Down Syndrom & Retardasi Mental Fix
Down Syndrom & Retardasi Mental Fix
Down Syndrom & Retardasi Mental Fix
DOWN SYNDROM
2.1 Konsep Dasar Down Syndrom
A. Definisi Sindrom Down
Sindrom Down (Down syndrome) adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat
terjadi pembelahan.
Down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan
kromosom semasa konsepsi. Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari
segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu
hidup yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan
dengan jumlah 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang
kromosom 21 (2 kromosom 21). Sedangkan bayi dengan penyakit down
syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan kromosom 21 dimana 3
kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah 47 kromosom.
B. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan :
a. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
b. Translokasi kromosom 21 dan 15
c. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
Selama satu abad sebelumnya banyak hipotesis tentang penyebab sondrom Down
yang dilaporkan. Tetapi semenjak ditemukan adanya kelainan kromosom pada
sindrom Down pada tahun 1959, maka sekarang perhatian lebih dipusatkan pada
kejadian “non disjunctional” sebagai penyebabnya, yaitu:
1. Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap “non disjunctional”.
Bukti yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian
epidemiologi yang menyatakan adanya peningkatan resiko berulang bila
dalam keluarga terdapat anak dengan sindrom Down.
2. Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya “non
disjunctional” pada sindrom Down ini. Uchida 1981 (dikutip Pueschel dkk.)
35
menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
Down, pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya
konsepsi. Sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan adanya hubungan
antara radiasi dengan penyimpangan kromosom.
3. Infeksi
Infeksi juga dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya sindrom Down.
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa virus
dapat mengakibatkan terjadinya “non disjunctional”.
4. Autoimun
Faktor lain yang juga diperkirakan sebagai etiologi sindrom Down adalah
autoimun. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan
tiroid. Penelitian Fialkow 1966 (dikutip dari Pueschel dkk.) secara konsisten
mendapatkan adanya perbedaan autoantibodi tiroid pada ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom Down dengan ibu kontrol yang umurnya sama.
5. Umur Ibu
Apabila umur ibu di atas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal
yang dapat menyebabkan “non disjunction” pada kromosom. Perubahan
endokrin, seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar
hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan
konsentrasi reseptor hormon, dan peningkatan secara tajam kadar LH dan
FSH secara tiba- tiba sebelum dan selama menopause, dapat
meningkatkankan kemungkinan terjadinya non disjunction.
6. Umur Ayah
Selain pengaruh umur ibu terhadap sindrom Down, juga dilaporkan adanya
pengaruh dari umur ayah. Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak
dengan sindrom Down mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom
21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur
ibu.
Faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus,
bahan kimia dan frekuensi koitus masih didiskusikan kemungkinan sebagai
penyebab dari sindrom Down.
C. Patofisiologi
Kromosom 21 yang lebih akan memberi efek ke semua sistem organ
dan menyebabkan perubahan sekuensi spektrum fenotip. Hal ini dapat
36
menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa, dan perubahan proses hidup
yang signifikan secara klinis. Sindrom Down akan menurunkan survival
prenatal dan meningkatkan morbiditas prenatal dan postnatal. Anak – anak
yang terkena biasanya mengalami keterlambatan pertumbuhan fisik, maturasi,
pertumbuhan tulang dan pertumbuhan gigi yang lambat.
Kelainan bawaan pada sindrom Down disebabkan karena gangguan
keseimbangan akibat kelainan aberasi kromosom. Aberasi numerik timbul karena
terjadinya kegagalan proses replikasi dan pemisahan sel anak saat proses meiosis
yang disebut sebagai non disjunction. Sebagian besar kasus (95%) adalah trisomi 21,
kemudian 1% kasus dengan mosaik dan 4% translokasi.
Penderita dengan sindrom Down sering kali menderita hipersensitivitas
terhadap proses fisiologis tubuh, seperti hipersensitivitas terhadap pilocarpine
dan respons lain yang abnormal. Sebagai contoh, anak – anak dengan sindrom
Down yang menderita leukemia sangat sensitif terhadap methotrexate.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang
tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas:
1. Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil
dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
2. Sifat pada kepala, muka dan leher: penderita down syndrome mempunyai
paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol.
3. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal
hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di
sudut dalam. Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar
menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah yang
menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur.
Paras telinga adalah lebih rendah. Kepala biasanya lebih kecil dan agak
lebar dari bagian depan ke belakang. Lehernya agak pendek.
4. Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk
lipatan (epicanthal folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran
di sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus,
37
katarak (2%), dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya
perubahan pada lensa dan kornea.
5. Manifestasi mulut: gangguan mengunyah menelan dan bicara, scrotal
tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuhan
gigi, hypodontia, juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing.
6. Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia,
cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan pubertas.
7. Manifestasi kulit: kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic
dermatitis (50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic
dermatitis (31%), Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and
acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections (tinea), and
ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa, Syringomas,
Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis.
8. Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk
ruas jari- jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada
tangan maupun kaki melebar.
9. Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
10. Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan
kerusakan pada sistim organ yang lain. Pada bayi baru lahir kelainan dapat
berupa congenital heart disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal
karena bayi dapat meninggal dengan cepat
11. Gangguan tiroid
12. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa
13. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan
dan perubahan kepribadian)
14. Penderita sindrom Down sering mengalami gangguan pada beberapa organ
tubuh seperti hidung, kulit dan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi.
Penanganan alergi pada penderita sindrom Down dapat mengoptimakan
gangguan yang sudah ada.
38
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Anak Down Syndrome
1. PENGKAJIAN
a. Identitas.
Angka kejadiannya adalah 1,0- 1,2 per 1000 kelahiran hidup.
Sindrom down dapat terjadi pada semua ras. Angka kejadian pada
berbagai golongan sosial ekonomi adalah sama. Apabila umur ibu di
atas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non disjunction” pada kromosom. Selain itu
penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrom Down
mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 21 bersumber
dari ayahnya.
b. Riwayat Kesehatan.
1. Keluhan utama.
Penampilan fisik yang khas dengan wajah seperti orang
Mongol, kelainan pada jantung, gangguan tumbuh kembang.
2. Riwayat penyakit.
Umumnya sindrom Down sudah dapat diketahui sejak bayi
dengan pemeriksaan dermatoglifik. Bahkan sejak antenatal
sudah dapat diteksi bila terdapat kelainan kromosom pada janin.
3. Riwayat kesehatan keluarga.
Terdapat peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga
terdapat anak dengan sindrom Down.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom Down,
pernah mengalami radiasi di daerah perut sebelum terjadinya
konsepsi. Selain itu, penelitian Fialkow 1966 (dikutip dari
Pueschel dkk.) secara konsisten mendapatkan adanya
perbedaan autoantibodi tiroid pada ibu yang melahirkan anak
dengan sindrom Down dengan ibu kontrol yang umurnya sama.
5. Pola Fungsi Kesehatan
1) Nutrisi.
Gangguan makan dapat terjadi pada sindrom Down yang
disertai dengan kelainan kongenital yang lain, sehingga
39
berat badannya sulit naik pada masa bayi/ prasekolah.
Tetapi setelah masa sekolah atau pada masa remaja,
malah sering terjadi obesitas.
2) Aktivitas
Seorang anak dengan sindrom down dapat lemah dan tak
aktif, juga ada yang agresif dan hiperaktif.
3) Riwayat psikososial dan spiritual
Pada umumnya perkembangan anak dengan sindrom
Down, lebih lambat dari anak yang normal. Kebanyakan
anak dengan sindrom Down disertai dengan retardasi
mental yang ringan atau sedang. Sedangkan perilaku
sosialnya mempunyai pola interaksi yang sama dengan
anak normal sebayanya, walaupun tingkat responsnya
berbeda secara kuantitatif. Dukungan dari orang tua dan
keluarga lainnya terhadap kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan sindrom Down sangat
berperan penting.
6. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran: Compos Mentis
3) BB dan TB sekarang: untuk mengetahui pertumbuhan yang
terjadi pada anak.
4) HR: pada sindrom Down dapat terjadi kelainan pada
jantung. Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah
jantung berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD)
yaitu jantung berlubang diantara bilik jantung kiri dan
kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu jantung
berlubang diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah
termasuk salur ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus
Ateriosis / PDA). Bagi kanak-kanak down syndrom boleh
mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan
(cynotic spell) dan susah bernafas.
5) RR: kelainan jantung pada sindrom Down dapat
mengakibatkan sukar bernapas.
40
6) LK: bentuk kepala yang relatif kecil dari normal
(microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala
mendatar.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala: bentuk kepala yang relatif kecil dari normal
(microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala
mendatar, oksiput datar (brakisefali)
2) Wajah: paras muka yang hampir sama seperti muka orang
Mongol, pangkal hidungnya pendek/ pesek.
3) Mata: Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian
tengah membentuk lipatan (epicanthal folds), fisura
palbebra miring ke atas (upslanting palpebral fissure) white
Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata,
medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak,
dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena
adanya perubahan pada lensa dan kornea. Jarak diantara 2
mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
4) Mulut dan Gigi: Mulut yang mengecil dan lidah yang
menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi lambat
dan tidak teratur. Dapat terjadi gangguan mengunyah,
menelan dan bicara.
5) Kulit: lapisan kulit biasanya tampak keriput, kulit lembut,
keringdan tipis, Xerosis, atopic dermatitis, palmoplantar
hyperkeratosis, dan seborrheic dermatitis, Premature
wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis,
Bacteria infections, fungal infections (tinea), and
ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa,
Syringomas, Alopecia areata, Vitiligo, Angular cheilitis
6) Abdomen: Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan
berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau
duodenum (duodenal atresia)
41
7) Ekstremitas: tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya
serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan
maupun kaki melebar. Tapak tangan mereka biasanya
hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian
crease”. Otot yan glemah menyebabkan mereka menjadi
lembek dan menghadapi masalah dalam perkembangan
motorik kasar. Jari kelingking bengkok (klinodaktili)
8) Genitalia: Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes
kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan
perkembangan pubertas
8. Pemeriksaan penunjang :
1) Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan “brachycephalic”,
sutura dan fontanellla yang terlambat menutup. Tulang ileum
dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebih
lebar.
2) Pemeriksaan kariotiping
Untuk mengetahui adanya translokasi kromosom. Bila ada,
maka ayah dan ibunya harus diperiksa. Bila ditemukan salah
satu adalah karier, maka keluarga lainnya juga perlu
diperiksa, hal ini sangat berguna untuk pencegahan
kemungkinan terulangnya kejadian sindrom Down
3) Pemeriksaan dermatoglifik
Pemeriksaan pada sidik jari, telapak tangan dan kaki yang
akan menunjukkan adanya gambaran khas pada sindrom
Down. Dermatoglifik ini merupakan cara yang sederhana,
mudah dan cepat, serta mempunyai ketepatan yang cukup
tinggi.
2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik.
42
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Rasional
. Keperawatan ( SLKI ) Keperawatan
( SDKI ) ( SIKI )
Gangguan Dengan dilakukan 1. identifikasi 1. mengidentifikasi
tumbuh Asuhan Keperawatan pencapain tugas pencapain tugas
kembang Selama ...x.24 perkembangan perkembangan
berhubungan jam .diharapkan anak anak
dengan efek gangguan tumbuh 2. pertahankan 2. mempertahanka
ketidakmampua kembang dapat teratasi kenyamanan n kenyaman
n fisik. Kriteria hasil: anak anak
1. ketrampilan 3. dukung anak 3. mendukung
atau prilaku mengexpresika anak
sesuai usia n diri melalui mengexpresika
meningkat penghargaan n diri melalui
2. kemampuan positif atau penghargaan
melakukan umpan balik positif atau
perawatan diri atas usahanya umpan balik
meningkat atas usahanya
3. respon sosial 4. anjurkan orang 4. menganjurkan
meningkat tua berinteraksi orang tua
4. bb sesuai usia dengan berinteraksi
meningkat anaknya dengan anaknya
5. panjang atau 5. kolaborasi 5. mengkolaborasi
tinggi badan rujuk untuk rujuk untuk
sesuai usia konseling jika konseling jika
meninhgkat perlu perlu
43
2.3. Asuhan Keperawatan pada Anak Down Syndrome
DOWN SYNDROM
A. Tinjauan Kasus
By.b usia 15 bulan, agama Hindu, alamat tinggal Desa Petulu
Kec.Ubud, Gianyar, masuk rumah sakit tanggal 4 Februari 2019. Klien
masuk rumah sakit dengan keluhan. Barubisa tengkurap pada usia 10 bula,
Usia 15 bulan, belum bisa duduk dan merangkak, belum bisa makan nasi,
sehingga masih diberi bubur, Belum bisa memanggil mama dan papa, bila
ingin sesuatu dia selalu menangis.Tidak ada riwayat kejang.
B. Pembahasan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien dan keluarga
Umur : 15 bulan
Agama : Hindu
Pendidikan :-
44
Pekerjaan :-
Alamat : Petulu
Nomor Telepon :-
A. Identitas Keluarga
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Petulu
45
- Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit
8, menit kelima 9
- BB Lahir 2000gr
d) Pemeriksaan Fisik
a. Px. Antropometri :
- BB 8 kg, PB 70 cm
- BB/U = = 8 / 11,1 x 100%= 72,07% malnutrisi sedang
- PB/ U = = 70 / 78 x 100 % = 89,74 % malnutrisi sedang
- BB / PB = = 8/ 8,9 x 100%= 89,88 % malnutrisi ringan /
KEP derajat I
b. Status gizi pasien : malnutrisi ringan / KEP derajat I
Kelemahan pada otot-otot oromotor Meknisme : SD mengalami
ggn makan belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi
bubur kandungan gizi << KEP derajat Iuntuk kebutuhan
seusianya
c. Lingkaran kepala 41 cm
- Berdasarkan grafik Nellhaus, termasuk di bawah -
2SD mikrocephaly.
- Normal untuk usia 15 bulan = 45-50cm
d. Anak sadar, kontak mata baik, menangis ketika diperiksa.:
menyingkirkan autisme, ggn penglihatan; menangis : bs saja
karena takut pd pemeriksa.
e. Pada wajah anak terlihat jarak kedua mata jauh, hidung pesek,
telinga kecil dan lebih rendah dari sudut mata. kepala bagian
belakang datar, lehar pendekgambaran dismorfik : ciri khas pada
sindroma Down.
f. Menoleh ketika dipanggil namanya: kemampuan sosialisasi pasien
baik & menyingkirkan autisme & ggn. Pendengaran.
g. Tidak ada gerakan yang tidak terkontrol :normal, menyingkirkan
Dx. CP diskinetik
h. Pada posisi tengkurap dapat menahan kepala beberapa
menitnormal, bayi mulai bisa mengangkat kepala dan menahannya
(merupakan gerakan motorik kasar bayi pada usia 3 bulan)
46
beberapa detik pada usia 3 bulan, dan hal ini menyingkirkan
adanya muscular distrophy(lumpuh generalisata)
i. Refleks Moro dan refleks menggenggam tidak ditemukan normal,
(harus sdh menghilang sejak usia 6 bulan ) tidak ada lesi pada SSP.
j. Lengan dan tungkai lembek dan mudah ditekuk, kekuatan kedua
lengan dan tungkai 4, refleks tendon menurun ada kelemahan pada
anggota gerak yang bersifat hipotoni, tanda SD
k. Tungkai kelihatan pendek, jarak ibu jari kaki dengan jari kedua
lebar
l. Kekuatan kedua lengan dan tungkai :
- paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
- terlihat atau teraba ada gerakan kontraksi otot, tetapi tidak ada
gerakan anggota gerak sama sekali.
- dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat menahan
berat dan tidak kuat menahan tahanan pemeriksa.
- dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat, tetapi
tidak dapat menggerakkan anggota badan untuk melawan
tahanan pemeriksa (dapat melawan gaya gravitasi)
- dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat
dan melawan tahanan secara simultan
47
- Thyroid-stimulating hormone (TSH) and Thyroxine (T4) : untuk
menilai fungsi kelenjar tiroid. Dilakukan segera setelah lahir
dan berkala setiap tahun.
3. Pemeriksaan radiologi :
- X-foto kepala :brakisefali, mikrosefali, hipoplastik tulang-
tulang wajah dan sinus
- X-foto tangan : hipoplastik tulang falangs tengah
4. Pemeriksaan lainnya:
- Px. Dermatoglifik (sidik jari, telapak tangan &
kaki) menunjukkan gambaran khas SD
- EKG & Ekokardiogram :untuk mendeteksi kemungkinan
kelaian jantung bawaan
- ABR : untuk menentukan derajad gangguan
pendengaran/ketulian
- DDST :untuk deteksi dini gangguan tumbuh kembang
2. ANALISA DATA
48
No Data Penyebab Masalahkeperawatan
1 Ds : Abnormalitas Gangguan tumbuh
- Keluarga pasien perkembangan kromosom, kembang
mengatakan, bahwa ketidakmampuan fisik
pasien blm bisa
duduk, merangkak
dan belum bisa
memanggil mama
dan papa pada usia
15 bulanini.
Do :
- Lingkar kepala 41,
Berdasarkan grafik
Nellhaus, termasuk
di bawah -
2SD mikrocephaly.
- Pada wajah anak
terlihat jarak kedua
mata jauh, hidung
pesek, telinga kecil
dan lebih rendah
dari sudut mata.
kepala bagian
belakang datar,
lehar pendek
- Kelemahan pada
anggota gerak yang
bersifat hipotoni
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik.
49
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
50
panjang atau
tinggi
badan
sesuai usia
meninhgkat
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
51
1 17.00 menganjurkan DS: ibu pasien mengatakan sudah Perawat
orang tua mengajak anaknya berkumpul
berinteraksi dengan anak sebayanya
dengan anaknya DO: pasien tampak senang
berkumpul Bersama temannya
1 21.00 mengkolaborasi Pasien tampak koomperatif Perawat
rujuk untuk
konseling jika
perlu
6. EVALUASI KEPERAWATAN
52
Status gizi pasien mal nutrisi sringan/
KEP derajat 1.
A : Tujuan belum tercapai
P :- Pertahankan kondisi pasien
- Lanjutkan intervensi
4.RETARDASI MENTAL
53
atau sejak masa kanak-kanak). Retardasi mental ditandai dengan adanya
keterbatasan intelektual dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial
(Sandra, 2010). Retardasi mental berdasarkan Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III adalah suatu keadaan
perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Retardasi mental juga dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya (Maslim, 2001).
Retardasi mental adalah disabilitas yang dicirikan dengan
keterbatasan bermakna baik dalam fungsi intelektual dan dalam
keterampilan adaptif seperti yang ditunjukan dalam keterampilan adaptif
konseptual, sosial, dan praktik. Disabilitas ini dimulai sebelum usia 18
tahun.
Lima prinsip berikut esensial dalam penerapan definisi ini :
54
1. Retardasi Mental Ringan
55
berkomunikasi bahasa. Sewaktu usia sekolah mereka dapat belajar
bicara dan dapat dilatih dalam kecakapan mengurus diri yang
sederhana. Sewaktu usia dewasa mereka dapat melakukan kerja yang
sederhana bila diawasi secara ketat. Kebanyakan dapat menyesuaikan
diri pada kehidupan di masyarakat bersama keluarganya, jika tidak
didapatkan hambatan yang menyertai yang membutuhkan perawatan
khusus.
56
c. Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi
secara teratur, pengobatan sederhana, dan lain lain)
d. Papan (pemukiman yang layak)
e. Higiene, sanitasi
f. Sandang
g. Kesegaran jasmani, rekreasi
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahun-tahun pertama
kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh
kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Merupakan cikal bakal proses
pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental
ini membantu perkembangan mental psikososial (kecerdasan,
ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan
sebagainya). Perkembangan ini pada usia balita disebut sebagai
perkembangan psikomotor.
57
1. Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat
berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas sosial
58
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Prenatal
Pasca natal Retardasi Mental
Perilaku
Ketidakmampuan
agresif
kognitif ( IQ < 70 – 75 )
risiko
cedera
Berbicara Berbahasa
59
Keterlambatan Hambatan
pertumbuhan Komunikasi
dan verbal
perkembangan
Hambatan
Interaksi sosial
60
membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial
pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium
dilakuka atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine
dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom
dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari
retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat
dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan
MRI. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur
2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang
lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun
kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi
mental juga mengalami keterlambatan motor dan American Psychiatric
Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis
keterbelakangan mental, yaitu:
1. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70
atau kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individu.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan
fungsi adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi
standar yang diharapkan pada usianya dengan kelompok budayanya)
setidaknya dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi, perhatian diri
sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal,
penggunaan sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan
akademik fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan
keamanan.
3. Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Tingkatan keterbelakangan mental menurut APA, diklasifikasikan
menjadi mild retardation (tingkat IQ 50 atau 55 sampai sekitar 70),
moderate mental retardation (tingkat IQ 35 atau 40 sampai 50 atau 55),
severe mental retardation (tingkat IQ 20 atau 25 sampai 35 atau 40),
dan profound mental retardation (tingkat IQ dibawah 20 atau 25).
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak
dengan keterbelakangan mental :
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
61
1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam
berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu
tidak melihat keterbelakangan ini.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman
dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam
oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk menyesuaikan diri secara
sosial.
3. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan
kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan
bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit atau
stress sosial.
62
Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
1. Anak prasekolah (0 – 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua
bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan
perawatan diri.
2. Usia sekolah (6 – 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas
tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari
pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan mulut, harus diawasi
dengan ketat.
3. Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara
dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik
regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan bantuan
perawatan diri.
63
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas
yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
yang salah.
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi
berkurang atau bahkan hilang.
F. Komplikasi
1. Paralisi serebral
2. Gangguan kejang
3. Masalah-masalah perilaku atau psikiatrik
4. Defisit komunikasi
5. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat-obatan
antikonfulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
64
6. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstuksi usus halus, dan defek jantung
7. Disfungsi tiroid
8. Gangguan sensoris
9. Masalah-masalah ortopsdik, seperti deformitas kaki, skoliosis
10. Kesulitan makan
G. Manifestasi Klinis
1. Gangguan kognitif
2. Lambatnya keterampilan mengungkapkan dan menangkap bahasa.
3. Gagal melewati tahap perkembangan yang penting
4. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
5. Kemungkinan keterlambatan pertumbuhan
6. Kemungkinan tonus otot abnormal
7. Kemungkinan gambaran disformik
8. Keterlambatan perkembangan motorik halus dan kasar
1. PENGKAJIAN
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai
kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan
adaptif ;komunikasi, perawatan diri, interaksisosial, penggunaan
sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan
dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan
rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala
diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau
65
lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus
otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri
dismorfik, dan terlambatnya perkembangan motoris halus dan
kasar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom ( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X,
GangguanSindrom ( distrofiotot Duchene ), neurofibromatosis
( tipe 1), Gangguan metabolism sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis danperdarahan
intracranial, Cederakepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit
yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya
retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
66
c. Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1) Lakukan pengkajian fisik.
a) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala
tdk simetris)
b) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus,
mudah putus dan cepat berubah
c) Mata : Mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung : Jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran
kecil, cuping melengkung ke atas, dll
e) Mulut : Bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas,
langit-langit lebar/melengkung tinggi
f) Geligi : Odontogenesis yang tdk normal
g) Telinga : Keduanyaletakrendah; dll
h) Muka : Panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i) Leher : Pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak
sempurna
j) Tangan : Jari pendek dan tegap atau panjang kecil
meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k) Dada & Abdomen : Terdapat beberapa putting, buncit, dll
l) Genitalia : Mikropenis, testis tidakturun, dll
m) Kaki : Jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar,
gemuk
2) Lakukan pengkajian perkembangan.
3) Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental
dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah
satu jenisnya yang utama
4) Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti
adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5) Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme,
konsumsi obat.
6) Nutrisi tidak adekuat.
7) Penyimpangan lingkungan
8) Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
67
9) Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis,
ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.
10) Abnormalitas kromosom.
11) Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom,
disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
12) Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet,
Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental
Retardation Adaptif Behavior Scale.
13) Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
14) Tidak responsive terhadap kontak. Kontak mata buruk selama
menyusui.
15) Penurunan aktivitas spontan
16) Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
17) Peka rangsang.
18) Menyusui lambat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko cedera b.d. perubahan fungsi psikomotor
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
68
jam diharapkan menyebabk menyebabkan
resiko cidera an cidera cidera.
dapat membaik - Gunakan 2. Agar
dengan kriteria alas lantai menggunakan
hasil jika alas lantai jika
berisiko berisiko cidera
a. Tolerans
cidera serius
i
serius 3. Agar
aktivitas
- Tingkatkan meningkatkan
meningk
frekuensi frekuensi
at
observasi observasi dan
b. Ganggua
dan pengawasan
n
pengawasa pasien sesuai
mobilita
pasien kebutuhan
s
sesuai edukasi
menurun
kebutuhan 4. Agar
c. Frekuen
edukasi menjelaskan
si nafas
- Jelaskan alasan
membai
alasan intervensi
k
intervensi pencegahan
pencegahan jatuh ke pasien
jatuh ke dan keluarga.
pasien dan
keluarga.
4. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan
kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan menerapkan
pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat
berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang
terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
69
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku
sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian
yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit
untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai
sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat
terbatas.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan
asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum
tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan
serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada
tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah masalah
yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL
DI RUANG MELATI RSUD A
TANGGAL 6 s/d 9 FEBRUARI 2019
I. IDENTITAS
70
A. Anak
1. Nama : WA
2. Anak yang ke :2
3. Tanggal lahir/umur: 3 Februari 2010
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
B. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : PA (kandung)
b. Umur : 35 tahun
c. Pekerjaan : Pedagang
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Perumnas Paya, Desa Indah
2. Ibu
a. Nama : MD (kandung)
b. Umur : 34 tahun
c. Pekerjaan : Pedagang
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Perumnas Paya, Desa Indah
a) Riwayat Penyakit :
71
Ibu pasien mengatakan bahwa saat umur 5 bulan pasien sering
mengalami kejang dan demam tinggi, dan ibu pasien mengatakan
pasien terlambat mendapatkan imunisasi semasa kecil
Anak-anak
Keadaan sebelum sakit
72
Menurut ibu pasien nafsu makan pasien baik pasien mampu makan 3x
sehari dengan menu beragam dan karena pasien tidak suka bergaul
dengan sekitar maka pasien tidak suka jajan diluar rumah
Keaadan saat sakit
Saat sakit pasien tidak bersedia makan, dan tidak mau makan makanan
yang diberikan dari rumah sakit.
C. Eliminasi (BAB/BAK)
Menurut Ibu pasien BAB/BAK pasien masih dibantu hingga saat ini
dan kebiasaan BAB pasien tetap sama yaitu paisen BAB 1 x sehari pada
pagi hari dan BAK pasien dalam sehari kurang lebih 4-5 x. pasien tetap
tidak bisa melakukan BAB/BAK secara mandiri dan masih dibantu
ibunya.
D. Aktifitas
Permainan
Sejak kecil pasien tidak suka berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya, pasien enggan berteman dengan teman sebayanya. Menurut
ibu pasien, pasien hanya suka bermain kertas warna warni sendirian di
kamar. Mainan yang dimiliki pasien adalah kertas warna warni dan
buku gambar.
E. Rekreasi
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien jarang rekreasi ke tempat-tempat
rekreasi karena pasien tidak tertarik dengan dunia luar.
F. Istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat.
Ibu pasien mengatakan bahwa ketika tidur pasien masih ditemani
ibunya, pasien mulai tidur pukul 21.00 dan pasien jarang tidur siang.
Pasien kadang mengompol saat tidur.
G. Kebersihan diri
Mandi :
Ibu pasien mengatakan pasien masih blum bisa mandi sendiri dan
baik mandi dan menggosok gigi masih dibantu oleh ibu pasien.
H. Pengaturan suhu
Saat pengkajian suhu tubuh pasien 36,50C
I. Rasa nyaman
73
P: dari reaksi non verbalnya pasien terlihat menahan sakit dan meringis
Q: dari reaksi non verbalnya pasien sering menangis dan rewel
R: nyeri disekitar luka pada kaki dan lengannya
S: skala nyeri antara 1-10 pasien menunjukkan skala nyerinya pada
angaka 3
T: dari reaksi non verbalnya pasien merasakan nyeri saat beraktivitas
J. Rasa aman
Sebelum dirawat di rumah sakit kelurga pasien mengatakan bahwa
pasien aman dengan lingkungan rumahnya. Saat dirawat di rumah sakit
keluarga pasien mengatakan pasien sering rewel dan tidak suka dengan
orang-orang asing yang berada disekelilingnya.
K. Belajar (anak dan orangtua)
Ibu pasien mengaku bahwa ibu pasien tidak mengetahui mengenai
sebab pasien sakit seperti itu. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
lambat dalam merespon sekitarnya.
L. Prestasi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki prestasi apapun di
sekolahnya.
M. Hubungan sosial anak
Ibu pasien mengatakan pasien tidak dekat dengan saudara-saudaranya
pasien hanyadekat dengan ibu pasien dan komunikasi pasien lambat
dan sosialisasi pasien dengan lingkungan kurang.
N. Melaksanakan ibadah
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien bila ada rainan di Hindu dalam
sembahyang dibantu dan diantarkan ke Pura untuk sembahyang dan
saat sakit pasien dianjurkan tetap berdoa oleh ibunya saat pasien mau
diajak bicara
V. PENGAWASAN KESEHATAN
Bila pasien sakit pasien jarang diajak ke pelayanan kesehatan hanya dirawat
di rumah.
Kunjungan ke Posyandu hanya saat baru lahir dan imunisasi tidak rutin
dilaksanakan.
74
Pengawasan di rumah dilakukan oleh ibunya karena pasien sangat dekat
dengan ibunya.
Imunisasi ( 1 – 5 tahun)
Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat
Imunisasi
BOG - - - -
DPT I, II, III 1-6 - Alergi (-) Posyandu
HB I, II, III bln - Alergi (-) Posyandu
CAMPAK 10 bln - - -
Tambahan / - - - -
anjuran -
75
B. Warna kulit
Warna kulit pasien normal
C. Suara waktu menangis : melengking
D. Tonus otot : baik
E. Turgor kulit :… baik
F. Udema : tidak ada
G. Kepala :plagiosepali (batok kepala tidak simetris), lesi (-), edema (-)
H. Mata : juling, sekret (-)
I. Hidung : ukuran kecil, cuping melengkung keatas, polip (-), nyeri tekan
(-), kerbersihan cukup
J. Telinga : kebersihan telinga cukup pasien tidak mengalami gangguan
pendengaran
K. Mulut: bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar,
kebersihan kurang, stomatitis (-), pembesaran tonsil (-) mukosa bibir
lembab, karang gigi (+), kebersihan kurang
L. Leher: pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna,
pembesaran kelenjar tiroid (-), bendungan vena jugularis (-), massa (-),
kebersihan cukup
M. Thoraks: bentuk dada simetris, tidak adanya suara nafar abnormal
N. Jantung : tidak ada pembesaran jantung, bunyi jantung S1-S2 tunggal
regular.
O. Abdomen : perut buncit, nyeri (-) tidak adanya pembesaran organ tidak
teraba skibala
P. Ekstremitas :
Tangan: jari pendek, ibu jari gemuk dan lebar, jumlah jari tangan lengkap,
lesi (+) pada lengan kiri, edema (-)
Kaki: jari kaki saling tumpang tindih, meruncing diujungnya, lesi (+) pada
kedua kakinya, edema (-), kuku panjang, kebersihan kurang.
Q. Alat kelamin : mikropenis
76
1. Suhu = 36, 50C
2. Nadi = 105 kali/menit
3. Pernafasan = 40 x/ menit
4. Tekanan darah = 185/60 mmHg
h Risiko Cedera
Faktor Risiko
Eksternal
Terpapar patogen
Terpapar zat kimia toksik
Terpapar agen nosokomial
Ketidakamanan transportasi
Internal
Ketidaknormalan profil darah
Perubahan orientasi afektif
Perubahan sensasi
Disfungsi biokimia
Hipoksia jaringan
Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
Malnutrisi
Perubahan fungsi psikomotor
Perubahan fungsi kognitif
77
X. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua = hubungan antra ibu pasien dan pasien
sangat erat, ibu terlihat sangat perhatian dengan anaknya.
2. Bentuk/arah komunikasi = pasien tampak kurang memperhatikan ibunya,
arah komunikasi sering terlihat 1 arah dari ibu ke anak
3. Rasa aman anak = anak terlihat merasa aman dengan ibunya tapi kurang
menerima kehadiran perawat.
78
XIII. RENCANA TINDAKAN
-Agar
menjelaskan
79
alasan intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga.
CATATAN PERKEMBANGAN
Dx
80
Pukul Jelaskan alasan intervensi pencegahan yang mengunjungi
13.15 jatuh ke pasien dan keluarga. pasien
WITA
Pasien merespon
lambat dan tidak
mau berinteraksi
dengan perawat
Pasien merespon
lambat dan tidak
mau berinteraksi
dengan perawat
81
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Autism adalah gangguan perkembangan pervasive, atau kualitatif pada
komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinasi dan interaksi social
timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi,
hambatan dalam pembicaraan, perkembangan Bahasa, fenomena ritualistic dan
konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
Gambaran autism pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh pada
masa bayi terdapat kegagalan menghibur anak, anak tidak berespon saat
diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan
jauh atau tidak mengenal.
Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan kekurangan
perhatian menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-
anak, yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas, hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.Beberapa hal yang
dapat menyebabkan perilaku hiperaktif ialah :Kondisi saat hamil & persalinan,
cedera otak setelah lahir, fakto lingkungan, lemah pendengaran, faktor psikis,
kekurangannya asam lemak esensial, kekurangan zat gizi, Makanan, zat
penambah makanan, pewarna, pengawet makanan.
Ciri utama anak yang menderita Sindroma Hiperaktivitas , yaitu:Tidak
ada perhatian, hiperaktif, impulsif, menentang, destruktif, tanpa tujuan, tidak
sabar dan usil, intelektual rendah. Dan komplikasi nya yaitu
1. Diagnosis sekunder- gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
82
Sindrom Down (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang
kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Down
syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa
konsepsi. Ciri utama daripada bentuk ini adalah dari segi struktur muka
dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup yang singkat.
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil
dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan, Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama
ialah inteligensi yang terbelakang. Terjadinya retardasi mental tidak dapat
dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu
tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan
faktor lingkungan.
3.2. Saran
Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar dapat lebih memahami tentang
Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kebutuhan Khusus Meliputi
Autisme, Hiperaktif, Down Sindrome, Retardasi Mental.
83
DAFTAR PUSTAKA
Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif. From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/
definisi-anak-hiperaktif.html. [diakses 20 Jnuari 2020]
Baniah Sri Handayani. 2011. Penyebab Anak Hiperaktif. From :http://www.ibudanbalita.
com/diskusi/pertanyaan/59679/penyebab-anak-hiperaktif. [diakses 20 Jnuari 2020]
Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif. From : http://erfansyah.blogspot.com
/2011/01/kep-anak-hiperaktif.html [diakses: 20 Jnuari 2020]
Heri. 2012. Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF.
From: http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anak-
dengan_8226.html [diakses: 20 Jnuari 2020]
Surana, Taufan. 2003. Mengarahkan Anak Hiperaktif.
From: http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html[diakses: 20 Jnuari 2020]
Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
bedahBrunner&Suddarth. Jakarta: EGC
84
Aisha, M, N. 2012. Hubungan antara pengetahuan dengan retardasi mental dan penerimaan
orang tua. Skripsi. Tidak diterbitkan : UIN sunan kalijaga Yogyakarta
Dorland, W.A, Newman., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC.
IDAI, 2011. Retardasi Mental dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
jilid II. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang :
Binarupa Aksara.
85