Skripsi - Srimaningsih B Pulingmahi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG


PERAWATAN PASIEN PALIATIF DI RUMAH SAKIT DAERAH
KALABAHI KABUPATEN ALOR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan

Oleh :

SRIMANINGSIH B. PULINGMAHI

R011181723

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
ini dengan judul : Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Pasien
Paliatif Di Rumah Sakit Daerah Kalabahi Kabupaten Alor

Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian

agar dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Hasanuddin. Dalam proses menyusun skripsi ini, tentunya

penulis menghadapi banyak hambatan dan kesulitan namun bisa dilewati berkat

bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Karena itu melalui kesempat

an ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamny

a kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin yang senantiasa selalu mengusahakan dalam memberikan fasilitas
terbaik di Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S. Kep., M. Si selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Dr. Yuliana Syam, S. Kep.,Ns.,M. Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Kusrini S. Kadar S.Kp., MN., Ph.D dan Ibu Wa Ode Nur Isnah S, S
Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing satu dan dua yang telah membimbing
dan mengarahkan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
5. Ibu Nurhaya Nurdin, Skep., Ns.,MN.,MPH dan Ibu Silvia Malasari, Skep.,
Ns., MN selaku tim penguji yang telah memberi masukan bagi penulis.

i
6. Seluruh Dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Hasanuddin Makasar.
7. Pihak PPSDM Kementrian Kesehatan RI, selaku pemberi beasiswa untuk
penulis dalam melanjutkan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program
Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makasar.
8. Teman-teman seperjuangan kelas kerjasama angkatan 2018 yang turut
memberi dukungan bagi penulis.
9. Sahabat-sahabatku di Pondok Syafiq (Pak Yosi, Betchi, Sance, Din, Johan,
Aisa, Vero, dan Bende) buat dukungan dan doanya.
Penulis menyadari proposal penelitian ini belum sempurna, oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai
pihak demi penyempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan
limpah terima kasih.

Makassar, 1 Mei 2020

Srimaningsih B Pulingmahi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................7

C. Tujuan Penelitian................................................................................................8

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................10

A. Konsep Perawatan paliatif................................................................................10

1. Definisi..........................................................................................................10

2. Tujuan Perawatan Paliatif.............................................................................11

3. Prinsip Dalam Perawatan Paliatif.................................................................12

4. Tim Perawatan Paliatif..................................................................................13

5. Peran Tim Paliatif.........................................................................................14

6. Tempat Pelayanan Perawatan Paliatif...........................................................21

7. Cakupan pelayanan perawatan paliatif.........................................................22

8. Manajemen nyeri..........................................................................................23

B. Konsep Pengetahuan.........................................................................................27

1. Definisi..........................................................................................................27

2. Tahapan Pengetahuan....................................Error! Bookmark not defined.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan..........................................27

iii
4. Pengukuran pengetahuan..............................................................................30

5. Cara memperoleh pengetahuan.....................................................................32

BAB III KERANGKA KONSEP.............................Error! Bookmark not defined.

A. Kerangka Konsep.............................................................................................34

BAB IV METODE PENELITIAN..........................................................................35

A. Rancangan Penelitian......................................................................................35

B. Tempat Dan Waktu Penelitian..........................................................................35

C. Populasi Dan Sampel........................................................................................36

D. Alur Penelitian..................................................................................................38

E. Variabel Penelitian...........................................................................................39

F. Instrumen Penelitian.........................................................................................39

G. Pengelolaan dan Analisa Data...........................................................................42

H. Masalah Etik.....................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................51

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pasien dengan penyakit kronis pada umumnya

prognosisnya memburuk, dan akan melewati suatu proses pengobatan dan

perawatan yang lama. Apabila penyakit kronis tersebut berkelanjutan, maka akan

mencapai stadium terminal yang berakhir dengan kematian (Mubarak, Indrawati,

& Susanto, 2015). Oleh karena itu, untuk memperoleh perawatan yang optimal

baik secara fisik, psikososial, dan spiritual diperlukan suatu bentuk pelayanan

kesehatan secara terpadu yang bersifat intensif, lebih aktif dan menyeluruh

dengan pendekatan multidisiplin secara terstruktur. Pelayanan ini dikenal dengan

perawatan paliatif (Poerin, Arisanti, Sudjud, & Setiawati, 2019).

Perawatan paliatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada pasien dewasa maupun anak-anak dan keluarga, dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah

terkait penyakit yang mengancam jiwa, melalui tindakan pencegahan dan

mengurangi penderitaan dengan identifikasi awal, penilaian dini, penanganan

nyeri dan masalah-masalah lainnya, baik fisik, spiritual dan psikososial.

Perawatan paliatif diberikan sejak ditegakkan diagnosa awal sampai meninggal

(World Health Organization, 2016). Dengan demikian perawatan paliatif mutlak

1
diberikan pada pasien tanpa melihat dari stadium awal atau lanjut, masih bisa

disembuhkan atau tidak, serta perawatan tidak berhenti setelah pasien meninggal,

namun masih berlanjut dengan memberikan dukungan kepada keluarga yang

berduka, guna mencapai tujuan dari perawatan paliatif (Black & Hawks, 2014).

Berdasarkan data WHO (2016) terdapat 40 juta orang di dunia yang

membutuhkan perawatan paliatif, diantaranya seperti penyakit kardiovaskuler

(38,5%), kanker (34%), pernapasan kronis (10,3%), AIDS (5,7%), diabetes

(4,6%), gagal ginjal (2%), penyakit liver (1,7%), rheumatoid arthritis dan

multiple sclerosis (0,3%) demensia dan alzheimer (1,6%), tuberculosis (0,8%)

(World Health Organization, 2016). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan

oleh Etkind et al. (2017) mengemukakan bahwa diperkirakan 25 tahun ke depan

khususnya di daerah England dan Wales menunjukkan bahwa antara 25% hingga

47% masyarakat membutuhkan perawatan paliatif pada tahun 2040. Oleh karena

itu, sistem pelayanan kesehatan saat ini harus berfokus pada integrasi dan

peningkatan perawatan paliatif pada seluruh bidang pelayanan kesehatan dan

sosial.

Prevalensi pasien dewasa dengan penyakit yang mendapatkan perawatan

paliatif pada akhir kehidupan didapatkan kasus tertinggi di benua Pasifik Barat

29%, Eropa 22% dan Asia Tenggara 22%. Asia Tenggara memiliki tingkat

tertinggi perawatan paliatif untuk penyakit progesif non-ganas, diikuti kanker

dan HIV/AIDS. Negara Indonesia berada pada daerah Asia Tenggara yang saat

2
ini diperkirakan jumlah pasien dewasa yang membutuhkan perawatan paliatif

sekitar 234-253/100.000 populasi (Word Health Organization, 2014). Hal ini

terjadi karena adanya peningkatan insiden penyakit tidak menular termasuk

diabetes, kardiovaskuler, dan kanker, sehingga mengakibatkan jumlah pasien

yang membutuhkan perawatan paliatif meningkat. (Rochmawati, Wiechula, &

Cameron, 2016). Menurut Kemenkes RI (2017), lebih dari 1 juta orang di

Indonesia membutuhkan perawatan paliatif, diantaranya seperti penyakit stroke

10,9 penderita dalam 1000 penduduk, diabetes mellitus 2,0 penderita dalam 1000

penduduk, penyakit ginjal kronik 3,8 penderita dalam 1000 penduduk dan kanker

1,8 penderita dalam 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).

Rumah Sakit Daerah Kalabahi merupakan satu-satunya rumah sakit dan

pusat rujukan dari semua Puskesmas di Kabupaten Alor, dimana terdapat

berbagai macam kasus paliatif seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus, TB paru,

penyakit kanker, ginjal kronik, stroke, dan HIV, namun belum tersedia ruangan

khusus untuk pasien paliatif. Data awal yang diambil dari rekam medis Rumah

Sakit Daerah Kalabahi adanya peningkatan jumlah pasien paliatif tiga tahun

terakhir (2017-2019) yaitu pada tahun 2017 sebanyak 417 pasien, 2018 sebanyak

461 pasien dan 2019 mencapai 512 pasien (Rekam Medis Rumah Sakit Daerah

Kalabahi, 2019). Oleh karena itu, berdasarkan hasil prevalensi data, baik secara

global, nasional, maupun daerah, sangat dibutuhkan perawatan dari tim

pelayanan paliatif secara holistic.

3
Pelayanaan perawatan paliatif dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter,

perawat, konselor spiritual, pekerja sosial, psikolog, relawan, apoteker, ahli gizi

dan profesi lain yang terkait dengan berfukos pada pendekatan pasien dan

keluarga dengan peran setiap tim berbeda-beda (Anita, 2016). Perawat

merupakan salah satu anggota tim yang berperan penting dalam perawatan

paliatif, dimana pasien dengan perawatan total biasanya selalu bergantung pada

perawat. Selain itu perawat juga hampir 24 jam mendampingi pasien, sehingga

perawat lebih mengetahui kebutuhan pasien dengan tepat (A’ la, Setioputro, &

Kurniawan, 2018). Oleh karena itu, perawat harus berperan aktif dalam

perawatan terhadap pasien dengan berkebutuhan khusus (Gillan, Van der Riet, &

Jeong, 2014).

Pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien berupa asuhan

keperawatan yang dilakukan secara komprehensif, mencakup seluruh aspek bio-

psiko-sosio-spiritual yang diberikan pada segala tingkat usia, baik sehat maupun

sakit, dengan penyakit akut sampai kronis dan terminal (Wardah, Febritina, &

Dewi, 2017). Dengan demikian secara keseluruhan diharapkan perawat dapat

memahami tentang pemberian pelayanan perawatan paliatif, namun dalam

pelaksanaannya perawat mengalami beberapa kesulitan antara lain terbatasnya

pengetahuan perawat mengenai bagaimana cara pemberian perawatan paliatif

yang berkualitas dan bagaimana menyiapkan kepribadian perawat agar pelayanan

paliatif dapat dioptimalkan pemberiannya (Adhisty, Effendy, & Setiyarini, 2016).

4
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit belum

memperhatikan dengan baik pasien paliatif, dimana hal ini terjadi karena

kurangnya pengetahuan perawat dalam pelayanan perawatan paliatif. Salah satu

penelitian yang dilakukan oleh Buss, Rock, & Carthy (2017), mengemukakan

bahwa kurang lebih 70% orang Amerika dan tenaga profesional belum

memahami tentang pasien perawatan paliatif. Penelitian lain yang juga dilakukan

oleh Ose, Ratnawati, & Lestari (2016) di RSUD Saiful Anwar Malang dengan

metode kualitatif menemukan tema bahwa pada saat pasien dalam fase paliatif

pasien tidak didampingi oleh keluarga, perawat terpaksa meninggalkan pasien

tanpa pendampingan spiritual, dan perawat mengalami konflik dalam

menempatkan pasien terlantar yang menjelang ajal. Selain itu, hasil penelitian

yang dilakukan oleh Qadire (2016) tentang tingkat pengetahuan perawat dalam

perawatan paliatif, dengan sampel terdiri dari 190 orang perawat yang bekerja di

lima Rumah Sakit Pemerintah Yordania, dimana mereka yang bekerja di ruang

bedah (32%), unit medis (28%), dan perawatan kritis (22%). Jumlah skor rata-

rata pengetahuan paliatif rendah pada 8,3 (SD 2,8), mulai dari 0 hingga 15,

sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa perawat tidak memiliki pengetahuan

yang memadai tentang esensi filosofi dan prinsip perawatan paliatif (Qadire,

2016).

Secara global perawatan paliatif sudah terbentuk kurang dari tiga puluh

tahun, dimana hal ini terjadi karena peningkatan kejadian penyakit kronis di

5
rumah sakit (Carey et al., 2017). Namun, perawatan paliatif ini belum

terlaksanakan dengan baik yang dibuktikan dengan 14% mendapatkan perawatan

paliatif sedangkan 86% tidak mendapatkan perawatan dan 98% anak-anak yang

membutuhkan perawatan paliatif hidup di daerah miskin. Hal ini terjadi karena

masih ada batasan penggunaan obat untuk mengatasi rasa nyeri, hambatan sosial

budaya yang membuat masyarakat kurang memahami tentang perawatan paliatif,

kapasitas tenaga kesehatan masih kurang dan belum memahami tentang prinsip-

prinsip dan praktek perawatan paliatif (Word Health Organization, 2014).

Penerapan perawatan paliatif di Indonesia juga masih terbatas dan hanya

ada pada beberapa rumah sakit. Salah satu tantangannya terkait dengan

bagaimana para tenaga kesehatan memandang persoalan kematian pasien, karena

masih banyak rumah sakit yang belum memahami bahwa seharusnya pasien

diberikan perawatan paliatif terutama untuk pasien dengan stadium terminal

(Ilham, Mohammad, & Yusuf, 2019). Berdasarkan data sekunder dari rekam

medis RSD Kalabahi didapatkan terjadi peningkatan jumlah pasien penyakit

kronik dari tahun ke tahun. Hasil wawancara dengan beberapa perawat yang

bekerja di RSD Kalabahi, perawat A mengatakan bahwa perawatan paliatif

diberikan ketika pasien yang sudah terminal, sedangkan perawat B mengatakan

pelayanan perawatan paliatif diberikan saat dokter menyatakan bahwa pasien

kritis dan tidak ada harapan hidup lagi atau pasien dalam keadaan sakaratul maut.

Hal ini menunjukkan bahwa perawat pada umumnya lebih mengutamakan

6
perawatan untuk masalah fisik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Pasien

Paliatif di RSD Kalabahi Kabupaten Alor”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data dari rekam medis RSD Kalabahi, jumlah pasien

penyakit kronis setiap tahun terjadi peningkatan. RSD Kalabahi merupakan satu-

satunya rumah sakit dan pusat rujukan di Kabupaten Alor. Oleh karena itu,

perawatan paliatif bagi tenaga profesi kesehatan khususnya perawat masih

terbatas pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan perawatan paliatif, yang

berkualitas dengan berlandas pada tujuan perawatan paliatif yaitu sebagai upaya

untuk mencegah dan meringankan penderitaan guna mempertahankan dan

meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga, dalam menghadapi berbagai

masalah terkait dengan penyakit yang diderita, melalui upaya pencegahan dan

penanganan kepada pasien terhadap penanganan nyeri serta masalah-masalah

lainnya baik fisik, psikologis, spiritual, dukungan sosial, serta dukungan

keluarga kepada pasien selama masa sakit dan duka cita.

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

melihat gambaran pelayanan perawatan pada pasien paliatif yang dilaksanakan

oleh tenaga profesi kesehatan khususnya perawat. Oleh sebab itu, rumusan

7
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan perawat dalam

memberikan perawatan paliatif di RSD Kalabahi Kabupaten Alor.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif di RSD Kalabahi

Kabupaten Alor.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik perawat di RSD Kalabahi

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan pasien

paliatif di RSD Kalabahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi RSD Kalabahi terkait pengetahuan perawat tentang pelayanan perawatan

palliati, sehingga diharapkan perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan

melalui seminar dan pelatihan tentang perawatan palliatif.

2. Bagi Perawat

8
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan motivasi perawat untuk

memberikan perawatan paliatif tidak hanya fisik tetapi di lihat lagi dari

beberapa aspek perawatan paliatif.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

peneliti tentang pengetahuan perawat dalam pelayanan perawatan paliatif di

rumah sakit.

4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur

dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan

khususnya ilmu keperawatan untuk asuhan keperawatan perawatan paliatif di

rumah sakit.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perawatan paliatif

1. Definisi

Perawatan palliatif berasal dari bahasa inggris “paliiate”yang diartikan

sebagai meringankan sedangkan kata “palliare” adalah bahasa latin yang

berarti menyelubungi, merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus

untuk meringankan gejala pasien tetapi tidak memberikan kesembuhan

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas pasien

dan keluarga mereka dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan

penyakit yang mengancam kehidupan, melalui tindakan mencegah dan

meringankan penderitaan dengan cara mengidentifikasi dan mengkaji secara

10
sempurna serta menangani nyeri maupun masalah fisik, psikososial, dan

spiritual (Black & Hawks, 2014).

Paliatif menurut bahasa yunani “palium” yang diartikan sebagai

menyelimuti atau menyingkapi dengan kata kain atau selimut yang gunanya

untuk memberikan rasa hangat dan rasa nyaman, sehingga dari istilah bahasa

tersebut dapat diartikan bahwa perawatan paliatif memiliki makna sebuah

pelayanan yang berfokus untuk memberikan rasa nyaman terhadap keluhan

yang dirasakan oleh pasien maupun keluarga, karena perawatan paliatif tidak

hanya berfokus pada masalah fisik, tetapi juga pada aspek psikologis, sosial

dan spiritual. Dengan demikian perawatan paliatif juga bisa dikatakan sebagai

bentuk perawatan total, yang berfokus pada pasien dengan penyakit yang

membatasi usia harapan hidup ataupun tidak berespon terhadap pengobatan,

dan dilakukan oleh tim interdisiplin (Matzo & Sherman, 2017)

2. Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuan pelayanan perawatan paliatif sebagai upaya untuk mencegah

dan meringankan penderitaan, guna mempertahankan dan meningkatkan

kualitas hidup pasien dan keluarga, dalam menghadapi berbagai masalah

terkait dengan penyakit yang diderita, melalui upaya pencegahan dan

penanganan kepada pasien terhadap penanganan nyeri serta masalah-masalah

lainnya baik fisik, psikologis, spiritual, dukungan sosial, serta dukungan

keluarga kepada pasien selama masa sakit dan duka cita (Campbell, 2014).

11
Adapun tujuan lain dari perawatan paliatif adalah memenuhi

kebutuhan seluruh individu dengan penyakit serius dan penyakit stadium

akhir seperti penyakit jantung, kanker, stroke, penyakit obstruksi paru-paru

kronis, dan diabetes melitus. Sebagian besar dari penyakit ini dapat

menyebabkan penyakit yang berkepanjangan seperti gejala yang biasanya

mengganggu dan membuat pasien tidak nyaman (Black & Hawks, 2014).

Tujuan paliatif juga untuk mengurangi, memperpanjang umur,

meningkatkan kualitas hidup, serta memberi dukungan kepada keluarga

pasien. Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah penerimaan pasien terhadap

kematian secara psikologis dan spiritual sudah siap serta tidak merasa

terbebani atau sters menghadapi penyakit yang diderita dan perawatan paliatif

tidak hanya sampai pasien meninggal tetapi akan berlanjut pada anggota

keluarga yang berduka (Anita, 2016).

3. Prinsip Dalam Perawatan Paliatif

Adapun prinsip perawatan paliatif menurut (WHO) di kutip dalam

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu: menghilangkan nyeri dan

gejala fisik lain, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai

proses normal, tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,

mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, memberikan

dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan

kepada keluarga sampai masa dukacita, menggunakan pendekatan tim untuk

12
mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya, menghindari tindakan yang

sia-sia dan bersifat individual tergantung kebutuhan pasien (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Sedangkan menurut Yodang (2018)

prinsip perawatan paliatif adalah perilaku caring karena untuk pelayanan

paliatif perilaku caring merupakan kunci utama sebagai bentuk perhatian

kepada pasien. Dimana perhatian tersebut bukan hanya untuk segi medis saja

melainkan untuk semua aspek yang menimbulkan masalah atau keluhan. Hal

yang utama untuk perawatan paliatif juga ditekankan pada prinsip komunikasi

yang baik antara pasien dan keluarga, sehingga adanya keterbukaan antara

pasien dan perawat pada saat berkomunikasi, terkait dengan informasi tentang

penyakit yang diderita pasien. Selain komunikasi dan perilaku caring, proses

perawatan juga penting untuk perawatan paliatif, karena munculnya keluhan

tambahan terkadang disebabkan oleh tindakan yang bersifat aktif atau

mengabaikan proses perawatan dengan tidak memperhatikan dan

mengobservasi pasien dengan baik (Yodang, 2018).

4. Tim Perawatan Paliatif

Di beberapa negara maju seperti Australia, Inggris, Amerika serikat

dan Belanda petugas kesehatan di pelayanan primer (Puskesmas) merupakan

tim utama dalam penyediaan layanan terhadap pasien yang mengalami sakit

pada stadium akhir. Dokter memiliki peranan dalam menentukan rencana

pengobatan pada pasien sedangkan perawat merencanakan tindakan

13
keperawatan berbasis kebutuhan dasar pasien baik fisik, psikologis, edukasi,

dan memberi dukungan keluarga saat dalam masa berduka. Dokter dan

perawat bekerjasama dalam mengelolah kasus pasien dengan kondisi terminal

ditatanan layanan primer. Beberapa tenaga kesehatan lainnya berkontribusi

dalam pelayanan perawatan paliatif seperti pekerja sosial medik, fisioterapi,

psikolog, rohaniawan dan relawan. Namun, hal ini belum dilakukan di

Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa kondisi dimana pasien dapat dirujuk

psikolog apabila pasien mengalami masalah psikologis yang lebih kompleks

(IKAPI dan APPTI, 2020).

Ada dua bentuk pelayanan paliatif dirumah yang telah dikembangkan

yaitu : Tim yang terdiri dari dokter spesialis atau dokter yang telatih dan

perawat spesialis dengan macam latar belakang keahlian atau perawat yang

terlatih dan tim yang semua anggotanya terdiri dari perawat, namun perawat

yang bergabung adalah perawat yang telah terdidik atau terlatih dibidang

paliatif. Akan tetapi dalam pelayanan, mayoritas tim perawatan paliatif di

rumah merupakan tim interdisiplin

Hal ini memungkinkan tim melakukan pelayanan yang lebih maksimal

sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Terutama dalam layanan

konsultatif yaitu: Pelengkap dan pendukung layanan tingkat primer, masukan

terhadap proses perawatan paliatif pasien mengenai kondisi fisik, psikologis,

sosial dan spiritual, masukan dan dukungan terhadap tenaga kesehatan

14
lainnya, penghubung atau media komunikasi antar tim pelayanan perawatan

paliatif, dokter, perawat maupun anggota tim lainnya, dan dukungan terhadap

anggota tim tenaga kesehatan di layanan primer (National Coalition For

Hospice And Palliative Care, 2018)

5. Peran Tim Paliatif

Dalam pelayanan perawatan paliatif, diperlukan kerja sama tim secara

terpadu untuk saling berkoordinasi antara profesi kesehatan, maupun tenaga

relawan yang lain yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan pasien,

beban keluarga, dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan demikian profesi

kesehatan dan tim relawan masing-masing mempunyai peran tersendiri

dalam menghadapi masalah pasien, tim perawatan paliatif terdiri atas:

a. Peran Perawat

Menurut (Matzo & Sherman, 2017)ada beberapa bentuk peran

perawat yang diartikan sebagai dukungan untuk berbagai hal di lingkup

perawatan paliatif yaitu:

1) Valving, memiliki kemampuan untuk menghargai terhadap nilai dan

keyakinan seseorang.

2) Connecting, menunjukkan kemampuan untuk selalu dapat berinteraksi

dengan pasien dan keluarga, dan mencoba memahami pengalaman

yang dialami oleh mereka.

15
3) Empowering, memberdayakan pasien dan keluaraga untuk berbuat

sesuatu sesuai dengan kemampuan dan harapan yang diinginkan oleh

mereka sendiri.

4) Doing for, selain memberikan pelayanan akan kebutuhan pasien secara

fisik, perawat juga harus memaksimalkan kemampuan pasien untuk

mengatasi masalah atau keluhan yang dialami oleh pasien.

5) Finding meaning, dalam pelayanan perawatan paliatif memotivasi

pasien untuk menentukan arti dari kondisi sakitnya atau kondisi saat

ini merupakan hal yang penting untuk membantu tata kelola keluhan

yang dirasakan oleh pasien.

6) Preserving own integrity, menjaga dan mempertahankan integritas diri

merupakan hal yang terpenting untuk mempertahankan harga diri,

keyakinan diri serta semangat, sehingga mampu menjalankan peran

dan fungsi sebagai anggota tim secara efektif.

Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(2015) perawat paliatif harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

sesuai prinsip-prinsip pengelolaan paliatif. Perawat paliatif bertanggung

jawab dalam penilaian, pengawasan, dan pengelolaan asuhan keperawatan

pasien paliatif. Adapun tugas dan fungsi masing-masing dari perawat yaitu:

1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif:

16
a) Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan, rawat

inap atau rawat rumah.

b) Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.

c) Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada

anggota tim atau unit layanan lain.

d) Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang diperlukan.

e) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.

2) Perawat sebagai tenaga pelaksana:

a) Menerima permintaan penerimaan asuhan dari koordinator program

paliatif.

b) Berkoordinasi dengan anggota tim lain.

c) Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan

sesuai dengan kondisi pasien.

d) Menginformasikan dan mengedukasi pelaku rawat atau penanggung

jawab pasien.

e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penanggung

jawab dan koordinator progaram paliatif.

f) Evaluasi asuhan keperawatan yang tealh dilakukan secara langsung

atau tidak langsung melalui laporan harian pelaku rawat.

g) Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada dokter

penanggung jawab atau koordinator bila diperlukan

17
h) Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan persetujuan

dokter penanggung jawab serta menginformasikan kepada pelaku

rawat.

i) Melakukan pencacatan dan pelaporan dan mengontrol pemakaian

obat dan pemeliharaan alat medis.

3) Perawat Homecare:

a) Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter penanggung

jawab pasien melalui koordinator program paliatif.

b) Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter

penanggung jawab dan koordinator program paliatif.

c) Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang direncanakan.

d) Reevaluasi dan evaluasi asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter penanggung

jawab pasien

f) Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan dan

melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

4) Pelaku rawat (caregiver):

a) Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri dan

kegiatan sehari-hari (memandikan, memberi makan,beraktifitas

sesuai kemampuan pasien).

18
b) Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai dengan anjuran

dokter.

c) Melaporkan kondisi pasien kepada perawat.

d) Mengidentifikasi dan melaporkan gejala fisik dan gejala lain kepada

perawat.

b. Peran Dokter

Sebagai bagian dari tim pelayanan perawatan paliatif peran dokter

secara umum yaitu mengatasi keluhan atau masalah pasien yang bersifat

kompleks, memastikan bahwa pemberian perawatan berdasarkan keluhan

atau masalah yang dilakukan oleh anggota tim lainnya harus berdasarkan

dengan kondisi sekarang dari pasien yang mengalami penyakit terminal.

Dokter juga memiliki peran untuk memperjelaskan siapa yang berhak

mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan kepada

pasien, terutama disaat pasien sudah tidak dapat mengambil keputusan

akibat penurunan kesadaran (Lowey, 2015)

c. Peran Pekerjaa Sosial Medik

Dalam tim interdisiplin pekerja sosial medik juga mempunyai

peranan penting untuk melakukan pengkajian dan memberi masukan

terhadap masalah psikologis, emosional, sosial terhadap pasien dan

keluarganya dengan cara meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dan

berespon terhadap lingkungan, memberikan dorongan ketrampilan koping

19
psikologis pada pasien serta keluarga, koordinasi pelayanan berduka dan

evaluasi terhadap pelayanan tersebut yang telah dilakukan oleh anggota

tim.

d. Peran Fisioterapi

Tenaga fisioterapi memiliki peran yang sangat penting untuk

mengatasi keluhan baik fisik maupun non fisik dengan menggunakan

tindakan non farmakologis, meningkatkan kemampuan mobilitas, dan

mengelola masalah limphoedema pasien.

e. Peran Apoteker

Dalam pelayanan perawatan paliatif peran seorang apoteker sangat

penting terutama di rumah, karena apoteker akan menyediakan pelayanan

terkait dengan pengobatan yang dibutuhkan oleh pasien di rumah serta

memberikan informasi pengobatan seperti dosis, kegunaan, efek samping

dan kontraindikasi. Peran apoteker di area perawatan paliatif terbagi atas

lima bagian yaitu: penyediaan layanan obat-obatan, mengoptimalkan

peresepan, pendidikan dan informasi tentang obat-obatan, keselamatan

pasien, serta manajemen dan administrasi penggunaan obat

(Walker,Scarpaci, & McPherson, 2010).

f. Peran Okupasi Terapis

Peran okupasi terapis dalam pelayanan perawatan paliatif bervariasi

dan menantang. Peran utamanya untuk merancang atau mendesain alat

20
bantu sesuai dengan kondisi, sehingga pasien tetap bisa beraktifitas di

rumah (Yodang, 2018).

g. Peran Diectician dan Nutrisionist

Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit

paliatif adalah ketidakmampuan untuk makan dan menikmati makanan. Hal

seperti ini bisa terjadi penurunan berat badan yang cukup signifikan

sehingga dapat menyebabkan kelemahan dan letargi. Oleh karena itu peran

seorang diectician dan Nutrisionist sangat berarti untuk menetapkan pola

diet pasien.

h. Peran Rohaniawan

Rohaniawan juga memiliki peran yang sangat penting dalam

pelayanan perawatan paliatif dimana rohaniawan tenaga profesional yang

berkompoten untuk mengatasi gunjingan yang berhubungan dengan

masalah spiritualitas dan religiusitas, menjadi advokat pasien dengan tetap

mempertimbangkan pendapat atau pandangan pasien dan keluarga,

memberikan konseling dan berpartisipasi dalam tindak lanjut masa

berduka, membantu pasien menjalankan ibadah, berdoa terutama saat

kondisi menjelang ajal/ kematian. selain pasien rohaniawan juga berperan

penting dalam memberikan pengajaran terhadap perawat dan dokter untuk

dapat memahami dan menghadapi pasien yang dalam kondisi sekarat atau

meninggal.

i. Relawan

21
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif bervariasi sesuai

dengan keperluan baik di rumah sakit, maupun di rumah, dan berasal

dari semua sektor masyarakat, sehingga bisa menjadi penghubung antara

institusi layanan kesehatan dan pasien. Dengan pelatihan dan dukungan

yang tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung kepada pasien

dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan bekerja

sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan membantu meningkatkan

kesadaran, memberikan pendidikan kesehatan, menggalang bantuan dana,

membantu rehabilitasi, atau bahkan memberikan beberapa jenis perawatan

medis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

6. Tempat Pelayanan Perawatan Paliatif

Pelayanan perawatan paliatif dapat dilaksanakan pada beberapa tempat

baik di rumah, rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang menyediakan

layanan untuk rawat inap maupun rawat jalan, sehingga pasien dapat

mengakses layanan setiap hari untuk pelayanan konsultasi. Pelayanan

perawatan paliatif di rumah bisa dilakukan oleh dokter maupun perawat

komuniti, sedangkan pelayanan perawatan paliatif di rawat nginap dapat

dilakukan di rumah sakit yang menyediakan layanan khusus atau terintegrasi

dengan layanan lainnya, termasuk rumah hospis. Untuk layanan primer di

Indonesia berfokus pada layanan di Puskesmas, sedangkan di negara-negara

yang sudah menyediakan tempat pelayanan paliatif layanan kerjanya di

22
rumah. Rumah hospis ataupun unit layaanan khusus paliatif di rumah sakit

bertujuan untuk memberikan perawatan pada pasien dengan penyakit terminal

atau penyakit stadium akhir (National coalition for hospice and palliative care,

2018)

7. Cakupan pelayanan perawatan paliatif

Pelayanan paliatif merupakan pelayanan yang mencakup: 1) pelayanan

yang berfokus pada kebutuhan pasien bukan pelayanan yang berfokus pada

penyakit; 2) Menerima kematian namun tetap juga berupaya untuk

meningkatkan kualitas hidup; 3) Pelayanan yang membangun kerjasama

antara pasien dan petugas kesehatan maupun keluarga pasien; 4) Berfokus

pada proses penyembuhan bukan pada pengobatan. Dalam hal ini perawatan

paliatif bukan untuk mempercepat proses kematian namun bukan pula untuk

menunda kematian, karena kematian merupakan proses alamiah mahluk

hidup. Sehingga dalam melakukan perawatan paliatif, kematian akan

berlangsung secara alamiah pada pasien (Matzo & Sherman, 2017).

8. Manajemen nyeri

Nyeri adalah keluhan yang sering ditemukan pada pasien dengan

kanker stadium lanjut. Nyeri merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh

pasien dan keluarga, 95% nyeri kanker dapat diatasi dengan kombinasi

modalitas yang tersedia, termasuk memberikan perhatian terhadap aspek

psikologi, sosial dan spiritual (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

23
2017). Secara umum nyeri diklasifikasikan berdasarkan mekanisme

fisiologis ( somatik, viceral,dan neuropatik) dan pola temporal (akut dan

kronis). Nyeri somatik dapat timbul melalui aktifas serabut saraf nosiseptif

akibat terjadinya kerusakan jaringan secara fisik, kimia, nyeri viceral

disebabkan karena tekanan proses termal baik suhu yang panas maupun

dingin, dan nyeri neuropatik dilakukan berdasarkan jenisnya (Lowey,

2015).

Penatalaksanaan therapi manajemen nyeri mengaju pada 3-

pendekatan step leader dari WHO yang di kutip dalam (IKAPI dan

APPTI, 2020) yaitu:

a. Tahap pertama

Pada langkah awal dalam tangga analgesik dianjurkan untuk

menggunakan analgesik golongan non opoid seperti acetaminopen atau

golongan NSAID. Terapi adjuvant dapat ditambahkan untuk

meningkatkan efikasi obat analgesik, obat-obatan kategori adjuvant

yang dapat digunakan adalah trisiklik anti depresant (TCA) dengan

memperhatikan beberapa hal yaitu: 1) Mengidentifikasi syndrom nyeri;

2) Intensitas nyeri dengan skala ringan 1-3; 3) obat-obatan yaitu

acetaminopen, anti inflamasi, trisiklik anti depresant, dan obat anti

epilepsi; 4) Mengatasi sindrom nyeri somatik dan nyeri neuropatik.

b. Tahap kedua

24
Bila pasien masih merasakan nyeri, walaupun sudah

mendapatkan pengobatan pada tangga pertama, maka penggunaan obat

opioid golongan lemah seperti codein dapat digunakan. Beberapa hal

yang harus diperhatikan yaitu: 1) Sindrom nyeri telah diidentifikasi; 2)

nyeri derajat sedang dengan skala 4-6; 3) Menggunakan obat opiod

lemah, NSAID, TCA, AED; 4) Dapat dilakukan pada berbagai jenis

nyeri.

c. Tahap ketiga

Pada tahap tiga ini jika pasien masih tetap dirasakan oleh pasien

walaupun sudah diberikan obat-obatan analgetik pada tangga kedua,

maka pemberian opioid golongan keras atau kuat seperti morpin mulai

dapat diberikan. Untuk dosis pemberian obat opioid golongan kuat dapat

dititrasi dari dosis yang paling rendah ke dosis lebih tinggi secara

bertahap dan sesuai dengan respon nyeri dari pasien. Hal-hal yang harus

diperhatikan terkait dengan pemberian analgetik pada tahap tiga yaitu:

1) Sindrom nyeri telag di identifikasi; 2) Nyeri derajat berat dengan

skala 7-10; 3) Obat yang digunakan opioid kuat (morpin) ditambah obat

golongan NSAID, TCA, dan AED serta obat golongan lainnya; 4)

Respon yang diberikan rata-rata baik dengan tingkat presentasi sekitar

80-90%.

25
Adapun tata laksana nyeri sesuai dengan penyebab dan prinsip

yang digunakan dalam perawatan paliatif menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2017) terdiri atas dua bagian therapi

modalitas yaitu:

1. Medikamentosa

Analgetik: NSAID, non opioid, opioid, adjuvant (kortikosteroid,

antidepresan, anti epilepsi, relaksan otot, antispasmodik)

2. Nonmedikamentosa

a. Fisik: kompres dingin dan hangat, trancutaneous electrical

stimulation (TENS)

b. Interupsi terhadap mekanisme nyeri: anestesi, neurolisis, dan

neurosurgery

c. Modifikasi lingkungan dan gaya hidup: hindari aktifitas yang

memacu atau memperberat nyeri, immobilisasi bagian yang sakit

dengan alat.

d. Psikologis: penjelasan untuk mengurangi dampak psikologis

e. Relaksasi, cognitive behavioural terapy, psychodynamic terapy

Penatalaksanaan nyeri pada fase terminal dari stadium terminal

adalah:

26
a. Jangan kurangi dosis opioid semata-mata karena penurunan

tensi, respirasi atau kesadaran, namun pertahankan sampai

mencapai kenyamanan

b. Perhatikan adanya neurotoksisitas karena opioid termasuk

hyperalgasia

c. Bila pengurangan dosis diperlukan, kurangi 50% dosis 24 jam

d. Gantikan cara pemberian opioid bila diperlukan (oral,

subkutan, intravena, transdermal) dengan dosis konversi

e. Bila terdapat refractory pain, pertimbangkan sedasi

Therapi adjuvant merupakan obat tambahan yang tidak

termasuk golongan analgesik, namun dapat memberikan efek

analgesia. Obat-obat yang termasuk terapi adjuvant adalah

kostikosteroid, antidepresan, dan antikonvulsan. Adapun

hambatan dalam manejemen nyeri yaitu hambatan secara multi-

faceted dan termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan

pasien terkait dengan penyedia dan sistem (IKAPI dan APPTI,

2020).

9. Spiritual

27
B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan

perawatan paliatif baik kepada pasein maupun keluarga. Pengetahuan

diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang

berhubungan dengan proses pembelajaran yang diperoleh dari suatu objek.

ide, prosedur, prinsip ataupun teori yang pernah ditemukan dengan

pengalaman tanpa dimanipulasi (Lestari, 2015). Namun menurut

Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Dengan demikian

berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan bahwa pengetahuan perawat

28
tentang perawatan pasien paliatif adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

perawat tentang perawatan pasien paliatif.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegetahuan menurut

Budiman & Riyanto (2014) yaitu sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses perubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok serta usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, tetapi bisa di dapatkan

melalui pendidikan nonformal. Pengetahuan sangat berkaitan erat

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang yang pendidikan

tinggi akan semakin luas pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah bukan berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek postif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya

akan menentukan sikap seseoarng terhadap objek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

b. Informasi

29
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui atau transfer

pengetahuan. Informasi dapat di jumpai dalam kehidupan sehari-hari,

diperoleh dari data dan pengamatan terhadap lingkungan sekitar kita,

serta diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks,

gambar, suara, kode, program komputer, dan basis data. Informasi

yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga

terjadi perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang di miliki seseorang akan memerlukan banyak

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang di anggap penting

memerlukan perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu

yang sedikit untuk memperoleh informasi sehingga tingkat

pengetahuan yang mereka miliki jadi berkurang.

d. Usia

Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda, individu akan lebih

berperan aktif dalam kehidupan sosial, serta mempersiapkan

30
penyesuaian diri menuju usia tua. Semakin tua seseorang semakin

bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin

banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseoarng akan menurun

cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.

e. Sosial, budaya, dan ekonomi

Merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

f. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan

direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

g. Pengalaman

31
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

3. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan seorang perawat merupakan hal yang penting dalam

perawatan pasien paliatif. Pengetahuan tentang kesehatan dapat di lakukan

dengan menggunakan metode wawancara dan angket/kuesioner yang

menayakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2014).

Dalam mengukur tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan

paliatif baik secara global dan Indonesia ada beberapa instrumen baku berupa

kuisioner yang digunakan antara lain:

a. Kuisioner PCQN (Palliative care quiz for nursing) yang disusun oleh

Ross, McDonald, & McGuinness di Canada. Kuesioner memiliki 20

pernyatan yang meliputi 3 domain yaitu filosofi dan prinsip perawatan

paliatif (4 item: 1, 9, 12, dan 17) manajemen nyeri (13 item: 2, 3, 4, 6, 7,

8, 13, 14, 15, 16, 18, dan 20) dan aspek psikososial dan spiritual (3 item:

32
5, 11, dan 19) uji validatas dan reabilitas pada 196 perawat. Dengan

kriteria objektif jawaban benar diberi nilai 1 dan salah atau tidak tahu

nilai 0, dengan nilai internal konsistensi dari 20 pertanyaan adalah 0,78

dan nliai alpha chronbach koefisien 0,413 (Ross, McDonald, &

McGuinness, 1996)

b. Kuisioner PCKT (Palliative care knowledge test)

Kuisioner ini merupakan salah satu modifikasi dari kuisioner PCQN,

yang diaplikasikan kepada 940 perawat yang bekerja di dua rumah sakit

yaitu Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Umum di kota Yokama

Jepang. Kuisioner sudah dilakukan uji validitas dengan pernyataan awal

berjumlah 40 item, namun terpilih hanya 20 item dengan korelasi 0,88

yang terdiri atas lima domain yaitu filsafat (2 item), nyeri (6 item),

dyspnea (4 item), masalah psikiatri (4 item) dan masalah gastrointestinal

(4 item) (Nakazawa et al, 2010).

Dengan kriteria objektif kriteria objektif jawaban benar diberi nilai 1 dan

salah atau tidak tahu nilai 0.

c. Di Spanyol instrumen PCQN juga digunakan dalam bahasa spanyol oleh

Sierra, Sabater, & Moriux (2017) dengan nilai uji CVI 0,83 dan alpha

crhonbach 0,67

33
d. Di Indonesia penggunaan intrumen PCQN yang dilakukan oleh

Tarihoran, Sembel, & Gunawan (2017) dengan mengaju pada intrumen

PCQN ) yang disusun oleh Ross, McDonald, & McGuinness.

Dengan kriteria objektif: pengetahuan baik jika nilai diatas rata-rata

49,33% dan pengetahuan kurang nilai rata-rata dibawah 49,33%, dengan

jawaban benar nilai, salah atau tidak tau nilai 0.

Adapun penggunaan kuisioner yang saya gunakan dalam

penelitian ini adalah kuisioner dari salah satu mahasiswa fakultas keperawatan

Universitas Sumatra Utara dengan judul pengetahuan perawat tentang

perawatan paliatif pada pasien kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan.

dengan hasil uji validitas 0,97 dan reabilitas 0,945. Dengan kriteria objektif

nilai 0-7 pengetahuan kurang, 8-14 pengetahuan cukup dan 15-21

pengetahuan baik.

4. Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2014) dibagi atas dua

bagian yaitu:

a. Cara non ilmiah atau tradisional

Cara yang biasa dilakkukan oleh manusia sebelum ditemukan cara

metode ilmiah. Cara ini dilakukan oleh manusia pada jaman dahulu dalam

rangka memecahkan masalah maupun dalam menemukan teori atau

pengetahuan baru. Cara-cara tersebut yaitu melalui: cara coba salah (trial

and error), secara kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, pengalaman

34
pribadi, cara akal sehat, kebenaran melalui ajaran,, kebenaran secara

intuitif, melalui jalan pikiran, induksi dan deduksi.

b. Cara ilmiah atau modern

Cara ilmiah ini dilakukan melalui cara-cara yang sistematis, logis

dan ilmiah dalam bentuk metode penelitian. Penelitian dilaksanakan

melalui uji coba terlebih dahulu sehingga instrumen yang digunakan valid

dan reliabel dan hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan pada

populasi. Kebenaran atau pengetahuan yang diperoleh betul-betul dapat

dipertanggungjawabkan karena telah melalui serangkaian proses yang

ilmiah.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

35
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat di

komunikasikan dan membentuk suatu teori, yang menjelaskan tentang adanya

keterkaitan antara variabel yaitu baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti (Nursalam, 2017). Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang

telah diuraikan diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

- Filsafat dan prinsipprinsip


Pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif
- Manajemen nyeri
perawatan paliatif
- Psikososial dan spiritual

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan


Pasien Paliatif

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

BAB IV

METODE PENELITIAN

36
A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dengan rancangan

penelitian desain deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif di Rumah Sakit Daerah

Kalabahi. Penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang ditujukkan untuk

menggambarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini terhadap

suatu populasi tertentu, dengan tidak memberikan intervensi terhadap objek

penelitian, dan tidak ada analisis hubungan antar variabel, tetapi menggambarkan

suatu kondisi yang apa adanya (Sudaryono, 2019).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Daerah Kalabahi Kabupaten Alor

pada bulan Juni- Oktober 2020. Alasan peneliti memilih RSD Kalabahi karena

merupakan satu-satunya rumah sakit dan pusat rujukkan di Kabupaten Alor,

kurangnya informasi untuk pelayanan pasien paliatif dan belum ada yang

meneliti tentang pengetahuan perawat dalam merawat pasien paliatif di RSD

Kalabahi Kabupaten Alor.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

37
Populasi yaitu keseluruhan subjek penelitian atau wilayah generalisasi

yang terdiri dari subjek atau objek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang akan diteliti, serta memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh

peneliti untuk memperoleh hasil penelitian (Sugiyono, 2018). Penelitian ini

menggunakan populasi target yaitu populasi yang menjadi sasaran dalam

mengenarilisasi sebagai kesimpulan dari sebuah penelitian (Masturoh &

Anggita, 2018). Dengan demikian target populasi dalam penelitian ini adalah

perawat yang bekerja di Rumah Sakit Daerah Kalabahi Kabupaten Alor yang

berjumlah 144 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling, sedangkan teknik sampling adalah

suatu cara yang dilakukan peneliti untuk mengambil sampel yang mewakili

populasi (Nursalam, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat,

yang bekerja di Rumah Sakit Daerah Kalabahi yang berjumlah 144 orang. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non probalility sampling

total samping, merupakan teknik pengambialn sampel dimana semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2018).

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

38
Dalam penelitian ini responden yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1) Bersedia menjadi responden

2) Berstatus sebagai pegawai Rumah Sakit Daerah Kalabahi baik pegawai

negeri sipil (PNS) maupun Non PNS.

3) Perawat yang merawat pasien paliatif

4) Perawat yang memiliki Hp android

b. Kriteria eksklusi:

1) Perawat yang sedang menjalani tugas luar, cuti, ijin dan sakit

2) Perawat yang sedang menjalani tugas belajar

D. Alur Penelitian

39
Ijin pengambialn data awal

Pengurusan kode etik penelitian

Permohonan ijin penelitian pada pemerintah Kabupaten


Alor dan RSD Kalabahi.

Penetapan populasi dan sampel penelitian dengan teknik total


sampling dan jumlah populasi 144 orang

Informed consent dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian

Pengambilan data menggunakan kuisioner PCQN secara online


melalui aplikasi google from dan telepon

Pengolahan dan analisa data

Penyajian hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Bagan 4.1 Alur Penelitian

E. Variabel Penelitian

40
1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja, yang

ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang

hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2018). Penelitian

ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan perawat tentang

perawatan paliatif di RSD Kalabahi Kabupaten Alor dengan melihat pada 3

aspek penting yaitu tentang filsafat dan prinsip-prinsip perawatan paliatif,

manajemen nyeri, psikososial dan spiritual.

2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah definisi dari tiap-tiap variabel yang akan

diteliti secara operasional di lapangan dan dibuat untuk memudahkan dalam

pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan tujuan untuk

membuat variabel menjadi nyata dan dapat diukur (Masturoh & Anggita,

2018). Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu pengetahuan perawat.

Pengetahuan perawat adalah segala sesuatu yang diketahui perawat

tentang perawatan pasien paliatif yang meliputi: filsafat dan prinsip-prinsip

perawatan paliatif, manajemen nyeri, psikososial dan spriritual. Pengetahuan

perawat tentang perawatan pasien paliatif, terdiri atas 21 pernyataan dengan

hasil jawaban benar nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Pada penelitian ini

menggunakan skala numerik dengan nilai maksimum=21 dan nilai

minimum=0. Dengan hasil pengukuran mengggunakan rumus statistik

41
menurut Azis (2007) dengan nilai P= 7 dan nilai terendah= 0. Dengan

demikian kriteria objektif untuk memperoleh pengetahuan perawat dengan

rentang nilai 0-7 pengetahuan kurang, 8-14 pengetahuan cukup dan 15-21

pengetahuan baik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu masalah. Sehingga intstrumen atau

alat ukur merupakann bagian yang penting dalam suatu penelitian (Dharma,

2017).

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan antara lain :

1. Kuesioner yang dibuat peneliti mengenai data demografi responden berisi :

a. Umur adalah masa hidup masa hidup responen yang dihitung sejak lahir

sampai saat diminta untuk menjadi responden yang dinyatakan dalam skala

numerik

b. Jenis kelamin adalah perbedaan ciri biologi perawat laki-laki dan

perempuan yang ditandai dan dinyatakan dalam skala numerik

c. Pendidikan adalah proses peningkatan pengetahuan, ketrampilan melalui

pengajaran dan juga pelatihan dalam skala numerik.

d. Pelatihan/Seminar adalah proses perawat untuk mendapatkan pendidikan

dalam jangka waktu yang pendek dan dinyatakan dalam skala numerik.

42
e. Lama bekerja adalah lamanya seseorang untuk berkarya atau melakukan

tindakan dan dinyatakan dalam skala numerik.

2. Pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner PCQN yang

dipublikasikan oleh Palliative Care Quality Network. Kuesioner ini sudah

dimodifikasi dan diterjemahkan oleh Dr. Umar Mono dari pusat bahasa

Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 pernyataan dengan

menggunakan skala Guttman dengan pilihan ya dan tidak, jika jawaban benar

diberi nilai 1 dan bila salah diberi nilai 0. Kemudian dilakukan uji validitas

secara conten vadility dengan memberikan kuesioner kepada dosen Fakultas

Keperawatan paliatif, dengan hasil uji validitas 0,97. Untuk reabilitas

dilakukan pada 30 perawat yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan

dan diperoleh hasil 0,945. Kuesioner ini berjumlah 21 pernyataan yang

menggunakan skala Guttman dengan pilihan ya dan tidak, jika jawaban

benar diberi nilai 1 dan bila salah diberi nilai 0 (Ginting, 2017).

G. Pengumpulan Data

Dalam penelitan ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data

primer. Data primer didapat dari lembar kuesioner, yang dilakukan secara online

dengan menggunakan google form, waktu pengisian kuesioner 20-30 menit.

H. Pengelolaan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

43
Pengolahan data merupakan bagian dari penelitian setelah

pengumpulan data dan teknik pengolahan data bisa secara manual dan

menggunakan aplikasi (Sugiyono, 2018). Tahapan untuk pengolahan data

dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

a. Editing

Suatu kegiatan yang dilakukan sesudah semua data terkumpul

dengan mengecek kembali kelengkapan data, kelengkapan tulisan, kesinam

bungan data, kejelasan data, kesesuaian jawaban dan keseragaman data,

sehingga apabila terdapat kekurangan segera dilengkapi.

b. Coding (pengkodean)

Coding adalah proses mengubah data yang didapatkan dari

kuesioner yang berbentuk kata atau kalimat menjadi angka atau bilangan

dan memberikan kode dengan tujaun untuk mempermudah peneliti pada

saat menganalisa data dan entry data.

c. Processing

Processing yaitu kegiatan mengentry data yang sudah dalam bentuk

kode ke dalam komputer dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical

Package for Social Sciences).

d. Cleaning

44
Cleaning adalah pengecekan kembali data yang telah di-entry untuk

melihat apakah ada kesalahan atau tidak kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi.

2. Analisa data

Setelah semua data dilakukan pengolahan, selanjutnya yang dilakukan

oleh peneliti adalah menganalisis data menggunakan analisis univariat.

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk menganalisis

setiap variabel yang ada secara deskriptif melalui proses pengolatan data

secara ilmiah yang ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

presentasi data demografi (Sugiyono, 2018).

I. Masalah Etik

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan yang melibatkan antara peneliti, pihak yang diteliti dan

masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut. Oleh

karena itu peneliti harus memperhatikan prinsip etik penelitian menurut Komisi

Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2017) meliputi:

1. Menghormati harkat martabat manusia (Respect for human dignity)

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia

sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan

sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri.

Peneliti menghormati hak-hak responden dengan cara menjelaskan tujuan

45
penelitian dan memberi kebebasan untuk memilih, apakah bersedia untuk ikut

serta dalam penelitian atau tidak dengan memberikan informed concent.

2. Berbuat baik dan tidak merugikan (Beneficience dan Non Maleficience)

Peneliti berusaha untuk mempertimbangkan maanfaat dan risiko yang

didapatkan oleh responden dan kerugian yang berakibat dalam penelitian.

Setiap data yang diberikan tidak akan digunakan untuk hal-hal yang

merugikan responden dikemudian hari karena hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

3. Keadilan (Justice)

Jika dalam penelitian ini responden tidak bisa mengisi kuesioner secara

online dengan google form, maka peneliti dengan secara langsung akan

kontak responden melalui telepon. Dengan demikian, semua responden

mendapatkan perlakuan yang adil dalam penelitian, selain itu peneliti dapat m

enghindari kemungkinan perlakuan yang terkesan memberikan beban terhada

p responden.

46
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah

dilakukan di Rumah Sakit Daerah Kalabahi Kabupaten Alor, dengan

membagikan kuisioner pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif secara

online melalui google form, dengan jumlah responden 144 perawat sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi. Pada saat dilakukan penelitian jumlah sampel yang

di eksklusi sebanyak 33 orang dengan rincian sebagai berikut: tugas belajar 10

47
orang, cuti 9 orang dan 14 orang menolak menjadi responden, sehingga total

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 111 orang.

Pengolahan data yang dilakukan menggunakan analisis univariat dengan

tampilan bentuk distribusi frekuensi dan presentase karakteristik responden.

Penyajian data meliputi data demografi dan deskriptif statistik dari pengetahuan

perawat tentang perawatan palitif di RSD Kalabahi Kabupaten Alor.

1. Karakteristik responden

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini adalah umur,

jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja dan keikutsertaan dalam pelatihan

maupun seminar paliatiaf. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Jenis kelamin, Pendidikan Terakhir, Lama Bekerja dan Pelatihan/Seminar di RSD
Kalabahi (n=111)
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Umur
17-25 Tahun 4 3,6
26-35 Tahun 91 82,0
36-45 Tahun 16 14,4
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 15,3
Perempuan 94 84,7
Pendidikan
D III 66 59,5
S1 Ners 45 40,5
Lama Bekerja
<5 Tahun 29 26,1
5-10 Tahun 59 53,2
11-15 Tahun 17 15,3
16-20 Tahun 6 5,4
Seminar/Pelatihan Paliatif
Belum Pernah 107 96,4

48
Pernah 4 3,6

Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur dengan

rentang usia 26-35 tahun sebanyak 91 orang (82,0%) dan sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 94 orang (84,7%). Mayoritas

responden terbanyak berpendidikan terakhir D3 yaitu sebanyak 66 orang

(59,5%), dan memiliki masa kerja 5-10 tahun sebanyak 59 orang (53,2%) dan

orang belum pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang paliatif sebanyak 107

(96,4%).

2. Pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif di RSD Kalabahi

Dilihat dari hasil kuisioner yang dibagikan secara online melalui

google form, dimana didapatkan pengetahuan perawat tentang perawatan

paliatif untuk kategori kurang tidak ada, kategori cukup sebanyak 15 orang

(13,5%) dan kategori baik sebanyak 96 orang (86,5%). Untuk hasil distribusi

frekuensi pengetahuan perawat dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Paliatif
di RSD Kalabahi (n=111)

Pengetahuan Frekuensi (n) Presentase (%)

Cukup 15 13,5
Baik 96 86,5

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan presentase hasil identifikasi pengetahuan perawat tentang
perawatan pasien paliatif di RSD Kalabahi (n=111)

No Pernyataan Benar Salah

49
F % F %

1 Perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasein 25 22,5 86 77,5


yang sedang dalam kondisi terminal

2 Perawatan paliatif difokuskan untuk mengurangi 101 91,0 10 9,0


gejala atau keluhan fisik

3 Tujuan perawatan paliatif untuk meningkatkan 99 89,2 12 10,8


kualitas hidup

4 Filosofi perawatan paliatif bisa dilakukan pada 84 75,5 27 24,3


perawatan dengan perawatan pasien agresif
5 Pasien-pasien dengan penyakit terminal berhak 105 94,6 6 5,4
untuk memilih agar tidak mendapatkan
perawatan resusitasi
6 Manajemen gejala merupakan bagian penting 107 96,4 4 3,6
dalam perawatan paliatif
7 Gejala nyeri kronis berbeda dengan gejala nyeri 105 94,6 6 5,4
akut
8 Pemberian obat nyeri disesuaikan dengan hasil 109 98,2 2 1,8
pengkajian dan step leader
9 Ketergantungan terhadap obat-obatan menjadi 107 96,4 4 3,6
masalah utama ketika morfin digunakan dalam
jangka waktu yang lama untuk penanganan rasa
nyeri
10 Golongan obat narkotik (analgesic- narkotik) 69 62,2 42 37,8
tidak efektif secara analgesik untuk mengontrol
nyeri kronis
11 Penggunaan placebo sesuai untuk perawatan 91 82,0 20 18,0
beberapa jenis nyeri
12 Terapi adjuvant penting dalam menangani rasa 98 88,3 13 11,7
sakit
13 Pengalihan nyeri seperti mengatur posisi 109 98,2 2 1,8
mengajarkan relaksasi dan distraksi merupakan
salah satu manajemen nyeri secara non-
medikmetosa
14 Perawatan paliatif hanya dapat dilaksanakan di 52 46,8 59 53,2
rumah sakit
15 Tim pemberian perawatan paliatif hanya meliputi 26 23,4 85 76,6
dokter dan perawat
16 Hospice merupakan tempat dimana pasien 92 82,9 19 17,2
paliatif tidak dapat dirawat di rumah namun tidak
melakukan tindakan yang harus dilakukan di
rumah sakit
17 Tim perawatan paliatif harus memiliki 106 95,5 5 4,5
kemampuan untuk memahami masalah yang
terjadi pada pasien paliatif
18 Dukungan spiritual dan keluarga merupakan 109 98,2 2 1,8
bagian dari perawatan paliatif
19 Mendatangkan pemuka agama dan memotivasi 109 98,2 2 1.8

50
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
merupakan dukungan secara spiritual dalam
perawatan paliatif
20 Komunikasi terapeutik dapat mengurangi stres 105 94,6 6 5,4
dan keluhan psikologis pasien
21 Asuhan keperawatan pada keluarga pasien harus 83 74,8 28 25,2
terus dilanjutkan selama masa berkabung dan
kehilangan

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukkan mayoritas responden

menjawab benar pada beberapa item pernyataan yaitu: nomor 8 sebanyak

(98,2%), 13 (98,2%), 18 (98,2%), dan 19 (98,2%), untuk pernyataan paling

banyak di jawab salah adalah pada item pernyataan nomor 1 yaitu (77,5%)

dan pernyataan nomor 15 (76,6%).

B. Pembahasan

1. Gambaran karakteristik responden dalam penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSD Kalabahi dengan

jumlah responden 111 orang, dilihat dari hasil pada tabel 5.1 menunjukkan

responden dengan rentang usia 26-35 tahun, dengan kategori masa dewasa

awal (Departemen Kesehatan RI, 2009). Pada masa dewasa awal akan terjadi

perubahan yaitu individu mulai berperan dan bertanggung jawab, berpikir

rasional, masa untuk bekerja, serta secara psikologis mampu memecahkan

51
masalah dalam bermasyarakat (Wawan & Dewi, 2010). Usia juga

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, dimana semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir

seseorang sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik

(Budiman & Riyanto, 2014).

Pada penelitian ini sebagian besar perawat yang bekerja di RSD

Kalabahi berjenis kelamin perempuan, hal ini mungkin disebabkan karena

minat perempuan di bidang keperawatan lebih besar dibanding laki-laki.

Meskipun demikian tugas dan tanggung jawab perawat perempuan dan laki-

laki dalam melakukan perawatan paliatif tetaplah sama. Seorang perawat

dikatakan profesional ketika mampu mengasuh,merawat, dan melindungi

pasien secara komperensif dengan berpedoman pada kode etik keperawatan

dengan memberikan asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan

keperawatan (Aeni, Winani, & Sutioso, 2019).

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas perawat

berpendidikan DIII keperawatan. Pendidikan merupakan salah satu faktor

penting yang dapat menambah informasi mengenai pengetahuan seseorang,

sehingga tingkat pendidikan mendukung pengetahuan yang baik. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Budiman & Riyanto (2014) yang mengemukakan

52
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas

pengetahuannya. Namun bukan berarti orang yang berpendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah, karena peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan

non formal dan faktor pendukung lainnya.

Lama bekerja berkaitan dengan pengalaman, dimana semakin lama

masa kerja seseorang, maka semakin juga bertambah pengalamannya. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden dengan

masa kerja 5-10 tahun dan penegalaman juga berkaitan erat dengan usia. Hal

ini juga di jelaskan oleh Wawan & Dewi, dimana seiring dengan

bertambahnya usia seseorang, maka bertambah pula pengalaman seseorang

yang dapat mempengaruhi pengetahuan. Selain itu berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Widowati, Indarwati, & Fauzianingtyas,

(2020) mengemukakan bahwa perawat yang masa kerjanya lebih lama akan

mempengaruhi pengetahuannya. Terkait dengan masalah pelatihan mayoritas

responden belum pernah mengikuti pelatihan tetapi hal ini tidak berpengaruh

pada pengetahuan responden.

2. Gambaran pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSD Kalabahi

dengan jumlah responden 111 orang, menunjukkan bahwa pengetahuan

53
perawat tentang perawatan paliatif berada pada kategori baik. Hasil penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2019) dimana

diperoleh pengetahuan perawat dengan kategori cukup.

Adapun hasil dari jawaban responden menunjukkan ada beberapa

item pernyataan yang mayoritas dijawab benar terkait dengan manajemen

nyeri yaitu pernyataan no 8 tentang pemberian obat nyeri disesuaikan dengan

hasil pengkajian dan step leader dan no 13 tentang pengalihan nyeri seperti

mengatur posisi mengajarkan relaksasi dan distraksi merupakan salah satu

manajemen nyeri secara non-medikmetosa. Berdasarkan hasil penelitian

(Widowati, Indarwati, & Fauzianingtyas, 2020) menunjukkan bahwa

mayoritas responden memilik pengetahuan yang baik diaspek manajemen

nyeri terkait dengan kondisi pasien paliatif, hal ini bisa terjadi karena

responden sering merawat pasien paliatif yang mengalami masalah nyeri.

Mayoritas jawaban benar juga pada item masalah spiritual yaitu pernyataan no

18 tentang dukungan spiritual dan keluarga merupakan bagian dari perawatan

paliatif dan no 19 tentang mendatangkan pemuka agama dan memotivasi

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan dukungan secara spiritual

dalam perawatan paliatif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Madadeta & Widyaningsih (2015) dimana dukungan spiritual baik dari

keluarga maupun perawat dengan kategori baik. Sehingga hal ini bisa

54
dijadikan sebagai gambaran serta acuan untuk perawat dan pihak rumah sakit

agar tetap mempertahankan aspek spritual pada pasien paliatif.

Dalam penelitian ini juga didapatkan responden mayoritas menjawab

salah pada item pernyataan no 1 tentang perawatan paliatif hanya diberikan

kepada pasein yang sedang dalam kondisi terminal. Hasil dari penelitian ini

tidak sesuai dengan pernyataan dari WHO yang menyatakan bahwa perawatan

paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup sejak

ditegakkan diagnosa hingga meninggal (WHO, 2016). Jawaban yang salah

juga pada item pernyataan no 15 tentang tim pemberian perawatan paliatif

hanya meliputi dokter dan perawat. Hasil penelitian tidak sesuai dengan Kafil

& Mediani (2015), dimana dalam perawatan paliatif bukan hanya dokter dan

perawat saja, tetapi diperlukan tim multidisiplin yang terdiri dari berbagai

profesi dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.

55
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran

pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif di RSD Kalabahi

Kabupaten Alor dengan jumlah responden 111 orang dapat disimpulkan bahwa,

pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif secara umun kategori baik

sebanyak 96 orang (86,5%), kategori cukup sebanyak 15 orang (13,5%).

Walaupun mayoritas perawat berpengetahuan baik, tetapi masih diperoleh kurang

pengetahuan tentang filosofi dan prinsinp perawatan paliatif.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan

acuan penelitian agar dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Rumah Sakit

56
Diharapkan melalui penelitian ini dapat memotivasi rumah sakit untuk

meningkatkan kualitas perawat dengan memberikan pelatihan tentang

perawatan pasien paliatif.

3. Bagi Perawat

Diharapkan hasil dari penelitian ini bisa menjadi tolak ukur dibidang

ilmu keperawatan khususnya perawatan paliatif mengeanai filosofi dan

prinsip-prinsip paliatif.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih

lanjut dengan menggunakan kuisioner yang berbeda dan dapat

menghubungkan variabel dan metode penelitian yang lain.

57
DAFTAR PUSTAKA

A’ la, M. Z., Setioputro, B., & Kurniawan, D. E. (2018). Nursing Student s ’


Attitudes towards Caring for Dying Patients. Nurse Media Journal of Nursing,
8(1), 25–34. https://doi.org/NMJN, p-ISSN 2087-7811, e-ISSN 2406-8799

Adhisty, Effendy, & Setiyarini. (2016). Pelayanan Paliatif Pada Pasien Kanker Di
RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta. Tesis.

Aeni, W. N., Winani, & Sutioso, H. (2019). Perilaku caring perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan di salah satu RS di Kabupaten Indramayu.
Jurnal Keperawatam Profesional (JKP), 7(2), 1–22. Retrieved from p-issn:
2355-679X; e-ISSN: 2685-1830

Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal

58
Kesehatan, 7(3), 508. https://doi.org/10.26630/jk.v7i3.237

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). keperawatan medikal bedah edisi 8 buku 1. (A.
Suslia & P. P. Lestari, Eds.) (8th ed.). Singapura: Elsevier.

Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita selecta kuesioner pengetahuan dan sikap
dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Buss, M. K., Rock, L. K., & Carthy Ellen P. (2017). Understanding palliative care
and hospice: A review for primary care providers. Mayo Clinic Proceedings,
92(2), 280–286. https://doi.org/10.1016/j.mayocp.2016.11.007

Campbell, M. L. (2014). Nurse to nurse perawatan paliatif. (Suslia A, Ed.). Jakarta:


Salemba Medika.

Carey, C. E., Dose, M. A., Humaniuk, M. K., Kuan, C. Y., Hicks, D. A., Ottenberg,
L. A., … Barbara, K. (2017). The Expetience of Hospital Death Assesing the
QUALITY Of care at an Academic Medical Center. American Journal of
Hospice & Paliative Medicine. https://doi.org/101177/1049909116689547

Departemen Kesehatan RI. (2009). Kategori usia. Retrieved from Depkes.go.id

Dharma, K. K. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: CV


Trans Info Media.

Etkind, S. N., Bone, A. E., Gomes, B., Lovell, N., Evans, C. J., Higginson, I. J., &
Murtagh, F. E. M. (2017). How many people will need palliative care in 2040?
past trends, future projections and implications for services. BMC Medicine,
15(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12916-017-0860-2

Gillan, P. C., van der Riet, P. J., & Jeong, S. (2014). End of life care education, past
and present: A review of the literature. Nurse Education Today, 34(3), 331–342.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2013.06.009

Ginting, N. D. (2017). Pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif pada pasien

59
kanker di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara.
Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/68626

Hastuti, C. (2019). Pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif di RSUP DR M


Djamil Padang. Program studi S1 keperawan.

IKAPI dan APPTI. (2020). Perawatan Komperensif paliatif. (I Wayan Sudarsa, Ed.).
Jakarta Timur: Airlangga University Press.

Ilham, R., Mohammad, S., & Yusuf, M. N. S. (2019). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Tentang Perawatan Paliatif. Jambura
Nursing Journal, 1(2), 96–102. https://doi.org/pISSN: 2654-2927, eISSN: 2656-
4653

Kafil, R. F., & Mediani, H. S. (2015). Perawatan paliatif berbasis kolaborasi tim.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pedoman Nasional Pelayanan


Paliatif Kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved
from http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-p2ptm/pedoman-nasional-
program-paliatif-kanker

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 5 tahun 2017 tentang rencana aksi nasional
penanggulangan penyakit tidak menular tahun 2015-2019 (pp. 1–9). Jakarta.
Retrieved from
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk52017.pdf

Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2017). Pedoman dan standar
etik penelitian dan pengembangan kesehatan nasional. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Lestari, T. (2015). Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan.


Jogjakarta: Nuha Medika.

Lowey, S. E. (2015a). Nursing care at the end-of-life: what every Clinician should
know. Geneseo. New York: Open SUNY textbooks milne library.

60
https://doi.org/10.3928/0098-9134-20000901-03

Lowey, S. E. (2015b). Nursing Care at the End of Life : What every clinicial should
know. Geneseo. New York: Open SUNY textbooks milne library.

M Ross, M., McDonald, B., & McGuinness, J. (1996). The palliative care quiz for
nursing (PCQN): the development of an instrument to measure nurses’
knowledge of palliative care. Journal of Advanced Nursing, 23(1), 126–137.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.1996.tb03106.x

Madadeta, G., & Widyaningsih, S. (2015). Gambaran dukungan spiritual perawat dan
keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien kanker di RSUD
Dr. MOEWARDI. Jurusan Keperawatan, 1–8. Retrieved from
http://eprints.undip.ac.id/

Masturoh, I., & Anggita, N. T. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. bahan ajar
rekam medis dan informasi kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pusat pendidikan sumber daya manusia badan
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia. Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Metodologi-Penelitian-Kesehatan_SC.pdf

Matzo, M., & Sherman, D. W. (2017). Palliative care nursing quality care to the end
of life (5th editio). New York: Springer publishing company.

Mubarak, I. ., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar 1 ilmu keperawatan
dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Nakazawa, Y., Miyashita, M., Morita, T., Umeda, M., Oyagi, Y., & Ogasawara, T.
(2010). The palliative care knowledge test: reliability and validity of an
instrument to measure palliative care knowledge among health professionals.
Palliative Medicine, 23(8), 754–766.
https://doi.org/10.1177/0269216309106871

National Coalition For Hospice And Palliative Care. (2018). Clinical practice
guidelines for quality palliative care (4th editio). Richmond, VA: National
Coalition for Hospice and Palliative Care. Retrieved from

61
https://www.nationalcoalitionhpc.org/ncp

Notoatmodjo, S. (2014a). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014b). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. (2017a). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.


(Peni puji Lestari, Ed.) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017b). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


(Peni Puji Lestari, Ed.) (Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.

Ose, I. M., Ratnawati, R., & Lestari, R. (2016). Studi Fenomelogi Pengalaman
Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dalam Merawat Pasein Terlantar Pada
Fase End Of Life di RSUD Saiful Anwar Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 4,
171–183.

Poerin, N. O., Arisanti, N., Sudjud, R. W., & Setiawati, E. P. (2019). Gambaran
persepsi masyarakat tentang keberadaan pelayanan paliatif di kota Bandung.
Jurnal Sistem Kesehatan, 4, 133–139. Retrieved from
http://jurnal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/21242

Qadire, M. Al. (2016). Nurses’ knowledge about palliative care. Journal of Hospice
& Palliative Nursing, 16, 23–30.
https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000017

Rekam Medis Rumah Sakit Daerah Kalabahi. (2019). Rumah Sakit Umum Daerah
Kalabahi. Kabupaten Alor: RSD Kalabahi.

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). (Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Ed.) (Vol. 44). Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Rochmawati, E., Wiechula, R., & Cameron, K. (2016). Current status of palliative

62
care services in Indonesia: a literature review. International Nursing Review,
63(2), 180–190. https://doi.org/10.1111/inr.12236

Sierra, E. C., Sabater, A. M., & Moriux, Y. L. (2017). Knowledge in palliative care of
nursing professionals at a Spanish hospital. https://doi.org/10.1590/1518-
8345.1610.2847

Sudaryono. (2019). Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan mix method


(Edisi kedu). Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). (M. . Sutopo,


Ed.). Bandung: Alfabeta.

Tarihoran, D. E. T. A. U., Sembel, S., & Gunawan, W. (2017). Indonesian palliative


care nurse knowledge, (July 2013), 1–10. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/321939192%0A

Walker, K. A., Scarpaci, L., & McPherson, M. L. (2010). Fifty reasons to love your
palliative care pharmacist. American Journal of Hospice and Palliative
Medicine, 27(8), 511–513. https://doi.org/10.1177/1049909110371096

Wardah, Febritina, R., & Dewi, E. (2017). Pengaruh pengetahuan perawat terhadap
pemenuhan perawatan spiritual pasien di ruang intensif. Jurnal Endurance,
2(October), 436–443. https://doi.org/DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2503

Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widowati, D. E. R., Indarwati, R., & Fauzianingtyas, R. (2020). Determinan faktor


yang berhubungan dengan pengetahuan perawat dalam perawatan paliatif.
Bimiki, 8(1), 7–15.

Word Health Organization. (2014). Global atlas of palliative care at the end of life.
(S. R. Connor & S. C. M. Bermedo, Eds.). Wordwide Palliative Care Alliance.
Retrieved from https://www.who.int/nmh/Global_Atlas_of_Palliative_Care.pdf

63
World Health Organization. (2016). Planning and implementing palliative care
services: a guide for programme managers. Swiss. Retrieved from
https://apps.who.int/iris/handle/10665/250584

Yodang. (2018). Buku ajar keperawatan paliatif berdasarkan kurikulum AIPNI 2015.
Jakarta: CV Trans Info Media.

64
Lampiran

Kuesioner Pengetahuan
Gambaran pengetahuan perawat tentang perawatan pasien paliatif

di RSD Kalabahi Kabupaten Alor

Kode Responden :

A. Data Demografi

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan terakhir : 1. SPK 2. D3

3. 3. Ners

Lama Bekerja :…… Tahun

Pernah mengikuti seminar/Pelatihan paliatif: Pernah

Belum pernah

65
B. Kuisioner

Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab

pertanyaan.

2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda.

3. Pilihan jawaban dari pertanyaan adalah Ya dan Tidak

4. Berilah tanda checklist (v) pada kolom jawaban yang tersedia dan sesuai

dengan pilihan jawaban.

No Pernyataan Ya Tidak
1 Perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasein
yang sedang dalam kondisi terminal
2 Perawatan paliatif difokuskan untuk mengurangi
gejala atau keluhan fisik
3 Tujuan perawatan paliatif untuk meningkatkan
kualitas hidup
4 Filosofi perawatan paliatif bisa dilakukan pada
perawatan dengan perawatan pasien agresif
5 Pasien-pasien dengan penyakit terminal berhak
untuk memilih agar tidak mendapatkan perawatan
resusitasi
6 Manajemen gejala merupakan bagian penting
dalam perawatan paliatif
7 Gejala nyeri kronis berbeda dengan gejala nyeri
akut

66
8 Pemberian obat nyeri disesuaikan dengan hasil
pengkajian dan step leader
9 Ketergantungan terhadap obat-obatan menjadi
masalah utama ketika morfin digunakan dalam
jangka waktu yang lama untuk penanganan rasa
nyeri
10 Golongan obat narkotik (analgesic- narkotik) tidak
efektif secara analgesik untuk mengontrol nyeri
kronis
11 penggunaan placebo sesuai untuk perawatan
beberapa jenis nyeri
12 Terapi adjuvant penting dalam menangani rasa
sakit
13 Pengalihan nyeri seperti mengatur posisi
mengajarkan relaksasi dan distraksi merupakan
salah satu manajemen nyeri secara non-
medikmetosa
14 Perawatan paliatif hanya dapat dilaksanakan di
rumah sakit
15 Tim pemberian perawatan paliatif hanya meliputi
dokter dan perawat
16 Hospice merupakan tempat dimana pasien paliatif
tidak dapat dirawat di rumah namun tidak
melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah
sakit
17 Tim perawatan paliatif harus memiliki kemampuan
untuk memahami masalah yang terjadi pada pasien
paliatif
18 Dukungan spiritual dan keluarga merupakan bagian
dari perawatan paliatif
19 Mendatangkan pemuka agama dan memotivasi
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan
dukungan secara spiritual dalam perawatan paliatif
20 Komunikasi terapeutik dapat mengurangi stres dan
keluhan psikologis pasien
21 Asuhan keperawatan pada keluarga pasien harus
terus dilanjutkan selama masa berkabung dan
kehilangan

67

Anda mungkin juga menyukai