0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan16 halaman

Perilaku Stress Path Tanah Lempung

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 16

PERILAKU STRESS PATH TANAH LEMPUNG DI KOTA PONTIANAK

PADA KONDISI NORMALLY CONSOLIDATED

Marlensia Emy 1) Eka Priadi2)., Aprianto2)

Abstrak
Seiring dengan berkembangnya pembangunan diberbagai sektor sangat penting untuk mengetahui
sifat dan perilaku tanah dimana tempat bangunan itu didirikan. Sifat-sifat teknis dan perilaku
tanah disuatu tempat dan tempat lain berbeda-beda. Perilaku tentang tanah tidak hanya dapat
diketahui dari kondisi awal dan akhir pembebanan. Fenomena itu dapat digambarkan dengan
stress path (metode lintasan tegangan) (Soepandji dan Setiadi, 1998). Kondisi ini merupakan
dasar untuk menyelidiki perilaku stress path yang terjadi selama pembebanan pada tanah lempung
di kota Pontianak, sehubungan dengan banyaknya permasalahan geoteknik yang terjadi. Salah
satu cara untuk mengetahui sifat fisis dan sifat mekanis tanah adalah dengan melakukan penelitian
di laboratorium berupa uji triaksial consolidated undrained (CU) pada tanah lempung lunak.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui perilaku stress path tanah lempung di Kota
Pontianak pada kondisi normally consolidated. Hasil pengujian laboratorium dan perhitungan serta
analisa yang dilakukan diketahui bahwa perilaku stress path tanah lempung di Kota Pontianak
secara umum adalah tipe path C (Holtz, R D, Kovacs W D, 2011) yaitu garis linier yang bergerak
kekanan pada grafik p dan q, dan membentuk sudut 45 0 pada grafik σ dan τ.

Kata Kunci : triaksial consolidated undrained (CU), stress path, normally consolidated.

1. PENDAHULUAN
Sifat-sifat teknis dan perilaku tanah pertama kali diperkenalkan oleh Lambe
disuatu tempat dan tempat lain berbeda- dan Whitman (1969). Metode itu
beda. Perilaku tentang tanah tidak kemudian dikembangkan di University
hanya dapat diketahui dari kondisi awal of Cambridge Inggris (Atkinson dan
dan akhir pembebanan. Fenomena itu Bransby, 1978). Bagian dari tegangan
dapat digambarkan dengan stress path yang berada di titik keseimbangan akan
(metode lintasan tegangan) (Soepandji mewakili lingkaran Mohr pada sistem
dan Setiadi, 1998). Kondisi ini koordinat τ-σ. Hal ini sangat tepat
merupakan motivasi untuk menyelidiki sekali untuk mewakili bagian tegangan
perilaku stress path yang terjadi selama di titik tegangan, yang berada di
pembebanan pada tanah lempung di kota koordinat (σ1-σ3)/2 dan (σ1+σ3)/2. Kita
Pontianak, sehubungan dengan semakin bisa mengasumsikan σ1 dan σ3 pada
maraknya pembangunan. bidang vertikal dan horisontal, jadi
Karakteristik regangan dan tegangan koordinat di titik tegangan menjadi (σv-
dari hasil uji triaksial merupakan bagian σh)/2 dan (σv+σh)/2 atau bisa juga di
penting untuk menggambarkan perilaku wakili oleh q dan p , menjadi :
tanah, yang tidak hanya dapat diketahui σ σ
q= (1)
dari kondisi awal dan akhir
pembebanan, tetapi juga dari riwayat σ σ
pembebanan. Metode stress path p= (2)

Setelah di dapat q dan p, inilah yang Mohr bisa digunakan, tapi ini bisa juga
disebut sebagai tegangan utama. Sebuah kacau, terutama pada lintasan tegangan
diagram yang menunjukan bagian yang rumit. Oleh karena itu yang lebih
berturut-turut pada rangkaian lingkaran sederhana adalah dengan hanya

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT Untan


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT Untan
menunjuk pada satu tempat di titik Berdasarkan uraian di atas maka dapat
tegangan. Tempat inilah yang disebut ditentukan pembatasan masalah dalam
stress path, dan hal ini bisa kita penulisan tugas akhir ini adalah;
gambarkan pada sebuah diagram yang
kita sebut diagram p-q. Salah satu di 1. Analisa yang dilakukan
antara p dan q bisa didefinisikan sebagai berdasarkan data dari hasil
tegangan total atau tegangan efektif. percobaan dilaboratorium yang
Tanda yang bisa kita gunakan untuk menggunakan tanah lempung yang
mengindikasikan tegangan efektif adalah diambil dari beberapa lokasi di kota
dari persamaan (1) dan (2) dan Pontianak.
persamaan tegangan efektif, kita tahu 2. Pemeriksaan sifat mekanis
bahwa q’ = q sedangkan p’ = p – u, menggunakan uji triaksial CU
dimana u adalah kelebihan hidrostatik (Consolidated Undrained).
atau tekanan air pori. 3. Pemeriksaan sifat fisis dari hasil
Uji triaksial merupakan salah satu percobaan dilaboratorium.
bagian penting untuk menggambarkan 4. Tanah yang digunakan untuk
perilaku tanah. Sampel-sampel tanah penelitian ini adalah tanah lempung
yang di uji triaksial dibagi menjadi di kota Pontianak pada kondisi
kondisi drained dan undrained. Apabila normally consolidated.
kegagalan (failure) sampel-sampel yang 5. Pengujian dengan constant rate of
pada awalnya ditekan secara isotropis strain dan constant loading.
dengan confining pressure berbeda dan 6. Pemberian tekanan dalam cell saat
dibebani pada kondisi drained atau konsolidasi,
undrained dihubungkan dalam suatu σv’ = ᵞ’ Df
grafik p’- q’ akan tampak suatu garis
yang mirip dari kedua tipe pengujian itu. dimana :
Pada penelitian ini akan digunakan tanah ᵞ’ = berat isi tanah kondisi efektif
di Kota Pontianak pada kondisi normally Df = kedalaman sampel hasil
consolidated. Normally consolidated boring
adalah suatu kondisi lapisan tanah yang 0,5 σv’ ≤ σ3 ≤ 1,5
belum pernah menerima beban Atau
sebelumnya atau lapisan tanah akan Untuk tanah lunak diambil σ0 =
menerima beban yang lebih besar dari 0.50 kg/cm2, 1.00 kg/cm2, 1.50
yang pernah diterima sebelumnya. kg/cm2
Untuk tanah kaku diambil σ0 = 1.00
kg/cm2, 1.50 kg/cm2, 2.00 kg/cm2

2. METODOLOGI PENELITIAN  Pemeriksaan sifat-sifat mekanis


Metodologi yang digunakan dalam tanah berupa :
penelitian ini adalah; Pengujian triaksial consolidated
1. Pengumpulan data primer, berupa undrained (CU)
data; 2. Analisis data untuk mendapatkan
 Pemeriksaan sifat-sifat fisik tanah perilaku stress path tanah lempung di
berupa : Kota Pontianak pada kondisi
 Pemeriksaan kadar air tanah normally consolidated.
 Pemeriksaan berat volume
tanah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisa Hasil Pemeriksaan Kadar


Air (Water Content)
Untuk menentukan kadar air tanah asli Adapun data – data kadar air yang
yaitu jumlah air yang dikandung oleh didapat dari hasil pemeriksaan dapat
tanah yang dinyatakan dalam persentase dilihat dari tabel berikut. Tabel 1
(%). menunjukkan hasil pemeriksaan kadar
air tanah lempung.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Air (W)


LOKASI KEDALAMAN (m) KADAR AIR (%)
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
5 – 5,5 77,430
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
9 – 9,5 63,305
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang, 11 – 11,5 67,343
Pontianak
Sumber : Laboratorium Geoteknik Fakultas Teknik Untan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar air 3.2. Analisa Hasil Pemeriksaan Berat
tanah di laboratorium, didapat kadar air Volume Tanah (γ)
tanah asli sebelum pengujian berkisar Berat volume tanah adalah berat tanah
antara 63,305 – 77,430% dengan persatuan volume, adapun dari hasil
kedalaman 5 – 11 m. Rincian hasil pemeriksaan didapatlah berat volume
pemeriksaan kadar air tanah di tanah rata – rata dari setiap titik lokasi
laboratorium, dengan kedalaman 5 - 5,5 penelitian. Hasil dari setiap berat
m kadar air tanah asli sebelum pengujian volume digunakan untuk menentukan
sebesar 77,430%. Pada kedalaman 9 - tekanan sel awal untuk percobaan
9,5 m kadar air tanah asli sebelum triaksial. Dimana tekanan sel awal
pengujian sebesar 63,305%. Pada adalah berat volume dikalikan
kedalaman 11 – 11,5 m kadar air tanah kedalaman sampel tanah yang diteliti.
asli sebelum pengujian sebesar Adapun hasil pemeriksaan berat volume
67,334%. setiap lokasi dapat dilihat ditabel. Tabel
2 menunjukkan hasil pemeriksaan berat
volume tanah (γ) di laboratorium.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Berat Volume Tanah (γ)

BERAT VOLUME
LOKASI KEDALAMAN (m) (γ)
(gr/cm3)
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
5 – 5,5 1,432
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
9 – 9,5 1,497
Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu Layang,
11 – 11,5 1,46
Pontianak
Sumber : Laboratorium Geoteknik Fakultas Teknik Untan

Berdasarkan hasil pemeriksaan berat


volume tanah di laboratorium, didapat
berat volume tanah pada kedalaman 5 – analisa hasil perhitungan tekanan air
5,5 m sebesar 1,432 gr/cm3. Pada pori.
kedalaman 9 – 9,5 m berat volume tanah
sebesar 1,497 gr/cm3. Pada kedalaman 3.3.1. Analisa Grafik Regangan dan
11 – 11,5 m berat volume tanah sebesar Tegangan Deviator
1,46 gr/cm3. Dari uraian di atas, Berdasarkan hasil pengujian triaksial
diperoleh berat volume tanah rata - rata CU, data – data dapat digambarkan
berkisar antara 1,432 – 1,497 gr/cm3. dengan grafik hubungan regangan dan
tegangan deviator untuk mengetahui
3.3. Analisa Hasil Percobaan Triaksial titik keruntuhan dari sampel yang diberi
Consolidated Undrained beban. Pada gambar 1 sampai dengan
Adapun hasil – hasil pemeriksaan gambar 3 menunjukkan gambar dari
triaksial CU meliputi, hasil analisa grafik hubungan regangan dan tegangan
parameter – parameter Ccu dan ϕcu yang deviator.
diteliti disetiap titik lokasi penelitian dan
2
σ1 - σ3 (kg/cm2)

1,5

1 sampel 1

0,5 sampel 2
sampel 3
0
0 1 2
E (%)

Gambar 1. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Deviator Kedalaman 9 m.

2,5
σ1 - σ3 (kg/cm2)

2
1,5
sampel 4
1
sampel 5
0,5
sampel 6
0
0 0,5 1 1,5
E (%)

Gambar 2. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Deviator Kedalaman 11 m.


2

σ1 - σ3 (kg/cm2)
1,5

1
sampel 7
0,5 sampel 8

0 sampel 9
0 1 2
E (%)

Gambar 3. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Deviator Kedalaman 5 m.

Pada gambar 1- 3 menunjukkan Lingkaran Mohr (metode grafis). Pada


hubungan regangan dan tegangan gambar 4 sampai dengan gambar 6
deviator yang menunjukkan titik menunjukkan gambar lingkaran mohr
keruntuhan tanah pada masing – masing dari hasil perhitungan σ3, ∆σ dan σ1.
sampel. Dimana garis padat menunjukkan hasil
3.3.2. Analisa Hasil Perhitungan perhitungan dari tegangan total dan garis
Parameter Ccu dan ϕcu Tanah putus - putus menunjukkan hasil
Untuk menentukan nilai C dan ϕ dapat perhitungan dari tegangan efektif
menggunakan beberapa metode, dalam
perhitungan ini menggunakan metode

τ (kg/cm2)

σ (kg/cm2)

σ3 ∆σ σ1

Gambar 4. Lingkaran Mohr Tabung 1 Pada Kedalaman 9 m.


τ (kg/cm2)

σ (kg/cm2)

σ3 ∆σ σ1
Gambar 5. Lingkaran Mohr Tabung 2 Pada Kedalaman 11 m.

τ (kg/cm2)

σ (kg/cm2)

σ3 ∆σ σ1
Gambar 6. Lingkaran Mohr Tabung 3 Pada Kedalaman 5 m.

Adapun hasil – hasil perhitungan c dan ϕ sudut geser dan kohesi untuk tegangan
dapat dilihat di tabel. Tabel 3 total dan tegangan efektif pada
menunjukkan hasil perhitungan nilai kedalaman 9, 11 dan 5 m.

Tabel 3. Sudut Geser dan Kohesi

KOHESI( c )
SUDUT GESER (ϕ)
(kg/cm2)
KEDALAM
LOKASI Sudut Sudut
AN (m) Kohesi Kohesi
geser geser
total efektif
total efektif
Jalan Khatulistiwa, Batu
5 – 5,5 150 170 0,0106 0,0605
Layang, Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu
9 – 9,5 150 200 0,1143 0,1392
Layang, Pontianak
Jalan Khatulistiwa, Batu
11 – 11,5 170 200 0,0355 0,1444
Layang, Pontianak

Berdasarkan hasil analisa, pada geser total sebesar 150, nilai sudut geser
kedalaman 5 – 5,5 m didapat nilai sudut efektif sebesar 170, nilai kohesi total
sebesar 0,0106 kg/cm2, nilai kohesi Perbedaan tekanan air pori (∆U), bisa
efektif sebesar 0,0605 kg/cm2. Pada didapatkan dari hasil analisa perhitungan
kedalaman 9 – 9,5 m didapat nilai sudut dalam persamaan ∆U = σ3’ – σ3.
geser total sebesar 150, nilai sudut geser Dalam perhitungan ini selain
efektif sebesar 200, nilai kohesi total menggunakan metode analisa juga
sebesar 0,1143 kg/cm2, nilai kohesi menggunakan metode grafis. Pada
efektif sebesar 0,1392 kg/cm2. Pada gambar 7 sampai dengan gambar 9
kedalaman 11 – 11,5 m didapat nilai menunjukkan gambar grafik hasil dari
sudut geser total sebesar 170, nilai sudut perhitungan tegangan total dan tegangan
geser efektif sebesar 200, nilai kohesi efektif. Garis linier menunjukkan hasil
total sebesar 0,0355 kg/cm2, nilai kohesi perhitungan dari tegangan total dan garis
efektif sebesar 0,1444 kg/cm2. lengkung menunjukkan hasil
perhitungan dari tegangan efektif.
3.3.3. Analisa Hasil Perhitungan Sedangkan jarak antara garis merah dan
Tekanan Air Pori (∆U) garis biru merupakan perubahan tekanan
air pori.

q (kg/cm2)
0,44
0,22
0,2

p (kg/cm2)

Gambar 7. Perubahan Tekanan Air Pori Tabung 1 Pada Kedalaman 9 m.

q (kg/cm2)

0,91
0,59 0,84

p (kg/cm2)

Gambar 8. Perubahan Tekanan Air Pori Tabung 2 Pada Kedalaman 11 m.


q (kg/cm2)

0,59

0,25
0,35
p (kg/cm2)

Gambar 9. Perubahan Tekanan Air Pori Tabung 3 Pada Kedalaman 5 m.

Adapun hasil perhitungan tekanan air konsolidasi berlangsung. Oleh karena


pori (∆U) dapat dilihat ditabel. itulah besarnya nilai perubahan tekanan
Besarnya nilai perubahan tekanan air air pori tidak berurutan walaupun pada
pori bergantung pada kandungan kadar kedalaman yang berbeda – beda. Tabel
air yang terdapat dalam sampel tanah 4 menunjukkan hasil perhitungandari
setelah pengujian penjenuhan dan tekanan air pori dengan metode grafis.

Tabel 4. Tekanan Air Pori

Tabung Sampel Tekanan Air Pori (∆U)


Sampel 1 0,2
Tabung 1 (9 – 9,5 m) Sampel 2 0,22
Sampel 3 0,44
Sampel 4 0,59
Tabung 2 (11 – 11,5 m) Sampel 5 0,84
Sampel 6 0,91
Sampel 7 0,35
Tabung 3 (5 – 5,5 m) Sampel 8 0,25
Sampel 9 0,59

3.3.4. Analisa Garis Kedudukan cara saja yaitu grafik p dan q. Pada
Tegangan (Stress Path) gambar 10 sampai dengan gambar 15
Hasil pengujian triaksial dapat menunjukkan bahwa perubahan
digambarkan dengan diagram yang berturut-turut dari lingkaran mohr. Pada
disebut garis kedudukan tegangan awal pemberian beban tegangan
(stress path). Garis kedudukan tegangan deviator, dinyatakan bahwa σ1’ = σ3’ =
ini adalah garis yang menghubungkan σ3. Jadi,
σ ’ σ ’
titik-titik kedudukan dari keadaan p’ = = σ 3’ = σ 3
tegangan yang dialami oleh suatu
sampel tanah selama pengujian dan
berlangsung. Ada beberapa cara untuk
menggambarkannya, tetapi pada σ ’ σ ’
q’ = =0
penelitian ini akan dibahas satu
τ (kg/cm2)

σ (kg/cm2)
Gambar 10. Grafik σ dan τ tegangan total tabung 1 pada kedalaman 9 m.

τ(kg/cm2)

σ(kg/cm2)
Gambar 11. Grafik σ dan τ tegangan efektif tabung 1 pada kedalaman 9 m.

τ (kg/cm2)

σ(kg/cm2)
Gambar 12. Grafik σ dan τ tegangan total tabung 2 pada kedalaman 11 m.
τ(kg/cm2)

σ(kg/cm2)
Gambar 13. Grafik σ dan τ tegangan efektif tabung 2 pada kedalaman 11 m.

τ(kg/cm2)

σ(kg/cm2)

Gambar 14. Grafik σ dan τ tegangan total tabung 3 pada kedalaman 5 m.

τ(kg/cm2)

σ(kg/cm2)

Gambar 15. Grafik σ dan τ tegangan efektif tabung 3 pada kedalaman 5 m.

Pada gambar 10 - 15, grafik σ dan τ dan titik – titik tersebut digandengkan ke
mengggambarkan harga – harga p,q, p’ lingkaran pertama akan didapatkan garis
dan q’ yang diperoleh dari perhitungan lurus. Garis ini akan membentuk sudut
sebagai sebuah titik yang terdapat 450 terhadap garis horisontal. Garis
dipuncak lingkaran mohr yang lurus dari grafik σ dan τ ini merupakan
merupakan titik kedudukan garis kedudukan tegangan (stress path)
tegangannya. Jadi apabila harga – harga dari sebuah uji triaksial consolidated
p’ dan q’ bermacam – macam tingkat undrained.
pembebanan tegangan efektif diplotkan
Tabel 5 menunjukkan hasil dari p dan q ini merupakan titik keruntuhan
perhitungan p dan q. Hasil perhitungan dari sampel pada saat penelitian.

Tabel 5. Hasil Perhitungan p dan q


Tabung Sampel p (kg/cm2) q (kg/cm2)
1,3 0
Sampel 1 1,793 0,493
Tabung 1(9-9,5 m)
Sampel 2 2,555 0,755
Sampel 3 3,164 0,864
1,64 0
Sampel 4 2,358 0,718
Tabung 2 (11-11,5 m)
Sampel 5 3,012 0,872
Sampel 6 3,753 1,113
0,73 0
Sampel 7 1,147 0,417
Tabung 3 (5-5,5 m)
Sampel 8 1,839 0,609
Sampel 9 2,557 0,827

Berdasarkan hasil perhitungan seperti dan q seperti yang terlihat pada gambar
pada tabel 5 dibuatlah suatu grafik p dan 13 sampai dengan 15.
q. Nilai p dan q digambarkan oleh
sebuah titik yang terdapat pada grafik p

q(kg/cm2) grafik p dan q tab 1


3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
p(kg/cm2)
Gambar 16. Grafik p dan q Tabung 1 pada kedalaman 9 m.
q(kg/cm2) grafik p dan q tab 2
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5 p(kg/cm2)
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

Gambar 17. Grafik p dan q Tabung 2 pada kedalaman 11 m.

q(kg/cm2) grafik p dan q tab 3


3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 p(kg/cm2)

Gambar 18. Grafik p dan q Tabung 3 pada kedalaman 5 m.

Titik – titik yang terdapat pada gambar p dan q ini merupakan garis kedudukan
16 - 18 merupakan titik keruntuhan yang tegangan (stress path) dari hasil uji
membentuk sudut β pada garis triaksial consolidated undrained pada
horisontal. Titik ini berawal dari titik masing-masing kedalaman.
yang merupakan pemberian beban awal Stress path dari grafik p dan q
pada saat penelitian. Garis lurus yang dapat juga dijelaskan melalui gambar 19
menghubungkan titik – titik pada grafik berikut ini.
Gambar 19. Stress Path
(Sumber : Holtz, R D, Kovacs W D, 2011)

Pada gambar 19 dapat dijelaskan sebagai berikut


 Path A : ∆σh = ∆σv
 Path B : ∆σh = ½ ∆σv
 Path C : ∆σh = 0, ∆σv = bertambah
 Path D : ∆σh = - ∆σv
 Path E : ∆σh = berkurang, ∆σv = 0
 Path F : ∆σh = bertambah, ∆σv = berkurang
koefisien tekanan tanah (K). Nilai K
Pada penilitian ini, perlakuan yang didapat dari persamaan :
diberikan pada sampel saat penelitian K = 1 – tan β / 1 + tan β
berlangsung adalah ∆σh = tetap, ∆σv = Analisa koefisien tekanan tanah (K)
bertambah, dan seperti pada penjelasan berdasarkan stress path dapat dijelaskan
gambar 4.16 hasil stress path yang melalui gambar 20 berikut ini:
diperoleh adalah path C. Maka
penelitian yang dilakukan sesuai dengan
hasil yang didapatkan pada grafik p dan
q, yaitu garis yang bergerak kekiri
seperti path C dan membentuk sudut 450
pada horisontal grafik σ dan τ.
Berdasarkan analisa hasil stress path
dari grafik p dan q pada gambar 16
sampai dengan gambar 18 yang
membentuk sudut β maka didapat
besarnya sudut yang terbentuk dari
tabung 1 kedalaman 9 m adalah 15,3070,
tabung 2 kedalaman 11 m adalah
15,8490 dan tabung 3 kedalaman 5 m
adalah 16,2410.

3.3.5. Analisa Koefisen Tekanan Tanah


(K)
Dari hasil sudut yang diperoleh dari
grafik p dan q kita dapat menentukan
ratio tekanan arah horisontal dan
tekanan arah vertikal yang dinamakan
Gambar 20. Koefisien Tekanan Tanah Berdasarkan Stress Path.
(Sumber : Holtz, R D, Kovacs W D, 2011

Berdasarkan gambar 20 nilai koefisien Nilai K ini menunjukkan bahwa tanah


tekanan tanah yang didapat pada path C yang diteliti merupakan tanah lempung
adalah K = 0,5 merupakan K0 untuk terkonsolidasi normal (normally
tanah lempung terkonsolidasi normal. consolidated).
Maka pada penelitian ini nilai koefisien
tekanan tanah yang didapatkan akan 4. KESIMPULAN
berkisar diantara 0,5 karena sampel 1. Berdasarkan grafik hubungan
tanah yang digunakan dalam kondisi regangan dan tegangan deviator,
tekonsolidasi normal. Berikut ini adalah terjadi regangan yang semakin
hasil analisa perhitungan nilai K dari besar karena diberikan beban yang
masing – masing kedalaman sampel semakin besar pula.
tanah yang diteliti. 2. Nilai sudut geser dan nilai kohesi
 Nilai K tabung 1 pada kedalaman 9 pada masing – masing kedalaman
m adalah
K = 1 – tan β / 1 + tan β  Kedalaman 5 – 5,5 m didapat nilai
K = 1 – tan 15,3070 / 1 + tan sudut geser tegangan total sebesar
15,3070 150, nilai sudut geser tegangan
K = 0,57 efektif sebesar 170, nilai kohesi
 Nilai K tabung 2 pada kedalaman tegangan total sebesar 0,0106
11 m kg/cm2, nilai kohesi tegangan
K = 1 – tan β / 1 + tan β efektif sebesar 0,0605 kg/cm2.
K = 1 – tan 15,8490 / 1 + tan  Kedalaman 9 – 9,5 m didapat nilai
15,8490 sudut geser tegangan total sebesar
K = 0,557 150, nilai sudut geser tegangan
efektif sebesar 200, nilai kohesi
 Nilai K tabung 3 pada kedalaman 5 tegangan total sebesar 0,1143
m kg/cm2, nilai kohesi tegangan
K = 1 – tan β / 1 + tan β efektif sebesar 0,1392 kg/cm2.
K = 1 – tan 16,2410 / 1 + tan  Kedalaman 11 – 11,5 m didapat
16,2410 nilai sudut geser tegangan total
K = 0,548 sebesar 170, nilai sudut geser
tegangan efektif sebesar 200, nilai
Dari hasil perhitungan nilai K tabung 1,2 kohesi tegangan total sebesar
dan 3 didapat rata – rata nilai K = 0,558. 0,0355 kg/cm2, nilai kohesi
tegangan efektif sebesar 0,1444 6. DAFTAR PUSTAKA
kg/cm2. Bowles, J. E, Johan K.H. (1984). Sifat –
3. Hasil analisa metode grafis dan Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.
analitis, nilai tekanan air pori yang Jakarta: Penerbit Erlangga.
diperoleh pada masing – masing Bouwles 1993, Analisis & Desain
kedalaman adalah Pondasi Jilid 1 dan 2, Erlangga,
 Kedalaman 5 – 5,5 m nilai Jakarta.
tekanan air pori yang
diperoleh berkisar antara 0,25 Craig, R. F, Budi S. S. (1994). Mekanika
– 0,59. Tanah edisi keempat. Jakarta:
 Kedalaman 9 – 9,5 m nilai Penerbit Erlangga.
tekanan air pori yang diperoleh
berkisar antara 0,2 – 0,44. Fachrurrozi, W, Hary C. H, Kabul B. S.
 Kedalaman 11 – 11,5 m nilai (2003). Jurnal, Perilaku
tekanan pori yang diperoleh Lintasan Tegangan (Stress Path)
berkisar antara 0,59 – 0,91. pada Tanah Gambut
4. Sudut β hasil dari grafik p dan q Rawaseragi Lampung.
pada masing – masing kedalaman
adalah Hardiyatmo, C. H. (2010). Mekanika
 Kedalaman 5 – 5,5 m = Tanah I, edisi kelima.
16,2410 Yogyakarta: Gadjah Mada
 Kedalaman 9 – 9,5 m = University Press.
15,3070
 Kedalaman 11 -11,5 m = Hardiyatmo, C. H. (2010). Mekanika
15,8490 Tanah II, edisi kelima.
5. Nilai K pada masing – masing Yogyakarta: Gadjah Mada
kedalaman adalah University Press.
 Kedalaman 5 – 5,5 m = 0,57
Hardiyatmo, C. H. (2010). Analisis dan
 Kedalaman 9–9,5 m = 0,557
Perancangan Fondasi I.
 Kedalaman 11–11,5 m = 0,548
Yogyakarta: Gadjah Mada
Dari hasil perhitungan nilai K tabung 1,2
University Press.
dan 3 didapat rata – rata nilai K = 0,558.
K = 0,5 merupakan K0 untuk tanah
Holtz, R. D, William D. Kovacs. (1981).
lempung terkonsolidasi normal.
An Introduction To
Geotechnical Engineering. New
5. SARAN Jersey: Englewood Cliffs.
1) Membandingkan parameter kuat
geser dari hasil tes triaksial Holtz, R. D, William D. Kovacs.
dengan tes geser langsung pada ©(2011). An Introduction To
tanah lempung kondisi normally Geotechnical Engineering
consolidated. Second Edition. New Jersey:
2) Meneliti penurunan yang terjadi Englewood Cliffs.
pada tanah lempung normally
consolidated berdasarkan Mochtar, N, Endah. (1988). Mekanika
regangan yang timbul dari grafik Tanah Jilid II. Jakarta: Penerbit
p dan q. Erlangga.

Munawir, A. (2011). Pengaruh Kadar


Air Terhadap Perilaku Modulus
Deformasi Tanah Lempung di
Kawasan Universitas Brawijaya
Malang yang Dipadatkan
Secara Standar.
http://www.rekayasasipil.ub.ac.i
d, 11 januari 2015.

Supriyandi, A. (2007). Skripsi. Kajian


Modulus Elastisitas Lempung
Pontianak Selatan terhadap
Penurunan Elastisitas Tanah

Anda mungkin juga menyukai