Seretide-Diskus 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

1.

Latar Belakang BAB I


PENDAHULUAN

Penyakit pernafasan kronis seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)
merupakan salah satu dari empat jenis PTM (penyakit tidak menular) terbesar di dunia.
Menurut Riskesdas (2013),1 asma dan PPOK menduduki tingkat teratas dari 12 PTM
terbesar di Indonesia, yaitu dengan prevalensi masing-masing 4,5 persen dan 3,7 persen.
Penyakit pernafasan seperti asma dan PPOK membutuhkan pengobatan jangka panjang dan
rutin. Sebagian besar pengobatannya dengan rute pemberian obat secara inhalasi. Rute ini
memiliki keuntungan karena (1) Memberikan efek secara langsung ke target organ di paru,
dan (2) Menyebabkan efek samping yang cenderung lebih kecil dibandingkan rute lainnya,
karena kerja obat secara topikal sehingga tidak membutuhkan dosis lebih besar seperti pada
pemberian secara sistemik.
Inhaler merupakan alat yang digunakan untuk pemberian obat secara inhalasi. Sistem
pengiriman inhaler merupakan bentuk penting dari perangkat pemberian obat dalam
pengobatan gangguan pernafasan (seperti: asma, bronkitis kronis, emfisema, dll), karena
memiliki keuntungan pemberian obat langsung ke sistem pernapasan dan efek samping yang
lebih sedikit.2 Inhaler dirancang untuk meningkatkan kemudahan penggunaan, namun
banyak pasien menunjukkan cara penggunaan yang salah pada semua desain inhaler yang
digunakan saat ini,3 sehingga menjadi penyebab utama perawatan tidak optimal.2 Teknik
inhaler yang tidak tepat mengurangi pemberian obat pada saluran udara sehingga
menurunkan efektivitas dari obat inhaler. Selain itu biaya pengobatan menjadi lebih mahal,4
baik karena kebutuhan akan penambahan obat, pengobatan akibat perburukan gejala, bahkan
pengobatan untuk mengatasi efek samping karena salah pemakaian.
Penelitian penggunaan inhaler pada pasien menunjukkan bahwa tidak adanya instruksi
yang memadai mengenai penggunaan inhaler dapat menyebabkan teknik penggunaan yang
tidak tepat.5 Dalam suatu studi klinik, sebanyak 90% dari pasien menunjukkan teknik yang
salah dalam penggunaan metered-dose inhaler (MDI) dan dry-powder inhaler (DPI) seperti
Diskus® dan Turbuhaler®.3 Oleh karena itu, pemahaman cara penggunaan inhaler perlu
mendapatkan perhatian cukup penting dalam mencapai efek obat yang optimal.
Menurut KEPMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes RI, 2004). Di dalam prakteknya, konseling
obat melakukan penyampaian dan penyediaan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan obat,
yang didalamnya terdapat implikasi diskusi timbal balik dan tukar menukar opini. Dengan
adanya diskusi timbal-balik dan tukar menukar opini antara pasien dan apoteker diharapkan
dapat diambil keputusan bersama tentang terapi yang akan dijalani.
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konseling ?
2. Apa tujuan dari konseling ?
3. Apa manfaat dari konseling ?
4. Bagaimana prinsip dasar konseling ?
5. Bagaimana kriteria pasien yang perlu diberi konseling ?
6. Bagaimana tahap kegiatan konseling ?
7. Masalah apa saja yang muncul dalam konseling ?
8. Apa yang dimaksud dengan seretide diskus ?
9. Bagaimana instruksi penggunaan diskus ?
10. Bagaimana cara penggunaan diskus ?
11. Bagaimana penyimpanan dari diskus ?
12. Apa saja kelebihan dari diskus ?
13. Apa saja kesalahan yang sering terjadi pada diskus ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konseling
2. Untuk mengetahui tujuan dari konseling
3. Untuk mengetahui manfaat dari konseling
4. Untuk mengetahui prinsip dasar konseling
5. Untuk mengetahui kriteria pasien yang perlu diberi konseling
6. Untuk mengetahui tahap kegiatan konseling
7. Untuk mengetahui Masalah apa saja yang muncul dalam konseling
8. Untuk mengetahui pengertian dari seretide diskus
9. Untuk mengetahui instruksi penggunaan diskus
10. Untuk mengetahui cara penggunaan diskus
11. Untuk mengetahui penyimpanan dari diskus
12. Untuk mengetahui kelebihan dari diskus
13. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi pada diskus
BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING
1. Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016, konseling merupakan


proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan.
Kegiatan konseling dapat diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker mengingat
perlunya pemberian konseling karena pemakaian obat-obat dengan cara penggunaan khusus,
obat-obat yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu memastikan untuk
kepatuhan pasienmeminum obat. Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari
apoteker disebut konseling aktif. Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika
pasien datang untuk berkonsultasi kepada apotekeruntuk mendapatkan penjelasan tentang
segala sesuatu yang berhubungandengan obat dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini
disebut konselingpasif (Depkes, 2006).

2. Tujuan Konseling
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan keberhasilan terapi
b. Memaksimalkan efek terapi
c. meminimalkan resiko efek samping
d. Meningkatkan cost effectiveness
e. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan penyakitnya
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
f. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
g. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal
terapi
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien

3. Manfaat Konseling
1) Bagi pasien
a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat
f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
h. Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan2.Bagi Apoteker
2) Bagi Apoteker
a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
b. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab
profesi apoteker.
c. Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat
(Medication error)
d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya
dalam memasarkan jasa pelayanan.

4. Prinsip Dasar Konseling


Prinsip dasar konseling adalah terjadinya kemitraan atau korelasi antarapasien dengan
apoteker sehingga terjadi perubahan perilaku pasien secarasukarela.Pendekatan Apoteker
dalam pelayanan konseling mengalami perubahan model pendekatan dari pendekatan
“Medical Model” menjadi Pendekatan“Helping model”.
Tabel. 1 Hal – hal yg perlu diperhatikan oleh apoteker

Medical Model Helping model


1. Pasien passive 1. Pasien terlibat secara aktif
2. Dasar dari kepercayaan 2. Kepercayaan didasarkan dari
ditunjukkan Berdasarkan citra hubungan Pribadi yang berkembang
profesi setiap saat
3. Mengidentifikasi masalah dan 3. Menggali semua masalah dan memilih
menetapkan solusi. cara pemecahan masalah
4. Pasien bergantung pada 4. Pasien mengembangkan
petugas kesehatan rasapercaya dirinya untuk
5. Hubungan seperti ayah-anak memecahkan masalah
5. Hubungan setara (seperti teman)
5. Kriteria pasien yang perlu diberi konseling
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
1 Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil
dan menyusui).
2 Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
3 Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tappering down/off).
4 Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
5 Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit
yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk
penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6 Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

6. Tahap kegiatan konseling


Tahap-tahap kegiatan konseling antara lain :
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime Questions,
yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan Obat
5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien
7. Masalah dalam konseling
1) Penyebab ketidakpatuhan dalam penggunaan obat
Beberapa penyebab dari ketidak patuhan pasien dalam penggunaan obat dapat
disebabkan karena faktor pasien sendiri maupun faktor-faktor yang lain.
a. Faktor Penyakit
 Keparahan atau stadium penyakit, kadang orang yang merasasudah lebih baik
kondisinya tidak mau meneruskan pengobatan.
 Lamanya terapi berlangsung, semakin lama waktu yang diberikan untuk terapi,
tingkat kepatuhan semakin rendah.
b. Faktor Terapi
 Regimen pengobatan yang kompleks baik jumlah obat maupun jadwal
penggunaan obat.
 Kesulitan dalam penggunaan obat, misalnya kesulitan menelan obat karena
ukuran tablet yang besar.
 Efek samping yang ditimbulkan, misalnya : mual, konstipasi, dll.
 Rutinitas sehari-hari yang tidak sesuai dengan jadwal mpenggunaan obat
c. Faktor Pasien
 Merasa kurang pemahaman mengenai keseriusan dari penyakit dan hasil yang
didapat jika tidak diobati.
 Menganggap pengobatan yang dilakukan tidak begitu efektif
 Motivasi ingin sembuh
 Kepribadian / perilaku, misalnya orang yang terbiasa hidup teratur dan disiplin
akan lebih patuh menjalani terapi.
 Dukungan lingkungan sekitar / keluarga.
 Sosio-demografi pasien : umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,dll4.
d. Faktor Komunikasi
 Pengetahuan yang kurang tentang obat dan kesehatan
 Kurang mendapat instruksi yang jelas tentang pengobatannya.
 Kurang mendapatkan cara atau solusi untuk mengubah gayahidupnya.
 Ketidakpuasan dalam berinteraksi dengan tenaga ahli kesehatan.
 Apoteker tidak melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan

SERETIDE DISKUS
1. Definisi
Diskus merupakan inhaler berbentuk cangkang yang merupakan multidose unit device.
Berbeda dengan Turbuhaler, zat aktif disimpan dalam unit-unit terpisah, sehingga dapat lebih
memastikan keseragaman zat aktif saat digunakan. Bentuk dari diskus® memungkinkan
untuk membawa zat aktif dalam jumlah besar.

Diskus merupakan DPI dosis ganda yang berisi 60 dosis obat dalam pembawa berbasis
laktosa. Bagian luar Diskus terdiri dari lima utama bagian, antara lain:

1) Slide penutup luar yang bisa tergeser Slide penutup luar dapat digeser buka atau tutup
dengan bantuan thumbgrip. Penutup ini berfungsi melindungi tuas dan mouthpiece.
2) Thumbgrip sebagai pegangan ibu jari sebagai tuas pelepasan dosis
3) Sliding tuas untuk dose-release Sliding tuas berfungsi pelepasan dosis akan melepas foil
dari atas masing-masing dosis yang akan dilanjutkan ke mouthpiece. Foil yang terbuka
kemudian akan pindah ke roda lain. Dosis tersebut kemudian dihirup lalu blister kosong
maju ke roda berikutnya. Setiap kali penutup Diskus® ditutup, tuas secara otomatis
kembali ke posisi awal. Tuas tersebut membantu untuk memuat dosis baru.
4) Mouthpiece
5) Dose counter untuk monitoring sisa dosis Pada setiap gerakan tuas dapat terdengar klik
dan dapat dirasakan roda indikator bergerak untuk menunjukkan jumlah dosis yang
tersisa
melalui dosis counter. Ketika lima dosis terakhir telah tercapai, muncul angka berwarna
merah.

Gambar 1. Seretide diskus

2. Instruksi Penggunaan Diskus


Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan Diskus adalah sebagai berikut:
1) Buka penutup Diskus
2) Geser tuas kekanan sampai terdengar bunyi klik
3) Pegang Diskus secara horisontal
4) Tariklah nafas dan hembuskan jauh dari mouthpiece Diskus
5) Letakkan Diskus di mulut antara gigi dan bibir
6) Tarik napas mantap dan mendalam
7) Lepaskan mouthpiece diskus dari mulut dan tahan nafas yang dalam selama 5-10 detik
8) Hembuskan nafas pelan-pelan
9) Tutup Diskus dengan menggeser slide penutup luar
10) Jika dosis lain diperlukan, dapat mengikuti langkah 1-9
Gambar 2. Bagian dalam diskus
Ada empat roda dalam Diskus® (Gambar 19). Satu roda berisi 60 dosis obat dry
powder yang dibungkus masing-masing dalam blister pada strip foil. Pembungkus ini
berfungsi untuk melindungi dry powder dari kelembaban lingkungan dan kondisi lainnya.
Diskus® memberikan dosis yang relatif konsisten rentang yang lebih luas dari
laju aliran dari DPI yang lain. Aliran inspirasi antara 30 dan 90 L/min menjamin
pengiriman dari 90% dari dosis.DPI semakin banyak digunakan untuk pengiriman agent
ke saluran pernafasan karena mudah digunakan tanpa persyaratan koordinasi atau hanya
dengan usaha aktuasi pasien saja. Inhaler yang ideal harus memberikan dosis yang telah
diperkirakan pada saluran pernafasan dan dosis yang rendah pada faring. Aliran udara
inspirasi pasien merupakan sumber energi untuk menyebarkan aglomerat micronized
powder dan untuk memindahkan partikel terhirup dari inhaler ke paru-paru. Hal ini
berlaku pada semua DPI. Partikel obat ini dicampur dalam agen bulking seperti laktosa.
DPI yang baik adalah DPI yang memiliki FPF (fine particle fraction) dan TED
(total effective dose) yang tinggi, konsistensi dosis dan keseragaman dosis. TED adalah
jumlah obat yang dirilis dari sebuah inhaler selama satu aktuasi. Manfaat terapeutik
berasal dari massa partikel obat yang cukup kecil untuk mencapai saluran udara selama
inhalasi yang disebut FPF. Partikel halus ini memiliki ukuran diameter <5 μm. Standar-
standar ini dirancang untuk memastikan dosis yang konsisten dari DPI. Ukuran partikel
<5 μm akan
terdeposit dan memberikan efek yang optimal pada saluran pernafasan selama proses
inhalasi berlangsung
3. Cara penggunaan Diskus
a. Step ke-1 dengan menempatkan menempatkan jempol pada alur (thumbgrip) untuk
membuka slide penutup luar yang dapat digeser buka atau tutup dengan bantuan
thumbgrip hingga terdengar bunyi klik. Penutup ini berfungsi melindungi tuas dan
mouthpiece dari kelembaban dan faktor lingkungan. Mouthpiece merupakan area yang
mengarahkan aliran partikel obat keluar menuju rongga mulut dan mengalir ke dalam
paru-paru
b. Step ke-2 dengan menggeser tuas ke kanan sampai bunyi klik. Pada sliding tuas berfungsi
membuka blister foil bagian atas setiap dosis untuk naik ke bagian mouthpiece dan dosis
baru siap untuk digunakan. Blister foil merupakan pembungkus setiap dosis obat untuk
melindungi dry powder dari kelembaban lingkungan dan kondisi lainnya agar selalu tetap
kering. Ketika tuas diturunkan sebuah lubang kecil pada mouthpiece terbuka, lubang ini
merupakan jalan kecil bagi partikel obat agar dapat masuk ke dalam rongga mulut ketika
dihirup. Selain itu dapat terdengar bunyi klik dan dapat dirasakan roda indikator bergerak
untuk menunjukkan jumlah dosis yang tersisa melalui dosis counter yang memungkinkan
pasien untuk memantau jumlah dosis yang tersisa. Ketika lima dosis terakhir telah
tercapai, maka akan muncul angka berwarna merah pada dosis counter untuk
memperingatkan pasien dosis yang masih tersisa
c. Step ke-3 dengan memegang Diskus® dengan posisi horizontal
d. Step ke-4 dengan menarik napas dan menghembuskan jauh dari mouthpiece Diskus,
dimana volume yang dikeluarkan disebut volume tidal dan volume yang tersisa di paru-
paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal disebut volume residual. Tujuan
dari step ini adalah untuk membantu mempersiapkan diri untuk menarik nafas dalam dan
sekuat mungkin agar dapat menciptakan aliran udara inspirasi yang baik dan mampu
menghirup dosis obat secara maksimal. Buang napas normal tetapi tidak di dekat
mouthpiece Diskus® karena bisa menyebabkan dosis obat terbang atau hilang tertiup dan
bisa menyebabkan kelembaban di dalam Diskus® sehingga dry powder menggumpal dan
sulit untuk dihirup
e. Step ke-5 dengan menempatkan Diskus® di mulut antara gigi dan bibir, untuk mencegah
pasien kehilangan dosis jika posisi mulutnya rapat pada mouthpiece. Jika dosis hilang
akan mengurangi dosis inhalasi sehingga mengakibatkan efektifitas obat tidak optimal.
f. Step ke-6 dengan menarik napas mantap dan mendalam, yang merupakan critical step
terakhir sediaan Diskus® yang harus disebutkan pada setiap penjelasannya. Pasien harus
memastikan mengambil nafas penuh tidak terhalang dengan gigi atau bibir mengingat
mekanisme Diskus® yang hanya mengandalkan usaha aktuasi pasien saja. Total Emitted
Dose (TED) adalah jumlah obat yang dirilis dari sebuah inhaler selama satu aktuasi. Jika
pasien tidak menarik napas yang mantap dan mendalam maka akan mempengaruhi aliran
udara inspirasi sehingga menghasilkan drug release yang buruk dan deposisi partikel obat
di dalam mulut dan oropharyngeal. Massa partikel obat yang cukup kecil untuk mencapai
saluran udara selama inhalasi yang disebut fine particle fraction (FPF) yang akan
mempengaruhi deposisi obat di dalam paru-paru. Ukuran partikel obat < 5 µm yang akan
terdeposit dan memberikan efek yang optimal pada saluran pernafasan.
g. Step ke-7 melepaskan mouthpiece Diskus® dari mulut dan tahan napas yang dalam
selama 5-10 detik. Lepaskan mouthpiece Diskus® dari mulut dan tahan napas yang
dalam selama 5-10 detik. Hal ini untuk memberikan waktu kontak yang lama agar
terdeposisi optimal di dalam bronkeolus
h. Step ke-8 dengan menghembuskan dan bernapaslah perlahan-lahan lewat mulut, yang
bertujuan memberikan waktu agar obat tetap kontak didalam bronkioulus dan tidak
terbuang
i. Step ke-9 dengan menempatkan jempol pada alur (thumbgrip) dan geser kembali ke arah
kiri sampai terdengar bunyi klik, bertujuan untuk menutup tutup pelindung atas agar
mouthpiece akan tetap bersih dan kering serta secara otomatis me-reset kembali ke posisi
awal dan posisi siap untuk digunakan lagi. Jika step ini tidak dilakukan maka
dikhawatirkan kelembapan dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi stabilitas dry
powder
Gambar 3. Teknik penggunaan seretide diskus
4. Penyimpanan
Produsen Diskus® merekomendasikan untuk menyimpan Diskus® pada suhu di bawah
30°C. Dalam Diskus®, setiap dosis obat dilindungi dari lingkungan terhadap kelembaban,
dosis obat masing-masing disegel blister foil yang dapat dibuka ketika tuas dosis diturunkan.
Hal ini telah terbukti memberikan perlindungan tingkat tinggi pada dosis obat. Diskus® ini
juga diberi pembungkus foil luar yang memberikan perlindungan ekstra dari lingkungan
selama penyimpanan sebelum digunakan.
5. Kelebihan seretide diskus
Dalam diskus tidak perlu memperkirakan dosis tersisa. Karena dalam diskus ada
penghitung dosis atau dose counter. Setiap kali menyemprotkan obat, dose counter akan
berkurang satu (dose counter di mulai dari angka 60). Demikian sampai habis dan
menunjukkan angka 0. Jika dosis yang ada akan habis yaitu saat tersisa 5 semprotan, dose
counter akan menunjukkkan angka berwarna merah. Itu artinya obat yang bisa disemprotkan
sudah akan habis.
6. Kesalahan yang sering terjadi
Kesalahan yang umum terjadi antara lain :
1) Tidak membuka tuas ketika akan digunakan.
2) Cara menghirup pelan dan lemah
3) Tidak menahan napas
4) Pasien meniup bagian mulut hingga basah
SKENARIO ROLEPLAY
A : Selamat pagi bu, saya dengan maulia apoteker yang bertugas hari ini, ada yang bisa
saya bantu?
P : Pagi mba, saya mau menebus resep (sambil menyerahkan resep)
A : Baik resepnya atas nama ibu yulia, umur 38 tahun, alamat dijalan bunga no 1
purwokerto, apakah ini resep ibu sendiri?
P : Iya mba saya sendiri
A : Resep ini tertanggal 2 juli 2019, hari kemarin ya bu dengan dokter
OP? P: Iya mba waktu kemaren priksa, sekarang baru bisa menebus resep
A : Baik bu, saya cek terlebih dahulu ya bu, maaf sebelumnya saya akan menanyakan
apakah ibu alergi obat?
P : Tidak mba
A : Baik bu, kalau begitu apakah ibu ada riwayat penyakit
sebelumnya? P : Tidak ada mba
A : Baik bu, mohon tunggu sebentar saya akan siapkan obatnya
P : Iya mba
Lalu apoteker menyiapkan obat dan kembali kepada pasien
A : Pasien ibu yulia?
P : Iya mba
A : Ibu, ini obatnya sudah saya siapkan, tetapi maaf sebelumnya apakah berkenan untuk
saya jelaskan mengenai obat yang ibu terima? Kira – kira sekitar 5 – 10 menit saja ibu.
P : Iya boleh, silahkan mba
A : Baik bu mari ikut saya keruang konseling
pasien P : Iya mba
A : Mari bu silahkan duduk
P : Iya mba
A : Disini resepnya untuk asma ya
bu? P : Iya mba benar
A : Kalau boleh saya tau keseharian ibu seperti apa? Sebagai wanita karirkah atau ibu
rumah tangga?
P : Kebetulan saya bekerja kantoran mba, karena jarak kantornya agak jauh jadi saya
setiap hari pulang pergi naik motor
A : Maaf dikeluarga ibu apakah ada yang terkena asma
juga? P : Ada mba, dulu kakek saya pernah terkena asma
A : Kalau dirumah adakah ada anggota keluarga yang
merokok? P : Ayah saya perokok aktif mba, setiap hari pasti
merokok
A : Ibu sendiri punya riwayat alergi atau tidak
bu? P : Saya alergi seafood mba
A : Oh alergi seafood ya bu, sebaiknya distop dulu ya bu untuk konsumsi
seafoodnya P : Iya mba saya juga sudah mulai menghindari makan seafood mba
A : Syukurlah kalau begitu. Kalau boleh saya tau keluhan saat ini apa
bu? P : Ini sesak mba
A : Lalu sesak ibu timbul karena apa ya bu?
P : Terkdang kalau saya lagi mengendarai motor, terus kalau dirumah pas lagi bersih – bersih
juga mba
A : Oh baik mba, sekarang saya mau jelaskan tentang resepnya ya bu. Dari dokter OP
apa saja yang sudah disampaikan tentang obat ibu?
P : Dokter bilang saya dikasih obat untuk mengatasi sesak nafasnya mba
A : Lalu apakah dokter OP sudah menjelaskan cara penggunaan obatnya bu?
P : Obatnya diminum 3x sehari dan ada obat seretide diskus untuk dihisap melalui
mulut, hanya itu saja mba yang dijelaskan
A : Lalu dokter OP menjelaskan efek yang akan muncul setelah minum obat atau harapan setelah
ibu meminum obat bu?
P : Dokter hanya bilang supaya sesak nafasnya bisa teratasi mba
A : Baik, sebelumnya saya akan menjelaskan terlebih dahulu ya bu tentang asma, jadi asma
itu terjadi karena adanya peradangan disaluran nafas, sehingga terdapat penyempitan
saluran nafas, peradangan ini akan muncul karena adanya pemicu misalnya karena alergi,
asap rokok, dan debu. Biasanya gejala yang muncul berupa sesak nafas, batuk dan mengi.
Nah, disini ibu diresepkan dokter ada 4 macam obat ya bu. Ada dexamethason, ctm,
salbutamol dan seretide diskus. Untuk dexa methason ini untuk peradangan minumnya
3x sehari 1 tablet, yang kedua ada salbutamol, untuk meringankan gejala asma
diminumnya
3x sehari 1 tablet. Ini juga ada ctm sebagai anti alergi ya bu diminumnya 3x sehari satu
tablet juga. Ctm ini ada efek mengantuknya bu, jadi setelah meminum obat ini sebaiknya
jangan mengendarai motor ya bu. Obat ini disimpan ditempat yang kering bu jangan
ditempat lembab
P : Oh iya baik mba
A : Sekarang saya mau menjelaskan cara penggunaan seretide diskus. Ini isinya salmeterol
dan flutocasone propianate. Diskus ini melegakan nafas ibu. Penggunannya 1x sehari
dihisap melalui mulut dengan cara penggunaannya:
1. Buka tutup diskus ini
2. Geser tuas kekanan sampai terdengar bunyi klik
3. Pegang diskus secara horizontal
4. Tarik nafas dan hembuskan jauh dari mouthpiece diskus
5. Letakan diskus dimulut antara gigi dan bibir
6. Tarik nafas mantap dan mendalam
7. Lepaskan mouthpiece diskus dari mulut dan tahan nafas yang dalam selama 5 – 10 detik
8. Hembuskan nafas pelan – pelan
9. Tutup diskus dengan menggeres slide penutup ruang
10. Jika dosis lain diperlukan, dapat mengikuti langkah 1 – 9
setelah itu bisa berkumur – kumur, bagaimana ibu sudah jelas belum cara pengguanaan
obatnya? P : Sudah jelas mba
A : Baik bu, maaf bisa diulangin lagi bu untuk cara
penggunaannya? P : (pasien mengulangi cara penggunaan obat
dengan benar)
A : Iya bu benra, nanti saya kasih brosur untuk cara penggunaan seretide diskus, jadi
nanti ibu bisa lihat dibrosurnya ya bu
P : Iya baik mba
A : Untuk mencegah asmanya kambuh, ibu bisa menghindari pemicunya. Misalkan akan
mengendarai motor sebaiknya menggunakan masker bu, trus untuk dirumah ayah ibu kan
merokok jadi kalau sedang merokok sebaiknya ibu menjauh dari asap rokoknya dan juga
saya menyarankan untuk mengganti sprei dan sarung bantalnya itu setidaknya seminggu
sekali ya bu
P : Oh begitu ya, iya baik mba
A : Oh iya ibu, kalau setelah menggunakan seretide diskus apakah ibu masih merasakan
nafasnya sesak, sebaiknya nanti langsung hubungi dan kontrol kembali kedokter ya
bu
P : Iya mba
A : Baik bu, apakah ada yang ingin ditanyakan bu? Atau ada yang kurang
jelas? P : Sudah mba, sudah jelas
A : Baik bu, kalau nanti ada yang ingin ditanyakan, ibu bisa kontak saya langsung
ini nomornya, atau ibu bisa datang kesini
P : Baik mba
A : Baiklah bu, obatnya total Rp.150.000,- dapat dibayarkan dikasir depan ya bu semoga
lekas sembuh ibu
P : Iya mba terimakasih banyak atas
informasinya A : Iya bu sama - sama

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Penyakit pernafasan seperti asma dan PPOK membutuhkan pengobatan jangka panjang
dan rutin. Sebagian besar pengobatannya dengan rute pemberian obat secara inhalasi. Rute
ini memiliki keuntungan karena (1) Memberikan efek secara langsung ke target organ di
paru, dan
(2) Menyebabkan efek samping yang cenderung lebih kecil dibandingkan rute lainnya,
karena kerja obat secara topikal sehingga tidak membutuhkan dosis lebih besar seperti pada
pemberian secara sistemik.
Diskus merupakan inhaler berbentuk cangkang yang merupakan multidose unit device.
Berbeda dengan Turbuhaler, zat aktif disimpan dalam unit-unit terpisah, sehingga dapat lebih
memastikan keseragaman zat aktif saat digunakan. Bentuk dari diskus® memungkinkan
untuk membawa zat aktif dalam jumlah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta :
Depkes RI
Depkes RI, 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI
Lorensia amelia., D. D queljoe., b. L karina., a heru. 2016. Studi kelengkapan penjelasan cara
penggunaan sediaan controller inhaler (kombinasi kortikosteroid dengan beta-2 agonis) jenis
diskus dan turbuhaler oleh apoteker di apotek. Jurnal ilmiah manuntung, 2 (2), 137-176,
2016

Lorensia amelia dan suryana rivan virlando. 2018. Panduan lengkap penggunaan macam-macam
alat inhaler pada gangguan pernapasan. Surabaya : M-brothers indonesia

Anda mungkin juga menyukai