Perilaku Stress Path Tanah Lempung
Perilaku Stress Path Tanah Lempung
Perilaku Stress Path Tanah Lempung
Abstrak
Seiring dengan berkembangnya pembangunan diberbagai sektor sangat penting untuk mengetahui
sifat dan perilaku tanah dimana tempat bangunan itu didirikan. Sifat-sifat teknis dan perilaku
tanah disuatu tempat dan tempat lain berbeda-beda. Perilaku tentang tanah tidak hanya dapat
diketahui dari kondisi awal dan akhir pembebanan. Fenomena itu dapat digambarkan dengan
stress path (metode lintasan tegangan) (Soepandji dan Setiadi, 1998). Kondisi ini merupakan
dasar untuk menyelidiki perilaku stress path yang terjadi selama pembebanan pada tanah lempung
di kota Pontianak, sehubungan dengan banyaknya permasalahan geoteknik yang terjadi. Salah
satu cara untuk mengetahui sifat fisis dan sifat mekanis tanah adalah dengan melakukan penelitian
di laboratorium berupa uji triaksial consolidated undrained (CU) pada tanah lempung lunak.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui perilaku stress path tanah lempung di Kota
Pontianak pada kondisi normally consolidated. Hasil pengujian laboratorium dan perhitungan serta
analisa yang dilakukan diketahui bahwa perilaku stress path tanah lempung di Kota Pontianak
secara umum adalah tipe path C (Holtz, R D, Kovacs W D, 2011) yaitu garis linier yang bergerak
kekanan pada grafik p dan q, dan membentuk sudut 45 0 pada grafik σ dan τ.
Kata Kunci : triaksial consolidated undrained (CU), stress path, normally consolidated.
1. PENDAHULUAN
Sifat-sifat teknis dan perilaku tanah pertama kali diperkenalkan oleh Lambe
disuatu tempat dan tempat lain berbeda- dan Whitman (1969). Metode itu
beda. Perilaku tentang tanah tidak kemudian dikembangkan di University
hanya dapat diketahui dari kondisi awal of Cambridge Inggris (Atkinson dan
dan akhir pembebanan. Fenomena itu Bransby, 1978). Bagian dari tegangan
dapat digambarkan dengan stress path yang berada di titik keseimbangan akan
(metode lintasan tegangan) (Soepandji mewakili lingkaran Mohr pada sistem
dan Setiadi, 1998). Kondisi ini koordinat τ-σ. Hal ini sangat tepat
merupakan motivasi untuk menyelidiki sekali untuk mewakili bagian tegangan
perilaku stress path yang terjadi selama di titik tegangan, yang berada di
pembebanan pada tanah lempung di kota koordinat (σ1-σ3)/2 dan (σ1+σ3)/2. Kita
Pontianak, sehubungan dengan semakin bisa mengasumsikan σ1 dan σ3 pada
maraknya pembangunan. bidang vertikal dan horisontal, jadi
Karakteristik regangan dan tegangan koordinat di titik tegangan menjadi (σv-
dari hasil uji triaksial merupakan bagian σh)/2 dan (σv+σh)/2 atau bisa juga di
penting untuk menggambarkan perilaku wakili oleh q dan p , menjadi :
tanah, yang tidak hanya dapat diketahui σ σ
q= (1)
dari kondisi awal dan akhir
pembebanan, tetapi juga dari riwayat σ σ
pembebanan. Metode stress path p= (2)
Setelah di dapat q dan p, inilah yang Mohr bisa digunakan, tapi ini bisa juga
disebut sebagai tegangan utama. Sebuah kacau, terutama pada lintasan tegangan
diagram yang menunjukan bagian yang rumit. Oleh karena itu yang lebih
berturut-turut pada rangkaian lingkaran sederhana adalah dengan hanya
BERAT VOLUME
LOKASI KEDALAMAN (m) (γ)
(gr/cm3)
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
5 – 5,5 1,432
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
9 – 9,5 1,497
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
11 – 11,5 1,46
Pontianak
Sumber : Laboratorium Geoteknik Fakultas Teknik Untan
1,5
1 sampel 1
0,5 sampel 2
sampel 3
0
0 1 2
E (%)
2,5
σ1 - σ3 (kg/cm2)
2
1,5
sampel 4
1
sampel 5
0,5
sampel 6
0
0 0,5 1 1,5
E (%)
σ1 - σ3 (kg/cm2)
1,5
1
sampel 7
0,5 sampel 8
0 sampel 9
0 1 2
E (%)
τ (kg/cm2)
σ (kg/cm2)
σ3 ∆σ σ1
σ (kg/cm2)
σ3 ∆σ σ1
Gambar 5. Lingkaran Mohr Tabung 2 Pada Kedalaman 11 m.
τ (kg/cm2)
σ (kg/cm2)
σ3 ∆σ σ1
Gambar 6. Lingkaran Mohr Tabung 3 Pada Kedalaman 5 m.
Adapun hasil – hasil perhitungan c dan ϕ sudut geser dan kohesi untuk tegangan
dapat dilihat di tabel. Tabel 3 total dan tegangan efektif pada
menunjukkan hasil perhitungan nilai kedalaman 9, 11 dan 5 m.
KOHESI( c )
SUDUT GESER (ϕ)
(kg/cm2)
KEDALAM
LOKASI Sudut Sudut
AN (m) Kohesi Kohesi
geser geser
total efektif
total efektif
Jalan Khatulistiwa, Batu
5 – 5,5 150 170 0,0106 0,0605
Layang, Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu
9 – 9,5 150 200 0,1143 0,1392
Layang, Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu
11 – 11,5 170 200 0,0355 0,1444
Layang, Pontianak
Berdasarkan hasil analisa, pada geser total sebesar 150, nilai sudut geser
kedalaman 5 – 5,5 m didapat nilai sudut efektif sebesar 170, nilai kohesi total
sebesar 0,0106 kg/cm2, nilai kohesi Perbedaan tekanan air pori (∆U), bisa
efektif sebesar 0,0605 kg/cm2. Pada didapatkan dari hasil analisa perhitungan
kedalaman 9 – 9,5 m didapat nilai sudut dalam persamaan ∆U = σ3’ – σ3.
geser total sebesar 150, nilai sudut geser Dalam perhitungan ini selain
efektif sebesar 200, nilai kohesi total menggunakan metode analisa juga
sebesar 0,1143 kg/cm2, nilai kohesi menggunakan metode grafis. Pada
efektif sebesar 0,1392 kg/cm2. Pada gambar 7 sampai dengan gambar 9
kedalaman 11 – 11,5 m didapat nilai menunjukkan gambar grafik hasil dari
sudut geser total sebesar 170, nilai sudut perhitungan tegangan total dan tegangan
geser efektif sebesar 200, nilai kohesi efektif. Garis linier menunjukkan hasil
total sebesar 0,0355 kg/cm2, nilai kohesi perhitungan dari tegangan total dan garis
efektif sebesar 0,1444 kg/cm2. lengkung menunjukkan hasil
perhitungan dari tegangan efektif.
3.3.3. Analisa Hasil Perhitungan Sedangkan jarak antara garis merah dan
Tekanan Air Pori (∆U) garis biru merupakan perubahan tekanan
air pori.
q (kg/cm2)
0,44
0,22
0,2
p (kg/cm2)
q (kg/cm2)
0,91
0,59 0,84
p (kg/cm2)
0,59
0,25
0,35
p (kg/cm2)
3.3.4. Analisa Garis Kedudukan cara saja yaitu grafik p dan q. Pada
Tegangan (Stress Path) gambar 10 sampai dengan gambar 15
Hasil pengujian triaksial dapat menunjukkan bahwa perubahan
digambarkan dengan diagram yang berturut-turut dari lingkaran mohr. Pada
disebut garis kedudukan tegangan awal pemberian beban tegangan
(stress path). Garis kedudukan tegangan deviator, dinyatakan bahwa σ1’ = σ3’ =
ini adalah garis yang menghubungkan σ3. Jadi,
σ ’ σ ’
titik-titik kedudukan dari keadaan p’ = = σ 3’ = σ 3
tegangan yang dialami oleh suatu
sampel tanah selama pengujian dan
berlangsung. Ada beberapa cara untuk
menggambarkannya, tetapi pada σ ’ σ ’
q’ = =0
penelitian ini akan dibahas satu
τ (kg/cm2)
σ (kg/cm2)
Gambar 10. Grafik σ dan τ tegangan total tabung 1 pada kedalaman 9 m.
τ(kg/cm2)
σ(kg/cm2)
Gambar 11. Grafik σ dan τ tegangan efektif tabung 1 pada kedalaman 9 m.
τ (kg/cm2)
σ(kg/cm2)
Gambar 12. Grafik σ dan τ tegangan total tabung 2 pada kedalaman 11 m.
τ(kg/cm2)
σ(kg/cm2)
Gambar 13. Grafik σ dan τ tegangan efektif tabung 2 pada kedalaman 11 m.
τ(kg/cm2)
σ(kg/cm2)
τ(kg/cm2)
σ(kg/cm2)
Pada gambar 10 - 15, grafik σ dan τ dan titik – titik tersebut digandengkan ke
mengggambarkan harga – harga p,q, p’ lingkaran pertama akan didapatkan garis
dan q’ yang diperoleh dari perhitungan lurus. Garis ini akan membentuk sudut
sebagai sebuah titik yang terdapat 450 terhadap garis horisontal. Garis
dipuncak lingkaran mohr yang lurus dari grafik σ dan τ ini merupakan
merupakan titik kedudukan garis kedudukan tegangan (stress path)
tegangannya. Jadi apabila harga – harga dari sebuah uji triaksial consolidated
p’ dan q’ bermacam – macam tingkat undrained.
pembebanan tegangan efektif diplotkan
Tabel 5 menunjukkan hasil dari p dan q ini merupakan titik keruntuhan
perhitungan p dan q. Hasil perhitungan dari sampel pada saat penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan seperti dan q seperti yang terlihat pada gambar
pada tabel 5 dibuatlah suatu grafik p dan 13 sampai dengan 15.
q. Nilai p dan q digambarkan oleh
sebuah titik yang terdapat pada grafik p
Titik – titik yang terdapat pada gambar p dan q ini merupakan garis kedudukan
16 - 18 merupakan titik keruntuhan yang tegangan (stress path) dari hasil uji
membentuk sudut β pada garis triaksial consolidated undrained pada
horisontal. Titik ini berawal dari titik masing-masing kedalaman.
yang merupakan pemberian beban awal Stress path dari grafik p dan q
pada saat penelitian. Garis lurus yang dapat juga dijelaskan melalui gambar 19
menghubungkan titik – titik pada grafik berikut ini.
Gambar 19. Stress Path
(Sumber : Holtz, R D, Kovacs W D, 2011)