0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan143 halaman

Bab 1-7 Desiminasi Akhir

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 143

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang bermutu


menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang. Untuk itu, rumah
sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam
pelayanan kesehatan guna menghasilkan pelayanan yang berkualitas.
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting
dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dalam menentukan kualitas suatu pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit, dimana pelayanan ini mengharuskan memberikan
pelayanan keperawatan secara professional dengan kompetensi yang
memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk
menjalankan fungsi menjadi perawat profesional diperlukan adanya
penerapan sistem manajemen yang berkualitas (Suyanto, 2008).
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-
keterampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang
mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna,
dan berhasil guna kepada pasien. Proses manajemen keperawatan
dilaksanakan dalam tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian situasional),
perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan evaluasi
(Swanburg, 2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan, melalui upaya staff keperawatan, untuk memberikan asuhan
2

keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga dan


masyarakat. Asuhan keperawatan yang optimal dapat dicapai dengan menata
sistem Model praktek keperawatan professional (MPKP) yang merupakan
salah satu metode praktek keperawatan profesional, dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien tersebut masuk sampai keluar dari Rumah Sakit. Dengan
penerapan model asuhan keperawatan profesional ini maka akan jelas peran
dan fungsi perawat sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan bahan,
konsep manajemen keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategis
melalui pendekatan: pengumpulan data, analisa dan penyusunan langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam
pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dan melakukan
pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2011).
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah adalah rumah sakit tipe A yang
merupakan Rumah Sakit pusat pemerintah dibawah Kementerian Kesehatan
sehingga RSUP Sanglah selalu melakukan perbaikan untuk dapat
memberikan kualitas pelayanan yang prima. Kualitas pelayanan kesehatan
baik dirumah sakit ataupun puskesmas dipengaruhi oleh sistem pelayanan
atau asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat/bidan sebagai
komponen terbesar yang memberikan konstribusinya. Maka dari itu perlu
menampilkan metode pemberian asuhan yang tepat sehingga dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 2 Program
Studi Profesi Ners ITEKES Bali tanggal 27 Januari 2020 di Ruang Cempaka
2 Obstetri RSUP Sanglah didapatkan bahwa metode asuhan kebidanan yang
saat ini dilakukan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah adalah
metode MPKP Modifikasi (tim-primer) dengan 2 PP. Metode MPKP
Modifikasi (tim-primer) merupakan penerapan model asuhan kebidanan
3

profesional sesuai dengan peran dan fungsi bidan sesuai dengan tanggung
jawab dan tanggung gugatnya mulai dari pasien masuk sampai dengan pasien
pulang dan dengan dibantu oleh beberapa perawat assosiate. Dalam
penerapan metode ini akan dipimpin oleh bidan yang sudah berijazah dan
berpengalaman.
Berdasarkan metode MPKP TIM dan Primer yang telah dilaksanakan
sebelumnya, MPKP di pelayanan kebidanan merupakan bagian MPKP bidang
keperawatan yang mengayomi tenaga kebidanan. Hal ini di RSUP Sanglah
tetap merupakan bagian penting dalam pelayanan keperawatan khususnya dan
kesehatan umumnya, maka kami mencoba menerapkan Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) Primer, dimana pelaksanaannya dilakukan
oleh mahasiswa Program Profesi Ners ITEKES Bali dengan area kelolaan
adalah ruang obstetrik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip
kepemimpinan serta manajemen keperawatan dengan menggunakan
Metode Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit khususnya
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pengelolaan ruangan dengan pelayanan
keperawatan sesuai konsep langkah manajemen, diharapkan mahasiswa
mampu:
a. Melaksanakan pengkajian terhadap situasi ruangan di Ruang
Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah dengan metode pendekatan 5M
(Man, Material, Method, Money, Market).
b. Melaksanakan analisa situasi berdasarkan analisa SWOT.
c. Merumuskan permasalahan berdasarkan analisa yang telah dibuat.
4

d. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan


hasil pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional meliputi :
Timbang Terima, Ronde Keperawatan, Sentralisasi Obat, Discharge
Planning, Supervisi Keperawatan, Dokumentasi Keperawatan.
e. Megevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Praktik Keperawatan
Profesional meliputi : Timbang Terima, Ronde Keperawatan,
Sentralisasi Obat, Discharge Planning, Supervisi Keperawatan,
Dokumentasi Keperawatan.

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan klien mengenai pelayanan di Ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah.

2. Bagi Bidan
a. Tercapainya kerja sama yang baik.
b. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
c. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara mahasiswa
ITEKES Bali dengan bidan, bidan dengan tim kesehatan lainnya, serta
bidan dengan pasien beserta keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri bidan.

3. Bagi Rumah Sakit


a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama keperawatan dan
kebidanan.
b. Dapat mengaplikasikan metode SWOT untuk membantu menyusun
rencana strategi.
5

BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah


RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada
tanggal 30 Desember 1959 oleh Presiden Ir. Soekarno sebagai RS kelas C
dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962, RSUP Sanglah memulai
membangun kerjasama dengan FK Unud sebagai RS Pendidikan bagi calon
dokter. Selanjutnya pada tahun 1978, status RSUP Sanglah berubah menjadi
rumah sakit pendidikan tipe B serta sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk Bali,
NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI No.134/1978).
Dalam perkembangannya, RSUP Sanglah mengalami beberapa kali
perubahan status. Dimulai pada tahun 1993 dimana status rumah sakit
menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994).
Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara
Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan (Perusahaan
Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005
berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tgl 11
Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai
Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005.
Seperti halnya organisasi lain, RSUP Sanglah Denpasar juga memiliki visi
sebagai arah yang akan dituju, menjadi Rumah Sakit Unggulan dalam bidang
Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian tingkat Nasional dan Internasional.
Dalam mewujudkan visi tersebut RSUP Sanglah dalam memberikan
pelayanan selalu berusaha dengan segala upaya agar pelayanannya prima
sehingga dapat memuaskan masyarakat yang membutuhkan pelayanan.
Apalagi RSUP Sanglah adalah merupakan rumah sakit rujukan utama untuk
wilayah Bali, NTB dan NTT.
Disamping itu RSUP Sanglah juga selalu mengedepankan pemberdayaan
sumber daya yang dimilikinya untuk bisa menghasilkan unggulan di bidang
pendidikan dan penelitian kedokteran, kesehatan dan keperawatan.

5
6

B. Visi Misi Rumah Sakit


1. Visi
RSUP Sanglah memiliki visi yaitu ”Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Nasional Kelas Dunia Tahun 2019” (“To Be A World Class National
Referral Hospital In 2019”)

2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan interprofesi yang paripurna,
bermutu untuk seluruh lapisan masyarakat;
b. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang profesional
dan berdaya saing serta menyelenggarakan penelitian dalam bidang
kesehatan berbasis rumah sakit;
c. Menyelenggarakan kemitraan dengan pemangku kesehatan terkait;
d. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman

3. Sasaran
a. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang
berhasil guna dan berdaya guna. Terciptanya pelayanan rumah sakit
kelas dunia.
b. Terselenggaranya pendidikan dokter umum,
dokter spesilalis disemua SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang
berkualitas, terdokumentasi dan dipublikasikan ke seluruh dunia.

4. Falsafah
“Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Pelayanan
Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian.”

5. Tujuan
“Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya
guna, dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkelas
7

dunia agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-


tingginya”

6. Motto
“Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami”
8
9

BAB III
PENGUMPULAN DATA

A. Pengkajian M1-M5
1. M1 (Man)
a. Struktur Organisasi Ruang Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah
Struktur organisasi Ruang Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah
terdiri dari 17 orang tenaga yaitu 1 orang Kepala Ruangan yang
berlatar belakang D4 Kebidanan, 2 orang Perawat Primer yang berlatar
belakang D4 Kebidanan dan D3 Kebidanan , 12 orang Perawat
Asosiate yang berlatar belakang D3 Kebidanan, 1 orang Inventaris
yang berlatar belakang D3 Kebidanan, dan 1 orang di bagian billing
yang berlatar belakang Sarjana Ekonomi.
Dimana dalam pemberian asuhan kebidanan, sifatnya dibagi
menjadi 2 PP, yang masing-masing memiliki 6 PA. Struktur organisasi
tersebut dilengkapi dengan uraian tugas, fungsi kewajiban, tanggung
jawab serta hubungan kerja dengan unit lain untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yaitu Asuhan Kebidanan.
10
11

Struktur Organisasi Keperawatan dan Kebidanan Ruang Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah

KA. INSTALASI KABID KEPERAWATAN

dr. I Wayan Dharma Arthana, Sp. A (K) Komang Ayu Mustriwati, SPK,MPH
NIP. 196603271998031006 NIP. 196710261992032001

KORDINATOR ADMINISTRASI DAN UMUM

Ni Ketut Sunatri, SST


KOORDINATOR PELAYANAN
NIP :
Ns. Ni Ketut Ari S Kumarawati, S.Kep
NIP :

KEPALA RUANGAN

Vera Christianti, S.ST


NIP. 1980.0106.2002.12.2002

BILLING INVENTARIS

Kadek Parwati, S.E Ni Wayan Sudihati, A.Md.Keb


NPP. 254.110.704 NIP. 1969.0107.1991.03.2002

PP 1

Puput Septiani, S.ST


NIP. 198209202005012002
12

PP 2

Luh Putu Eka Trisna Dewi,


A.Md.Keb
NIP. 168512022008012003
PA
PA
A.A Istri Bintang Traniati
NIP. 1967.0427.1989.03.2001 Putu Eni Andrea Aswari, A.Md.Keb
Ika Pratiwi, A.Md.Keb NPP. 242.060.130
NIP. 1983.0407.2006.01.2002 Made Pradnya Paramita A, A.Md.Keb
Ni Made Yuni Eka Sari,A.Md.Keb NPP. 242.090.491
NIP. 1987.0627.2010.12.2001 Ni Komang Ayu Adi Lestari, A.Md.Keb
Dian Ari Puspita, A.Md.Keb NPP. 242.090.565
NIP. 1989.0603.2015.03.2001 Ni Wayan Linda Asmoni, A.Md.Keb
Ni Ketut Kariasih, A.Md.Keb NPP. 242.120.857
NPP. 242.070.212 Desak Made Amartini, A.Md.Keb
Ni Wayan Budi Rahayu, A.Md.Keb NPP. 242.131.020
NPP. 262.171.379 Ni Putu Yuli Indriani, A.Md.Keb
NPP. 242.131.019
13

b. Jumlah ketenagaan di Ruang Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah


1) Tenaga Kebidanan
a) Tenaga D 4 Kebidanan 2 orang
b) Tenaga D 3 Kebidanan 14 orang
2) Tenaga Non Keperawatan
a) Penanggung jawab Administrasi ada
b) Tenaga perkarya rumah tangga ada
c) Penanggung jawab gizi ada
d) Petugas administrasi ada
e) Petugas CS outsourcing
c. Riwayat Pendidikan Dan Sertifikasi Tenaga Kerja
1) Tenaga kebidanan

Tabel 3.1 Riwayat pendidikan dan pelatihan tenaga bidan di Ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah
Status Masa Pelatihan yang pernah
No. Nama Pendidikan
Ketenagaan Kerja diikuti
1 2 3 4 5 6
1. Vera Christianti, PNS D4 18 1. APN
S.ST
Penata III/C Kebidanan tahun 2. PONEK
3. Resusitasi Neonatus
4. Perawatan BBLR
5. Klinikal Instruktur
6. Asesor Kompetensi
7. PPI
8. K3RS
9. Komunikasi Efektif
10. Menagement Nyeri
11. EKG
2. Puput Septiani, PNS D-4 15 1. APN
S.ST
Penata III/B Kebidanan tahun 2. PONEK
3. Management laktasi
14

4. Klinikal instruktur
5. BHD
6. PPI
7. K3RS
8. Komunikasi Efektif
9. Menagement Nyeri
10. EKG
3. Luh Putu Eka Penata II/B D-3 12 1. APN
Trisna Dewi,
A.Md.Keb Kebidanaan tahun 2. Konseler laktasi
3. Perawatan BBLR
4. PPI
5. K3RS
6. Komunikasi Efektif
7. Menagement Nyeri
8. EKG
4. A.A Istri Bintang PNS, Penata D-3 31 1. APN
Traniati
III/D Kebidanaan tahun 2. PONEK
3. PPI
4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
5. Ika Pratiwi, PNS D-3 14 1. APN
A.Md.Keb
Penata III/A Kebidanaan tahun 2. PPI
3. K3RS
4. Komunikasi Efektif
5. Menagement Nyeri
6. EKG
6. Ni Made Yuni PNS,Penata D-3 10 1. APN
Eka
Sari,A.Md.Keb III/A Kebidanan Tahun 2. PPI
3. K3RS
4. Komunikasi Efektif
15

5. Menagement Nyeri
6. EKG.
7. Dian Ari Puspita, PNS,Penata D-3 5 1.APN
A.Md.Keb 2. PPI
muda Tk Kebidanan Tahun
3. K3RS
II/C 4. Komunikasi Efektif
5. Menagement NyerI
6. EKG.
8. Ni Ketut Pegawai D-3 13 1.APN
Kariasih, Tetap Non 2. PONEK
A.Md.Keb Kebidanan Tahun
PNS 3. PPI
4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement NyerI
7. EKG
9. Putu Midayani, Pegawai D-3 13 1.APN
A.Md.Keb Tetap Non 2. PONEK
Kebidanan Tahun
PNS 3. PPI
4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement NyerI
7. EKG
10. Putu Eni Andrea Pegawai D3- 14 1.APN
Aswari, Tetap Non 2. PONEK
A.Md.Keb Kebidanan Tahun
PNS 3. PPI
4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement NyerI
7. EKG
11. Made Pradnya Pegawai D3- 11 1. 1.APN
Paramita A, Tetap Non 2. PONEK
A.Md.Keb Kebidanan Tahun
PNS 3. PPI
4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
12. Ni Komang Ayu Pegawai D-3 11 1.APN
Adi Lestari, 2. PONEK
A.Md.Keb Tetap Non Keperawatan Tahun
3. PPI
PNS 4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
16

13. Ni Wayan Linda Pegawai D-3 8 1. 1.APN


Asmoni, 2. PONEK
A.Md.Keb Tetap Non Kebidanan Tahun
3. PPI
PNS 4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
14. Desak Made Pegawai D-3 7 tahun 1. 1.APN
Amartini, 2. PONEK
A.Md.Keb Tetap Non Kebidanan
3. PPI
PNS 4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
15. Ni Putu Yuli Pegawai D-3 7 tahun 1. APN
Indriani, 2. PONEK
A.Md.Keb Tetap Non Kebidanan
3. PPI
PNS 4. K3RS
5. Komunikasi Efektif
6. Menagement Nyeri
7. EKG
16. Ni Wayan Budi Pegawai D-3 3 tahun 1.APN
Rahayu, 2.PONEK
A.Md.Keb Kontrak Kebidanan

d. Pembagian Tugas
Adapun pembagian tugas kebidanan yang dimiliki ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah adalah 1 Kepala Ruangan, 2 orang PP dan setiap PP
memiliki 6 PA. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bidan adalah
sebagai berikut :
17

Tabel 3.3 Pembagian Tugas Kebidanan yang dimiliki Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah

Data
NO Jabatan Rincian Tugas pengkajian
Ya Tidak
1 Kepala a) Menghitung BOR pasien √
ruangan b) Melakukan administrasi √
surat menyurat
c) Membuat jadwal dinas √
d) Menyediakan saran dan √
prasarana
e) Memimpin kegiatan √
pelaksanaan MPKP
meliputi :
Timbang terima, supervisi,
sentralisasi obat, discharge
planing, ronde keperawatan
dan kebidanan, melakukan
supervisi terhadap PP,
mengikuti kegiatan visite
dokter bersama PP
2 Perawat a) Menghitung tingkat √
Primer (PP) ketergantungan pasien
b) Menerima pasien baru √
c) Melakukan pengkajian √
d) Menyusun rencana √
keperawatan
e) Menjelaskan renpra yang √
sudah ditetapkan kepada
PA dan Bidan yang menjadi
tanggung jawabnya
18

Data
NO Jabatan Rincian Tugas pengkajian
Ya Tidak
f) Melakukan supervisi √
kepada PA dan Bidan
g) Memonitor dokumentasi √
yang dilakukan oleh PA
dan Bidan
h) Memfasilitasi terlaksananya √
kegiatan PA dan Bidan
i) Melakukan tindakan √
keperawatan yang tidak
dapat dilakukan oleh PA
dan Bidan
j) Melakukan pelaksanaan √
konsul dan pemeriksaan
laboratorium
k) Melakukan kegiatan √
timbang terima
l) Mendampingi dokter visite √
m) Melakukan evaluasi asuhan √
keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien
setiap hari
n) Memberi HE kepada klien √
dan keluarga
o) Membuat perencanaan √
pulang
p) Memeriksa kelengkapan √
status klien, melakukan
inventarisasi fasilitas yang
19

Data
NO Jabatan Rincian Tugas pengkajian
Ya Tidak
terkait dengan timnya
q) Bertanggung jawab √
terhadap buku laporan
pasien
3 Perawat a) Membaca renpra yang telah √
Asosiate (PA) ditetapkan oleh PP
b) Melakukan tindakan √
keperawatan pada klien
berdasarkan renpra
c) Melaksanakan evaluasi √
terhadap tindakan yang
telah dilakukan dan
mendokumentasikan pada
format yang tersedia
d) Mengikuti visite dokter √
e) Menyiapkan klien untuk √
pemeriksaan diagnostik,
lab, pengobatan dan
tindakan
f) Ikut berperan bersama PP √
melaksanakan HE pada
klien
g) Berkoordinasi dengan PP √
dalam pengelolaan obat
klien

e. Tingkat ketergantungan pasien dan beban kerja perawat dan bidan


1) Perhitungan Menurut Depkes RI, 2005
20

Tabel 3.4 Perhitungan dalam satu ruangan Berdasarkan Klasifikasi


pasien
Jenis / Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
No
Kategori pasien/hari perawatan/pasien/hari Perawatan/hari
A B C D E
Pasien
1 penyakit 4 3,5 14
dalam
Pasien
2 3 4 12
Bedah
Pasien
3 1 10 10
gawat
Pasien
4 2 4,5 9
anak
Pasien
5 12 2,5 30
kebidanan
Jumlah 22 75

2) Jumlah tenaga kebidanan di ruang Cempaka 2 Obstetri


dengan kapasitas 22 pasien

Jumlah jam perawatan 75 11


= =
a. Jam kerja efektif per shift 7

b. Hari libur/cuti/hari besar

Σ hr mgg/thn + cuti + h.besar


Σ hari kerja efektif x Σ tenaga

52 + 12 + 20 4,2
= x 16 =
314

c. Bidan yang mengerjakan tugas non profesi/perawatan tidak


langsung
21

= ( Σ tenaga bidan + 1.day ) x 25%


= ( 16,0 + 3,5 ) x 25%
=4
d. Total kebutuhan bidan
R Depkes + 1.day + Σ perawat tgs non kep = 16,0 + 3,5 + 4
= 23 orang
Jadi, total kebutuhan bidan berdasarkan rumus Depkes RI yaitu
23 orang
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan tenaga kebidanan dengan
rumus Depkes RI, dapat di simpulkan bahwa tenaga kebidanan di
ruang Cempaka 2 masuk dalam kategori kurang.

f. Perhitungan BOR ruang rawat inap


1) Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Nilai BOR yang ideal adalah antara 60%-
85% (Depkes RI, 2005)
Perhitungan BOR Ruang Obsetri Cempaka 2 (Desember 2019)

= 412
x 100%
25 x 31

= 53 %, sehingga tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit di


ruang Cempaka 2 Obstetri rendah dan hal ini dapat menimbulkan
kekhawatiran nilai pendapatan rumah sakit.
22

2) Perhitungan ALOS
ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of Inpatient discharged during the period
under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 3-12 hari
(Depkes RI)
Perhitungan ALOS Ruang Cempaka 2 (Desember 2019)

= 412
168
= 2 hari, karena rata-rata lama rawat pasien 3 hari maka pelayanan
rumah sakit di ruang Cempaka 2 lebih efisien dan kinerja kualitas
medis dalam merawat pasien sangat baik

3) Perhitungan TOI
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran
1-3 hari.
Rumus :
Perhitungan TOI Ruang Cempaka 2 (Desember 2019)

= ( 25 x 31 ) - 412
168
23

= 363
168
= 2,1
= 2 hari, sehingga penilaian penggunaan tempat tidur di ruang
Cempaka 2 Obstetri cukup produktif

4) Perhitungan BTO
Merupakan frekuensi pemakaian tempat tidur berapa kali dalam
satuan waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun) tempat tidur di
rumah sakit dipakai. Indikator pemakaian menunjukkan tingkat
efisiensi pemakaian tempat tidur dengan nilai normal 40-50 kali.
Rumus :

Perhitungan BTO Ruang Cempaka 2 (Desember 2019)

= 168
25
= 7 kali dalam sebulan, 84 kali dalam setahun sehingga
pemakaian tempat tidur di ruang Cempaka 2 Obstetri kurang
efisien

g. Alur Masuk Pasien


Alur masuk ruangan Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah Pasien
datang ke IGD atau Poliklinik RSUP Sanglah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Setelah pasien diputuskan untuk dilakukan rawat
inap, pasien/keluarga datang ke admission untuk menyiapkan
administrasi. Setelah ini petugas mengidentifikasi ruangan untuk
pasien yang perlu dirawat inap. Apabila ruangan sudah siap pasien
dapat segera dipindahkan ke ruangan.

UGD POLIKLINIK PINDAHAN


24

Ruang Cempaka 2

1. M2 (Material)
a. Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruangan
1) Gambaran Umum Rumah Sakit
RSUP Sanglah yang merupakan rumah sakit rujukan utama untuk
wilayah Bali, NTB, NTT yang dibangun sejak tahun 1956. Saat ini
RSUP Sanglah memiliki tempat tidur sebanyak 742 tempat tidur
yang terbagi dalam beberapa kelas perawatan yaitu kelas VIP,
kelas I, kelas II, kelas III dan kelas khusus. Jenis pelayanan yang
diberikan meliputi pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap, pelayanan bedah, pelayanan intensif,
hemodilisa, forensik, dan beberapa pelayanan unggulan dengan
menggunakan peralatan canggih seperti seperti pelayanan kanker
terpadu, pelayanan jantung terpadu, pelayanan
radiotheraphy,pelayanan bayi tabung, pelayanan HIV & AIDS dan
hyperbaric chamber. Untuk fasilitas umum yang disediakan di
RSUP Sanglah diantaranya seperti, tersedianya beberapa toilet
umum di tempat tertentu, toilet khusus untuk para pegawai, dan
disedikan 2 toilet di masing – masing ruang rawat inap serta
beberapa tempat cuci tangan (washtafel) didepan ruang rawat inap.
Terdapat beberapa loker untuk menyimpan barang-barang
penunggu pasien. Tersedianya juga tempat parkir untuk para
pengunjung, staf pegawai rumah sakit dan mahasiswa yang sedang
peraktek di RSUP Sanglah. RSUP Sanglah juga memiliki beberapa
25

kantin yang terletak di beberapa tempat seperti di dekat gedung


bagian depan dan di bagian belakang gedung.

2) Gambaran Umum Ruang Cempaka 2 Obstetri


Ruang Cempaka 2 Obstetri merupakan ruang perawatan
untuk ibu nifas di RSUP Sanglah. Adapun beberapa kasus yang
sering ditangani di ruang Cempaka 2 Obstetri yaitu perawatan bayi
rawat gabung, perawatan bayi sehat, ibu post partum dengan
perawatan OHDU, post partum dengan spontan, sc, FE, VaEx,
kehamilan dengan perawatan konservatif, rencana operasi elektif,
rencana amiosintesis & amioinfunsion. Pasien-pasien yang dirawat
di ruang Cempaka 2 Obstetri merupakan pasien dengan persiapan
melahirkan dan pasien selesai melahirkan, namun terkadang
terdapat pasien titipan dari ruang Ginekologi seperti pasien kanker.

b. Lokasi dan Denah Rumah Sakit dan Ruangan

Ruang Cempaka 2 Obstetri berada di dalam lingkungan RSUP Sanglah


dengan batas-batasnya sebagai berikut :
Utara : Ruang Angsoka 2
Timur : Ruang Bakung dan Ruang After Care
Selatan : IBS (Instalasi Bedah Sentral)
Barat : Parkir
26

c. Peralatan dan Fasilitas


Ruang Cempaka II Obstetri memiliki 25 kapasitas tempat
tidur dengan daya tampung maksimal 25 orang pasien. Ruang
Cempaka II Obstetri memiliki 7 kamar perawatan, diantaranya ada
kamar perawatan bayi sehat merupakan ruangan bayi tanpa ibu,
ada juga ruang resusitasi, ruang OHDU serta ada pula ruang rawat
gabung. Ruang Cempaka II Obstetri memiliki ners station, selain
itu ruang Cempaka II Obstetri juga memiliki 1 ruang perawat, 1
ruang dokter, 1 ruang dapur, 1 ruang pertemuan, 1 ruang
spoelhock, 1 ruang persiapan, 1 gudang, 1 ruang karu, 7 toilet, dan
1 ruang administrasi,1 pantry, 1 ruang obat, 1 ruang loker, 1 ruang
linen.
Secara rinci mengenai fasilitas ruangan akan dijabarkan
sebagai berikut:
1) Fasilitas Ruangan Cempaka 2 Obstetri
Tabel 3.6 Tabel Fasilitas Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP
Sanglah
Jumlah
Item
Total
AC 13 27

Lemari Kayu 5

Loker 3

Rak Penyimpanan 2

Kursi Lipat 31
2) Sofa 2 Barang Habis Pakai
Tabel
Meja Kayu 6
3.7
Meja Counter 1

Meja Stainles 1

Meja Pasien 25

Lemari Kaca 1

Lemari Pasien 4

Lemari B3 1

Kulkas 1

Wastafel 11

Standar Infus Kaki 10

Tong Sampah Injak 33

Tempat Tissu Towel 3

Pemanas bayi 1

Trolly Obat
1
Emergency

Komputer SIMARS 2

Alat BS 1

Jam Dinding 7

APAR 1

CCTV 1

Hydrant 2

Pesawat Telepon 1

O2 Transport dan
2
Manometer

Trolly Injeksi 1
28

Tabel Barang-barang Medis di Ruang Cempaka II Obstetri RSUP


Sanglah
Nama Barang Jumlah Ket.

Aseptan 24

Alkohol Swab 20

Hypafix 10

Aqua Irigasi 30

Handscoon 10

Kapas 7

Sharp Box 5

Masker 10

3) Barang-barang Non Medis


Tabel 3.8 Tabel Barang-barang Non Medis di Ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah

Nama Barang Jumlah Ket.

Tissu Towel 22

Minyak Telon 2

Minyak Kayu Putih 7

Kresek Sampah Kuning 3

Kresek Sampah Hitam 3

Kresek Sampah Jumbo 20

Handshoap 8

Sabun Mandi Bayi 2

Sampo Bayi 2

Spidol Permanen 1

Spidol White Board 1


29

Nama Barang Jumlah Ket.

HVS A4 1

HVS F4 1

Baygon 2

Sabun Cair 2

d. Administrasi Penunjang
1) Form Kelengkapan Administasi Penunjang
Tabel 3.9 Tabel Form Kelengkapan Administrasi Penunjang di
Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah
Nama Buku Nama Buku
No No
Administrasi Administrasi

1 Buku PKRS 18 Kode evakuasi

BukuCPW Buku Laporan


2 19
Harian

3 Buku Return Obat 20 Absensi

4 Buku BS 21 Sensus Harian

5 Buku Lab 22 Jadwal dinas

Buku Skrining Tumbuh Operan alat


6 22
Kembang

Buku Register Kelainan Absensi dokter


7 24
Bawaan

Buku Jenazah Penggunaan Alat


8 25
medis

Buku Serah Terima Bayi Tehnik terapi rehab


9 26
medik

11 Buku Pulang 27 Eukasi nyeri

Buku Rapat dan SPKK DPJP


13 28
Sosialisasi

14 Buku Amprah Cuti 29 Buku singkatan


30

Nama Buku Nama Buku


No No
Administrasi Administrasi

15 Buku Sakit 30 Form NCP

16 Register pasien

17 Buku Tukar Dinas

2) SPO Kebidanan
Tabel 3.10 Tabel SPO Kebidanan di Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah

No. SPO No. SPO

Perawatan payudara
1 19 Cara pembacaan hasil
dengan putting susu
kardiotokografi (KTG)
lecet
Perawatan payudara
2 dengan putting susu 20 Palpasi uterus teknik Leopod
datar atau masuk

3 Membimbing senam 21 Rawat Gabung


kegel

4 Membimbing senam 22 Pemantauan post operasi


nifas kebidanan

5 Membimbing teknik 23 Non – Stress Test (NST)


menyusui
Early Warning Observation
6 Pemeriksaan fisik ibu 24 Score Chart Obstetric
nifas
(EWOSCO)

7 Pemeriksaan 25 Persiapan Brachi Therapy


Tandahoman

8 Perawatan payudara 26 Assement nyeri pada ibu dalam


bengkak persalinan
Perawatan payudara
9 dengan produksi ASI 27 Ultrasonografi (USG)
sedikit
10 Perawatan payudara 28 Pengawasan pada kehamilan
31

No. SPO No. SPO

ibu yang tidak


(Antenatal Care)
menyusui
Perawatan pasien di
11 (Obstetri High 29 Tindakan Cryotherapy
Dependensi Unit)
OHDU

12 Perawatan metode 30 Deteksi Kehamilan resiko tinggi


kangguru (PMK)
13 Pemberian KB suntik 31 Pemasangan cincin pesarium

14 Pemberian KB pil 32 Asistensi pengambilan


kolposkopi
11 Pendampingan Kuretas 33 PPendampigan heacting portio
Pendampingan
12 Heacting Laserasi 34 Pendampingan pertolongan
Grade III dan IV persalinan kembar

Pendampingan
13 pertolongan persalinan Pendampingan Visum Ete
35
dengan penyakit repertum Kebidanan
penyerta

Perekaman dan Perawatan kehamilan preterm


14 36 dengan perdarahan (plasenta
interpretasi NST
previa)
Penanganan kehamilan
15 dengan perdarahan 37 Pencegahan penculikan anak
aktif
Manual Plasenta
16 Kompresi aorta 38 Penculikan anak (PINK Code)
abdominal
Perawatan ketuban
17 pecah dini (KPD) pada 39 Neonatus
kehamilan preterm

18 Resusitasi intrauterine 40 Berkunjung di ruang perawatan


bayi
32

3) SPO Medis Lain


Tabel 3.11 Tabel SPO Medis Lain di Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah

No. SPO No SPO

1 Buku visite bayi 21 Buku biodata pegawai

2 Buku metode kangguru 22 Buku solialisasi

Buku bayi bermasalah


3 23 Buku pendelegasian
pegawai

Register bayi dengan Register KB


4 24
kelaianan kongenital

Buku berita acara Buku amprahan KB


5 25
penyerahan bayi (BAP)

Laporan imunisasi Buku penyetoran


6 26
KB/MOW

7 Buku amprahan OK 27 Buku pasien terlantar

8 Buku stik BS 28 Buku barang tertinggal

9 Buku pulang 29 Buku jenazah

10 Buku pulang paksa 30 Buku IGD

11 Buku laboratorium 31 Buku DRK

12 Buku DPJP 32 Buku tukar dinas

Buku sakit
13 33
Buku vital sign

14 Buku absensi pegawai 34 Buku ekspedisi

15 Buku jadwal dinas 35 Sensus harian ibu dan bayi

16 Kapasitet 36 Sensus harian ibu kelas II

17 Buku 10 kasus besar 37 Sensus harian ibu kelas III

18 Buku register OHDU 38 Sensus harian bayi kelas II

19 Laporan incident 39 Sensus harian bayi kelas


33

No. SPO No SPO

keselamatan pasien III

Buku orientasi pegawai


20
baru

4) SPO Non Medis


Tabel 3.12 Tabel SPO Medis Lain di Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah

No. SPO No SPO

Buku absensi mahasiswa Penggunaan dan plepasan


1 12 alat pelindung diri (APD) :
sarung tangan

Buku absensi dokter muda Kebersihan tangan


2 13 menggunakan sabun dan air
mengalir

Pembagian tugas mahasiswa Kebersihan tangan


3 14 menggunakan tangan
dengan larutan desinfektan

Buku bimbingan mahasiswa Pengelolaan B3 dan


4 15
limbahnya

Pembersihan dan pergantian Penggunaan dan


5 korden 16 pengelolaan jarum
suntik/benda tajam

Kebersihan tangan Dekontaminasi pispot dan


6 menggunkaan larutan 17 urinal
berbasis alcohol (henrab)

Penanganan paksa pajanan Dekontaminasi permukaan


7 18 di unit-unit pelayanan
pasien

8 Pelaporan data infeksi 19 Penggunaan dan pelepasan


rumah sakit alat pelindung diri (APD)
pada perawatan pasien
34

No. SPO No SPO

dengan kewaspadaan kontak

Pengelolaan tempat tidur Etika batuk


9 21
setelah digunakan

Pembersihan ruang Pemakaian dan pelepasan


perawatan alat dan pelindung diri
10 22
(APD) pada perawatan
pasien HIV/AIDS

Penanganan tumpahan darah Pengelolaan pasien dengan


11 23
atau cairan tubuh lainnya kewaspadaan isolasi kontak

2. M3- Metode
a. Penerapan Sistem MPKP
1) Kajian Teori
Metode praktek keperawatan profesional merupakan salah
satu metode praktek keperawatan profesional, dimana perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien tersebut masuk sampai
keluar dari Rumah Sakit. Metode praktek keperawatan ini
mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan,
sehingga konsep dasar metode ini adalah adanya tanggung jawab
dan tanggung gugat model.
Dasar pertimbangan penerapan MPKP :
a. Sesuai visi dan misi Rumah Sakit
b. Ekonomis
c. Menambah kepuasaan klien, keluarga dan masyarakat
d. Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan
perannya dengan baik
e. Dapat diterapkan proses keperawatan
35

f. Terlaksanannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan


tim kesehatan lainnya
Terdapat lima Metode Praktek Keperawatan Professional
namun disini akan dibahas mengkhusus yakni MPKP Modifikasi
(Tim – Primer). Model MPKP Tim dan Primer digunakan secara
kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000)
penetapan sistem model MPKP didasarkan dalam beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab askep pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas askep
terdapat pada primer

Adapun kelebihan dan kekurangan dari Metode MPKP


Modifikasi (Tim – Primer)
a. Keuntungan MPKP Modifikasi
1) Menungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota
tim
4) Saling memberi pengalaman antar sesama tim
5) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
6) Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
7) Mendorong kemandirian perawat
8) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
b. Kelemahan MPKP Modifikasi
36

(1) Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang


bukan menjadi tanggung jawabnya
(2) Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
(3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
(4) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
(5) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
(6) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
c. Penetapan Jenis Tenaga
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP,
metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode
tim primer (modifikasi). Karena perbedaan latar belakang pendidikan
staf ketenagaan diruangn tersebut yang kemungkinan dapat
menyebabkan kurangnya pemahaman dalam penerapan MPKP
Modifikasi. Saat ini jumlah tenaga keperawatan atau bidan sebanyak
17 orang dengan kapasitas tempat tidur 25 namun pada kenyataannya
jumlah pasien yang dirawat kurang dari kapasitas tempat tidur yang
ada.

Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP

Kepala
Ruangan

PA PA PA PA PA PA
PP PP 3 PP 4
PP
PA1 PA2 PA PA PP
PA5 PP
PA6
PA PA PA PA PA PA
PA PA PA PA PA PA
PA PA PA PA PA PA
37

Bagan 3.3 Struktur Organisasi

2) Kajian data dan Analisa


Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 28 Januari 2020 di
Ruang Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah didapatkan bahwa
model asuhan keperawatan menggunakan model keperawatan
primer modifikasi tim, dikarenakan model keperawatan
terfragmentasi pada berbagai tim. Selain itu, model asuhan
kebidanan ini cukup efisien dan pembagian tugasnya jelas.
Metode keperawatan primer belum bisa digunakan secara murni
dan optimal dalam menjalankan peran dan fungsi penugasannya,
meskipun sosialisasi dari kepala ruangan kepada staff bidan telah
dilakukan. Hal ini dikarenakan, perbedaan latar belakang
pendidikan dimana terdiri dari bidan yang memiliki latar belakang
jenjang pendidikan yang berbeda.
Tugas PP dibantu oleh PA dengan pembagian tugas sesuai
dengan kamar dan jumlah bed. Rata-rata pasien yang dikelola 1
orang PP dengan bantuan 6 orang PA berkisar 10-12 pasien.
Idealnya menurut Sitorus (2002) dalam Nursalam (2016) untuk 1
orang PP mengelola maksimal 7-8 pasien. Berdasarkan hal
38

tersebut maka penambahan tenaga kesehatan perawat dan bidan di


ruang Cempaka 2 Obstetri perlu dipertimbangkan.

b. Penerapan Timbang Terima (Operan)


1) Kajian Teori
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
komplit dan jelas tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer,
penanggung jawab dinas pagi, sore atau dinas malam secara lisan
dan tulisan.
1) Tujuan
Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting.
2) Tujuan Khusus
a) Menyampaikan kondisi dan keadaan penderita (data
fokus).
b) Menyampaikan hal-hal yang sudah /belum dilakukan
dalam askep pada penderita
c) Menyampaikan hal-hal yang penting yang harus ditindak
lanjuti oleh dinas berikutnya.
d) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
e) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
3) Manfaat Timbang Terima
Bagi Perawat :
39

a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat .


b) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan bertanggung
jawab antara perawat
c) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna
Bagi Pasien :
a) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Dilaksanakan tepat pada waktu, setiap penggantian shift.
b) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
penderita (PP).
c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan
dinas
d) Adanya unsur bimbingan, pengarahan serta tanggung
jawab.
e) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi penderita saat ini
serta menjaga kerahasiaan penderita
f) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan
penderita.
g) Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya
tidak mendengar sesuatu yang privacy bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung didekat klien
h) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut sebaiknya
dibicarakan di nurse station
4) Prosedur Timbang Terima
40

Tabel 3.9 Prosedur Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Nurse PP, PA
dilaksanakan
Station
setiap
pergantian
shift/operan.
2. Prinsip timbang
terima, semua
pasien
dilakukan
timbang terima
khususnya
penderita yang
memiliki
permasalahan
yang
belum/dapat
teratasi serta
yang
membutuhkan
observasi lebih
lanjut
3. Bidan yang
melaksanakan
timbang terima
mengkaji secara
penuh terhadap
masalah
keperawatan,
kebutuhan dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan
serta hal-hal
penting lainya
selama masa
perawatan
4. Hal-hal yang
sifatnya khusus
dan
memerlukan
perincian yang
matang
41

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


sebaiknya
dicatat secara
khusus untuk
kemudian
diserahterimaka
n kepada
petugas
berikutnya.
Pelaksana- Kedua kelompok 20 menit Ners KARU, PP, PA
an dinas sudah siap Station
(shift jaga).
1. Kelompok yang dan Ruang
akan bertugas Pasien
menyiapkan
buku catatan.
2. Kedua
kelompok sudah
siap
3. Kepala ruang
membuka acara
timbang terima.
4. PP
menyampaikan
timbang terima
pada PP
berikutnya, hal
yang perlu
disampaikan
dalam timbang
terima:
1. Jumlah
pasien
2. Identitas
klien dan
diagnose
medis
3. Data
(keluhan/su
byektif dan
obyektif)
4. Masalah
keperawatan
yang masih
muncul
42

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


a. Intervensi
keperawatan
yang sudah
dan belum
dilaksanakan
(secara
umum)
b. Intervensi
kolaboratif
dan
dependen
c. Rencana
umum dan
persiapan
yang perlu
dilakukan
(persiapan
operasi,
pemeriksaan
penunjang
dll)
2. Bidan yang
melakukan
timbang terima
dapat
melakukan
klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan
validasi
terhadap hal-hal
yang telah
ditimbang
terimakan dan
berhak
menanyakan
mengenai hal-
hal yang kurang
jelas
3. Kepala ruangan/
PP menanyakan
kebutuhan dasar
pasien
4. Sedapatnya
43

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


mengupayakan
penyampaian
yang jelas
singkat dan
padat
5. Lama timbang
terima untuk
tiap pasien tidak
lebih dari 5
menit kecuali
pada kondisi
khusus dan
memerlukan
keterangan yang
rumit
6. Pelaporan
untuk timbang
terima
dituliskan
secara
langsung pada
format timbang
terima yang
ditandatangani
oleh PP yang
juga saat itu
kepada PA
yang jaga
berikutnya
Post a) Diskusi 5 menit Ners KARU, PP, PA
b) Penandatangan
Timbang station
an oleh PP dan
Terima diketahui oleh
KARU
c) Ditutup oleh
KARU

5) Evaluasi
a) Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang
menunjang telah tersedia antara lain : catatan timbang
terima dituliskan pada lembar catatan perkembangan
44

pasien terintegrasi, status klien dan kelompok shift


timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu malam ke pagi. Kegiatan timbang
terima pada shift pagi ke sore, dan sore ke malam di
pimpin oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b) Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan
dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas
maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer
mengoperkan ke perawat assosiate berikutnya yang akan
mengganti shift. Perawat melakukan timbang terima
dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan
menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat
pasien. Cara ini akan lebih efektif daripada harus
menghabiskan waktu orang lain sekedar untuk membaca
dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima timbang terima
secara nyata. Isi timbang terima mencakup identitas
pasien, diagnosa keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan
khusus. Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke pasien.
c) Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian
shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka
kedua PP menandatangani laporan timbang terima dengan
diketahui oleh kepala ruangan.
45

Alur Timbang Terima

PASIEN

DIANOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KOLABORATIF KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAANPASIEN

MASALAH:

TERATASI

BELUM TERATASI

MUNCUL MASALAH BARU

Bagan 3.4 Alur Timbang Terima

2) Kajian data dan Analisa


Berdasarkan pengamatan dan wawancara didapatkan
timbang terima yang dilaksanakan tepat waktu yaitu pada
pergantian shift pagi ke sore pukul 13.30 – 14.00 wita, sore ke
malam pukul 19.30 – 20.00 wita dan shift malam ke pagi pukul
07.30 – 08.00 wita. Pada operan malam ke pagi, operan dipimpin
langsung oleh kepala ruangan, operan pagi ke sore dan sore ke
malam dipimpin oleh penanggung jawab shift (Katim). Timbang
terima terlebih dahulu dilakukan di nurse station dan diikuti oleh
semua bidan yang bertugas dan menggunakan catatan status
46

pasien sebagai sarana dokumentasi perkembangan pasien per


shift. Setelah pelaksanaan timbang terima di ruang perawat,
kemudian kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk
mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya
dan dilakukan timbang terima berkeliling ke ruangan pasien.
Pada saat operan di ruangan pasien, perawat membawa
catatan rekam medis pasien sebagai media timbang terima, setelah
pelaksanaan timbang terima, baik pemberi maupun penerima
operan menandatangani form catatan perkembangan pasien antar
shift yang terdapat pada masing-masing rekam medis pasien.

c. Penerapan Ronde Keperawatan


1) Kajian Teori
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien,
perawat sering menemukan permasalahan-permasalahan
sehubungan dengan tindakan yang diberikan. Sebagai jalan
keluarnya, dibutuhkan suatu pemecahan masalah yang
membutuhkan kemampuan cukup tinggi baik pengetahuan, sikap
maupun keahlian. Salah satu metode pemecahan masalah adalah
dengan ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi
pada pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat primer atau associate, konselor, kepala
ruangan dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien
secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan
disamping pasien, membahas, dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh perawat
primer dan atau konselor, kepala ruangan serta perawat associate
47

yang melibatkan seluruh anggota tim. Adapun kegiatan ini


mempunyai karakteristik meliputi :
a) Pasien dan keluarga dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan fokus kegiatan
c) PA atau PP dan konselor melakukan diskusi
d) Konselor memfasilitasi kreatifitas, konselor membantu
mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.
1) Manfaat Ronde Keperawatan
a) Masalah pasien dapat teratasi
b) Kebutuhan pasien data terpenuhi
c) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
e) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan
dengan tepat dan benar.
2) Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Pasien dengan kasus baru atau langka.
3) Kriteria Evaluasi
a) Struktur
(1) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan
lainnya)
(2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan
ronde
(3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b) Proses
(1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
48

(2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde


sesuai peran yang telah ditentukan
c) Hasil
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2. Masalah pasien teratasi
3. Perawat dapat :
(a) Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
(b) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
(c) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
(d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose
keperawatan
(e) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yng berorientasi pada masalah pasien
(f) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
(g) Meningkatkan kemampuan justifikasi

Tahapan Ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL

PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :

1. INFORMED CONSENT
2. HASIL PENGKAJIAN

(1) APA YANG MENJADI MASALAH


(2) CROSS CEK DATA YANG ADA
(3) APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TAHAP RONDE : TERSEBUT
PENYAJIAN (4) BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES, DISKUSI KARU, PP, PERAWAT
TAHAP
TAHAPSAK,SOP)
PASCA RONDE
RONDE MASALAH
KONSELOR
VALIDASI TERATASI
EVALUASI
DATA
49

Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien

Bagan 3.5 Tahapan Ronde

Keterangan
1) Pra Ronde
a) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber dan literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
50

f) Diskusi apa diagnosis keperawatan? apa data yang mendukung?


Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? dan apa hambatan
yang ditemukan selama perawatan.
2) Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan
3) Pasca Ronde
a) Evaluasi, revisi dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
4) Peran masing – masing anggota tim
(1)Peran perawat primer dan Perawat Associate
(1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
(2) Menjelaskan diagnose keperawatan
(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
(4) Menjelaskan hasil yang didapat
(5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang
diambil
(6) Menggali masalah masalah pasien yang belum terkaji
(2)Peran Perawat Konselor
(1) Memberikan justifikasi
(2) Memberikan reinforcement
(3) Memvalidasi kebenaran dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
(4) Mengarahkan dan koreksi
(5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
51

2) Kajian data dan Analisa


Berdasarkan hasil wawancara, ronde keperawatan di ruang
Cempaka 2 Obsetri tidak dilaksanakan namun hanya
melaksanakan rapat diskusi yang disebut visite besar dan rapat
Tim. Visite besar ini dilakukan setiap hari jumat dan dilakukan
seminggu sekali. Rapat Tim dilaksanakan pada kasus-kasus
tertentu seperti los meningkat, diikuti oleh lebih dari 2 orang
DPJP. Diagnosa baru tegak dalam 1x24 jam.

d. Pengelolaan Logistic dan Obat ( Sentralisasi Obat)


1) Kajian Teori
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus
direspon oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif
dengan belajar banyak langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2016), yang salah satunya adalah
pengelolaan sentralisasi obat. Pengawasan terhadap penggunaan
dan konsumsi obat, sebagai salah satu peran perawat, perlu
dilakukan dalam suatu pola atau alur yang sistematis sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat
sehingga resiko-resiko kerugian baik secara materiil maupun
secara non materiil dapat dieliminir. Kegiatan sentralisasi obat
meliputi: membuat strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan
sarana yang dibutuhkan dan membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat serta pendokumentasian hasil
pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan sentralisasi yang
optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Tujuan:
1) Tujuan Umum
52

Mampu mengaplikasikan peran Perawat Primer dalam


pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil
pengelolaan sentralisasi obat.
2) Tujuan khusus
a) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat
dan benar sesuai dengan prinsip 12B dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
b) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Perawat
Primer dan Perawat Associet dalam penerapan Prinsip 12B.
c) Meningkatkan kepuasan klien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
d) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapy.
Peran:
a) Perawat Primer dan Perawat Associate
(1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
(2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
(3) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian
obat selama pasien dirawat
(4) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan
program therapy
b) Perawat Primer lain dan Supervisor
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap
tindakan malpraktik
(2) Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
(3) Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
53

(3) Meresepkan obat sebelum diagnose pasti dibuat


(4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
(5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya dan akan membuang atau lupa minum
(6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah kadaluarsa
(7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
(8) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
(9) Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri
Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
2. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk
3. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat
4. Penerimaan obat:
(1) Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan
obat yang telah diambil diserahkan kepada perawat dan
menerima lembar terima obat
(2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan obat dalam kartu control dan
diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku obat
(3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum serta kartu sediaan obat
(4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat
5. Pembagian obat
54

(1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin


dalam buku daftar pemberian obat
(2) Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar pemberian obat
(3) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
(4) Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan
dikomentasikan dalam buku masuk obat
6. Penambahan obat baru
a) Bilamana terdapat penambahan / perubahan jenis,
dosis, atau perubahan alur jenis obat, maka informasi
ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan
obat
b) Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan
kartu khusus obat

7. Obat khusus
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki
harga yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian
yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu
(2) Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan
kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer
(3) Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien:
nama obat, kegunaan, waktu pemberiaan, efek samping,
55

penanggung jawab pemberian dan wadah obat


sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga
setelah pemberian
(4) Menyimpan penyediaan obat
(5) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien
(6) Sistem kartu persediaan
(7) Lemari obat

Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

DOKTER

FARMASI/APOTIK

PP/PERAWAT YANG
MENERIMA Sarana persetujuan
sentralisasi obat
Lembar serah terima obat
PENGATURAN DAN
Buku serah terima masuk
PENGELOLAAN OLEH
obat
PERAWAT
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi

Bagan 3.7 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

2) Kajian data dan Analisa


Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan bahwa di
Ruang Cempaka 2 Obsetri menerapkan pengadaan sentralisasi
56

obat yang dilakukan dengan metode one dose dispending dimana


obat diresepkan setiap hari dengan dilakukan oleh dokter yang
bekerjasama dengan instalasi farmasi melalui e-order, hal tersebut
menurut wawancara yang dilaksanakan dengan alur pengamprahan
obat yang dilakukan oleh dokter melalui SIMARS. Kemudian data
yang masuk di instalasi farmasi ditindaklanjuti hingga obat
diantarkan ke ruang Cempaka 2 Obstetri. Setelah sampai di
ruangan, obat disimpan pada kamar obat berdasarkan loker obat
masing-masing pasien, dan bidan menerima lembar terima obat.
Penerapan sentralisasi obat telah dilakukan dengan baik dan
termodifikasi dengan cara yang modern menggunakan sistem
manajemen rumah sakit yakni dengan metode one dose
dispending. Sehingga alur sentralisasi obat lebih efisien. Namun
belum ada surat persetujuan sentralisasi obat dan penerimaan obat
yang ditandatangani pasien melainkan dengan cara memberikan
informasi tentang sentralisasi obat.

e. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


1) Kajian Teori
Tujuan : memberikan informasi yang tepat tentang perawatan
dan pengobatan yang harus dilanjutkan di rumah dan
waktu untuk melakukan control kembali.
Deskripsi : perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu
yang penting dalam keberhasilan asuhan keperawatan
pasien rawat inap karena informasi yang diberikan
sebelum pasien pulang merupakan bekal yang sangat
berharga bagi pasien dan keluarganya. Informasi yang
tidak adekuat sebelum pasien pulang dapat
menyebabkan pasien dan keluarganya melakukan
tindakan yang kurang tepat akibat kurang informasi.
57

Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya


dilaksanakan:
a) PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan
yang masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat,
waktu dan tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang
dan hal- hal yang perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
b) Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga
memberikan kartu discharge planning dan leaflet lain yang
berisi penjelasan yang diberikan.
c) Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning
maka pasien atau keluarga menandatangani format discharge
planning sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning
dari perawat.

Dokter dan tim PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
Klinis dan pemeriksaan
penunjang
Bagan 3.8 Alur lain Planning
Discharge
Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian
dministrasi
Lain- lain
Program HE:
Control dan obat atau perawatan
Gizi
Aktivitas dan istirahat

Monitor (sebagai program


servis safety) oleh: keluarga
58

Keterangan:

1) Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan


2) Tugas Perawat Primer :
a) Menerima pasien baru
b) Membuat discharge planning
c) Membuat leaflet
d) Memberikan konseling
2) Kajian data dan Analisa
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diruang Cempaka 2
Obsetri RSUP Sanglah dikatakan bahwa discharge planning sudah
dilakukan sesuai dengan panduan yakni form discharge planning
dan standar operasional prosedur yang ada. Identifikasi discharge
planning dilakukan saat pasien baru masuk dan pelaksanaan
discharge planning dilakukan oleh perawat primer menjelang
pasien diperbolehkan pulang oleh dokter. Discharge planning
dilakukan di nurse station dengan pemberian KIE oleh PP meliputi
obat, diet, aktivitas yang dianjurkan dan tidak dianjurkan,
pemberian surat kontrol kembali lengkap dengan informasi waktu
kontrol dan tempat melakukan kontrol. Pemberian Health
Education (HE) juga dilakukan kepada pasien dan keluaga
diberikan secara lisan tetapi tanpa disertai pemberian leaflet
sebagai media belajar pasien dirumah. Dokumen hasil-hasil
59

pemeriksaan penunjang juga diberikan kepada pasien saat pulang


berupa salinan, dokumen asli pemeriksaan tersebut menjadi arsip
rumah sakit. Pendokumentasian pemulangan pasien tertulis dalam
form discharge planning serta catatan pemulangan pasien.
Discharge Planning dilakukan dengan baik sesuai dengan
pendapat Nursalam (2016), dimana alur pelaksanaan discharge
planningyaitu pre-discharge planning, intra-discharge planning,
dan post-discharge planning. Discharge planning berfokus pada
kebutuhan pasien seperti mengajarkan pada pasien dan keluarga
tentang perawatan pasien di rumah yang meliputi diet, aktivitas,
istirahat, waktu dan tempat kontrol. Kemudian melakukan evaluasi
kepada pasien dan keluarga selama pelaksanaan discharge
planning dan melaksanakan pendokumentasian.

f. Penerapan Supervisi Keperawatan


1) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka
dapat melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien
dan efektif (Subjana,2004).
Menurut Nursalam (2016), supervisi keperawatan adalah
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
yang bermutu setiap saat.
a. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan
pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas.
b. Prinsip Supervisi
(1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
60

(2) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,


ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip menajemen dan kepemimpinan
(3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan
dinyatakan melalui pentujuk, peraturan, uraian tugas dan
standar.
(4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi
antara supervisi dan perawat pelaksana. Supervisi
merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
(5) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motifasi.
c. Pelaksanaan Supervisi
(1) Kepala Ruangan
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan pada klien di ruang perawatan
b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau
tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit
c) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan
praktek keperawatan praktek keperawatan di ruang
keperawatan
(2) Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada
kepala ruangan yang ada di instalasiya.
(3) Kepala Seksi Perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara
langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d. Langkah-langkah supervisi
(1) Pra supervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan di
supervisi
61

b) Supervisor menetapkan tujuan


(2) Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat
ukur atau instrument yang telah disiapankan
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan
c) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klarifikasi permasalahan
d) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara
dan menvalidasi data sekunder
(3) Pasca supervisi
a) Supervisor memberkan supervisi (F-Fair)
b) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
c) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan
e. Teknik Supervisi
(1) Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen
kelompok, yaitu:
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai
perbandingan untuk menetapkan pencapaian
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan
mempertahankan kualitas asuhan
f. Area Supervisi
(1) Pengetahuan dan pengertian tentang klien
(2) Keterampil yang dilakukan disesuai dengan standar
(3) Sikap penghargaan pekerjaan misalnya kejujuran, empati
g. Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
(1) Langsung
62

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang


sedang berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat
dalam kegiatan, feed back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
a) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor
b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk
c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih
kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
(2) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi
di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan secara tertulis. Peran
kepala ruangan, PP dan PA dalam MPKP adalah
a) Peran Kepala Ruangan (KaRu)
1. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat
primer
2. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan
pada perawat associate
4. Evaluasi kerja
5. Merencanakan atau menyelenggarakan
pengembangan staff
b) Peran Perawat Primer (PP)
1. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif
63

2. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan


3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
5. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
6. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
7. Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social,
kontrak dengan lembagasosial di masyarakat
8. Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
c) Peran Perawat Associate (PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
disusun oleh PP.

Alur Supervisi.

Ka Bid Perawatan

KaSi Keperawatan

Ka. Perawatan IRNA

1. Menetapkan
Feedback kegiatan dan
2. tujuan
Penyampaian Ka Ru
serta instrumen/ alat
penilaian (fair)
ukur
3. Follow up, supervisi
Kualitas Pelayanan
pemecahan masalah PA1
PP1MeningkatPAPP 2 supervisi
menilai kinerja perawat
dan reward
64

Bagan 3.6 Alur Supervisi

2) Kajian data dan Analisa


Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa supervisi di
ruang Cempaka 2 Obstetri dilakukan langsung oleh kepala
ruangan. Supervisi dilaksanakan langsung maupun tidak secara
langsung. Supervisi secara langsung dilakukan oleh kepala
ruangan dengan melihat perawat melakukan suatu prosedur
tindakan. Supervisi tidak langsung dilakukan dengan melihat
dokumentasi pada RM pasien. Sudah ada SPO tentang
pelaksanaan supervisi yang telah ditetapkan oleh RS tetapi jadwal
pelaksanaannya dapat berubah jika ada halangan.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa supervisi sudah
dilaksanakan dengan baik dimana dalam penerapannya sudah
memiliki unsur pokok seperti karu dan PP sebagai pelaksana, PP
dan PA sebagai sasaran, frekuensi yang rutin dilaksanakan hampir
65

setiap hari dengan tujuan dan teknik pengamatan langsung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Nursalam (2016) yang menyatakan dalam
melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok. Unsur-
unsur pokok yang dimaksud adalah pelaksana, sasaran, frekuensi,
tujuan dan teknik.

g. Dokumentasi Keperawatan
1) Kajian Teori
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat
penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan professional,
karena mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi, aspek hukum,
jaminan mutu pendidikan/penelitian dan akreditasi.Kelompok
memilih mendokumentasikan model ini aplikatif dan efektif
karena sudah tampak adanya masalah keperawatan.
Secara garis besar model pendokumentasian ini terdiri dari
format pengkajian, format problem, intervensi dan evaluasi dalam
satu lembar.Setiap pasien dilakukan pengkajian oleh perawat
primer kemudian dilakukan analisis dan ditegakkan diagnosa
keperawatan.Selanjutnya intervensi keperawatan ditulis sesuai
dengan format SAK yang ada. Format cetakan keperawatan diisi
oleh perawat primer, sedangkan hasil observasi, vital sign,
pemberian obat ditulis di lembar observasi oleh perawat associate.
2) Kajian data dan Analisa
Dari hasil observasi tentang dokumentasi didapatkan data
pendokumentasian ruangan sudah tertata dengan rapi dan tidak
ditemukan adanya form atau hasil pemeriksaan penunjang yang
tidak beraturan/tercecer. Buku dokumentasi administrasi
penunjang yang dimiliki ruang Cempaka 2 Obstetri diantaranya
buku laporan harian, buku visite dokter, buku laporan kematian,
lembar dokumentasi dan buku-buku tersebut ditempatkan didalam
rak yang diletakan diruang Nurse Station.
66

Sistem pengevaluasian asuhan keperawatan diruang Cempaka


2 Obstetri sudah berdasarkan SOAP (Subject Object Analisa
Planning) namun tindakan dan sistem pendokumentasiannya
berdasarkan SOR (Source Oriented Record) yaitu suatu sistem
pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga
kesehatan misalnya dokter, bidan.
Selain itu, semua bidan diruang Cempaka 2 Obstetri
mengatakan telah paham tentang cara pengisian form
dokumentasi keperawatan pada RM. Selain itu, adanya penanda
warna pada catatan rekam medis pasien mempermudah
membedakan rekam medis pasien pada masing-masing PP.

Tabel 3.15 Tabel Kelengkapan Form Administrasi di Ruang


Cempaka 2 Obsetri RSUP Sanglah
NO. URAIAN BAGIAN SUMBER
1 Kelengkapan administrasi Pasien dan keluarga
2 Identitas pasien Pasien dan keluarga
3 Lembar Informed consent Pasien dan keluarga
4 Lembar edukasi Pasien dan keluarga
5 Lembar pengkajian awal Perawat dan Bidan
6 Lembar pengkajian awal gawat darurat Perawat, Bidan dan
Dokter
7 Lembar pengkajian gizi Bidan dan gizi
6 Lembar pengkajian awal rawat inap Perawat dan Bidan
7 Lembar terintegrasi Perawat. Bidan dan
Dokter
8 Lembar asuhan keperawatan Perawat dan Bidan
9 Lembar pengobatan Dokter
10 Lembar kamar operasi Perawat, Bidan dan
Dokter
11 Lembar hasil penunjang medis Tenaga Lab
12 Chard Intensive Care Unit Perawat, Bidan dan
Dokter
67

Khusus mengenai dokumentasi asuhan keperawatan, sudah


terdapat form dokumentasi mulai dari pengkajian,
diagnosakeperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, resume,
lembar pelaksanaan pemberian obat yang baku dari Rumah Sakit.
Penulisan sudah sesuai dengan format yang ditetapkan di ruangan
serta untuk pengkajian ulang diruangan didokumentasikan ulang
sesuai dengan keluhan pasien pada saat datang ke ruangan.

2. M4 (Money)
Pola pengelolaan keuangan RSUP Sanglah Denpasar pada
umumnya rumah sakit mengatur sendiri pendapatan dan pengeluaran
rumah sakit, hasil pendapatan dari RSUP Sanglah Denpasar diatur
menggunakan sistem BLU dan remunerasi. Sumber kesejahteraan
karyawan RSUP Sanglah Denpasar berasal dari:
a. Gaji pokok
b. Jasa Pelayanan Rumah Sakit Umum
Setiap karyawan memiliki jasa pelayanan yang berbeda- beda berdasarkan
beban kerja karyawan, masa kerja karyawan, pendidikan karyawan dan
golongan (PNS, Non PNS, dan Tenaga kontrak). Sedangkan berdasarkan
besaran gaji pokok setiap karyawan di berdasarkan status PNS, BLU, dan
Non PNS.

3. M5 ( Market )
a. Gambaran Kasus
Ruang Cempaka 2 Obstetri merupakan ruang perawatan untuk nifas.
Gambaran 10 kasus penyakit yang dirawat di ruang Cempaka 2
Obstetri selama bulan Desember 2019 di Ruang Cempaka 2 Obstetri.
Tabel 3.16 Sepuluh Besar Penyakit Di Ruang Cempaka 2 Obstetri
pada Bulan Desember 2019
No Kasus Jumlah
1 Partus Spontan 29
68

2 SC 21
3 SC + Steril 6
4 FE 0
5 VOW 0
6 Lowet M 0
7 Total ekstraksi 0
8 B24 3
9 Hiperbilirubin 1
10 MOW 0
Jumlah 60
Sumber : Buku Catatan Penyakit Ruang Cempaka II Obstetri

b. Sumber Pendanaan Pasien


Tabel 3.17 Sumber Pendanaan Pasien yang Dirawat di Ruang
Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah Tanggal Desember
2019

Jumlah
No Jaminan
12/12/2019
1 PBI 35
2 Non PBI 50
3 Umum 18
Jumlah 103

c. Tingkat Kepuasan Pasien


Dari pengkajian yang dilakukan dari tanggal 28 Januari 2020,
dengan metode kuesioner tentang tingkat kepuasan orang tua pasien
69

(bayi baru lahir) selama di rawat di ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP


Sanglah, didapatkan sebanyak 15 responden dengan kriteria :
(1) ibu setelah melahirkan yang dirawat di Ruang Cempaka 2 Obstetri,
(2) ibu setelah melahirkan yang dirawat di Ruang Cempaka 2 Obstetri
lebih dari 1 hari
(3) ibu sebelum melahirkan yang dirawat di Ruang Cempaka 2
Obstetri dengan jumlah pertanyaan tertutup sebanyak 20 pertanyaan.
Didapatkan hasil 100% orang tua pasien merasa puas dengan
pelayanan di ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah Denpasar.

B. Analisa SWOT
Langkah-langkah dalam analisa SWOT
1. Mengurutkan komponen-komponen utama dalam pemberian asuhan
keperawatan yang professional diantaranya, yaitu :
a. M1 (man) dan M2 (material)
Jumlah tenaga medis dan non medis diruangan, jumlah sarana dan
prasarana serta administrasi penunjang lainnya di ruangan.
b. M3 (method)
Model asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Mengemukakan komponen-komponen umum dari M1, M2, dan M3
diantaranya, yaitu:
a. Strength : kekuatan/hal positif apa yang dimiliki oleh ruangan.
b. Weakness: kelemahan yang terdapat di ruangan.
c. Opportunity : peluang yang diberikan pada ruangan (ex : adanya
pelatihan yang diberikan pada perawat untuk meningkatkan skill
maupun pengetahuan).
d. Threat: tantangan baik itu dari interna maupun eksternal (ex :
meningkatnya tuntutan dari masyarakat dalam pemberian askep).
3. Memberikan penilaian/pembobotan berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan.
4. Menjumlahkan hasil pembobotan yang telah diberikan.
70

Langkah-langkah dalam identifikasi analisa SWOT


1. Mengemukakan komponen-komponen dari M1 dan M2, serta M3 yang
terdiri dari:
a. Internal Faktor (IFAS) yaitu : komponen dari Strength dan Weakness
b. Eksternal Faktor (EFAS) yaitu : komponen dari Oppurtunity dan
Threat
2. Menentukan rating nilai/angka yang mutlak/paling sering muncul pada
analisa SWOT.
3. Mengkkualifikasi bobot nilai berdasarkan komponen yang terpenting dari
setiap IFAS maupun EFAS, dimana hasil akhir dari pembobotan haru
berjumlah 1
4. Mengalikan bobot dan rating point.
5. Menghitung IFAS dengan rumus S-W
Catatan :
S = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point strength.
W = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point weakness
6. Menghitung EFAS dengan O-T
Catatan :
O = hasil akhir dari perkalian antara bobot rating pada point opportunity.
T = hasil akhir dari perkalian antara bobot dan rating pada point threat

No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x Rating


71

1 M1 (Ketenagaan)
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Struktur organisasi yang ada 0,2 2 0,4
sudah sesuai dengan kemampuan
bidan
2. Pembagian tugas sesuai dengan 0,1 2 0,2
struktur organisasi yang ada S-W
3. Kepala ruangan sudah optimal 0,1 2 0,2 2,87-0=
dalam melaksanakan tugas- 2,87
tugasnya
4. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,3 3 0,9
D4 Kebidanan = 2 orang
D3 Kebidanan = 14 orang
5. Bidan mengikuti seminar dan
pelatihan-pelatihan yang 0,13 3 0,36
berhubungan dengan kesehatan
6. Beban kerja bidan diruangan
tidak terlalu tinggi 0,17 3 0,51
7. Ada dokter spesialis yang selalu 0,5 3 0,30
bertanggung jawab

TOTAL 1,5 2,87

WEAKNESS
0 0 0
-
TOTAL 0 0

OPPORTUNITY
1. Bidan mempunyai kemauan 0,28 3 0,84 O-T
untuk melanjutkan pendidikan ke 1,8- 1,56=
jenjang yang lebih tinggi 0,24
2. Rumah sakit memberikan 0,2 3 0,6
kebijakan untuk memberi
beasiswa dan pelatihan bagi
bidan ruangan
3. Adanya kebijakan pemerintah 0,13 3 0,36
tentang profesionalisasi bidan

TOTAL 0,61 1,8

THREATS
1. Adanya tuntutan tinggi oleh 0,17 2 0,34
masyarakat untuk pelayanan
72

yang lebih professional


2. Makin tingginya kesadaran 0,12 2 0,24
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Persaingan dengan masuknya 0,1 2 0,2
asing.
4. Kebijakan pemerintah tentang 0,15 2 0,3
BPJS
5. Adanya pertanggung jawaban 0,16 3 0,48
legalitas bagi pasien

TOTAL 0,7 1,56


2 M2 (Sarana dan prasarana)
a. Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Mempunyai sarana dan prasarana 0,5 3 0,15
untuk pasien dan tenaga kesehatan
2. Mempunyai peralatan oksigenasi 0,3 2 0,6 S-W
dan semua bidan ruangan mampu 1,35-0
menggunakan =1,35
3. Terdapat admistrasi penunjang 0,1 2 0,2
4. Tersedianya Nurse Station. 0,1 2 0,2
5. Sistem pelayanan asuransi 0,1 2 0,2
kesehatan berjalan baik

TOTAL 1,1 1,35

WEAKNESSES

- 0 0 0

TOTAL 0 0

OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan untuk 0,5 2 1
pengantian alat-alat yang tidak
layak pakai

TOTAL 0,5 1
O-T
THREATS 1-1= 0
73

1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,5 2 1


masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana

TOTAL 0,5 1

3 M-3 (Method)
Penerapan Model
a Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Model Modifikasi yang digunakan 0,3 4 1,2
yaitu Primer - TIM
2. Model yang digunakan sesuai 0,2 3 0,6
dengan visi dan misi ruangan.
3. Kebanyakan atau hampir semua 0,14 2 0,48
bidan mengerti/memahami model
yang digunakan dan menyatakan S -W
cocok dengan model yang ada. 2,76- 0,3 =
4. Memiliki standart asuhan 0,14 2 0,24 2,46
kebidanan.
5. Terlaksananya komunikasi yang 0,12 2 0,24
cukup baik antar profesi

TOTAL 0,9 2,76

WEAKNESSES
1. Jumlah PP belum memenuhi 0,15 2 0,3
harapan. Kepala ruangan dalam
proses menyiapkan PP

TOTAL 0,15 0,3

b External Factro (EFAS)


OPPORTUNITIES
1. Kepercayaan dari pasien dan 0,5 3 1,5
masyarakat cukup baik.
2. Penerapan MPKP pada Bidan 0,5 3 1,5
O-T
TOTAL 1 3 3-1,2= 1,8

THREATS
1. Persaingan dengan RS lain 0,2 1 0,2
74

2. Tuntutan masyarakat akan 0,5 2 1,0


pelayanan yang maksimal.

TOTAL 0,7 1,2

4 Ronde Keperawatan
a Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya kemauan bidan untuk 0,18 2 0,36
mengelolah kasus-kasus tertentu
di pelayanan kebidanan.
2. Ronde Keperawatan dilaksanakan 0,5 3 1,36
dalam bentuk diskusi kasus S-W
3. Diskusi kasus dilakukan secara 0,4 2 0,68 2,4-0 = 2,4
berkala setiap jumat setiap minggu

TOTAL 1,08 2,4

WEAKNESSES
- 0 0 0

TOTAL 0 0

b External Factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya pelatihan dan diskusi 0,62 3 1,86
tentang masalah yang terjadi di O–T
ruang cempaka II 1,86-2,46 =
TOTAL 0,62 1,86 -0,6

THREATS
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,82 3 2,46
dari pasien dan keluarga pasien
untuk mendapatkan pelayanan
yang lebih profesional.

TOTAL 0,82 2,46


5 Dokumentasi Keperawatan
STRENGTH
1. Tersedianya sarana prasarana 0,2 2 0,4 S-W
(administrasi penunjang). 2,15-0,6 =
1. Sudah ada sistem 0,13 2 0,26 1,55
pendokumentasian POR
75

2. Dokumentasi keperawatan yang 0,25 3 0,75


dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan sistem Head to Toe
dan ROS, serta diagnose
kebidanan sampai dengan
evaluasi dengan menggunakan
SOAP.
3. Format pengkajian sudah ada dan 0,15 2 0,3
dapat memudahkan bidan dalam
pengkajian dan pengisiannya.
4. Bidan mengatakan mengerti cara 0,17 2 0,24
pengisian format dokumentasi
yang digunakan dengan benar dan
tepat
5. Bidan mengatakan melakukan 0,05 2 0,1
dokumentasi segera setelah
melakukan tindakan
6. Bidan mengatakan format yang 0,05 2 0,1
digunakan sangat membantu
dalam melakukan pengkajian pada
pasien

TOTAL 1 2,15

WEAKNESS
1. Sistem pendokumentasian masih 0,15 3 0,45
dilakukan secara manual
2. Bidan mengatakan model 0,05 3 0,15
dokumentasi ynag digunakan
menyita banyak waktu bidan
TOTAL 0.2 0,6

OPPORTUNITIES
1. Adanya program pelatihan tentang 0,3 3 0,9
pendokumentasian keperawatan.
2. Peluang bidan memahami 0,3 2 0,6
pentingnya aspek legal dalam
dokumentasi.
3. Adanya supervise terkait 0,2 3 0,6 O-T
dokumentasi bidan oleh karu 2,1 – 2 =
0,1
TOTAL 0,8 2,1

THREATS 2
1. Meningkatnya kesadaran pasien 0,6 1,2
76

dan keluarga akan tanggung jawab


dan tanggung gugat. 2
2. Akreditasi rumah sakit 0,4 0,8
mendukung sistem dokumentasi
asuhan kebidanan.

TOTAL 1 2
6 Timbang Terima
a IFAS
STRENGTH
1. Timbang terima merupakan 0,05 3 0,15
kegiatan rutin, yaitu
dilaksanakan tiga kali dalam
sehari
2. Diikuti oleh semua bidan yang 0,2 4 0,8
telah dan akan dinas
3. Timbang trima dipimpin oleh 0,05 3 0,15
kepala ruangan
4. Ada klarifikasi, tanya jawab dan 0,15 4 0,6
validasi terhadap semua yang
ditimbang terimakan. S -W
5. Semua bidan tau hal – hal yang 0,1 2 0,2 3,05- 0=
perlu dipersiapkan dalam 3,05
timbang terima.
6. Selalu ada interaksi dengan psien 0,1 2 0,2
selama timbang terima
7. Semua bidan mengetahui prinsip 0,1 2 0,2
– prinsip tentang teknik
penyampaian timbang terima di
depan pasien.
8. Setelah dilaporkan, laporan 0,1 3 0,3
ditandatangani oleh yang
bersangkutan .
9. Kepala ruangan mengevaluasi 0,1 3 0,3
kesiapan bidan yang akan dinas.
10. kegiatan timbang terima 0,05 2 0,15
menggunakan SBAR

TOTAL 1 3,05

WEAKNESS
- 0 0 0

TOTAL 0 0

b. EFAS
77

OPPORTUNITIES
1. Adanya mahasiswa ITIKES Bali 0,3 3 0,9
Profesi Ners yang praktek
menegemen keperawatan di
ruangan
2. Adanya kerjasama yang baik 0,3 3 0,9
antara PP dan PA
3. Sarana dan prasarana penunjang 0,4 3 1,2
cukup tersedia

TOTAL 1 3

THREATS
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 3 0,15
dari masyarakat untuk O-T
mendapatkan pelayanan yang S-T
lebih profesioanal 3-1,15=
2. Meningkatan kesadaran 0,5 2 1 1,85
masyarakat tentang tanggung
jawab dan gugat bidan sebagai
pemberi asuhan kebidanan
1 1,15
TOTAL

7 Supervisi
a)IFAS
STRENGTH
1. Adanya supervise oleh karu 0,4 2 0,8
secara teratur.
2. Kepala ruangan Cempaka 2 0,4 2 0,6
mendukung kegiatan supervisi
demi peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.

TOTAL 0,8 1,4

0 0 0 S- W
WEAKNESS 1,4- 0 = 1,4
- 0 0

TOTAL

b) EFAS
OPPORTUNITIES 0,5 4 2
78

1. Adanya mahasiswa ITEKES Bali


Profesi Ners yang praktek
manajemen keperawatan di
ruangan Cempaka 2 0,3 3 0,9
2. Adanya jadwal supervisi
keperawatan oleh pengawas
perawat setiap bulan 0,2 1 0,2
3. MPKP mendukung karu untuk
memberikan pengarahan dalam O-T
supervisi 1 3,1 3.1 - 3 = 0,1
TOTAL

THREATS 1 3 3
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional dan
bermutu sesuai dengan
peningkatan biaya perawatan.
1 3
TOTAL

8 Discharge Planning
a IFAS
STRENGTH
1. Adanya kesadaran yang tinggi 0,3 3 0,9
dari Bidan.
2. Bidan sealu aktif dalam 0,2 3 0,6
pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga saat akan
pulang.
S-W
TOTAL 0,5 1,5 1,5-2,6=
-1,1
WEAKNESS
1. Kurangnya pemberian 0,2 3 0,6
brosur/leaflet untuk pasien saat
melakukan discharge planning
2. Pendidikan kesehatan dilakukan 0,1 2 0,2
secara lisan pada setiap
pasien/keluarga.
3. Waktu pemulangan pasien 0,5 3 0,9
menunggu proses billing
4. Permintaan pulang harus 0,3 2 0,4
menunggu DPJP dan Residen
5. Cek informed consen 0,2 2 0,5
79

TOTAL 1,3 2,6

EFAS
OPPORTUNITIES
1. Meningkatkan monitoruing dan 0,3 3 0,9
evaluasi mutu pemberian asuhan
kebidanan
2. Meningkatkan pelaksanaan 0,3 3 0,9
pemulangan pasien dengan
teratur
3. Memelihara kepuasaan pasien 0,4 3 1,2
dan keluarga

TOTAL 1 3

THREATS

1. Adanya tuntutan masyarakat 0,3 1 0,3


untuk mendapatkan pelayanan O-T
keperawatan yang lebih 3- 3,1 = -
profesioanal. 0,1
2. Makin tingginya kesadaran 0,4 4 1,6
masyarakat akan kepuasan
pelayanan
3. Semua data pasien masuk ke 0,5 3 1,2
Hospital Information sistem

TOTAL 1,2 3,1

9 Sentralisasi Obat
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH
1. semua bidan mengemukakan 0,3 3 0,9
jawaban mengerti tentang
sentralisasi obat
2. diruangan tersebut ada setralisasi 0,5 4 2,0
obat , ini bisa dilihat adanya S-W
ruangan khusus obat. 3,3-0,6= 2,7
3. Sebagian besar bidan pernah 0,2 3 0,4
berwenang mengurusi setralisasi
obat
TOTAL 1 3,3

WEAKNESS
80

1. Selama ini format yang ada 0,1 2 0,2


masih obat oral dan injeksi dan
yang lain tercampur pada salah
satu dan keduanya
2. Selama ini waadah obat 0,2 3 0,4
tercampur dengan alkes

TOTAL 0,3 0,6

b. External Factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Sentralisasi mendukung 0,4 2 0,8
keamanan pemberian obat
2. Mendukungnya patiet safety dan 0,6 3 1,8
medical safety O-T
3. Sudah ada labelling yang jelas 0,5 2 1,8 4,4-3,8= 0,6
pada masing-masing obat pasien
1,5 4,4
TOTAL

THREATENED 0,5 4 2,0


1. Sedikitnya stok obat pasien 0,5 3 1,8
2. Adanya kebijakan atau aturan
dari RS yang mempengaruhi
sentralisasi obat 1 3,8
TOTAL
81

1,85
C. Diagram Laya ng
TT
1,8
M3

1,4
SV

0,24
M1

0,6

SO

0,
3

0,1
D
M2
W
S

-3,1 -2,57 -2,7 -2,4 -1,55 -1,35 -0,1 0,1 1,1 1,35 1,55 2,4 2,7 2,46 2,87 3,05
-1,1

-0,1
DP

-0,3

RK
-0,6

-0,24

-1,4

-1,8

-1,85

-3,5

T
82

Berdasarkan analisa diatas, dapat disusun sebagai berikut :


SKOR ANALISIS
MASALAH SWOT PRIORITAS
IFAS EFAS
Discharge Planning -1,1 -0,1 Pertama
Dokumentasi Kep 1,55 0,1 Kedua
Sentralisasi Obat 2,7 0,6 Ketiga
Supervisi 0,1 1,4 Keempat
Timbang Terima 3,05 1,85 Kelima
Ronde Keperawatan 2,4 -0,6 Keenam
83

BAB IV
PERENCANAAN/RENCANA STRATEGI

A. Penataan Ketenagaan
Dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan serta untuk mendapatkan
pengalaman dalam menerapkan manajemen keperawatan di ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai
berikut:
Ketua : Ni Luh Rita Antasari, S.Kep.
Penanggung Jawab MPKP : Bimbi Ayu Lestari, S.Kep.
Sekretaris : Ni Made Ratri Dwiandari, S.Kep.
Bendahara : Dewa Ayu Sasih Purnama Dewi, S.Kep.
Sie Humas : Ni Wayan Yatik Marlinda, S.Kep.
Seksi Konsumsi : Ni Kadek Wulan Apsari, S.Kep
Seksi Prasarana : Anak Agung Rani Arsanti, S.Kep.
Anggota : Ida Ayu Putu Ratih Widiadnyani, S.Kep.
Ni Luh Ari Suandewi, S.Kep.
Luh Widyariesta Damayanti, S.Kep.
Ni Kadek Ino Padma Dewi, S.Kep.
Nabila Imania, S.Kep.
Putu Kristi Ayu Utami, S.Kep.
Susunan kepanitiaan ini bersifat permanen selama praktik manajemen
keperawatan dan berfungsi menentukan kebijakan-kebijakan internal seputar
teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat umum. Selanjutnya
dalam pengelolaan ruang rawat, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan
pembagian peran yaitu sebagai kepala ruangan, perawat primer dan perawat
associate.
84

B. Perencanaan MPKP (Metode Praktik Keperawatan Profesional)


1. Kajian Teori
Metode praktik keperawatan profesional merupakan salah satu metode
praktik keperawatan profesional, dimana perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit. Metode asuhan
keperawatan ini mendorong kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat asuhan keperawatan dan pelaksana asuhan keperawatan,
sehingga konsep dasar model ini adalah tanggung jawab dan tanggung
gugat model keperawatan.
Ada 5 metode praktik keperawatan profesional :
a. Fungsional (bukan model MPKP profesional)
Pada metode ini setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan, kepada semua pasien dibangsal karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat.
b. MPKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu.
c. MPKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai
dari pasien masuk sampai keluar Rumah Sakit
d. MPKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat perawat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
setiap shift.
87

e. MPKP Modifikasi
Pada model MPKP ini merupakan kombinasi dari dua sistem:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S1 keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat
yang ada di RS sebagian besar lulusan D3, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh primer atau
ketua tim.

Pengembangan Dan Struktur Organisasi MPKP

Struktur: Proses :

Jumlah Tenaga Keperawatan Primer

Jenis Tenaga

Standar Tenaga Hubungan Perawat

Tanggung jawab, berkesinambungan dan tanggung


gugat

Nilai-nilai professional
Sumber :Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit.
88

2. Penetapan Jenis Tenaga


Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP, metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode keperawatan tim,
namun pelaksanaannya kurang optimal karena keterbatasan tenaga
keperawatan dan tingkat pendidikan yang dimiliki. Dengan demikian
dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga meliputi Kepala
Ruangan Rawat, Perawat Primer (PP) dan Perawat Assosiate (PA).

Struktur Ketenagaan Keperawatan Pada MPKP

Kepala

PP1 PP2 PP3

PA PA PA

PA PA PA

PA PA PA

PA PA PA

PA PA PA

Sumber: Sitorus, Ratna. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional di


Rumah Sakit
89

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama perawat di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP
Sanglah mampu menerapkan Metode Praktik Keperawatan
Profesional modifikasi primer.
b. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan MPKP, mahasiswa mampu:
1) Mengatur kebutuhan tenaga perawat.
2) Mengatur tugas dan wewenang perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan MPKP.
3) Melakukan sistem pendokumentasian yang tepat, efektif dan
efisien.
4) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme.
5) Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat
dengan tim kesehatan yang lain.
4. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Ni Made Ratri Dwiandari, S.Kep.
5. Pelaksanaan
MPKP dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai minggu II
sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen keperawatan di
Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal 3 Februari
sampai dengan 16 Februari 2020.
6. Rencana strategis
a. Mendiskusikan bersama dengan staf perawat di Ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah mengenai bentuk dan penerapan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) modifikasi primer yang
dilaksanakan.
b. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat dan kekurangan tenaga
perawat. Selama berlangsungnya praktik manajemen keperawatan
c. Mahasiswa mengelola ruang Cempaka 2 Obstetri Kamar 11 atau 12.
Pembagian peran anggota kelompok terdiri atas 13 orang meliputi:
90

setiap hari 2 orang bertugas sebagai kepala ruangan, 2 orang sebagai


perawat primer, dan 9 orang sebagai perawat associate yang dibagi
menjadi 3 shift. Pergantian peran dilakukan setiap hari. Pelaksanaan
MPKP oleh mahasiswa juga diikuti oleh penilaian tingkat kepuasan
pasien dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan MPKP.
d. Melakukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
e. Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat dan
memodifikasi kekurangan tenaga perawat di Ruang Cempaka 2
Obstetri RSUP Sanglah.
f. Menerapkan model MPKP bersama staf perawat di Ruang Cempaka
2 Obstetri RSUP Sanglah sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
7. Kriteria evaluasi
a. Struktur
Model praktik keperawatan profesional modifikasi primer yang
dilaksanakan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah
dikonsulkan terlebih dahulu dengan pembimbing akademik dan
dengan persetujuan dari pembimbing ruangan.
b. Proses
Selama proses pelaksanaan, Model Praktik Keperawatan Profesional
di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah berjalan sesuai dengan
rencana yaitu setiap hari 2 orang bertugas sebagai kepala ruangan, 2
orang bertugas sebagai perawat primer dan 9 orang bertugas sebagai
perawat associate yang dibagi kedalam 3 shift.
c. Hasil
Diharapkan pemahaman mahasiswa dan perawat ruangan di Ruang
Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah tentang Model Praktik
Keperawatan Profesional meningkat dengan hasil peningkatan
kepuasan pasien.
91

8. Uraian tugas
a. Uraian tugas kepala ruangan meliputi:
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan askep baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2) Bertanggung jawab terhadap semua PP dan PA termasuk dalam
pembuatan jadwal dinas.
3) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan MPKP meliputi timbang
terima, ronde keperawatan, supervisi, dokumentasi askep,
sentralisasi obat, dan discharge planning.
4) Membuat laporan kepala ruangan.
b. Uraian tugas perawat primer meliputi:
1) Melakukan pengkajian data secara komprehensif, menetapkan
diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan secara definitif,
melakukan modifikasi tindakan keperawatan, serta melakukan
evaluasi keperawatan sesuai tujuan.
2) Menerima konsultasi pasien yang menjadi tanggung jawabnya
selama 24 jam penuh.
3) Menetapkan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan.
c. Uraian tugas perawat associate meliputi:
1) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang dibuat PP.
2) Memantau respon pasien setelah dilakukan tindakan.
3) Melaporkan masalah baru (konsultasi) dengan PP, mencatat dan
melaksanakan instruksi PP.
4) Mencatat perkembangan keperawatan pasien dengan format

C. Timbang Terima
Timbang terima profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat
dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran
dan komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan tim kesehatan lain
saat pergantian shift (timbang terima pasien).
92

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk


menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawat
penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulusan dan lisan
(Nursalam, 2016).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengkomunikasikan keadaan pasien dan
informasi yang penting.
b. Tujuan Khusus
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien.
2) Menyampaikan hal-hal yang sudah dilakukan dalam asuhan
keperawatan pada pasien.
3) Menyampaikan permasalahan keperawatan pasien yang masih ada
dan yang sudah terselesaikan.
4) Menyampaikan hal-hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh
shift berikutnya.
5) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
2. Manfaat Timbang terima
a. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat.
2) Menjalin hubungan suatu kerjasama dan tanggung jawab antara
perawat.
3) Pelaksanaan askep terhadap penderita yang berkesinambungan.
4) Perawat dapat mengikuti perkembangan penderita secara
paripurna.
93

b. Bagi pasien
1) Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.

3. Prosedur Timbang terima


Tabel 4.1
Prosedur Timbang Terima
WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA
5 menit Persiapan 1. Kedua kelompok dinas Nurse PP, PA
sudah siap dan Station
berkumpul di Nurse
Station
2. Karu mengecek
kesiapan timbang terima
tiap PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet),
PP yang akan
mengoperkan,
menyiapkan buku
timbang terima
4. Kepala ruangan
membuka acara timbang
terima dilanjutkan
dengan doa.
20 menit Pelaksana 1. PP menyampaikan Ners KARU, PP, PA
an timbang terima pada PP Station
berikutnya, hal yang dan Ruang
perlu disampaikan Pasien
94

WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA


dalam timbang terima:
a. Jumlah pasiean
b. Identitas pasien dan
diagnose medis
c. Data
(keluhan/subyektif
dan obyektif)
d. Masalah
keperawatan yang
masih muncul
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
f. Intervensi
kolaboratif dan
dependen
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi,
pemeriksaan
penunjang dll)
2. Perawat yang
melakukan timbang
terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
95

WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA


telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas
3. Kepala ruangan/ PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
4. Sedapatnya
mengupayakan
penyampaian yang jelas
singkat dan padat
5. Setelah semua laporan
dimengerti, lanjutkan
dengan timbang terima
pasien ke tempat
perawatan.
6. Timbang terima
dilakukan oleh PP/ PA
jika PP tidak ada.
a. Ucapkan salam
“Selamat
pagi/siang/malam”
b. Tanyakan kondisi/
perasaan pasien
c. Perkenalkan
perawat yang akan
bertugas
d. Validasi hal-hal
penting atau perlu
96

WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA


penekanan dari
pelaksanaan asuhan.
e. PP Melakukan
klarifikasi. Cross
cek bila perlu.
f. Akhiri dengan
salam pamit ke
pasien
7. Setelah selesai timbang
terima langsung,
pimpinan timbang
terima mengakhiri
timbang terima
a. Tanyakan kepada
petugas jaga
sebelumnya, adakah
hal-hal lain yang
ingin disampaikan
perihal pasien
maupun kondisi
ruangan secara
umum
b. Tanyakan kepada PP
tentang hal-hal yang
perlu dijelaskan lagi.
8. Lama timbang terima
untuk tiap pasien tidak
lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
97

WAKTU TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA


keterangan yang rumit
5 menit Post 1. Klarifikasi hasil Ners KARU, PP, PA
Timbang validasi data oleh PP Station
Terima shiftselanjutnya.
2. Laporan timbang
terima ditandatangani
oleh kedua PP dan
diketahui KARU
(kalau pagi saja).
3. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
4. Ditutup oleh KARU

4. Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan


a. Dilaksanakan tepat pada waktu, setiap pergantian sift.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
penderita (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis
dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan
penderita.
f. Saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar
sesuatu rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya
tidak dibicarakan secara langsung didekat pasien.Sesuatu yang
mungkin membuat pasien terkejut sebaiknya dibicarakan di nurse
station.
98

5. Evaluasi
a. Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan selalu memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu
malam ke pagi dan shift pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat assosiate yang bertugas
saat itu.
b. Proses
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke pagi dan pagi ke
sore. Kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam di pimpin
oleh perawat assosiate yang bertugas saat itu dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.
1) Perawat primer mengoperkan ke perawat assosiate berikutnya
yang akan mengganti shift.
2) Timbang terima pertama dilakukan di ners station.
3) Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang
belum dilakukan dan pesan khusus. Setiap pasien tidak lebih dari
5 menit saat klarifikasi ke pasien.
4) Setelah proses timbang terima selesai dilakukan, maka kedua PP
menandatangani laporan timbang terima dengan diketahui oleh
kepala ruangan.
c. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik. Setelah proses timbang terima selesai
99

dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan timbang terima


dengan diketahui oleh kepala ruangan.

PASIEN

DIANOSA MEDIS DIAGNOSE


MASALAH KOLABORATIF KEPERAWATAN
RENCANA
TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN/
KEADAAN PASIEN

MASALAH:
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. MUNCUL MASALAH BARU

Bagan 4.3 Alur Timbang Terima

6. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Dewa Ayu Sasih Purnama Dewi, S.Kep.
7. Pelaksanaan
Timbang terima akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai
minggu II sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal 3
Februari sampai dengan 16 Februari 2020.
8. Rencana Strategi
a. Menyusun alur timbang terima bersama-sama dengan perawat
ruangan.
b. Menyusun materi timbang terima.
c. Membuat format timbang terima dan juknis.
100

d. Melaksanakan timbang terima bersama dengan kepala ruangan dan


staf keperawatan.
e. Mendokumentasikan hasil timbang terima penderita.

D. Supervisi
Supervisi keperawatan adalah salah satu fungsi pokok manajer berupa proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat ruangan mampu mengaplikasikan
peran supervisor keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dan staff
perawat ruangan dalam pelaksanaan supervisi keperawatan.
2) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
3) Meningkatkan kinerja perawat/bidan dalam memberikan asuhan
keperawatan/kebidanan
2. Prinsip Supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
menajemen dan kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petujuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana. Supervisi merupakan visi, misi,
falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
e. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreatifitas dan motifasi.
101

3. Pelaksanaan Supervisi
a. Kepala Ruangan
1) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
pasien di ruang perawatan
2) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
3) Mengawasi perawat pelaksanaan dalam melaksanakan praktek
keperawatan di ruang keperawatan.
b. Pengawas Perawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala
ruangan yang ada di instalasiya.
c. Kepala seksi perawatan
Mengatasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.
4. Langkah-langkah supervisi
a. Pra supervisi
1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
2) Supervisor menetapkan tujuan
b. Supervisi
1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrument yang telah disiapankan
2) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
3) Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan
dan klarifikasi permasalahan
4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
menvalidasi data sekunder
c. Pasca supervisi
1) Supervisor memberkan supervise (F-Fair)
2) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
3) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
102

5. Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manejemen sumber daya yang
tersedia
6. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed
back dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforment dan petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai
dan memperbaiki yang masih kurang.
4) Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis. Peran kepala ruangan, PP dan PA dalam
MPKP adalah:
1) Peran Kepala Ruangan (Karu)
a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat associate
103

d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
2) Peran Perawat Primer (PP)
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan
f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang
g) Menyiapkan rujukan kepada pekerjaan social, kontrak dengan
lembaga sosial di masyarakat
h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu
3) Peran Perawat Associate(PA)
Peran PA melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah disusun oleh PP.
104

Alur Supervisi

Ka Bid Perawatan

KaSi Keperawatan

Ka. Instalasi
Perawatan Obgyn

Menetapkan kegiatan dan Ka Ru


tujuan serta instrumen/ alat
ukur supervisi

PP1 PP 2

menilai kinerja supervisi


perawat
PA1 PA 2

1) Feedback
2) Penyampaian
Kualitas
penilaian (fair)
Pelayanan
3) Follow up,
Meningkat
pemecahan masalah
dan reward

Bagan 4.4 Alur Supervisi


105

7. Pengorganisasian
Penanggung Jawab : Ni Luh Rita Antasari, S.Kep.
8. Pelaksanaan
Supervisi akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai minggu II
sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen keperawatan di
Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal 3 Februari
sampai dengan 16 Februari 2020.
9. Rencana Strategi
a) Menyusun konsep supervisi keperawatan
b) Menetapkan materi supervisi keperawatan
c) Membuat format supervisi keperawatan
d) Melaksanakan supervisi keperawatan bersama-sama dengan kepala
ruangan dan staff keperawatan.
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.

E. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien, dilakukan dengan melibatkan pasien
untuk membahas dan melakukan asuhan keperawatan. Ronde keperawatan
akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah
dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan
terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori
kedalam praktek keperawatan.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staf perawat mampu menyelesaikan masalah
melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan ilmiah.
106

2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.


3) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
2. Manfaat ronde Keperawatan
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d. Terjalinnya kerjasama antara tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.
3. Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. Pasien dengan kasus baru atau langka.
4. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administrative (informed consent, alat dan lainnya)
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
c. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah pasien teratasi
107

d. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan rasa berpikir yang kritis
2) Menumbuhkan rasa berpikir yang sistematis
3) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
108

5. Tahapan ronde
TAHAP PRA RONDE PP
PROPOSAL
PENETAPAN PASIEN

PERSIAPAN PASIEN :
 INFORMED CONSENT
 HASIL PENGKAJIAN

TAHAP  APA YANG MENJADI MASALAH


RONDE :  CROSS CEK DATA YANG ADA
PENYAJIAN  APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
TERSEBUT
 BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
SAK,SOP)

TAHAP RONDE VALIDASI DATA

DISKUSI KARU, PP,


TAHAP RONDE PERAWAT KONSELOR

TAHAP PASCA RONDE


EVALUASI

MASALAH TERATASI
Bagan 4.5 Tahapan Ronde Keperawatan
Keterangan :
: Di Nurse Station
: Di Bed Pasien
109

a. Pra Ronde
1) Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber dan literature
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
6) Diskusi apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan ?dan Apa hambatan
yang ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
c. Pasca Ronde
1) Evaluasi, revisi dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
d. Peran masing – masing anggota tim
1) Peran perawat primer dan Perawat Associate
a) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b) Menjelaskan diagnosa keperawatan
c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d) Menjelaskan hasil yang didapat
e) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) dari tindakan yang
diambil
f) Menggali masalah pasien yang belum terkaji
110

2) Peran Perawat Konselor


a) Memberikan justifikasi.
b) Memberikan reinforcement.
c) Memvalidasi kebenaran dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
d) Mengarahkan dan koreksi.
e) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.
6. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Putu Kristi Ayu Utami, S.Kep.
7. Pelaksanaan
Ronde keperawatan akandilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai
minggu II sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal 3
Februari sampai dengan 16 Februari 2020.
8. Rencana Strategi
a. Menentukan penderita yang akan dijadikan subjek ronde keperawatan
b. Menentukan strategi ronde keperawatan yang akan digunakan.
c. Menentukan materi dalam pelaksanaan ronde keperawatan yang akan
digunakan.
d. Menyiapkan petunjuk teknis pelaksanaan ronde keperawatan termasuk
menghubungi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan ronde
keperawatan.
e. Melaksanakan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan dan
staf keperawatan.
f. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan ronde keperawatan.
111

F. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan pada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengaplikasikan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
b. Tujuan khusus
1) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat dan
benar sesuai dengan prinsip 6B + 1W dan mendokumentasikan
hasil pengelolaan
2) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam
penerapan Prinsip 6B+1W.
3) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan
4) keperawatan yang diberikan.
5) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap
perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat.
6) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program therapi.
2. Peran
a. Perawat Primer dan Perawat Associate
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
3) Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat
4) Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
therapy
b. Perawat Primer lain dan Supervisor
1) Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktik
2) Menilai kepatuhan pasien terhadap program therapy
3) Memotivasi pasien untuk memenuhi program therapy
112

3. Beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasi:


a. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek
c. Meresepkan obat sebelum diagnosa pasti dibuat
d. Menggunakan dosis yang lebih besar daripada diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya dan
akan membuang atau lupa minum
f. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak
yang tersisa sesudah kadarluasa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi
tidak efektif
h. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat terlalu banyak pada suatu waktu sehingga
dipakai berlebihan atau dicuri
4. Teknik pengelolaan obat (sentralisasi):
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat
5. Penerimaan obat:
a. Obat yang diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dan
menerima lembar terima obat
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan obat dalam kartu control dan diketahui (ditandatangani) oleh
keluarga atau pasien dalam buku obat
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum serta kartu sediaan obat
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat.
113

6. Pembagian obat
a. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat
b. Obat yang telah disimpan selanjutnya diberikan kepada perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping
d. Sedian obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam
buku masuk obat
7. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan/ perubahan jenis, dosis, atau
perubahan alur jenis obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat
b. Pada pemberiaan obat yang bersifat tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya diinformasikan
kepada keluarga dengan kartu khusus obat
8. Obat khusus
a. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam
waktu tertentu
b. Pada pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus
obat, dilaksanakan oleh perawat primer
c. Informasi yang diberikan kepada keluarga dan pasien: nama obat,
kegunaan, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian
d. Menyimpan penyediaan obat
114

e. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat
dan menulis etiket dan alamat pasien
f. Sistem kartu persediaan
g. Lemari obat

DOKTER

PENDEKATAN
PERAWAT
KELUARGA
/PASIEN

FARMASI/APOTIK

PASIEN/KELUARGA
 Sarana persetujuan
sentralisasi obat
 Lembar serah
terima obat
PP/PERAWAT YANG
MENERIMA
 Buku serah terima
masuk obat

PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH
PERAWAT

PASIEN/KELUARGA
Keterangan :
: Garis komando
: Garis koordinasi
Bagan 4. 7 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
115

9. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Anak Agung Rani Arsanti, S.Kep.
10. Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas
mulai minggu II sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen
keperawatan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal
3 Februari sampai dengan 16 Februari 2020.
11. Rencana Strategi
a. Menyusun format sentralisasi obat
b. Melaksanakan pengelolaan sentralisasi obat pasien Ruang Cempaka
2 Obstetri RSUP Sanglah
c. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan obat

G. Discharge Planning
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan proses yang
terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang ditunjukkan. Discharge Planning
keperawatan atau yang sering disebut dengan keperawatan berkelanjutan,
dimana perawatan yang dibutuhkan oleh pasien harus diberikan dimanapun
pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan
perencanaan pulang akan berisiko terhadap bertahannya penyakit, ancaman
hidup dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi
yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan
berguna untuk proses keperawatan dirumah. Tujuan discharge planning
adalah memberikan informasi yang tepat tentang perawatan dan pengobatan
yang harus dilanjutkan di rumah dan waktu untuk melakukan control
kembali.
Perencanaan persiapan pulang merupakan sesuatu yang penting dalam
keberhasilan asuhan keperawatan pasien rawat inap karena informasi yang
diberikan sebelum pasien pulang merupakan bekal yang sangat berharga bagi
pasien dan keluarganya.Informasi yang tidak adekuat sebelum pasien pulang
116

dapat menyebabkan pasien dan keluarganya melakukan tindakan yang kurang


tepat akibat kurang informasi.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan praktik manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa mampu mengaplikasikan discharge planning secara
optimal.
b. Tujuan Khusus
1) Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2) Mengidentifikasi masalah pasien.
3) Memprioritaskan masalah pasien yang utama.
4) Membuat perencanaan pasien pulang yaitu mengajarkan pada
pasien yang dilakukan dan dihindari selama di rumah.
5) Melakukan evaluasi pasien selama diberikan penyuluhan.
6) Mendokumentasikan.
2. Adapun pelaksanaan discharge planning yang idealnya dilaksanakan:
a. PP memberikan HE (health education) pada pasien yang akan
pulang atau yang direncanakan pulang meliputi: obat-obatan yang
masih harus diminum di rumah, diet, aktivitas, istirahat, waktu dan
tempat kontrol kembali, apa yang dibawa pulang dan hal- hal yang
perlu diperhatikan pasien selama di rumah.
b. Selain memberikan penjelasan secara lisan, PP juga memberikan
kartu discharge planning dan leaflet yang berisi penjelasan yang
diberikan.
c. Setelah pasien dan keluarga mendapatkan discharge planning maka
pasien atau keluarga menandatangani format discharge planning
sebagai bukti telah mendapatkan discharge planning dari perawat
117

Dokter dan tim PP dibantu PA

Keadaan Pasien:
Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain

Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain- lain


administrasi Program HE:

Control dan obat atau


perawatan

Gizi

Aktivitas dan istirahat


Monitor (sebagai program servis safety) oleh: keluarga dan petugas
Bagan 4.6 Alur Discharge Planning
Keterangan:
Tugas Kepala Ruangan: Menentukan estimasi lama perawatan
Tugas Perawat Primer :
a. Menerima pasien baru
b. Membuat rencana discharge planning
c. Membuat leaflet
d. Memberikan konseling
3. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ni Kadek Ino Padma Dewi, S.Kep.
4. Pelaksanaan
118

Discharge planning akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai


minggu II sampai dengan minggu III praktik profesi manajemen keperawatan di
Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah mulai tanggal 3 Februari sampai
dengan 16 Februari 2020.
5. Rencana Strategi
a. Menyusun konsep discharge planning.
b. Menentukan materi discharge planning
c. Menyiapkan format discharge planning, kartu kontrol, kartu obat.
d. Melaksanakan discharge planning bersama dengan perawat ruangan
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan discharge planning.

H. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan professional, karena mempunyai fungsi
sebagai alat komunikasi, aspek hukum, jaminan mutu pendidikan/penelitian
dan akreditasi.Kelompok memilih mendokumentasikan model ini aplikatif
dan efektif karena sudah tampak adanya masalah keperawatan.
Secara garis besar model pendokumentasian ini terdiri dari format
pengkajian, format problem, intervensi dan evaluasi dalam satu lembar.Setiap
pasien dilakukan pengkajian oleh perawat primer kemudian dilakukan
analisis dan ditegakkan diagnosa keperawatan.Selanjutnya intervensi
keperawatan ditulis sesuai dengan format SAK yang ada. Format cetakan
keperawatan diisi oleh perawat primer, sedangkan hasil observasi, vital sign,
pemberian obat ditulis di lembar observasi oleh perawat associate.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa bersama staff perawat di ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah mampu menerapkan sistem dokumentasi
keperawatan model PIE (Problem-Interventi on-Evaluation) dengan
benar di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah.
b. Tujuan Khusus
119

1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan


2) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
3) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
4) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
6) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
7) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
8) Mendokumentasikan HE (Health Education) melalui kegiatan
perencanaan pulang.
9) Mendokumentasikan timbang terima
10) Mendokumentasikan kegiatan supervisi
11) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde
keperawatan.
2. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Ida Ayu Putu Ratih Widiadnyani, S.Kep.
3. Pelaksanaan
Pendokumentasian keperawatan akandilaksanakan sesuai dengan jadwal
dinas mulai minggu II sampai dengan minggu III praktik profesi
manajemen keperawatan di Ruang Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah
mulai tanggal 3 Februari sampai dengan 16 Februari 2020.
4. Rencana Strategi
a) Menyusun format pengkajian model ROS (Review Of Sistem)
b) Mendiskusikan bersama staf perawat Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah mengenai format pengakajian dan pendokumentasian
yang akan digunakan selama praktik MPKP
c) Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format dokumentasi
keperawatan
d) Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
e) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan
5. Evaluasi
a) Struktur
120

1) Kegiatan dokumentasi keperawatan dilaksanakan di Ruang


Cempaka 2 Obstetri RSUP Sanglah.
2) Persiapan dilakukan sebelumnya dengan persetujuan
pembimbing
b) Proses
1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
2) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan
tingkah laku pasien
3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan diambil
tindakan selanjutnya
4) Evaluasi melibatkan keluarga dan tim kesehatan lainnya
5) Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai
dan standar praktek keperawatan)
c) Hasil
1) Setiap tindakan keperawatan terdokumentasi dengan baik
2) Setiap hasil tindakan dapat mudah dievaluasi sesuai dengan
standar (tujuan yang ingin di capai dan standar praktik
keperawatan)
3) Pendokumentasian ruangan berjalan sistematis
4) Privasi dan keselamatan pasien dan perawat terjaga.
121

BAB V

PELAKSANAAN

Pada bab ini akan diuraikan aplikasi Model Praktik Keperawatan


Profesional (MPKP) yang dilaksanakan dalam praktek manajemen keperawatan di
Ruang Cempaka 2 Obstertri RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 27 Januari s/d
16 Februari 2020. Pelaksanaan MPKP ditekankan pada komponen utama yaitu :
Discharge planning, Dokumentasi keperawatan, Sentralisasi obat, Supervisi
keperawatan, Timbang terima, Ronde keperawatan, Refleksi Diskusi Kasus
(RDK).

1. MPKP
1. Persiapan
Dalam praktik manajemen keperawatan, kelompok menerapkan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Primer modifikasi. Adapun
Persiapan yang dilakukan antara lain :
a. Mempersiapkan struktur organisasi yang terdiri dari penanggung jawab
dari masing-masing roleplay
b. Proposal roleplay yang disiapkan masing-masing penanggung jawab
c. Menyiapkan jadwal yang terbagi atas kepala ruangan, perawat primer
(PP) 2, perawat associate, yang perannya dirolling setiap harinya
d. Mempersiapkan ruangan, pasien, dan rekam medis pasien kelolaan
e. Menyiapkan buku catatan harian mengenai jumlah pasien setiap hari
serta tingkat ketergantungannya.
f. Menyiapkan format klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan
pasien berdasarakan teori Orem yaitu Self Care Difisit.
122

Adapun alur MPKP primer modifikasi ini adalah sebagai berikut :

KEPALA RUANGAN

PP PAGI PP SIANG

PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA

Bagan 5.1 Bagan pengembangan MPKP Primer

2. Pelaksanaan
Uji coba pelaksanaan model praktik keperawatan professional
dilaksanakan pada minggu kedua tanggal 03 Februari s/d 10 Februari 2020.
Anggota kelompok dibagi menjadi 3 shift (pagi, sore, malam)

Pengorganisasian:

a) Kepala ruangan : 1 orang


b) Perawat Primer : 2 orang
c) Perawat Assosiate : 2 orang
Pada tahap pelaksanaan, setiap hari peran kepala ruangan, perawat
primer, dan perawat asosiate digilir. Dalam satu hari terdapat satu
pergantian kepala ruangan dan dua kali pergantian perawat primer,
123

sedangkan pada malam hari hanya terdapat perawat asosiate. Setiap peran
memiliki tugas masing-masing dan bertanggung jawab atas tugasnya
masing-masing. Perawat asosiate mempertanggungjawabkan tugasnya
kepada perawat primer, dan perawat primer mempertanggungjawabkan
tugasnya kepada kepala ruangan. Saat pergantian shift, operan/timbang
terima langsung dipimpin oleh kepala ruangan karena pada pelaksanaan
MPKP terdapat kepala ruangan pada shift pagi saja, timbang terima
dilakukan oleh perawat penanggung jawab shift malam kepada perawat
primer pada pagi hari dan dilaksanakan oleh perawat asosiate, begitu juga
dengan shift pagi ke shift siang dan shift siang ke shift malam. Segala
hambatan, masalah, dan temuan baru saat shift di ruangan disampaikan
kepada penanggung jawab shift, perawat primer, dan informasi tersebut
harus sampai ke kepala ruangan dengan detail sehingga kepala ruangan
mampu menindak lanjuti informasi tersebut. Kepala ruangan bertanggung
jawab atas kelancaran perawatan di ruang perawatan obstetri pada ruangan
yang di kelola yaitu ruang 211 bed 1-4.

3. Hambatan
Pada minggu kedua pelaksanaan MPKP di Ruang Cempaka 2 Obstetri
khusunya Ruang 211 bed 1-4, kelompok menemukan beberapa hambatan
antara lain :
a. Adaptasi mahasiswa terhadap peran KARU, PP, maupun PA bervariasi
b. Adanya pergantian peran setiap harinya menyebabkan kurang
maksimalnya mahasiswa memberikan asuhan keperawatan
c. Kasus kelolaan mahasiswa hanya mengenai tentang obgyn tetapi
banyak pasien obgyn yang disertai dengan penyakit penyerta, seperti
TBC, HIV, miom, dan anemia.
4. Dukungan
Dalam menghadapi hambatan yang ditemukan saat pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan, kelompok mendapat bimbingan, arahan serta
dukungan dari kepala ruangan, pembimbing klinik dan bidan ruangan.
124

Sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan peran pada penerapan model


praktik keperawatan professional (MPKP).

2. Discharge Planning
1. Persiapan
a. Menyiapkan proposal dan alur discharge planning
b. Menyusun konsep discharge planning.
c. Menentukan materi discharge planning
d. Menyiapkan format discharge planning, blangko resume perawatan
pasien.
e. Mengadakan pendekatan dengan pasien dan keluarga mengenai
discharge planning.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada tanggal 10 Februari 2020
dengan uraian tugas :

a. Perawat Primer menyampaikan kepada Karu tentang perencanaan


pasien pulang
b. Karu menanyakan kesiapan administrasi pasien
c. Perawat Primer memanggil keluarga pasien yang akan pulang atau yang
direncanakan pulang
d. Perawat Primer memberikan HE (health education) pada pasien yang
akan pulang atau yang direncanakan pulang meliputi :
1) Pemenuhan nutrisi yang cukup seperti makanan tinggi zat besi
2) Mengedukasi mobilisasi bertahap
3) Istirahat yang cukup
4) Perawatan luka jalan lahir agar tetap bersih
5) Perawatan payudara agar ASI tidak keluar dan tidak bengkak
e. Perawat Primer memberi kesempatan kepada keluarga pasien untuk
bertanya
f. Perawat Primer mengisi blangko resume perawatan pasien
125

g. Setelah keluarga pasien mendapatkan discharge planning, maka


keluarga menandatangani format discharge planning sebagai bukti telah
mendapatkan discharge planning dari perawat.
h. Kegiatan Discharge planning dilakukan pada pasien Ny. L dengan
diagnosa medis P0100 post partum hari ke- 0, anemia berat. Keluarga
pasien diberikan HE (health education) tentang membantu pemenuhan
nutrisi pasien, dan membantu pemenuhan kegiatan harian pasien.
3. Hambatan
Dalam pelaksanaan kegiatan discharge planning terdapat hambatan
seperti minimnya sarana leaflet untuk dibagikan ke pasien dan keluarga.

4. Dukungan
Kepala ruangan selaku pembimbing klinik serta perawat dan bidan
ruangan memberikan dukungan penuh dalam proses pelaksanaan discharge
planning.

3. Dokumentasi Keperawatan
1. Persiapan
Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 4
sampai 10 Februari 2020. Dengan mempersiapkan kelengkapan format
asuhan keperawatan yang isinya sesuai dengan RM (Rekam Medik).
2. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan pendokumentasian keperawatan terlaksana
dengan perawat primer melakukan pengkajian secara komprehensif dan
menentukan diagnosa keperawatan sekaligus membuat perencanaan
keperawatan. Selanjutnya perawat primer mendelegasikan implementasi
pada perawat assosciate. Format pemberian obat dan observasi di isi
perawat assosciate. PP dalam pengisian dokumen juga dibantu oleh PA
terutama jika PP sedang melaksanakan tugas lain.
3. Hambatan
Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pendokumentasian adalah
pada awal kegiatan di minggu ke 2, kegiatan pendokumentasian banyak
126

yang belum lengkap karena mahasiswa belum paham tentang pengisian


less pasien yang benar sehingga PP dalam menyelesaikan tugas
pendokumentasiannya masih banyak yang kurang.
4. Dukungan
Pembimbing klinik, kepala ruangan, dan bidan Ruang Cempaka 2
Obstetri memberikan dukungan terhadap pelaksanaan manajemen dengan
memberikan masukan dan saran tentang dokumentasi keperawatan.
5. Inovasi

Pada dokumentasi diruangan ini hal yang tidak kami dapatkan adalah
papan tulisan “PUASA” pada bed pasien yang akan puasa. Sehingga untuk
menindak lanjuti kekurangan tersebut, kami berinisiatif untuk menyediakan
papan tulisan “PUASA” pada bed pasien yang di Ruang Cempaka 2
Obstetri sehingga mudah untuk mengetahui pasien yang akan puasa.

4. Sentralisasi Obat
i. Persiapan
a. Setelah ditunjuk penanggung jawab sentraliasi obat, disusun proposal
kegiatan.
b. Menyiapkan sarana dan prasarana sentralisasi obat yaitu tempat obat,
kotak penyimpanan obat, dan buku obat.
c. Mengadakan pendekatan dengan keluarga pasien mengenai rencana
pelaksanaan sentralisasi obat, menjelaskan tujuan dan manfaat
sentralisasi obat, meminta persetujuan kepada keluarga pasien.
ii. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan secara penuh mulai tanggal 11
Februari 2020. Kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan alur yang
telah di buat. Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat sentralisasi obat
adalah :

a. PP merencanakan kegiatan untuk sentraliasi obat pada pasien, kemudian


rencana tersebut diajukan pada kepala ruangan.
127

b. PP memberikan penjelasan kepada keluarga pasien terkait manfaat, tujuan


dan pelaksanaan sentralisasi obat. Setelah keluarga mengerti, PP
meminta persetujuan kepada keluarga pasien.
c. PP bertugas menulis pada format serah terima obat: nama pasien, tanggal
lahir, nomor register, nama obat, dosis obat dan jumlah obat, keterangan
dalam daftar pemberian obat. Kemudian obat dicatat dalam buku
penerimaan obat.
d. PP menyiapkan obat untuk diberikan kepada PA, PA memberikan obat
kepada pasien dan PP mencatat dalam daftar pemberian obat.
e. Semua obat yang diorder dari farmasi disimpan dalam masing – masing
keranjang dalam lemari obat yang sudah berisi etiket nama pasien,
tanggal lahir dan nomor register.
iii. Hambatan
Hambatan yang dialami selama pelaksanaan sentralisasi obat adalah tidak
ditemukan adanya lembar informed consent sentralisasi obat dan tulisan
“SENTRALISASI OBAT” pada tempat penyimpanan obat. Di ruang
Cempaka 2 tedapat satu ruangan obat untuk dua ruang perawatan yaitu
tempat obat Cempaka 2 Obstetri dan Cempaka 2 Ginekologi.
iv. Dukungan
Adanya dukungan, kerjasama, dan koordinasi antar anggota kelompok,
Pembimbing akademik serta Kepala ruangan selaku pembimbing klinik
menjadikan proses sentralisasi obat berjalan dengan lancar.

v.Inovasi

Dari hambatan yang kami dapatkan, kami berinisiatif untuk menyediakan


tulisan “Sentralisasi Obat di Ruang Cempaka 2 Obstetri dan Cempaka 2
Ginekologi”, sehingga mudah untuk melaksanakan sentralisasi obat dengan
baik
128

2. Supervisi Keperawatan
1. Persiapan
Supervisi keperawatan meliputi konsep supervisi, materi supervisi, dan
administrasi penunjang yang meliputi instrumen supervisi lengkap dengan
parameter penilaian, laporan hasil kegiatan supervisi serta
pendokumentasian hasil supervisi.

Pada tahap ini kelompok mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan


b. Menyusun proposal kegiatan supervisi dengan menetapkan supervisi
tindakan keperawatan pengukuran tanda-tanda vital.
c. Menetapkan instrumen supervisi dan format lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan supervisi pengukuran tanda-tanda vital.
2. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi perawatan di ruang Cempaka 2 Obstetri dilakukan
satu kali, yaitu pada hari Senin 10 Januari 2020 pukul 10.00 WITA.
Pelaksanaan supervisi pengukuran tanda-tanda vital berlangsung sesuai
dengan harapan. Pemberitahuan kepada PA yang akan disupervisi tentang
kegiatan supervisi, kemudian perawat primer sebagai supervisor
melapokan kegiatan supervisi tersebut kepada kepala ruangan. Perawat
primer sudah menyiapkan instrumen supervisi lengkap dengan parameter
penilaian, laporan hasil kegiatan supervisi serta pendokumentasian hasil
supervisi. Perawat primer juga menyampaikan tujuan dari kegiatan
pengukuran tanda-tanda vital tersebut. Perawat primer di dampingi oleh
kepala ruangan menilai pelaksanaan pengukuran tanda-tanda vital dari
persiapan sampai selesai. Kepala ruangan dan perawat primer
menyampaikan hasil penilaian (fair) kemudian memberikan feedback ,
follow up dan reinforcement terhadap hasil supervisi.

Berdasarkan hasil kegiatan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan


bahwa, PA telah melakukan pengukuran tanda-tanda vital sesuai dengan
form check list yang telah disediakan. PA melakukan pengukuran tanda-
129

tanda vital dimulai dari persiapan instrumen, cuci tangan menggunakan air
mengalir, memperkenalkan diri, berkomunikasi dengan pasien melakukan
tindakan meliputi: pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dan
respirasi. Saat melakukan tindakan PA melalukan komunikasi terapeutik.

3. Hambatan
Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, kelompok tidak mendapatkan
hambatan yang berarti sehingga pelaksanaan kegiatan ini berjalan sesuai
dengan harapan. Hal ini juga tidak terlepas dari arahan dan bimbingan dari
pembimbing akademik dan pembimbing ruangan.

4. Dukungan
Adanya bimbingan dari pembimbing akademik dan pembimbing
ruangan yang rutin memberikan masukan saat mahasiswa melakukan
supervisi.

3. Timbang Terima

1. Persiapan
Persiapan timbang terima yang dilakukan antara lain:

a. Setelah dibentuk penanggung jawab dari pelaksanaan timbang terima


keperawatan kemudian mulai disusun proposal timbang terima.
b. Menyusun format timbang terima keperawatan serta petunjuk teknis
pengisiannya. Perawat primer yang mengoperkan menyiapkan less
pasien untuk timbang terima dan perawat primer menerima operan.
c. Menyiapkan pelaksanaan timbang terima.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan secara penuh pada tanggal 4
Februari s/d 10 Februari 2020 pada setiap pergantian shift pagi dan sore
pada jam 13.30 WITA, sore dan malam jam 19.30 WITA, serta shift malam
dan pagi jam 07.30 WITA. Timbang terima dilakukan di nurse station
dengan kepala ruangan yang membuka acara dan dilanjutkan dengan doa.
130

Kepala ruangan kemudian menanyakan keadaan staff dan kesiapan perawat


primer yang melapor dan anggota yang menerima laporan.

Perawat primer menyampaikan timbang terima kepada perawat primer


berikutnya yaitu menyampaikan kondisi ruangan secara umum mencakup
jumlah pasien identitas pasien, diagnosa medis, kondisi pasien saat ini,
masalah keperawatan, intervensi keperawatan yang sudah dilakukan dan
belum dilaksanakan, rencana dan persiapan pasien yang perlu dilaksanakan,
dan penerimaan pasien baru saat shift. Kemudian setelah semuanya di
sampaikan oleh perawat primer kepala ruangan akan memberi kesempatan
kepada perawat yang melalukan timbang terima untuk melakukan diskusi
terhadap hal-hal yang kurang jelas yang telah disampaikan.

Setelah semua laporan dimengerti, dilanjutkan dengan timbang terima


langsung ke tempat perawatan pasien. Timbang terima di tempat perawatan
pasien dimulai dengan salam dan perkenalan diri perawat yang bertugas
berikutnya. Pasien kemudian di observasi secara langsung pada saat
timbang terima dan menanya kan keluhan pasien. Lama timbang terima 30
menit. Pada saat timbang terima di ruangan pasien, perawat membawa
catatan rekam medis pasien sebagai media timbang terima, setelah
pelaksanaan timbang terima, baik pemberi maupun penerima operan
menandatangani form catatan perkembangan pasien antar shift yang terdapat
pada masing-masing rekam medis pasien.

Pada saat kegiatan timbang terima dilakukan oleh kelompok, tahapan-


tahapan timbang terima dilakukan seperti yang telah disampaikan, yaitu
timbang terima dimulai di Nurse station dibuka kepala ruangan, timbang
terima berjalan lancar masing masing anggota kelompok berperan sesuai
perannya.

3. Hambatan
Tidak terdapat hambatan pada saat timbang terima dilaksanakan di Ruang
Cempaka 2 Obstetri.
131

4. Dukungan
Kepala ruangan dan bidan diruang Cempaka 2 Obstetri sangat
mendukung kegiatan ini dan mengikuti proses timbang terima saat
mahasiswa melakukan timbang terima. Bidan banyak memberikan masukan
dan dukungan dalam proses timbang terima sehingga dalam pelaksanaan
timbang terima berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.

4. Ronde Keperawatan
i. Persiapan
a. Menentukan kasus dan topic
b. Menetukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan klien : imformed consent dan pengkajian
f. Diskusi : apa yang menjadi masalah, cross cek data yang ada, apa
penyebab masalah, bagaimana pendekatan (SOP)
ii. Pelaksanaan
Ronde keperawatan tidak dilaksanakan di Ruang Cempaka 2 Obstetri,
kegiatan yang dilaksanakan adalah Refleksi Diskusi Kasus (RDK) setiap
hari jumat.

5. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)


i. Persiapan
Persiapan timbang terima yang dilakukan antara lain :

a. Menemukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
b. Menentukan peserta RDK.
c. Mencari sumber dan literature
d. Membuat proposal
ii. Pelaksanaan
132

Pelaksanaan RDK dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2020 pada jam


09.00 WITA. kasus yang digunakan untuk RDK adalah “Kematian Janin
Dalam Rahim + Anemia”. RDK dihadiri oleh kepala ruangan, dokter
residence, dokter DPJP dan mahasiswa.

Semua anggota tim berkumpul di ruang perawatan yang dibuka oleh


Kepala ruangan dengan menjelaskan kondisi pasien saat ini. Setelah itu,
semua anggota tim menuju ke kamar pasien dan melakukan wawancara ke
pasien. Pada saat dilakukannya RDK, terdapat beberapa masalah yang
ditemui, yaitu :

a. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya sedang hamil


b. Pasien mengalami anemia berat
Adapun tindak lanjut untuk issue yang muncul pada saat di laksanakannya
RDK yaitu:

a. Menginformasikan pada pasien mengenai konsumsi makanan tinggi zat


besi
b. Menginformasikan tanda – tanda kehamilan dini
c. Melakukan kolaborasi pemberian transfusi darah
iii. Hambatan
Dalam pelaksanaan RDK, kelompok menemukan beberapa hambatan
seperti kesulitan dalam melakukan RDK karena kelompok baru pertama
kali mengikuti RDK dan belum mengerti bagaimana alur RDK yang baik
dan benar.

iv. Dukungan
Kepala ruangan diruang Cempaka 2 Obstetri sangat mendukung
kegiatan ini. Kepala ruangan banyak memberikan masukan dan dukungan
dalam proses RDK sehingga dalam pelaksanaan RDK berjalan cukup
lancer.
133

BAB VI
EVALUASI

A. MPKP
1. Evaluasi Struktur Sistem MPKP
Dalam penerapan MPKP, kelompok membentuk struktur
organisasi beserta penanggung jawab masing-masing kegiatan.
Kelompok juga menyusun jadwal dinas, daftar peran harian, daftar uraian
tugas kepala ruangan (Karu), perawat primer (PP), perawat associate
(PA) serta mekanisme alur kegiatan MPKP.
Dalam struktur MPKP terdapat penanggungjawab (PJ) kegiatan
antara lain : PJ timbang terima, PJ supervisi keperawatan, PJ discharge
planning, dan PJ dokumentasi. Masing-masing penanggung jawab
bertugas untuk menyusun proposal role play mulai dari tahap persiapan
planning, dan PJ dokumentasi. Masing-masing penanggung jawab
bertugas untuk menyusun proposal role play mulai dari tahap persiapan
pelaksaan dan evaluasi.
2. Evaluasi Proses Sistem MPKP
Selama proses pelaksanaan sistem MPKP, setiap mahasiswa telah
menjalankan tugas sesuai dengan perannya masing-masing seperti pada
petunjuk uraian tugas dan jadwal dinas serta peran yang ada. Namun ada
beberapa hambatan yang mengakibatkan peran yang dijalankan kurang
maksimal diantaranya karena jumlah mahasiswa yang sedikit dalam 1
shift maka terkadang Kepala Ruangan dan Perawatan Primer ikut
membantu Perawat Assosiate dalam memberikan Asuhan Keperawatan.
Kepala ruangan dan perawat primer sudah melaksanakan tugas sesuai
dengan rencana tugas yang disusun.
3. Evaluasi Hasil Sistem MPKP
Pelaksanaan MPKP pada pasien kelolaan di ruang Cempaka 2
Obstetry RSUP Sanglah Denpasar sudah dapat dilaksanakan dengan baik
134

karena masing-masing mahasiswa sudah mampu beradaptasi terhadap


perannya. Hal itu juga di dukung karena dalam 1 shift terdiri dari 2 PA
dengan pasien kelolaan yang berjumlah 4 orang sehingga beban kerja
mahasiswa saat melakukan perawatan pada pasien kelolaan sesuai
dengan standar.

B. Discharge Planning
1. Evaluasi Struktur Discharge Planning
Discharge planning dilakukan pada tanggal 10 Februari 2020 di
ruang Cempaka II, diruang obstetry dengan perawatan level I.
Pelaksanaan discharge planning diawali dari proses persiapan yang
meliputi penyiapan proposal dan alur discharge planning, penyusunan
konsep discharge planning, penentuan materi discharge planning,
penyiapan format discharge planning serta blangko resume perawatan.
Pelaksanaan discharge planning melibatkan PP, PA, KaRu serta keluarga
pasien. Masing-masing peran dapat berkoordinasi serta dapat melakukan
tugasnya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
2. Evaluasi Proses Discharge Planning
Proses discharge planning dapat berjalan dengan baik, dimulai dari
penyusunan perencanan hingga proses pelaksanaan discharge planning.
Masing-masing peran yang terlibat dapat berkoordinasi dengan baik
selama melakukan proses pelaksanaan discharge planning. Pelaksanaan
discharge planning dapat lebih mudah dilakukan dengan tersedianya
format discharge planning yang terdiri dari beberapa sub item. Sub item
tersebut spesifik memiliki karakter tersendiri yang berisikan tentang data
demografi pasien, catatan untuk hal-hal khusus, disertai keterlibatan
orang tua pasien. Pengurusan administrasi pasien juga dapat dijelaskan
antara lain pasien menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Perencanaan
discharge planning di ruangan sudah dilakukan sesuai SPO, dimana
KaRu menentukan estimasi lama perawatan pasien sebelumnya yang
kemudian dikoordinasikan sesuai dengan instruksi dokter.
135

3. Evaluasi Hasil Discharge Planning


Pelaksanaan discharge planning sudah berjalan dengan baik dan
telah sesuai dengan form discharge planning. Selain itu, pemberian
lembar perawatan dirumah kepada keluarga diharapkan memudahkan
keluarga dalam mengingat penjelasan yang diberikan oleh perawat
primer. Informasi yang telah disampaikan dapat diterima dan dipahami
keluarga pasien, dimana keluarga dapat menyebutkan tanggal kotrol
kembali dan imunisasi lanjutan untuk bayi.

C. Dokumentasi Keperawatan
1. Evaluasi Struktur Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian dapat berjalan dengan baik dengan
tersedianya format informed consent, format monitoing resiko jatuh,
catatan informasi dan edukasi terintegrasi, format catatan perkembangan
pasien, catatan operan perawat, format monitoring keseimbangan cairan,
format monitoring komprehensif dan PEWS, format pengkajian, SAK
(Standar Asuhan Keperawatan), format PIE (Problem, Intervensi,
Evaluasi), format observasi, discharge planning serta resume keperawatan.
2. Evaluasi Proses Dokumentasi Keperawatan
Pelaksanaan proses pendokumentasian menggunakan model PIE
yang melibatkan seluruh perawat baik PP maupun PA berjalan dengan
baik.
3. Evaluasi Hasil Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dapat berjalan dengan lancar. Hal ini
didukung oleh kelengkapan format dokumentasi, SAK, job description
yang jelas antara PP dan PA serta kemampuan kelompok dalam menguasai
kasus dan melakukan dokumentasi asuhan keperawatan.
136

D. Sentralisasi Obat
1. Evaluasi Struktur Sentralisasi Obat
Sebelum pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan registrasi obat pada
buku register obat. Yang bertanggung jawab dalam sentralisasi obat adalah
kepala ruangan, dan didelegasikan kepada PP yang bertugas setiap shift
selanjutnya pemberian obat kepada pasien didelegasikan kepada PA.
2. Evaluasi Proses Sentralisasi Obat
Evaluasi sentralisasi obat dilakukan pada tanggal 11 Februari 2020.
Sebelum dilakukan sentralisasi obat, PP merencanakan kegiatan untuk
sentralisasi obat kemudian rencana tersebut diajukan kepada kepala
ruangan. PP meminta persetujuan pasien dan keluarga mengenai
sentralisasi obat dan menandatangani informed consent jika pasien dan
keluarga setuju. PP bertugas menulis pada format serah terima obat yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak: nama pasien, umur, nomor register,
nama obat, dosis obat, dan jumlah obat, tanda tangan pasien dan keluarga,
keterangan dalam daftar pemberian obat. Sebelum dilakukan sentralisasi
obat, PP memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, serta alur dari
sentralisasi obat.
Kemudian PP menjelaskan jenis-jenis obat, dosis, kegunaan obat,
jumlah dan waktu pemberiannya. Setelah serah terima obat selesai, PP
membuat jadwal pemberian obat dan PA membagi obat dan memberikan
kepada pasien sesuai jadwal pemberian obat
3. Evaluasi Hasil Sentralisasi obat
Pada evaluasi sentralisasi obat, kelompok tidak melakukan
sentralisasi obat di karenakan di RSUP Sanglah menggunkan sistem
SIMARS (Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit) dalam
pengorderan obat – obatan dengan menglogin id yang di miliki oleh staf
rumah sakit atau dokter yang bersangkutan yang langsung dikirmkan
melalui simars sehingga kelompok tidak dapat mengakses SIMARS secara
137

bebas. mendapatkan masukan mengenai lembar penilaian/check list yang


digunakan.
E. Supervisi
1. Evaluasi Struktur Supervisi
Pada pelaksanaan supervisi, kelompok telah melakukan beberapa
persiapan yaitu persiapan instrument penilaian supervisi, format
pendokumentasian hasil supervisi, jenis kegiatan yang akan disupervisi,
menetapkan supervisor, pembagian peran sebagai Karu, PP, PA, dan
mekanisme yang harus dilakukan saat supervisi, serta melakukan evaluasi.
Jenis tindakan keperawatan yang akan disupervisi adalah melakukan
tindakan pengukuran tanda-tanda vital.
2. Evaluasi Proses Supervisi
Kegiatan evaluasi supervise keperawatan dilakukan pada tanggal 10
Februari 2020. Supervisi dilakukan secara langsung oleh PP kepada PA.
Apabila menemukan suatu masalah dalam pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan perannya supervisor mencatat dan melakukan
klarifikasi atau memberi solusi atas masalah tersebut baik secara langsung
dengan menyelesaikan masalah pada saat itu juga maupun secara tidak
langsung misalnya supervisor memberi catatan kecil tentang hal-hal yang
perlu dilakukan atau diperbaiki.
Kegiatan supervisi yang dilakukan adalah melakukan tindakan
pengukuran tanda-tanda vital. Sebelum kegiatan dimulai PP memanggil
PA untuk memberitahukan tentang rencana kegiatan supervisi yang akan
dilakukan. Kemudian PP menghadap Karu untuk meminta persetujuan
tindakan supervisi kepada PA dengan fokus pada persiapan melakukan
tindakan pengukuran tanda-tanda vital.
3. Evaluasi Hasil Sistem Supervisi
Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh PP yang berperan sebagai
supervisor telah dilakukan sesuai dengan form yang disediakan. PP telah
memberikan masukan kepada PA secara langsung di nurse station.
Perawat yang melakukan supervisi mendapat apresiasi yang baik dari
138

kepala ruangan. Perawat sudah melakukan supervise sesuai alur yang


ditetapkan dan sarana prasarana sudah tersedia sesuai intervensi yang
disusun.

F. Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur Timbang Terima
Pelaksanaan timbang terima dilakukan setiap pergantian shift.
Timbang terima dilakukan oleh kepala ruangan, perawat primer dan
perawat associate yang bertugas pada hari itu. Pada timbang terima sarana
dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain: format timbang
terima, status (les) pasien dan lembar kerja perawat. Kelompok shift
timbang terima sesuai dengan jaga shift antara shift pagi ke sift siang, shift
siang ke shift malam dan shift malam ke shift pagi. Kepala ruangan
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian
shift, antara shift malam ke shift pagi dan antara shift pagi ke shift siang.
Kegiatan timbang terima antara shift siang ke shift malam dilakukan oleh
perawat associate yang bertugas saat itu.
2. Evaluasi Proses Timbang Terima
Evaluasi kegiatan timbang terima dilakukan pada tanggal 10
Februari 2020 pukul 13.30 wita. Kegiatan timbang terima dilakukan di
nurse station terlebih dahulu. Proses timbang terima di pimpin oleh kepala
ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun
yang akan mulai shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat primer
berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan
di nurse station kemudian ke bed pasien dan kembali lagi ke nurse station.
Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosa keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan. Intervensi yang belum dilakukan dan
pesan khusus. Setiap pasien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke
pasien.
139

3. Evaluasi Hasil Sistem Timbang Terima


Pada proses pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan
menyampaikan bahwa timbang terima berjalan dengan baik. Hal ini
disebabkan karena pada saat persiapan, pelaksanaan dan post timbang
terima telah sesuai dengan prosedur yang ada. Pasien mengetahui perawat
yang akan merawatnya dan perawat mengetahui perkembangan setiap
pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut tidak terlepas dari
adanya kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota kelompok serta
dukungan dari pembimbing akademik, kepala ruangan dan seluruh bidan
di Ruang Cempaka II Obstetry RSUP Sanglah.

G. Refleksi Diskusi Kasus (RDK)


1. Evaluasi Struktur DRK
Sebelum melakukan kegiatan RDK, kelompok sudah menetukan
penanggung jawab kegiatan RDK, setelah menentukan pasien yang akan
digunakan dalam RDK, penanggung jawab dibantu dengan seluruh
anggota kelompok dalam menyusun proposal RDK dan laporan kasus.
2. Evaluasi Hasil DRK
Pelaksanaan RDK dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2020
dengan topik “Kematian Janin dalam Rahim + Anemia” yang dihadiri
oleh kepala ruangan dan mahasiswa, dokter DPJP, dan dokter spesialis.
Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai. Acara
dimulai pukul 09.00 sampai dengan 10.00 sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Setiap mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing.
Kemudian didapatkan beberapa masalah :
a. Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya hamil.
b. Pasien mengalami anemia berat.
Adapun tindak lanjut untuk issue yang muncul pada saat di laksanakannya
RDK yaitu:
140

a. Menginformasikan pada pasien mengenai konsumsi makanan


tinggi zat besi.
b. Menginformasikan tanda-tanda kehamilan dini.
c. Melakukan kolaborasi pemberian tranfusi darah.
Dalam pelaksanaan RDK, kelompok menemukan beberapa
hambatan seperti kesulitan dalam melakukan RDK karena kelompok baru
pertama kali mengikuti RDK dan belum mengerti bagaimana alur RDK
yang baik dan benar.
141

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Model asuhan keperawatan yang diterapkan mahasiswa adalah MPKP
primer modifikasi namun masih terbatas pada pasien kelolaan saja,
dengan hasil sesudah pelaksanaan MPKP yang dilaksanakan tanggal 4
s/d 10 Februari 2020 diruang Cempaka 2 Obstetri.
2. Pelaksanaan timbang terima berjalan dengan baik, hal ini disebabkan
karena pada saat persiapan, pelaksanaan, dan post timbang terima
telah sesuai dengan prosedur yang ada. Dengan adanya timbang
terima pasien mengetahui perawat yang akan merawatnya dan
perawat mengetahui perkembangan setiap pasien yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Pelaksanaan supervisi yang dilakukan mahasiswa adalah melakukan
pengukuran TTV. Supervisi yang dilakukan berjalan dengan baik
sesuai dengan peran masing-masing.
4. Ronde keperawatan tidak dilaksanakan tetapi kegiatan yang
dilaksanakan yaitu RDK (Refleksi Diskusi Kasus) dengan kasus
“Kematian Janin dalam Rahim + Anemia” yang dilakukan pada
tanggal 7 Februari 2020.
142

5. Pelaksanaan kegiatan sentralisasi obat di Ruang Cempaka 2 Obstetri


dilakukan terhadap obat oral, injeksi dan alat medis lainnya, kegiatan
sentralisasi obat yang dilakukan selama 1 minggu berjalan dengan
lancer.
6. Berdasarkan perencanaan serta pelaksanaan discharge planning sesuai
dengan SPO didapatkan hasil bahwa pelaksanaan discharge planning
telah dilakukan di ruang pasien sudah berjalan dengan baik.
7. Pendokumentasian pengkajian pasien dilakukan dengan model PIE
(Problem, Intervensi, dan Evaluasi) pada laporan mahasiswa.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit


Semua kegiatan MPKP yang telah dilakukan di Ruang Cempaka 2 Obstetri
RSUP Sanglah diharapkan agar tetap dilaksanakan secara berkelanjutan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

2. Bagi Intitusi Pendidikan


1) Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan
tentang pelaksanaan MPKP dalam praktik manajemen keperawatan.
2) Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk memperbahrui sumber-
sumber yang digunakan dalam penyusunan buku Panduan Praktik
Manajemen Keperawatan agar lebih relevan dengan kondisi yang ada
di lapangan.
143

POA DAN GANT CHART

WAKTU DAN BULAN


KEGIATAN
FEBRUARI
Tgl 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Orientasi dan Pengkajian
Persiapan desiminasi awal
Desiminasi awal
Persiapan pelaksanaan MPKP
Pelaksanaan MPKP
Evaluasi Role Play
Persiapan Desiminasi akhir
Desiminasi akhir
Revisi desiminasi akhir

Denpasar, 10 Februari 2020


Ketua Kelompok

(Nabila Imania, S.Kep)


NIM. 19J10089
109
144

Anda mungkin juga menyukai