Kehilangan pendengaran semetara

B5 :

- Pembengkakan mukosa hidung


- Rasa kering pada orofaring
- Sakit tenggorokan
- Disfagia
- BB menurun
Analisa data

NO Data Etiologi Masalah


1 Ds: Allergen masuk bersama udara Ketidakefekti
Pasien mengeluh sesak napas fan bersihan
napas dan bersin terus jalan napas
menerus .
Do: hipersekresi sputum
- RR meningkat
- Nadi meningkat
- Pernapasan Akumulasi Sputum
mulut
- suara napas
mendengkur Bersin
- pengeluaran
sputum pada
hidung Obstruksi hidung
berlebihan

2 Ds: Allergen masuk bersama udara Resiko


Pasien mengeluh napas pendaahan
bahwa adanya
Pembengkakan pada Menyerang selaput lendir
hidung

Dilatasi pembuluh darah (Venula)

Pembengkakan mukosa hidung

Polip

3 Ds: Pembengkakan mukosa hidung Ketidakseimb


Pasien mengatakan angan nutrisi
merasa sakit pada kurang dari
tenggorokan , dan Mudah terserang infeksi kebutuhan
tenggorokan terasa
kering
Do: Sakit tenggorokan
- Disfagia
- BB menurun
- Kurang minat disfagia
pada makanan

nafsu makan menurun

Berat badan menurun


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi


sputum akibat Rhinitis alergi yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak
napas dan bersin terus menerus , RR meningkat, Nadi meningkat ,
Pernapasan mulut , suara napas mendengkur, pengeluaran sputum pada
hidung berlebihan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan akibat Rhinitis alergi yang
ditandai dengan Pasien mengatakan merasa sakit pada tenggorokan , dan
tenggorokan terasa kering, Disfagia, BB menurun, kurang minat pada
makanan
3. Resiko perdarahan akibat rhinitis alergi yang ditandai dengan pasien
mengatakan adanya pembengkakan pada hidung.
INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRTERIA HASIL
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan a. Jelaskan kepada a. Pengetahuan pasien
berhubungan dengan akumulasi sputum tindakan keperawatan pasien dan perihal gangguan yang
akibat Rhinitis alergi yang ditandai selama 2 x 24 jam, pasien keluarga pasien dialaminya akan
dengan pasien mengeluh sesak napas dan diharapkan masalah mengenai menurunkan resiko
bersin terus menerus , RR meningkat, keperawatan teratasi peyebab sesak kecemasan pasien dan
Nadi meningkat , Pernapasan mulut , dengan criteria hasil : napas yang keluarga pasien
suara napas mendengkur, pengeluaran - Pasien tidak dialaminya. b. Teknik batuk efektif
sputum pada hidung berlebihan mengeluh sesak b. Ajarkan kepada adalah teknik
napas pasien mengenai pengeluaran sputum
- Pasien tidak bersin teknik batuk dari jalan napas melalui
- RR normal 16-20 efektif mulut.
x/menit c. Lakukan suction c. Suctioning adalah
- Nadi normal 60- jika diperukan metode pengeluaran
100 x/menit d. Kolaborasikan sputum dari jalan napas
- Pernapasan dengan fisioterapi dengan mnggunakan
melalui hidung dalam pemberian selang suction
- Tidak ada suara clapping d. Clapping adalah
napas mendengkur e. Observasi tanda- metode pengeluaran
- Pengeluaran tanda vital sputum dari jalan napas
sputum menurun dengan cara menepuk-
nepukan kedua telapak
tangan pada area dada
pasien yang diketahui
telah terjadi
penumpukan sputum.
e. Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan a. Jelaskan kepada a. Pengetahuan pasien
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan keperawatan pasien dan perihal gangguan yang
ketidakmampuan mencerna makanan selama 2 x 24 jam, pasien keluarga pasien dialaminya akan
akibat Rhinitis alergi yang ditandai diharapkan masalah mengenai menurunkan resiko
dengan Pasien mengatakan merasa sakit keperawatan teratasi penyebab kecemasan pasien dan
pada tenggorokan , dan tenggorokan dengan criteria hasil : ketidakseimbanga keluarga pasien
terasa kering, Disfagia, BB menurun, - Pasien tidak n nutrisi yang b. Makanan hangat dapat
kurang minat pada makanan mengeluh sakit dialami pasien meningkatkan nafsu
pada tenggorokan b. Anjurkan pasien makan pasien
- Pasien untuk memakan c. Meningkatkan
mengungkapkan makanannya pemenuhan asupan
tenggorokan tidak dalam keadaan makanan pasien sesuai
terasa kerning hangat. dengan kondisi pasien.
- Psien tidak sukar c. Kolaborsikan d. Memantau naik
menelan pemberian turunnya berat badan
- Berat badan dalam makanan sesuai pasien
batas normal diet pasien dengan
ahli gizi
d. Monitor berat
badan pasien
3. Resiko perdarahan akibat rhinitis alergi Setelah dilakukan a. Menjelaskan a. Pengetahuan pasien
yang ditandai dengan pasien mengatakan tindakan keperawatan kepada pasien perihal gangguan
adanya pembengkakan pada hidung. selama 2 x 24 jam, pasien tentang penyebab yang dialaminya
diharapkan masalah pendarahan akan menurunkan
keperawatan teratasi resiko kecemasan
dengan criteria hasil : b. Menjauhkan pasien dan keluarga
- Pembengkakan benda benda yang pasien
pada hidung dapat b. Mengurangi resiko
berkurang menyebabkan terjadi pendarahan
pendarahan c. Mendeteksi
terjadinya
c. Memonitor tanda pendrahan
dn gejala d. Mencegah
pendarahan terjadinya
pengenceran darah
d. Menganjurkan e. Mengetahui
pasien untuk keadaan umum
meningkatkan pasien
intake makanan
yang banyak
megandung
vitamin K

e. Obsevasi TTV
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit, E/6, Vol. 1. Jakarta : EGC.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan.Jakarta : EGC.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS
MEDIS

RHINITIS ALERGI

Disusun Oleh :

Donata Astuti (9103015020)

Zekhinia Gloria (9103015022)

Pascalis Arief (9103015035)

Chriserpilodiasri M. (9103015044)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

SURABAYA

2017

Anda mungkin juga menyukai