Seretide-Diskus 1
Seretide-Diskus 1
Seretide-Diskus 1
Penyakit pernafasan kronis seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruksi kronis)
merupakan salah satu dari empat jenis PTM (penyakit tidak menular) terbesar di dunia.
Menurut Riskesdas (2013),1 asma dan PPOK menduduki tingkat teratas dari 12 PTM
terbesar di Indonesia, yaitu dengan prevalensi masing-masing 4,5 persen dan 3,7 persen.
Penyakit pernafasan seperti asma dan PPOK membutuhkan pengobatan jangka panjang dan
rutin. Sebagian besar pengobatannya dengan rute pemberian obat secara inhalasi. Rute ini
memiliki keuntungan karena (1) Memberikan efek secara langsung ke target organ di paru,
dan (2) Menyebabkan efek samping yang cenderung lebih kecil dibandingkan rute lainnya,
karena kerja obat secara topikal sehingga tidak membutuhkan dosis lebih besar seperti pada
pemberian secara sistemik.
Inhaler merupakan alat yang digunakan untuk pemberian obat secara inhalasi. Sistem
pengiriman inhaler merupakan bentuk penting dari perangkat pemberian obat dalam
pengobatan gangguan pernafasan (seperti: asma, bronkitis kronis, emfisema, dll), karena
memiliki keuntungan pemberian obat langsung ke sistem pernapasan dan efek samping yang
lebih sedikit.2 Inhaler dirancang untuk meningkatkan kemudahan penggunaan, namun
banyak pasien menunjukkan cara penggunaan yang salah pada semua desain inhaler yang
digunakan saat ini,3 sehingga menjadi penyebab utama perawatan tidak optimal.2 Teknik
inhaler yang tidak tepat mengurangi pemberian obat pada saluran udara sehingga
menurunkan efektivitas dari obat inhaler. Selain itu biaya pengobatan menjadi lebih mahal,4
baik karena kebutuhan akan penambahan obat, pengobatan akibat perburukan gejala, bahkan
pengobatan untuk mengatasi efek samping karena salah pemakaian.
Penelitian penggunaan inhaler pada pasien menunjukkan bahwa tidak adanya instruksi
yang memadai mengenai penggunaan inhaler dapat menyebabkan teknik penggunaan yang
tidak tepat.5 Dalam suatu studi klinik, sebanyak 90% dari pasien menunjukkan teknik yang
salah dalam penggunaan metered-dose inhaler (MDI) dan dry-powder inhaler (DPI) seperti
Diskus® dan Turbuhaler®.3 Oleh karena itu, pemahaman cara penggunaan inhaler perlu
mendapatkan perhatian cukup penting dalam mencapai efek obat yang optimal.
Menurut KEPMENKES RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes RI, 2004). Di dalam prakteknya, konseling
obat melakukan penyampaian dan penyediaan nasehat-nasehat yang berkaitan dengan obat,
yang didalamnya terdapat implikasi diskusi timbal balik dan tukar menukar opini. Dengan
adanya diskusi timbal-balik dan tukar menukar opini antara pasien dan apoteker diharapkan
dapat diambil keputusan bersama tentang terapi yang akan dijalani.
2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konseling ?
2. Apa tujuan dari konseling ?
3. Apa manfaat dari konseling ?
4. Bagaimana prinsip dasar konseling ?
5. Bagaimana kriteria pasien yang perlu diberi konseling ?
6. Bagaimana tahap kegiatan konseling ?
7. Masalah apa saja yang muncul dalam konseling ?
8. Apa yang dimaksud dengan seretide diskus ?
9. Bagaimana instruksi penggunaan diskus ?
10. Bagaimana cara penggunaan diskus ?
11. Bagaimana penyimpanan dari diskus ?
12. Apa saja kelebihan dari diskus ?
13. Apa saja kesalahan yang sering terjadi pada diskus ?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konseling
2. Untuk mengetahui tujuan dari konseling
3. Untuk mengetahui manfaat dari konseling
4. Untuk mengetahui prinsip dasar konseling
5. Untuk mengetahui kriteria pasien yang perlu diberi konseling
6. Untuk mengetahui tahap kegiatan konseling
7. Untuk mengetahui Masalah apa saja yang muncul dalam konseling
8. Untuk mengetahui pengertian dari seretide diskus
9. Untuk mengetahui instruksi penggunaan diskus
10. Untuk mengetahui cara penggunaan diskus
11. Untuk mengetahui penyimpanan dari diskus
12. Untuk mengetahui kelebihan dari diskus
13. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi pada diskus
BAB II
PEMBAHASAN
KONSELING
1. Definisi
2. Tujuan Konseling
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan keberhasilan terapi
b. Memaksimalkan efek terapi
c. meminimalkan resiko efek samping
d. Meningkatkan cost effectiveness
e. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan penyakitnya
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
f. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem
g. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal
terapi
h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
i. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat
mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
3. Manfaat Konseling
1) Bagi pasien
a. Menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan
b. Mendapatkan penjelasan tambahan mengenai penyakitnya
c. Membantu dalam merawat atau perawatan kesehatan sendiri
d. Membantu pemecahan masalah terapi dalam situasi tertentu
e. Menurunkan kesalahan penggunaan obat
f. Meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan terapi
g. Menghindari reaksi obat yang tidak diinginkan
h. Meningkatkan efektivitas & efisiensi biaya kesehatan2.Bagi Apoteker
2) Bagi Apoteker
a. Menjaga citra profesi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan.
b. Mewujudkan bentuk pelayanan asuhan kefarmasian sebagai tanggung jawab
profesi apoteker.
c. Menghindarkan apoteker dari tuntutan karena kesalahan penggunaan obat
(Medication error)
d. Suatu pelayanan tambahan untuk menarik pelanggan sehingga menjadi upaya
dalam memasarkan jasa pelayanan.
SERETIDE DISKUS
1. Definisi
Diskus merupakan inhaler berbentuk cangkang yang merupakan multidose unit device.
Berbeda dengan Turbuhaler, zat aktif disimpan dalam unit-unit terpisah, sehingga dapat lebih
memastikan keseragaman zat aktif saat digunakan. Bentuk dari diskus® memungkinkan
untuk membawa zat aktif dalam jumlah besar.
Diskus merupakan DPI dosis ganda yang berisi 60 dosis obat dalam pembawa berbasis
laktosa. Bagian luar Diskus terdiri dari lima utama bagian, antara lain:
1) Slide penutup luar yang bisa tergeser Slide penutup luar dapat digeser buka atau tutup
dengan bantuan thumbgrip. Penutup ini berfungsi melindungi tuas dan mouthpiece.
2) Thumbgrip sebagai pegangan ibu jari sebagai tuas pelepasan dosis
3) Sliding tuas untuk dose-release Sliding tuas berfungsi pelepasan dosis akan melepas foil
dari atas masing-masing dosis yang akan dilanjutkan ke mouthpiece. Foil yang terbuka
kemudian akan pindah ke roda lain. Dosis tersebut kemudian dihirup lalu blister kosong
maju ke roda berikutnya. Setiap kali penutup Diskus® ditutup, tuas secara otomatis
kembali ke posisi awal. Tuas tersebut membantu untuk memuat dosis baru.
4) Mouthpiece
5) Dose counter untuk monitoring sisa dosis Pada setiap gerakan tuas dapat terdengar klik
dan dapat dirasakan roda indikator bergerak untuk menunjukkan jumlah dosis yang
tersisa
melalui dosis counter. Ketika lima dosis terakhir telah tercapai, muncul angka berwarna
merah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit pernafasan seperti asma dan PPOK membutuhkan pengobatan jangka panjang
dan rutin. Sebagian besar pengobatannya dengan rute pemberian obat secara inhalasi. Rute
ini memiliki keuntungan karena (1) Memberikan efek secara langsung ke target organ di
paru, dan
(2) Menyebabkan efek samping yang cenderung lebih kecil dibandingkan rute lainnya,
karena kerja obat secara topikal sehingga tidak membutuhkan dosis lebih besar seperti pada
pemberian secara sistemik.
Diskus merupakan inhaler berbentuk cangkang yang merupakan multidose unit device.
Berbeda dengan Turbuhaler, zat aktif disimpan dalam unit-unit terpisah, sehingga dapat lebih
memastikan keseragaman zat aktif saat digunakan. Bentuk dari diskus® memungkinkan
untuk membawa zat aktif dalam jumlah besar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta :
Depkes RI
Depkes RI, 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI
Lorensia amelia., D. D queljoe., b. L karina., a heru. 2016. Studi kelengkapan penjelasan cara
penggunaan sediaan controller inhaler (kombinasi kortikosteroid dengan beta-2 agonis) jenis
diskus dan turbuhaler oleh apoteker di apotek. Jurnal ilmiah manuntung, 2 (2), 137-176,
2016
Lorensia amelia dan suryana rivan virlando. 2018. Panduan lengkap penggunaan macam-macam
alat inhaler pada gangguan pernapasan. Surabaya : M-brothers indonesia