Studi Kasus TBC
Studi Kasus TBC
Studi Kasus TBC
KASUS TUBERCULOSIS
DOSEN PENGAMPU :
PENYUSUN :
2020
I. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (M. tuberculosis)
sebagian besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya
(Kementerian Kesehatan RI, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman M. tuberculosis atau
dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Untuk pemeriksaan bakterologis yang bisa
mengidentifikasi kuman M. tuberculosis menjadi sarana yang diagnosis yang ideal untuk TB
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
II. PATOFISIOLOGI
M. tuberculosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan
di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada di ruang alveolus di
bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bakteri M. tuberculosis ini membangkitkan reaksi
peradangan. Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan mefagosit bakteri tetapi
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari pertama maka lekosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala – gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat berjalan terus dan bakteri terus
difagosit tau berkembang biak di dalam sel. Bakteri juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya
berlangsung 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative
padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan
fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru – paru disebut focus ghon dan gabungan terserang kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan komplek ghon. Komplek ghon yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang mengalami pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke percabangan treakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau bakteri M. tuberculosis dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang tedapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah lebih
kecil yang kadang – kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Hal ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem
vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya & Putri, 2013).
III. FARMAKOTERAPI
A. TERAPI FARMAKOLOGI
Infeksi Laten
• Isoniazid, 300 mg setiap hari pada orang dewasa, adalah pengobatan pilihan untuk TB laten
di Amerika Serikat, umumnya diberikan selama 9 bulan.
• Rifampisin, 600 mg setiap hari selama 4 bulan, dapat digunakan bila dicurigai ada resistensi
isoniazid atau bila pasien tidak dapat mentolerir isoniazid. Rifabutin, 300 mg setiap hari,
dapat menggantikan rifampisin untuk pasien berisiko tinggi interaksi obat.
• Wanita hamil, pecandu alkohol, dan pasien dengan pola makan yang buruk yang diobati
dengan isoniazid harus menerima piridoksin, 10 sampai 50 mg setiap hari, untuk mengurangi
kejadian efek sistem saraf pusat (SSP) atau neuropati perifer.
• Sampel yang sesuai harus dikirim untuk kultur dan pengujian kerentanan sebelum memulai
terapi untuk semua pasien dengan TB aktif. Data harus memandu pemilihan obat awal untuk
pasien baru. Jika data kerentanan tidak tersedia, pola resistansi obat di daerah di mana pasien
kemungkinan TB harus digunakan.
• Jika pasien sedang dievaluasi untuk pengobatan TB kembali, sangat penting untuk
mengetahui obat apa yang digunakan sebelumnya dan untuk berapa lama.
• Pasien harus menyelesaikan pengobatan selama 6 bulan atau lebih. Pasien HIV-positif harus
dirawat selama 3 bulan lagi dan setidaknya 6 bulan sejak mereka berubah menjadi apus dan
kultur negatif. Ketika isoniazid dan rifampisin tidak dapat digunakan, durasi pengobatan
menjadi 2 tahun atau lebih, apapun status kekebalannya.
• Pasien yang lambat merespons, mereka yang tetap kultur positif pada 2 bulan pengobatan,
mereka dengan lesi kavitas pada foto toraks, dan pasien HIV-positif harus dirawat selama 9
bulan dan setidaknya 6 bulan sejak mereka beralih ke noda dan kultur negatif.
B. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Kegiatan pemberian konseling, edukasi kesehatan, dan motivasi pada pasien TB dan
anggota keluarga tentang penyakit dan perlunya pengobatan teratur sampai selesai adalah
sangat penting. Penyuluhan khusus juga diberikan kepada pasien mengenai etika batuk/
higine repirasi (menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau bersin, atau lebih disarankan
menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin). Dukungan
psikososial kepada pasien TB untuk tercapainya keberhasilan pengobatan.
KASUS 1. TUBERCULOSIS
Ny. W masuk UGD pada tanggal 1 Mei 2020, pukul 13.00 WIB dengan keluhan sesak nafas,
batuk berdahak disertai darah (blood street) sejak pagi, batuk tidak berhenti, mengeluh mual,
muntah 2x, nyeri ulu hati, hasil tanda-tanda vital: tekanan darah: 120/70mmHg, nadi:
80x/menit, suhu: 38°C, RR: 24x/menit. Dari IGD terpasang O2 3liter/menit, infus RL/8jam,
transamin 500mg (3x1), Vit.K 2mg (3x1), dilakukan Ro. Thorax Ap/Lat. Berat Badan 39 kg,
TB 157 cm.
Obat yang dibawa dari rumah adalah paket KDT-OAT kategori 1 telah diminum 1 bulan.
Pemeriksaan pernafasan : terdapat sumbatan secret dan sesak, tidak adanya penggunaan
otototot bantu napas, frekuensi 24x/menit, irama tidak teratur, dengan jenis pernapasan
spontan, terdapat batuk yang produktif dengan konsistensi sputum yang kental berwarna hijau
terdapat darah ±4cc suara nafas ronchi, nyeri saat bernapas dan tidak memakai penggunaan
alat bantu nafas. Hasil 39 pemeriksaan rontgen Kp Duplex, dan hasil pemeriksaan
mikrobiologi BTA negatif
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3 mei 2020 adalah: Hb: 10 g/dl, Leukosit: 18.
10³µL, Ht: L 31%, J.Trombosit: 311 10³µL, Eritrosit: L 3.45 10³µL, MCV/VER: 89fl,
MCH/HER: 30pg, MCHC/KHER: 34g/dl, GDS: 250 mg/dl. Pucat dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan.
Hasil pemeriksan foto thorax tanggal 2 Mei 2020 : Kesan : Kp Duplex Hasil sputum BTA
tanggal 2 Mei : BTA (-) negatif Hasil sputum BTA tanggal 3: BTA (-) negatif Hasil
sputum BTA tanggal 4: BTA (-) negatif
FORM PEMANTAUAN TERAPI OBAT
Tanggal
1/5/20 2/5/20 3/5/20 4/5/20
Problem TBC
Medik
Subyektif Sesak nafas, batuk Foto thorax : Pucat dan tidak pusing, tingkat
berdahak disertai Kp Duplex ada tanda- kesadaran
darah sejak pagi, (TB paru aktif) tanda composmenti,
batuk tidak berhenti, perdarahan tidak ada tanda-
mengeluh mual Hasil sputum tanda peningkatan
muntah 2x, nyeri ulu BTA: BTA (-) Hasil sputum TIK, tidak ada
hati negatif BTA: BTA (-) gangguan system
negatif persyarafan,
Pemeriksaan pemeriksaan
pernafasan: terdapat reflek patologis
sumbaatan secret dan dan fisiologis
sesak, tidak adanya normal
penggunaan otot-otot
bantu napas, Hasil sputum
frekuensi 24x/menit, BTA: BTA (-)
irama tidak teratur, negatif
dengan jenis
pernafasan spontan,
terdapat batuk yang
produktif dengan
konsistensi sputum
yang kental berwarna
hijau terdapat daraah
± 4cc suara nafas
ronchi, nyeri saat
bernafas, hasil 39
pemeriksaan rontgen
Kp Duplex, dan hasil
pemeriksaan
mikrobiologi BTA
negatif
Obyektif TD: 120/70mmHg Hb: 10 g/dl
nadi: 80x/menit Leukosit: 18.
T: 38°C 10³µL
RR: 24x/menit Ht: L 31%
BB 39 kg J.Trombosit:
TB 157 cm 311 10³µL
(IGD) Eritrosit: L
terpasang O2 3.45 10³µL
3liter/menit MCV/VER:
infus RL/8jam 89fl
transamin 500mg MCH/HER:
(3x1) 30pg
Vit.K 2mg (3x1) MCHC/KHER
: 34g/dl
GDS: 250
mg/dl.
Terapi Obat KDT-OAT kategori
1 (RHZ)
Analisis- -Penggunaan -Nilai Hb -Nilai Hb rendah
Assesment kombinasi transamin rendah dan ES dari
dan vit. K dapat -Jumlah transamin dan
menyebabkan TD leukosit tinggi juga vit.K maka
rendah dan ES : pasien mengeluh
pusing pusing
-Transamina dapat
memperparah nyeri
ulu hati
-TB paru : fase
intensif dengan
infeksi sekunder
Pneumonia
DRP actual/ Actual
Potensial
Plan -Menghentikan -Pemberian
transamin dan transfudi darah
mengganti vit.K agar target Hb
injeksi diatas 12 g/dL
-KDT-OAT kategori -Pemberian
1 lanjut bulan ke-2 Azitromicin
-Pemberian 1x500mg p.o
Ondansentron inj.
3x1
-Pemberian Ranitidin
inj. 3x1
-Pemberian N-
Acetylsistein 3x1 p.o
-Pemberian PCT 3x1
(bila perlu)
ASSASSMENT
PROBLEM SUBJEKTIF OBJEKTIF TERAPI DRP ANALISIS
MEDIK
-TB PARU - (tanggal 1 - TD :120/70 - Sebaiknya Pasien
mei 2020) mmHg sebagai obat mengeluhkan
sesak nafas, - N : 80x/menit peredah pusing
batuk - Suhu : 38 pendarahan disebabkan nilai
berdahak - RR : 24x / dikasih 1 saja HB yang rendah
disertai menit yaitu vit. K. Pemberian
darah sejak - Tingkat Kemudian antibiotik
pagi, batuk kesadaran : untuk berdasarkan nilai
tidak Composmentis mempermudah leukosit yang
berhenti, - GCS :15 vit. K diganti sangat tinggi.
mengeluh - Terpasang O2 rute pemberian
mual, 3liter/menit injeksi 3x1
muntah 2x, - Infus RL/8jam amp iv.
dan nyeri - Transamin - Transamin
ulu hati 500mg (3x1) diberhentikan
- (tanggal 4 penggunaanny
mei 2020) Pemeriksaan a karena dapat
mengeluh pernafasan: terdapat memperparah
pusing sumbaatan secret dan kondisi sakit
sesak, tidak adanya ulu hati karena
penggunaan otot-otot asam lambung
bantu napas, frekuensi yang
24x/menit, irama tidak meningkat.
teratur, dengan jenis - OAT kategori
pernafasan spontan, 1 bulan kedua.
terdapat batuk yang - Azitromicin
produktif dengan 1x500 mg tab
konsistensi sputum po, karena
yang kental berwarna leukositnya
hijau terdapat daraah sangat tinggi.
± 4cc suara nafas - Inj.
ronchi, nyeri saat Ondansentron
bernafas, hasil 39 3x1 amp iv.
pemeriksaan rontgen Untuk
Kp Duplex, dan hasil meredahkan
pemeriksaan mual dan
mikrobiologi BTA muntah.
negatif. - Inj. Ranitidine,
untuk menekan
Pemeriksaan sekresi asam
laboratorium : lambung.
Hb: 10 g/dl, leukosit - N-acetylsistein
18.10³µL, Ht: L 31%, 3x1 tab po.
J Trombosit: 311 Untuk
10³µL, Eritrosit: L mengencerkan
3.45 10³µL, dahak
MCV/VER: 89fl, sekaligus
MCH/HER: 30pg, membantu
MCH/KHER: 34g/dl, untuk
GDS: 250mg/dl. Pucat melancarkan
dan tidak ada tanda- saluran
tanda perdarahan. pernapasan.
- Paracetamol
Hasil pemeriksaan 3x1 tab po
foto thorax tgl 2 mei (bila panas)
2020 : - Transfusi
Kesan : Kp Duplex PRC, target
¬Hasil sputum BTA HB diatas 12.
negatif
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI